Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia adalah karena
para Brahmana dari India yang datang untuk menyebarkan agama mereka ke
Nusantara. Para Brahmana tersebut diundang oleh raja-raja dari Nusantara sebagai
bentuk legitimasi mereka agar dapat dianggap setingkat dengan raja-raja di India.
Teori masuknya Hindu ke Indonesia ini didasari oleh pengamatan terhadap prasasti-
prasasti peninggalan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Prasasti-prasasti tersebut
kebanyakan menggunakan literasi huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Di India,
ilmu mengenai literasi Pallawa dan Sanskerta hanya dikuasai oleh golongan
Brahmana. Selain itu, teori ini juga didukung kuat bahwa penyebaran ajaran Hindu
masa silam hanya dapat diajarkan oleh kaum Brahmana, termasuk bagaimana cara
penafsiran terhadap isi kitab Weda.
Namun, teori Brahmana memiliki kelemahan, karena Van Leur tidak dapat
menjelaskan 2 hal mengenai kejanggalan dalam teori ini. Pertama, dalam
kepercayaan Hindu kuno, para Brahmana diharamkan untuk menyeberangi lautan,
terlebih harus meninggalkan negeri dan kampung halamannya. Menurut kepercayaan,
jikalau Brahmana menyeberangi laut, maka kekuatannya akan hilang1. Karena alasan
ini, tidak mungkin bahwa agama Hindu disebarkan oleh para Brahmana. Kedua,
bahasa Sansekerta adalah bahasa yang sukar dipelajari, sehingga untuk mempelajari
Weda, raja-raja di Nusantara pasti membutuhkan bimbingan kaum Brahmana dari
India.
Kelebihan dari teori ini yang pertama adalah semangat mengarungi samudera
dan ekspansi wilayah baru memang hanya dimiliki oleh jiwa para Ksatria. Kedua,
terdapat hubungan baik yang terjalin antara kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan
kerajaan-kerajaan di India.
Namun, teori ini tidak bisa menjelaskan bagaimana para Ksatria mengajarkan
ajaran Hindu, sementara mereka tidak menguasai huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta yang menjadi bahasa khusus dari Kitab Weda.
Teori Arus Balik ini didukung oleh adanya prasasti Nalanda yang
mengungkapkan bahwa raja Sriwijaya, Bala Putradewa yang meminta raja India
untuk membuat sebuah Wihara di Nalanda sebagai tempat untuk para tokoh Sriwijaya
menimba ilmu agama.