Anda di halaman 1dari 6

KLIPING SEJARAH

(TEORI MASUKNYA HINDU BUDDHA)

DISUSUN OLEH:

HIBRIZI MUSYAFA(X-7)

SMA NEGERI 10
FAJAR HARAPAN
Jl.Fajar Harapan No.1, Ateuk Jawo,Kec. Baiturrahman, kota Banda Aceh,prov.Aceh
TEORI MASUK NYA HINDU BUDHA

Me
nurut para sejarawan, cara masuk dan proses penyebaran agama Hindu-
Buddha di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu:

 Masyarakat Nusantara Berperan Pasif


Orang India dan Tiongkok datang ke Nusantara, kemudian menyebarkan
agama Hindu-Buddha kepada masyarakat lokal.

 Masyarakat Nusantara Berperan Aktif


Masyarakat Nusantara belajar langsung ke India dan China untuk
mempelajari
 agama tersebut secara mendalam kemudian kembali ke Nusantara
sebagai penyebar agama tersebut.
Dari dua cara tersebut, muncul empat teori tentang masuknya agama Hindu-
Buddha. Tiga teori menempatkan masyarakat Nusantara sebagai pihak yang
berperan pasif dan satu teori lainnya menempatkan masyarakat Nusantara
sebagai pihak yang berperan aktif. Berikut ini adalah teori-teorinya:

Masyarakat Nusantara Berperan Aktif

Teori Arus Balik

Teori Arus Balik dikemukakan oleh F.D.K Bosch. Teori ini berasumsi bahwa
perkembangan ajaran Hindu-Buddha yang pesat di India, kabarnya sampai
terdengar sampai ke Nusantara, dan kemudian menarik minat para kaum
terpelajar di Nusantara untuk berguru ke India. Setelah mereka berguru dan
pulang ke Nusantara, mereka mulai menyebarkan agama baru yang mereka
pelajari di sana sebagai pemuka agama dan pendeta. 

-kelebihan teori ini adalah ada kemungkinan putra para bangsawan di


nusantara pergi ke india untuk belajar agama dan kebudayaan hindu-
buddha ,tujuannya agar dengan ilmu yang mereka dapat dari india, para
bangsawan bias membuat kekuasaan di nusantara dengan mencontoh
kebudayaan hindu-buddha di india.

Kelemahan teori ini adalah pada teori ini, sepertinya tidak mungkin jika orang
pergi ke india untuk belajar agama dan budaya hindu-buddha karena pada saat
itu masyarakat nusantara masih bersifat pasif.

Masyarakat Nusantara Berperan Pasif


Teori Waisya

Teori Waisya dikemukakan oleh N.J.Krom. Teori ini menyebutkan bahwa


para pedagang yang beragama Hindu-Buddha lah penyebar utama agama
tersebut di Nusantara. Karena perdagangan pada zaman dahulu
menggunakan jalur laut dan bergantung pada angin. Ketika para pedagang ini
menetap di Nusantara, mereka berinteraksi sekaligus memperkenalkan agama
dan kepercayaannya kepada masyarakat.

Salah satu kelebihan teori waisya sudah disebutkan diatas, adanya interaksi
antara pedagang dari India maupun Arab dengan penduduk/masyarakat
dalam transaksi jual beli yang dilakukan. Interaksi tersebut merupakan fakta
yang tidak dapat dibantah. Karena keberadaan pedagang-pedagang tersebut
sudah dibuktikan, contohnya pada masa kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera
yang memiliki letak strategis sebagai jalur perdagangan para pedagang asing.

Teori waisya juga memiliki kelemahan, yaitu golongan pedagang (waisya)


tidak bisa menguasai huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Karena
kemampuan ini hanya dimiliki oleh kaum brahmana (golongan kelas pertama
agama Hindu). Sementara banyak peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan
Hindu berupa prasasti yang memuat huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. 

Teori Kesatria
Nah, teori Kesatria dikemukakan oleh C.C. Berg, Mookerij, J.C. Moens. Pada
zaman masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara, di daratan India dan China
sedang berlangsung perang saudara. Raja-raja yang kalah peperangan
melarikan diri ke Nusantara untuk berlindung. Lambat laun mereka
mendirikan kerajaan kembali di Nusantara dengan corak-corak yang
berhubungan dengan agama Hindu atau Buddha yang sebelumnya mereka
anut. 

Kelebihan teori ini yakni semangat berpetualang untuk menaklukkan daerah


lain hanya di miliki oleh para ksatria. Kekurangan teori ini adalah tidak ada
bukti secara tertulis mengenai kedatangan ksatria dari India tersebut .

Teori Brahmana

Teori Brahmana dikemukakan oleh Van Leur. Ia mengemukakan bahwa


para kaum brahmana diundang datang ke Nusantara karena ketertarikan
raja-raja yang berkuasa dengan ajaran agama Hindu dan Buddha. Sehingga
raja-raja tersebut mendatangkan para kaum brahmana untuk mengajarkan
agama Hindu-Budha tersebut untuk raja dan rakyatnya di Nusantara.

Kebudayaan Hindu dan Buddha tidak hanya mempengaruhi cara beribadah


masyarakat Nusantara pada zaman itu, tetapi juga memberikan beberapa
peninggalan. Misalnya, kerajaan yang pernah berkuasa, tempat
keagamaan, prasasti, cara hidup, dan masih banyak lagi.
Mengingat banyaknya teori terkait proses masuknya Hindu-Buddha di
Indonesia, Teori Brahmana sebagai salah satunya tentu mempunyai
kelemahan dan kelebihan. Kelemahan teori ini, misalnya, belum dapat
dipastikan apakah kaum brahmana yang diundang atau datang ke Nusantara
hadir sebelum pelaku teori lainnya, seperti ksatria (penakluk) atau kaum
pedagang. Selain itu, dalam tradisi Hindu-Buddha, kaum Brahmana pantang
menyeberang lautan, padahal antara India dan Nusantara dipisahkan oleh
lautan dan harus berlayar mengarungi samudera jika ingin tiba lebih cepat.
Atas alasan ini, Teori Brahmana punya titik kelemahan yang cukup kuat.

Kendati begitu, bukan berarti Teori Brahmana tidak punya kelebihan. Salah
satu kelebihan teori ini adalah bahwa terdapat unsur-unsur budaya India
yang sangat mementingkan brahmana dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, kaum brahmana punya peran penting dalam proses masuknya
agama Hindu-Buddha, karena dengan pengaruhnya, ajaran dua agama ini
dengan cepat dapat menyebar. Selain itu, banyak prasasti peninggalan Hindu-
Buddha di Nusantara yang menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf pallawa.
Bahasa dan aksara tersebut kala itu hanya dikuasai oleh kaum brahmana.

Anda mungkin juga menyukai