Anda di halaman 1dari 53

MATERI VIDEOGRAFI

MATERI VIDEOGRAFI
VIDEOGRAFI

Setiap orang bisa membuat karya film video asalkan tahu dan paham proses
pembuatannya dan cara-cara penggunaan peralatannya. Asalkan ada kemauan dan
peralatan tidak susah untuk mempelajarinya. Apalagi saat ini kamera video sudah
bukan barang asing lagi. Dalam lingkup keluarga pun sudah dikenal handycam,
peralatan sederhana yang sudah dipenuhi beberapa fasilitas.

Pertama kali yang perlu kita ketahui untuk pengambilan gambar adalah pengenalan
terhadap kamera. Kamera merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah
pengambilan gambar. Tanpa menyepelekan bagian yang lain, tanpa kamera sebuah
produksi tidak bisa berjalan, karena di kamera inilah gambar dan suara direkam ke
dalam film atau pita video.

Ada berbagai macam jenis kamera yang beredar, mulai dari kamera handycam
sampai kamera professional broadcast. Kamera handycam disebut juga kamera
keluarga karena lebih banyak digunakan untuk kepentingan keluarga dan
pengoperasiannya juga mudah, meskipun ada beberapa jenis handycam yang bisa
digunakan untuk kualitas broadcast (seperti : Sony seri DSR DVCam dan Canon
XL-1). Sedangkan kamera professional dipakai oleh seorang yang professional
dibidangnya, karena penggunaannya perlu beberapa ketrampilan dan pengetahuan
khusus tentang fasilitas kamera itu sendiri. Kamera handycam ada beberapa jenis
sesuai dengan format kasetnya :

> Video 8
> Hi-8
> Digital 8
> VHS-C
> S-VHS-C
> Mini DV
> DVCam
Kamera Professional Broadcast juga ada beberapa jenis :

> Hi-8 Pro


> S-VHS
> U-matic
> Betacam
> DVCPro/DVCam
> Digital-9
> Digital Betacam
Masing-masing jenis kamera mempunyai kelas yang berbeda sesuai kebutuhannya,
namun fungsi dan pengoperasiannya tidak jauh berbeda, hanya mungkin fasilitas
dan kualitas hasil rekamannya yang berbeda.

Pada dasarnya setiap kamera terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :

1. Lensa
2. Tubuh Kamera
3. Recorder/VCR

1. LENSA
Lensa mempunyai fungsi untuk memilih bidang pandang tertentu dan ditangkap
secara optik yang menghasilkan gambar dan diteruskan ke permukaan tabung
kamera (yang nantinya oleh tabung kamera diubah lagi dari optik ke elektrik).

Ada beberapa jenis lensa menurut panjang fokalnya. Panjang fokal adalah jarak
antara pusat optik lensa dengan titik di mana gambar terlihat dalam keadaan focus.

Ada beberapa jenis lensa, yaitu :

> Lensa Normal

Lensa ini sering disebut dengan lensa standart. Gambar yang dihasilkan dengan
lensa normal ini memberi kesan yang biasa dan datar. Tidak ada efek distorsi atau
melengkung.
> Lensa Wide/Sudut Lebar
Disebut lensa sudut lebar karena jangkauan dari subyek yang bisa ditangkap oleh
lensa cukup lebar, sebagai gambaran dengan menggunakan lensa sudut lebar, kita
tidak perlu mundur mengambil jarak karena ada beberapa bagian yang tidak
tertangkap lensa, terutama pada pengambilan gambar grup shot, arsitektur,
keramaian sebuah pasar, dan lain-lain.

> Lensa Tele

Lensa dengan focal length yang panjang, bila menggunakan lensa ini subyek jadi
terasa dekat sehingga kedalam menjadi kurang, keuntungannya kita bisa merekam
gambar dari jarak cukup jauh tetapi dapat menghasilkan gambar seperti kalau kita
dari jarak dekat. Selain itu penggunaan tele lens memberikan keuntungan pada kita
akan ruang tajam yang sempit, sehingga kita dengan leluasa bisa melokalisir
subyek, sementara yang lainnya akan terlihat blur. Kerugiannya disamping
kedalam kurang, sedikit saja goyangannya pada kamera akan terlihat sekali dari
hasil rekamannya, biarpun kita sudah memperoleh focus yang maksimal. Untuk
menghindari goyangan kamera, kita bisa menggunakan tripod atau monopod.

> Lensa Macro

Lensa ini sangat baik digunakan untuk merekam benda-benda kecil, seperti
capung, serangga, buah yang kecil-kecil. Panjang fokal lensa macro antara 55-105
mm, tetapi didalam lensa macro (beda dengan lensa biasanya) ditambah beberapa
jenis lensa sehingga kita bisa merekam gambar dari jarak dekat sekali, dan
perbandingan antara subyek dengan yang ditangkap oleh lensa bisa mencapai 1:1.

> Lensa Vario/Zoom


Lensa jenis ini merupakan penggabungan dari lensa sudut lebar sampai ke lensa
tele. Jadi kita tidak perlu lagi mengganti lensa, cukup satu lensa sudah mencakup
semua jenis lensa : lensa normal, lensa wide, lensa tele, dan lensa macro. Pada
umumnya kamera video sudah dilengkapi dengan lensa zoom.

FOKUS
Secara sederhana kita artikan saja ketajaman dari suatu titik ataupun benda yang
kita lihat dengan mata telanjang. Begitu juga bila mata kita melihat sebuah benda
melalui viewfinder kamera, maka benda yang tampak di viewfinder tersebut
mungkin tajam, mungkin pula tidak. Untuk mengatur agar benda yang kita lihat
malalui viewfinder nampak tajam, kita harus mengatur focus dengan cara memutar
gelang pengatur jarak yang ada pada lensa.
F-STOP, DIAFRAGMA
F-stop adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara panjang fokal
dengan diameter lensa. Diafragma/Iris adalah bukaan lensa untuk menangkap sinar
yang masuk. Semakin kecil angka f-stop, maka bukaan diafragma/irisnya semakin
besar, dan sebaliknya semakin besar f-stop, bukaan diafragmanya semakin kecil.
Pengaturan diafragma ini akan berkaitan pula dengan depth of field.

DEPTH OF FIELD
Yang dimaksud  ruang tajam adalah  ruang atau area pada foto semuanya akan
terlihat tajam. Ruang tajam bisa kita atur sesuai dengan yang kita inginkan. Ruang
tajam sangat dipengaruhi oleh seberapa besar aperture dibuka (besar bukaan
diafragma), berapa milimeter panjang focal dari lensa yang digunakan, dan jarak
lensa terhadap subyek yang akan dijepret. Semakin besar bukaan diafragma dan
dengan kombinasi panjang focal lensa yang cukup panjang dan pengambilan dari
jarak yang tidak terlalu dekat maka Depth of field menjadi sempit.

WHITE BALANCE
Salah satu kewajiban kita sebelum merekam gambar adalah harus mengeset white
balance kamera terlebih dulu. Pada intinya televisi atau video menerima cahaya
dari 3 warna primer RGB, red, green, dan blue. Bila ketiga warna ini dipadukan
dalam perbandingan yang sama, maka akan menghasilkan warna cahaya putih.
Warna putih inilah yang harus kita sesuaikan agar obyek putih benar-benar terlihat
putih di lensa kamera. Padahal warna putih jika terkena cahaya warna lain sedikit
saja akan berubah, seperti kekuning-kuningan atau kebiru-biruan. Jika di luar
ruang/outdoor, maka warna yang ditangkap kamera video cenderung kebiru-biruan.
Sedangkan di dalam ruangan/indoor cenderung kemerah-merahan. Untuk itulah di
beberapa kamera video dilengkapi filter koreksi warna dan white balance yang
dipasang di antara lensa dan tabung kamera. Pada umumnya kamera video
dilengkapi 2 filter koreksi untuk outdoor dan indoor. Tetapi ada juga yang
dilengkapi 4 jenis filter koreksi warna.

2. TUBUH KAMERA
Tubuh kamera ini berisi tabung pengambil gambar (pick up tube) yang berfungsi
untuk merubah gambar optik yang dihasilkan lensa menjadi sinyal elektrik. Di
tubuh kamera ini biasanya juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas kamera,
seperti white balance, steady shot, digital effect, shutter speed, dan lain-lain.
Tergantung jenis kamera dan kebutuhannya.

VIEWFINDER
Viewfinder merupakan monitor kecil sebagai jendela pengamat kita untuk bisa
melihat obyek yang masuk ke dalam kamera. Pada umumnya viewfinder ini hanya
monitor hitam putih. Tetapi ada beberapa yang berwarna seperti Handycam Sony
dan Canon XL-1.
Dalam viewfinder biasanya disertai informasi fasilitas dan indicator pada saat
rekaman, seperti indicator posisi kamera record atau pause/stand by, white balance,
iris, dan battery atau kaset habis dan lain sebagainya.

3. RECORDER/VCR
Salah satu bagian dari kamera adalah VCR (Video Casette Recorder) alat perekam
gambar dan suara. Di beberapa kamera ada yang recordernya terpisah seperti jenis
U-matic. Tetapi ada juga yang menjadi satu dengan bodi kamera. Kelebihan
menjadi satunya bodi kamera dengan recorder adalah keringanan dan efisiensi
waktu. Pekerjaan menjadi lebih mudah.

KOMPOSISI
a. Walking space dan Looking space
Dalam mengatur komposisi ketika kita mengambil gambar benda atau orang
berjalan perlu diperhatikan ada ruang di depan benda itu sesuai arah hadap benda
atau orang tersebut.

1. Head space
Komposisi ruang di atas kepala obyek atau suatu benda.

1. In (arrive/kedatangan) dan Out (go/kepergian)


Komposisi gambar yang menunjukkan bahwa suatu obyek itu bergerak mendekat
atau menjauh.

1. Potongan Kencana
Dalam melakukan framing pada manusia perlu diperhatikan jangan sampai
memotong gambar pada persendian. Jika hal itu terjadi seakan-akan obyek manusia
yang kita ambil terpenggal, terpotong tepat pada persendian. Misalnya penggal
leher, pergelangan tangan, siku, atau lutut. Agar tidak terkesan terpenggal ambil
framing diantara persendian. Misalnya tangan di antara siku dan pergelangan
tangan.

1. Rule of Third
Konsep ini hanya sebagai patokan dalam membuat komposisi. Andaikan layar
monitor dianggap sebagai satu bidang persegi yang terbagi dalam 3 bagian.

GARIS IMAGINER
Garis imaginer digunakan untuk memberi batas posisi kamera dalam mengambil
gambar agar tidak jumping dan menjaga kontinyuitas gambar. Gampangnya kita
bayangkan garis lurus yang memisahkan kiri dan kanan. Apabila kita meletakan
kamera posisi di sebelah kanan, maka untuk pengambilan berikutnya (apalagi jika
kamera tidak hanya satu) juga harus mengambil dari posisi sebelah kanan. Begitu
juga sebaliknya.

PENGOPERASIAN KAMERA VIDEO


 

Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh sesorang yang  belajar mengoperasikan


kamera dari nol hingga bisa jawabannya ialah tergantung. Karena setiap orang
tidak sama dalam hal daya serap maupun pengetahuan. Tetapi jika mau belajar
pasti lambat laun dalam kurun waktu yang tidak lama juga bisa mengoprasikannya
secara baik dan benar.

Basic Camera Operation


Camera video ada berbagai macam merk, bentuk, dan varian. Begitu juga media
penyimpanan gambar juga bermacam-macam. Contoh-contoh merk terkenal antara
lain: Sony, Panasonic, Phillip, Ikegami, JVC, dan lain-lain. Dari berbagai merk
tersebut masing-masing mempunyai beragam varian dan bentuk. Mulai kamera
amatir, semi profesional, dan kamera profesional. Media penyimpanan gambar
antara lain: Betacam, Dvcam, Dvc-pro, MiniDV, maupun berbentuk card (kartu
memori).

Bagi pengguna pemula/amatir biasanya dengan mode auto sudah cukup untuk
mendapatkan gambar standar. Tatapi dalam kondisi tertentu, mode auto tidak bisa
kita pakai untuk mendapatkan gambar sesuai dengan kemauan kita. Itulah
sebabnya kenapa para Cameraman profesional sering menggunakan mode manual
dalam mengoperasikan kamera.

The Main Control


Ada enam control dasar pada kamera:

1. Exposure:
–          Aperture

–          Shutter Speed

–          ND Filter)

–          (Gain)

2. Filter Colour

3. White Balance
4. Zoom

5. Focus
6.   Audio Levels
Aperture, Shutter speed, ND Filter, dan Gain merupakan bagian dari exposure.

Exposure
Eksposure secara sederhana dapat saya artikan sebagai pencahayaan kamera.
Untuk mendapatkan gambar yang normal, tidak gelap (under exposure) dan tidak
sangat terang (over exposure) harus diperhatikan:

Aperture (diafragma)
Di kamera televisi disebut juga Iris, yaitu sejumlah lembaran metal tipis yang
disusun sedemikian rupa sehingga bisa dibuka dan ditutup untuk mengatur
banyaknya sinar yang masuk ke lensa kamera. Iris seperti pupil mata kita yang bisa
membesar dan mengecil sesuai cahaya yang masuk. Bila Iris dibuka selebar
mungkin, lensa mengirim sinar maksimum de dalam kamera, sebaliknya kalau
bukaan iris dikurangi lubang diafragma akan menyempit, sehingga sinar yang
masuk ke kamera jadi sedikit. Bukaan diafragma diukur dalam satuan f-stop: f/1.4
– f/22. lebih kecil nomor f-stop = bukaan diafragma besar, lebih besar nomor f-stop
= bukaan diafragma kecil. Pengaturan iris secara manual dapat dilakukan dengan
memutar ring iris di lensa kamera.

Shutter Speed
Biasanya shutter speed standar di kamera televisi 1/50. kecuali anda ingin
menggunakan efek shutter atau untuk mensinkronkan dengan objek, baru Shutter
Speed di posisi ON untuk selanjutnya bisa kita pilih sesuai tujuan kita.
ND Filter
Filter ND (Neutral Density) berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar yang
terlalu kuat tanpa mempengaruhi kualitas warna cahaya. Filter ini digunakan bila
kondisi cahaya terlalu keras, seperti tengah hari yang terik.
2. Gain
Kebalikan dari ND filter, Gain berfungsi apabila pengambilan gambar dalam
keadaan kurang cahaya, yang apabila dengan keadaan normal dengan bukaan f-
stop maksimal (f/1.4) masih under exposure. Dengan Gain kita bisa mengangkat
exposure secara digital, konsekuensinya gambar menjadi agak coral (pecah).

3. Filter Colour
Berfungsi untuk mengubah atau mencocokkan cahaya yang masuk ke dalam
kamera. Umumnya kamera video memiliki dua buah filter koreksi warna. Untuk
shoting di dalam ruangan dengan cahaya lampu tungsten (kemerahan) kita pasang
filter 3200ºK dan untuk shoting dengan penerangan cahaya matahari kita gunakan
filter 5600ºK.
Cahaya matahari banyak mengandung warna biru. Kalau kita memasang filter no.2
(5600ºK) untuk matahari, sebenarnya kita memasang filter berwarna oranye untuk
mengimbangi warna biru pada matahari. Cahaya lampu bohlam lebih mengandung
warna merah, maka kita pasang filter no.1 (3200ºK) yang berwarna kebiru-biruan.
Sumber cahaya yang lebih tinggi intensitas sinarnya mengandung warna biru,
sumber cahaya yang intensitas sinarnya rendah lebih mengandung warna merah.
Perbedaan warna cahaya ini tergantung pada suhu dan diukur dengan derajad
Kelvin.

3. White Balance
Intensitas cahaya berbeda-beda pada saat yang berbeda dan tempat berbeda dalam
sehari. Cahaya matahari di luar (daylight) mempunyai suhu kurang lebih 5600ºK,
cahaya bohlam di dalam ruangan mempunyai suhu kurang lebih 3200ºK, cahaya
lampu TL mempunyai suhu antara 5000ºK-6000ºK. karena intensitas cahaya
sangat berbeda maka filter koreksi warna tidak bisa menghasilkan warna putih
yang tepat. Maka dari itu kamera video juga dilengkapi dengan tombol untuk
menyetel white balance. Cara termudah untuk white balance adalah dengan
mengarahkan kamera terhadap benda putih apa saja yang berada dalam kondisi
cahaya yang sama dengan cahaya yang kita pergunakan untuk merekam adegan.

Cara menyetel white balance:

* Pertama cocokkan filter koreksi warna dengan kondisi cahaya yang kita pakai
shoting.
* Arahkan kamera terhadap benda putih apa saja
* Kamera di zoom sampai yang terlihat di viewfinder hanya warna putih
* Tekan tombol AWB (Auto White Balance)
* Kamera siap untuk merekam.

Catatan: kamera harus di white balance lagi apabila keadaan cahaya berubah.

Bagi para cameraman profesional sering juga melakukan white balance dengan
cara manual yaitu dengan mengatur Colour Temperature pada menu di kamera.

4. Zoom
Zooming adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi objek secara optik,
dengan mengubah panjang fokal lensa dari sudut pandang sempit (telephoto) ke
sudut lebar (wide angle).

Zoom in : mendekatkan objek dari long shot ke close up

Zoom out : menjauhkan objek dari close up ke long shot.

Zooming bisa dilakukan dengan dua cara:

1. Manual: dengan memutar ring zoom pada lensa

2. Servo : Biasanya tombol zoom servo ada pada handle camera sehingga
terjangkau jari pada waktu mengoperasikan kamera

5. Focus
Fokus adalah pengaturan lensa yang tepat untuk jarak tertentu. Gambar dikatakan
fokus apabila proyeksi gambar yang dihasilkan oleh lensa jatuh di permukaan
tabung atau CCD jelas dan tajam. Sehingga nampak juga di viewfinder dan
monitor.

Depth of field
Depth of field atau bidang kedalaman adalah bidang dimana objek-objek di depan
dan di belakang objek utama tampak dalam fokus.

Secara teknis, shot dengan bidang kedalaman yang luas memudahkan cameraman
mengikuti gerakan objek. Bidang kedalaman yang sempit mengharuskan kita untuk
terus menerus follow focus apabila kamera atau objek bergerak.

Secara estetis depth of field sangat berperan dalam menciptakan perspektif visual
pada keseluruhan adegan (shot).

3 hal yang menentukan depth of field :

1. Panjang Fokal Lensa


Semakin panjang fokal lensa = bidang kedalaman semakin sempit atau kata lainnya

fokus semakin tipis.

2. f-stop/iris
Lebih besar bukaan iris (lebih kecil f-stop) = bidang kedalaman semakin sempit /
fokus semakin tipis. Misal f/16 bidang kedalamannya lebih lebar dari f/2.0
3. Jarak kamera dengan objek
Semakin jauh jarak kamera dengan objek = semakin luas bidang kedalaman
Semakin dekat jarak kemera dengan objek = semakin sempit bidang kedalaman.

6. Audio Levels
Jangan abaikan audio level pada kamera karena selain kualitas gambar, kualitas
audio juga tidak kalah pentingnya. Ingat Televisi adalah gabungan antara gambar
dan suara. Ada gambar tanpa audio yang bagus akan sangat mengganggu pemirsa
bahkan informasi yang akan disampaikan tidak sampai kepada penonton.

Atur audio level jangan sampai under ataupun over (peak).

GERAKAN DASAR KAMERA VIDEO


Ada beberapa macam gerakan dasar kamera yaitu :

1. Pan

2. Tilt

3. Track

4. Crab

5. Elevate & Depress

1. PANNING
PAN adalah gerakan kamera ke kiri atau ke kanan pada poros horisontalnya.
Gerakan ini juga sering disebut menoleh karena poros kamera tidak berubah seperti
pada leher.  Pada gerakan ini letak kamera tidak berpindah tempat.

Ada dua macam gerakan Pan yaitu :

1. Pan Left adalah gerakan menoleh ke kiri

2. Pan Right adalah gerakan menoleh ke kanan


Ilustrasi gerakan PAN

2. TILTING
TILT adalah gerakan kamera keatas atau kebawah pada poros vertikalnya. Atau
kata lain dari gerakan tilting ini adalah gerakan mendongak atau menunduk. Pada
gerakan ini letak kamera tidak berpindah tempat.

Ada dua macam gerakan Tilt yaitu :

1. Tilt Up adalah gerakan mendongak

2. Tilt Down adalah gerakan menunduk


Ilustrasi gerakan TILT

3. TRACKING
TRACK adalah gerakan kamera maju mendekati subyek atau mundur menjauhi
subyek.  Jadi pada gerakan ini Letak kamera berubah namun posisi hadapnya tetap.

Ada dua macam gerakan Track yaitu :

1. Track In adalah gerakan mendekat

2. Track Out adalah gerakan menjauh


 

Ilustrasi gerakan TRACK

4. CRABING
CRAB adalah gerakan kamera bergerak menyamping baik ke samping kiri atau ke
samping kanan subyek. Gerakan ini persis cara berjalan kepiting (crab). Jadi pada
gerakan ini Letak kamera berubah namun posisi hadapnya tetap.

Ada dua macam gerakan Crab yaitu :

1. Crab Left adalah gerakan ke samping kiri

2. Crab Right adalah gerakan ke samping kanan


Ilustrasi gerakan CRAB
5. ELEVATE & DEPRESS
Elevate & Depress adalah gerakan kamera naik-turun. Gerakan ini disebut juga
Crane Up & Crane Down, bila menggunakan crane. Jadi pada gerakan ini Letak
kamera berubah namun posisi hadapnya tetap.

1. Elevate adalah gerakan naik

2. Depress adalah gerakan turun


Ilustrasi gerakan Elevate & Depress

6. ZOOMING
Zoom sebenarnya bukanlah gerakan kamera yang sesungguhnya, melainkan
perubahan in-vision sudut pandang kamera. Jadi pada zoom sebenarnya tidak ada
pergerakan kamera sama sekali melainkan perbesaran yang dihasilkan baik lewat
optik maupun digital. Efek psikologis yang dihasilkan antara zoom dengan track
sangat berbeda.

Ada dua macam gerakan zoom yaitu :

1. Zoom in adalah perbesaran

2. Zoom out adalah pengecilan


Zoom menimbulkan efek hosepiping, sementara track terkesan melibatkan
penonton secara langsung.

Gerakan gerakan dasar tersebut bisa dkombinasikan sehingga menjadi gerakan


kamera yang dinamis misalnya kita menginginkan pergerakan Elevate bersamaan
dengan tilt down sambil crab left dan juga pan right dengan zoom out. Jadi, dengan
istilah tersebut kita bisa memberikan intruksi yang jelas untuk setiap gerakan
kamera

Keep creative!
JENIS-JENIS SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR
Sudut pengambilan gambar atau camera angle adalah sudut penempatan kamera
mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan. Dengan sudut tertentu
kita bisa mengahsilkan suatu shot yang menarik, dengan perspektif yang unik dan
menciptakan kesan tertentu pada gambar yang disajikan

1. Normal Angle
Pada posisi normal angle,kemera ditempatkan kira-kira setinggi mata subyek.
Tentu saja normal angle sangat tergantung pada tingi subyek yang dishooting. Bila
kita merekam kelompok anak-anak kecil yang sedang bermain, normal angle untuk
orang dewasa tentu saja terlalu tinggi, maka kamera harus diturunkan setinggi mata
anak. Pada program wawancara, bilamana semua pemain pada posisi duduk di
kursi, kita bisa pasang level untuk menaikkan setting/kursi, dengan demikian juru
kamera bisa mengambil gambar/ menshoot adegan tanpa harus membungkukkan
badan selama produksi berlangsung.

2. Hight Camera Angle


Posisi kamera lebih tinggi di atas mata, sehingga kamera harus menunduk untuk
mengambil subyeknya. Hight Camera Angle sangat berguna untuk
mempertunjukkan keseluruhan set beserta obyek0obyeknya.

Dengan posisi high camera angle ini dapat menciptakan kesan obyek nampak
kecil, rendah, hina, perasaan kesepian, kurang gairah, kehilangan dominasi.

3. Low Camera Angle


Posisi kamera di bawah ketinggian mata, sehingga kamera harus mendongak untuk
merekam agambar subyek. Posisi ini memberikan kesan cenderung menambah
ukuran tinggi obyek, memberikan kesan kuat, dominan dan dinamis.
4. Bird Eye View (mata elang)
Kamera mengambil subyeknya dari atas. Seperti burung elang yang mencari
mangsa .

5. Subjective Camera Angle


Kamera diletakkan di tempat seorang karakter (tokoh) yang tidak nampak dalam
layer dan mempertunjukkan pada penonton suatu pandangan dari sudut pandang
karakter tersebut.

6. Objective Camera Angle


Kamera merekam peristiwa atau adegan seperti apa adanya.

JENIS-JENIS SHOT

1. CU (Close Up)
Shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas kepala.

2. MCU (Medium Close Up)


Shot yang menampilkan sebatas dada sampai atas kepala.

3. BCU (Big Close Up)


Shot yang menampilkan bagian tubuh atau benda tertentu sehingga tampak besar.
Misal : wajah manusia sebatas dagu sampai dahi.

4. ECU (Extrime Close Up)


Shot yang menampilkan detail obyek. Misalnya mata, hidung, atau telinga.

5. MS (Medium Shot)
Shot yang menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala.

6. TS (Total Shot)
Shot yang menampilkan keseluruhan obyek.
7. ES (Establish Shot)
Shot yang menampilkan keseluruhan pemandangan atau suatu tempat untuk
memberi orientasi tempat di mana peristiwa atau adegan itu terjadi.

8. Two Shot
Shot yang menampilkan dua orang.

9. OSS (Over Shoulder Shot)


Pengambilan gambar di mana kamera berada di belakang bahu salah satu pelaku,
dan bahu si pelaku tampak atau kelihatan dalam frame. Obyek utama tampak
menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main.

ISTILAH-ISTILAH SEPUTAR VIDEO PRODUCTION

1. Acting :
Adegan/lakon yang diperankan oleh pemeran (aktor/aktris/talent) mengikuti
skenario yang telah ditetapkan. Akting meliputi bahasa tubuh, ekspresi wajah dan
dialog.

2. Agent (Agent Model) :


Seseorang yang bekerja mewakili kepentingan aktor/aktris dalam berhubungan
dengan produser serta orang-orang lain dalam dunia produksi film. Agent ini amat
berperan dalam mencarikan job serta membangun karir para artis.

3. Art Director (Penata Artistik) :


Pengarah artistik dari sebuah produksi, bertanggung jawab dalam penyediaan set
lokasi shooting serta properti penunjang, sesuai tuntutan cerita dalam skenario.

4. Audio Mixing :
Proses pengaturan suara dari berbagai macam jenis input, menghasilkan unsur
sound yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan cerita.
5. Angle :
Sudut pengambilan gambar, amat berpengaruh dalam penciptaan komunikasi yang
diharapkan dari sebuah gambar sebagai bahasa visual.

1. Low Angle yaitu pengambilan gambar dari bawah obyek, lazim digunakan
untuk menampilkan keagungan/kewibawaan obyek.

2. High angle ialah pengambilan gambar dari ketinggian, lazim digunakan untuk
menampilkan ketidakberdayaan obyek.

3. Close-up (CU) ialah pengambilan jarak dekat dimana obyek tampak dengan
jelas (pada manusia, sebatas wajah hingga leher atau dada)

4. Extreme Close Up (ECU) ialah pengambilan yang lebih dekat lagi sehingga
layar dipenuhi oleh bagian dari wajah; Medium Shot (MS) ialah pengambilan
dari jarak sedang, dimana manusia akan tampil keseluruhan bagian tubuhnya

5. Long Shot (LS) ialah pengambilan gambar dari jarak jauh dimana obyek akan
terlihat bersama dengan lingkungan terdekatnya.
Angle juga berkaitan dengan pergerakan kamera, seperti : Pan, Tilt, Track/Dolly,
Zoom In dan Zoom Out

6. Animator :
Pembuat animasi. Klip animasi biasanya dikerjakan secara khusus oleh seorang
animator, lalu diserahkan kepada editor video untuk digabung dengan bagian
gambar lainnya.

7. Audio Effect :
Efek suara. Sejumlah adegan memerlukan efek suara agar meningkatkan kesan
visual. Misalnya pada adegan baku hantam dimana tidak terjadi perkelahian
sesungguhnya, efek suara dibuat dan ditambahkan pada proses editing video untuk
memperkuat kesan telah terjadinya perkelahian sesungguhnya.

8. Ambience :
Suara natural dari obyek gambar.

9. Audio Visual:
Sebutan bagi perangkat yang menggunakkan unsur suara dan gambar.

10.Asisten Produser:
Seseorang yang membantu produser dalam menjalankan tugasnya.

11.Background :
Gambar latar belakang.

12.Boom :
Mikrofon besar yang dipasang pada tiang portabel yang dipasang pada tempat
terdekat yang mungkin, di sekitar pelaku adegan, agar dapat secara optimal
menangkap dialog pemeran. Orang yang mengoperasikan boom ini disebut dengan
Boom Man.

13.Breakaway :
Properti sekali pakai, misalnya gelas atau kertas, yang akan menjadi rusak dalam
sekali pakai sesuai tuntutan cerita.

14.Breakdown :
Arti aslinya ialah perincian. Dapat merujuk ke rincian bujet produksi maupun
aktualisasi pengeluaran biaya, atau dapat pula berarti rincian perencanaan adegan
shooting.

15.Budget :
Anggaran pengeluaran keseluruhan dari produksi film. Bujet yang biasanya
ditentukan sejak awal oleh produser ini akan amat menentukan bagaimana suatu
rencana produksi video akan dieksekusi, menyangkut sewa alat, sumberdaya
manusia, properti, dan sebagainya.
16.Blocking :
Area yang masuk dalam cakupan tangkapan kamera video. Para pemeran serta
properti harus masuk dalam area blocking ini, dan sebaliknya area ini harus steril
dari properti atau kru produksi.

17.Back Light :
Sumber cahaya utama yang berada di belakang obyek shooting dan menghadap ke
kamera. Pada kebanyakan kasus, backlight ini merupakan kesalahan mendasar
yang sering dilakukan oleh kameramen amatir sehingga obyek menjadi tak jelas
(gelap). Pada kasus khusus, teknik ini digunakan misalnya untuk dengan sengaja
menyamarkan identitas obyek.

18.Bumper :
Klip gambar biasanya berupa animasi yang berperan sebagai pembuka suatu acara
televisi. Bumper in digunakan sebagai tanda suatu acara akan dimulai lagi setelah
jeda iklan, sedangkan bumper out ialah penanda bahwa acara akan berhenti sejenak
untuk jeda iklan.

19.Broadcasting :
Proses pengiriman sinyal ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit,
radio, televisi, komunikasi data pada jaringan dan lain sebagainya.

20.Broadcaster :
Sebutan bagi seseorang yang bekerja dalam industri penyiaran.

21.Bridging scene:
Adegan perantara diantara adegan – adegan lainnya.

22.Rundown:
Penentuan gambar yang sesuai dengan naskah atau urutan acara.

23.Camera Department :
Bagian yang bertanggung jawab untuk menyediakan dan merawat semua peralatan
kamera yang dibutuhkan untuk memproduksi film, serta proses-proses yang
menyertainya.

24.Cameraman :
Orang yang bertugas mengoperasikan kamera film/video. Pada suatu produksi
besar, cameraman ini terbagi menjadi sejumlah peran khusus yaitu Penata
Fotografi (yang bertugas mengatur penempatan dan pergerakan kamera serta
pencahayaan), Operator kamera yang langsung mengoperasikan kamera, serta
sejumlah asisten untuk mengurus hal-hal lain seperti mengatur fokus kamera, dan
sebagainya.

25.Camera Tracks :
Lintasan kamera, suatu alas datar berupa metal atau lembaran kayu tipis yang
diletakkan di permukaan lantai sebagai tempat pergerakan kamera (yang dipasang
pada sebuah alat beroda tertentu, disebut dolly). Lintasan ini berguna agar
dihasilkan gerakan kamera yang lembut. Camera track dapat pula berbentuk
lintasan rel panjang, sementara kamera terpasang pada suatu kamera dolly.

26.Casting :
Proses pencarian orang yang tepat untuk memerankan tokoh tertentu dalam cerita.
Casting ini dipimpin oleh seorang juru casting atau casting director yang amat
memahami karakter yang dibutuhkan oleh cerita. Rencana casting ini telah
diumumkan sebelumnya kepada publik atau agent sehingga para artis/aktor dapat
mempelajari skenario lalu mempersiapkan adegan yang akan ditampilkan sebagai
unjuk kebolehan.

27.Clapper Boards :
Sepasang papan berengsel yang diketukkan sebagai tanda dimulainya shooting.
Papan ini berisi sejumlah informasi antara lain titel produksi, nomor adegan
(scene), produser, dan tanggal shooting adegan. Informasi pada papan ini dicatat
oleh pencatat adegan yang kemudian akan memberi catatan tambahan tentang
keberhasilan adegan yang di-shooting. Informasi ini juga terrekam oleh kamera
video, yang kelak akan memudahkan proses editing video untuk memilih potongan
gambar mana yang akan dipakai dan dirangkai dengan gambar lainnya.

28.Commercial :
Iklan. Video singkat yang umumnya berdurasi 60, 30, atau 15 detik yang dibuat
khusus untuk mempromosikan suatu produk.

29.Costume Designer :
Orang yang merancang pakaian/kostum yang akan dipakai oleh para pemeran film.

30.Cue :
Tanda bagi aktor/aktris dalam film untuk memunculkan bagiannya dalam dialog
atau tindakan. Isyarat ini dapat berupa tindakan aktor/aktris lainnya, bagian akhir
dari sebuah dialog, tanda dari sutradara atau isyarat cahaya.

31.Cue Light :
Bola lampu kecil yang dapat dinyalakan atau dimatikan oleh sutradara atau asisten
sutradara untuk memberi isyarat kepada para pemeran. Lampu ini diletakkan diluar
jangkauan pandang kamera tetapi dalam jangkauan pandang pemeran.

32.Cut and Hold :


Perintah dari sutadara agar adegan diberhentikan namun para pemeran tetap berada
dalam posisinya. Pada kasus ini, sutradara mungkin ingin memeriksa pencahayaan,
posisi, atau adegan lain yang berkaitan.

33.Cut to Cut :
Peralihan gambar dari adegan satu ke adegan lainnya secara langsung tanpa
pemakaian transisi.
34.Credit Title :
Penampilan nama-nama kru produksi serta para pendukung acara.

35.Chroma Key :
Sebuah teknik efek visual dimana adegan shooting dilakukan dengan latar
belakang layar berwarna tertentu (biasanya hijau atau biru). Pada proses editing,
warna layar yang digunakan ini menjadi key untuk dihilangkan (dijadikan
transparan) untuk diisi dengan gambar background yang telah disiapkan untuk
tujuan itu.

36.Cutting on Beat :
Teknik pemotongan dan penyusunan gambar pada saat editing video berdasarkan
tempo sound yang digunakan. Teknik ini amat terasa efeknya misalnya pada
videoklip musik yang bertempo cepat.

37.Clip Hanger :
Sebutan bagi adegan atau gambar yang akan mengundang rasa ingin tahu penonton
tentang kelanjutan acara, namun harus ditunda karena harus tampilnya jeda iklan
komersial.

38.Cut :
Pemotongan gambar

39.Crane :
Alat khusus yang dilengkapi dengan tiang, tuas dan katrol untuk tempat
menggantung kamera sehingga kamera dapat digerakkan secara fleksibel dinamis
termasuk perputaran penuh 360 derajat, menghasilkan angle yang unik, dinamis
dan kadang dramatis. Alat ini dapat digerakkan oleh secara manual oleh operator
melalui sebuah tuas, ada pula yang dilengkapi dengan remote control. Jimmy Jib
ialah sebuah merk dagang yang terkenal alat crane semacam ini.

40.Clip On :
Mikrofon khusus berukuran kecil yang dapat diselipkan pada obyek sehingga tidak
terlihat oleh pemirsa.

41.Credit Title:
Urutan nama tim produksi dan pendukung acara.

42.Teaser:
Sebutan bagi adegan atau gambar yang akan mengundang rasa ingin tahu penonton
tentang kelanjutan acara, namun harus ditunda karena ada jeda iklan komersial.

43.Cutting:
Proses pemotongan gambar.

44.Camera Blocking:
Penempatan posisi kamera yang sesuai dengan kebutuhan gambar.

45.Crazy Shot:
Gambar yang direkam melalui kamera yang tidak beraturan.

46.Compotition:
Komposisi.

47.Continuity:
Kesinambungan.

48.Cross Blocking:
Penempatan posisi objek secara silang sesuai dengan kebutuhan gambar.

49.Depth of Focus :
Area tempat berbagai benda yang diletakkan dengan berbagai ukuran jarak di
depan lensa akan tetap memperoleh fokus yang tajam.

50.Director :
Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung
jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser.

51.Documentary :
Film yang menyajikan cerita nyata, dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya.
Juga sebuah gaya dalam memfilmkan dengan efek realitas yang diciptakan dengan
cara penggunaan kamera, sound, dan lokasi.

52.Dolly :
Kendaraan/alat beroda untuk membawa kamera dan operator kamera selama
pengambilan gambar. Dolly biasanya dapat didorong dan diarahkan oleh satu
orang yang disebut Dolly Grip.

53.Dubbing :
Perekaman suara manusia secara sinkron dengan gambar film. Suaranya mungkin
atau mungkin tidak berasal dari aktor/aktris yang sesungguhnya serta bisa juga
bahasa yang digunakan ketika film tersebut dibuat. Aktor/aktris menggunakan
gambar dan soundtrack playback sebagai panduan untuk mensinkronkan gerakan
bibir dalam gambar dengan perekaman suara terbaru. Umumnya digunakan untuk
memperbaiki perekaman asli yang buruk., performa artistik yang tidak dapat
diterima atau kemungkinan kesalahan dalam dialognya. Juga digunakan untuk
perekaman lagu dan versi bahasa lain setelah proses pemfilman.

54.Depth of Field :
Area dimana seluruh obyek yang duterima oleh lensa dan kamera muncul dengan
fokus yang tepat. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh jarak antara obyek dan kamera,
focal length dari lensa dan f-stop
55.Desain Compugrafis:
Rancangan grafis yang digambar melalui tekhnologi komputer.

56.Durasi:
Waktu yang diberikan atau dijalankan.

57.Dissolve:
Tekhnik penumpukan gambar pada editing maupun syuting multi kamera.

58.Dialogue:
Percakapan yang muncul dalam adegan.

59.Dramatic Emotion:
Emosi gambar secara dramatis.

60.Editing Departement :
Divisi dimana semua potongan film yang telah dihasilkan digabungkan sehingga
membentuk urutan yang koheren, dengan bantuan kru lain termasuk sutradara atau
produser.

61.Electric Departement :
Bertanggung jawab terhadap penjagaan dan penyediaan segala peralatan listrik
selama proses produksi film, misalnya: lampu, kabel, mesin diesel. Electrician
ialah anggota staf departemen ini.

62.Ext. :
Eksterior. Bagian manapun dari film yang direkam di luar ruangan; jalanan kota,
stadium, gurun, hutan, atau puncak gunung, beberapa lokasi dapat dibuat ulang di
sounstage studio namun tetap dinamakan eksterior dalam naskah.

63.Extreme Close Up :
Pengambilan gambar dari jarak amat dekat

64.Ending Title:
Urutan nama yang dicantumkan pada akhir movie.

65.Establish Shot :
Gambar pengenalan yang natural dan wajar.

66.Fade Out, Fade In :


Jenis transisi dari gambar kosong (blank) ke kemunculan gambar tertentu (fade in)
atau dari gambar tertentu ke blank (fade out). Sering digunakan untuk menekankan
berlalunya waktu atau akhir dari adegan atau cerita.

67.Fast Motion :
Melakukan pemfilman dengan kecepatan dibawah standar kemudian
memproyeksikan dengan kecepatan standar untuk membuat tindakan terlihat lebih
cepat dari normal. Efek ini sering digunakan untuk mempercepat tempo,
menyesuaikan diri dengan sound yang dipakai.

68.Fifty-fifty :
Sudut pengambilan gambar ketika dua orang pemeran saling berhadapan sehingga
berbagi lensa dengan adil. Juga disebut sebagai a two shot atau a two.

69.Fill Light :
Merupakan bagian dari teknis pencahayaan dasar “Three Point Lighting”,
digunakan untuk meniadakan bayangan yang timbul akibat adanya key light.

70.First Run :
Pertama kali sebuah film dilepas ke bioskop untuk ditonton. Saat ini lebih dikenal
dengan Gala Premiere.
71.Flare :
Efek visual yang timbul ketika suatu obyek memantulkan cahaya yang tidak
diinginkan secara langsung kepada lensa kamera. Meski seringkali efek ini tidak
diinginkan, namun pada sejumlah software editing video justru terdapat fitur untuk
memunculkan simulasi flare ini untuk meningkatkan realitas visual.

72.Flashback :
Secara harfiah berarti kilas balik. Yaitu alur cerita yang mundur ke belakang
mengisahkan kejadian lampau yang dapat menjelaskan latar belakang penyebab
kondisi yang ada sekarang.

73.Focus :
Gambar secara detail dan tajam, dengan warna yang mendekati aslinya, yang
diperoleh dengan setting lensa kamera agar memiliki nilai jarak fokus yang benar.
Pada sejumlah kamera handycam, fokus ini bersifat otomatis hasil deteksi kamera.
Sedangkan pada kamera yang memiliki setting manual fokus, gambar yang fokus
diperoleh jika kameramen pandai mengatur setting fokus ini yang juga
memerlukan kejelian mata. Atau kadang digunakan pengukuran jarak agar dapat
melakukan setting fokus secara lebih akurat.

74.Fog Maker :
Menggunakan cairan khusus sehingga fog maker dapat memunculkan efek kabut,
asap, efek kabur (blur), dan kelembaban. Dengan menggunakan cairan jenis lain
maka dapat digunakan untuk menghilangkan kabur yang tidak diinginkan. Alat ini
dapat berukuran kecil, mesin yang dapat digenggam atau mesin besar yang
diletakkan di kereta.

75.Follow Focus :
Perubahan fokus kamera selama adegan untuk mempertahankan fokus pada
pemeran yang bergerak mendekati atau menjahui kamera.
76.Follow Shots :
Pengambilan gambar dengan kamera bergerak memutar untuk mengikuti
pergerakan pemeran dalam adegan.

77.Footage :
Gambar-gambar yang telah tersedia dan dapat digunakan.

78.Frame per Second (fps) :


Jumlah frekuensi penampilan frame gambar tiap detiknya. Video sebagai “gambar
bergerak” sebenarnya hanya merupakan kesan/ilusi penglihatan mata, sebab pada
kenyataannya video tersebut terdiri dari serangkaian gambar diam yang
ditampilkan berurutan dalam durasi waktu yang sangat singkat. Pada video format
PAL, satu detik video terdiri dari 25 gambar, disebut sebagai 25 fps (frame per
second), sedangkan format NTSC memiliki 30 gambar, disebut sebagai 30 fps.

79.Freelancer :
Orang yang tidak terikat kontrak dengan produser atau perusahaan manapun.

80.Freeze :
Perintah bagi pemeran untuk menghentikan aksi namun mempertahankan
posisinya. Dalam film yang aktor/aktris atau obyek lain muncul dengan tiba-tiba
misalnya “pop in” pada layar maka aktor/aktris dalam adegan akan diminta untuk
diam. Orang atau obyek kemudian ditempatkan di posisinya kemudian perintah
untuk “action” diberikan dan adegan dilanjutkan. Dalam pemotongan film di
bagian tengah dari masuknya aktor/aktris atau penempatan obyek akan
dihilangkan.

81.Final Editing:
Proses pemotongan gambar secara menyeluruh.

82.Floor Director:
Seseorang yang bertanggung jawab membantu mengkomunikasikan keinginan
sutradara, dari master kontrol ke studio produksi.

83.Filter Camera:
Filter yang digunakan untuk kamera.

84.Foreground :
Latar depan.

85.Gobo :
Layar kayu yang dicat hitam. Digunakan untuk menghalangi cahaya dari sati atau
lebih pencahayaan lampu studio, suatu set peralatan yang digunakan untuk
mecegah jatuhnya cahaya yang tidak diinginkan ke lensa kamera atau area set.
Biasanya diletakkan pada sanggahan yang dapat disesuaikan. Gobo tersedia dalam
berbagai bentuk dan ukuran.

86.Headset:
Digunakan untuk dapat mendengarkan suara sutradara.

87.Hairdresser :
Spesialis penata rambut untuk film. Seorang hairdresser mungkin bekerja dengan
penata rambut laki-laki maupun perempuan.

88.Hand Held :
Mengambil gambar dengan kamera ringan seperti handycam, jenis yang dapat
ditahan oleh operator kamera dengan tangannya selagi mengambil gambar,
berlawanan dengan meletakkannya pada gear head atau tripod. Memberikan
fleksibilitas yang lebih. Teknik penggunaan kamera dengan tangan tanpa tripod

89.Hot Set :
Suatu set yang telah diisi barang dan dekor untuk syuting. Penggambaran ini
biasanya mengindikasikan bahwa set tersebut tidak boleh dimasuki atau
digunakan.

90.Hot Spot :
Area dalam set yang memiliki pencahayaan yang sangat terang.

91.Hunting Location :
Proses pencarian dan penggunaan lokasi yang tepat dan terbaik untuk syuting.

92.Idiot Cards :
Kartu besar tempat dialog dituliskan untuk aktor yang tidak dapat mengingat
kalimatnya. Dapat juga berarti sebuah bagian mesin elektronik yang mahal disebut
Tele-Prompter, dimana sebuah gulungan kertas ditempatkan di depan atau dekat
dengan kamera dan dituliskan dialognya dengan huruf yang besar sehingga mudah
untuk dibaca. Bisa juga disebut dengan Cue cards.

93.Independent :
Seseorang yang membuat film tanpa dipekerjakan oleh sebuah studio besar.

94.Insert Shot :
Suatu obyek biasanya yang dicetak seperti surat kabar atau sebuah jam, dan
dimasukkan ke dalam rangkaian untuk menjelaskan tindakan.

95.Int. :
Interior. Bagian dari film yang diambil didalam ruangan. Interior dapat berupa set
yang dibentuk di studio atau diluar studio. Lebih dikenal sekarang ini sebagai
location interiors.

96.Iris :
bagian yang terbuka dari sebuah lensa atau bagian belakang yang mengatur
masuknya cahaya kdalam film. ukuran Iris dapat dikontrol oleh operator kamera.
97.Jell :
Gelatin atau materi plastik berwarna yang digunakan di depan sebuah lampu untuk
mengubah warna cahaya dari lampu tersebut. Bisa juga disebut dengan Gel.

98.Jumping Shot :
Proses pengambilan gambar secara tidak berurutan

99.Jimmy Jib :
Merek dagang, lihat Crane.

100. Juncta Position :


Kondisi dimana latar belakang menjadi satu dengan obyek dan sangat
mengganggu.

101. Jimmy Jib:


Katrol kamera otomatis yang digerakkan dengan remote.

102. Job Description:


Deskripsi tentang jenis pekerjaan.

103. Jeda Komersial:


Saat penayangan iklan komersial diantara acara televisi.

104. Job Title:


Penamaan jabatan pada pekerjaan.

105.  Key Light :


Cahaya utama yang digunakan untuk menerangi obyek shooting.

106. Kreator:
Sebutan bagi seseorang yang menciptakan karya kreatif.

107. Light Meter :


Instrumen kecil dan dapat dipegang dengan tangan yang digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya.

108. Lining Up :
Membatasi adegan. Operator kamera atau sutradara mengatur penempatan kamera
sehingga mencakup ruang pengelihatan yang diinginkan. Dapat juga berarti
framing.

109. Limbo :
Melakukan pengambilan gambar pada area atau set yang tidak dapat dijelaskan
sebagai suatu lokasi khusus. Dapat digunakan untuk adegan close-up, insert, dan
lain sebagainya.

110. Lip-Sync :
Sesi perekaman saat seorang aktor/aktris menyesuaikan suaranya dengan gerakan
bibir dari gambar.

111. Long Shot :


Gambar direkam dari jarak jauh. Biasanya digunakan dengan cara pengambilan
gambar dari sudut panjang dan lebar.

112. Lighting:
Penataan cahaya.

113. Lighting Effect :


Efek dari penataan cahaya.

114. Lensa Wide:


Digunakan untuk memperbesar sudut pandang pengambilan gambar dari kamera.

115. Lensa Super Wide:


Digunakan untuk sangat memperbesar sudut pandang pengambilan gambar dari
kamera.

116. Make-Up Departement :


Bagian yang bertanggung jawab terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai
dengan kebutuhan skenario pada saat syuting.

117.  Match :
Menghasilkan ulang suatu tindakan yang dilakukan dalam adegan lain sehingga
keduanya dapat dipotong sehingga menghasilkan posisi yg dapat disesuaikan.

118. Matching Directions :


Penyesuaian adegan dalam film seperi masuk dari kiri ke kanan sehingga orang
atau alat transportasi dalam film tidak memiliki arah yang terbalik ketika
pengambilan gambar lain dimasukkan.

119. Measuring Tape :


Alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak dari lensa ke subyek dengan
tujuan untuk menentukan fokus secara tepat.

120. Microphone Shadow :


Munculnya bayangan dari mikrofon pada bagian set yang masuk pada area
pandang kamera. Bila muncul pada gambar maka it’s a no-no (gambar tidak
terpakai)

121. Mock-Up :
Tiruan suatu benda yang dibuat seperti asli tapi hanya berupa bagian tertentu saja
menurut kebutuhan.

122. M.O.S. :
Porsi gambar dari sebuah adegan yang diambil tanpa merekam suaranya. Inisial ini
awalnya muncul dari sutradara Eropa yang tidak dapat mengucapkan WS dan
mengatakan Mit Out Sound.

123. Moving Shot :


Teknik pengambilan gambar dari obyek yang bergerak.

124 Music Departement :


Bertanggungjawab dalam pengaturan atau menyediakan musik yang akan
digunakan dalam film.

125. Master Control :


Perangkat teknis utama penyiaran untuk mengontrol proses distribusi audio dan
video dari berbagai input pada suatu produksi acara.

126. Medium Shot :


Gambar diambil dari jarak sedang.

127. Main Object:


Target pada objek utama.

128. Monitor:
Digunakan untuk memantau gambar.

129. Master Video:


Video utama berisikan rekaman acara televisi yang siap untuk ditayangkan
maupun disimpan.

130. Multi Camera:


Sistem dari tata produksi audio visual yang syuting secara bersamaan dengan
menggunakan sejumlah kamera.

131. Master Shot :


Gambar pilihan utama dari sebuah adegan yang kemudian dijadikan referensi atau
rujukan saat melakukan editing.

132. N.G. :
No Good (tidak bagus). Istilah ini dipakai sebagai catatan atau komentar terhadap
pengambilan gambar yang tidak bagus pada laporan kamera dan suara, misalnya
N.G. Sound, N.G. Action

133. NTSC (National Television Standards Committee)


Sistem reproduksi sinyal televisi yang lazim digunakan di Amerika Serikat dan
negara-negara lain. Sistem NTSC terdiri dari 525 garis scanning dengan frekuensi
penciptaan gambar 30 fps (frame per secod).

134. Noise:
Gangguan pada sirkulasi signal audio maupun video yang mengganggu program
acara.

135. News Director:


Direktur pemberitaan yang bertanggung jawab atas seluruh isi pemberitaan yang
disiarkan secara aktual berdasarkan fakta.

136. O.S. :
Off Screen (tidak tampak pada layar)

137. Opening Scene :


Adegan yang dirancang khusus untuk membuka acara atau cerita. Adegan ini harus
dikemas secara kreatif untuk mengundang kepenasaran penonton agar melihat
keseluruhan tayangan.

138. Off Line:


Proses editing awal untuk memilih gambar terbaik dengan time code dari berbagai
stock shot sesuai dengan kebutuhan adegan. Hasil dari gambar tersebut
ditransformasikan dalam bentuk workprint dengan EDL (edit decision List).

139. On Line:
Proses akhir editing untuk menyempurnakan, mempercantik dan memperindah
gambar setelah melalui proses off line.

140. Opening Shot:


Komposisi sudut pengambilan gambar pada awal adegan atau acara yang dirancang
khusus untuk menarik perhatian penonton.

141. OB Van:
Outside Broadcasting Van, mobil khusus yang membawa perangkat tekhnis
penyiaran audio dan video untuk memproduksi program diluar studio. Dapat juga
digunakan untuk master control bagi siaran langsung.

142. Over Exposed:


Kondisi dimana pencahayaan terlalu terang.

143. PAL (Phase Alternation by Line) :


Sistem reproduksi sinyal televisi yang lazim digunakan di Eropa dan negara-negara
lain termasuk Indonesia. Sistem PAL terdiri dari 625 garis scanning dengan
frekuensi penciptaan gambar 25 fps (frame per secod).

144. Plot :
Alur cerita dalam sebuah naskah skenario.

145. P.O.V. :
Point of View, yaitu sudut pandang penceritaan. Istilah yang kerap digunakan
dalam skenario.
146. Producer :
Sebutan bagi orang yang memproduksi film meski tak harus berarti membiayai
produksi atau menanamkan investasi dalam produksi tersebut. Tugas produser
adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi dengan
anggaran yang telah disepakati.

147. Production Unit :


Unit produksi yang terdiri dari sutradara, kru kamera, kru tata suara, bagian listrik
dan semua orang yang terlibat dalam suatu produksi.

148. Panning :
Pergerakan kamera secara horisontal (ke kiri atau ke kanan) untuk memperluas
liputan obyek.

149. Property:
Berbagai aksesori.

150. Program Directing:


Penyutradaraan program televisi.

151. Programming:
Tekhnik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara berurutan.

152. Praproduksi:
Berbagai kegiatan persiapan sebelum pelaksanaan produksi dimulai.

153. Paskaproduksi: Proses penyelesaian akhir dari produksi.Biasanya istilah ini


digunakan pada proses editing.

154. Rain Cluster :


Perangkat khusus yang digunakan untuk menciptakan simulasi efek hujan. Sebagai
alternatif ialah pemakaian mobil pemadam kebakaran.
156. Reflector :
Alat yang berfungsi untuk memantulkan cahaya, yang selain berfungsi untuk
mengoptimalkan cahaya yang ada (baik sinar matahari pada shooting outdoor atau
cahaya lampu pada shooting indoor), juga untuk memendarkan cahaya agar lebih
soft. Bisa terbuat dari bahan apa saja asal memiliki pantulan cahaya yang optimal
(jadi harus berwarna putih/terang), misalnya berupa lembaran alumunium foil yang
ditempelkan pada lembaran busa/stereoform yang tebal.

157. Remake :
Produksi suatu film yang sebelumnya pernah diproduksi. Film remaking dibuat
dengan penyesuaian konteks cerita terhadap keadaan jaman terkini dimana
peradaban dunia sedang berubah dengan amat cepatnya. Misalnya, kisah cinta
klasik Romeo dan Juliet akan difilmkan dengan konteks keadaan terkini dimana
komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara yang tidak terdapat pada jaman
dulu.

158. Re-Run :
Memutar ulang suatu film atau program acara televisi.

159. Resolution :
Kemampuan lensa atau film untuk menangkap serta menunjukkan detail obyek.

160. Re-Take :
Pengulangan adegan dalam shooting, bisa disebabkan oleh kegagalan akting,
dialog, pencahayaan, ketidaksiapan kru, dsb.

161. Reverse Angle :


Sudut pengambilan gambar : arah angle yang sebaliknya dari angle gambar yang
telah diambil.

162. Roll :
Perintah yang biasanya diberikan ketika kru produksi telah siap di posnya masing-
masing sehingga adegan tertentu siap dilaksanakan.

163. Running Shot :


Pergerakan kamera secara dinamis untuk menyesuaikan diri dengan gerakan
pemeran di lokasi shooting.

164. Rundown :
Alur cerita dari program acara yang dibatasi oleh durasi, segmentasi, dan bahasa
naskah.

165. Rating:
Perhitungan secara statistikal untuk mengukur tingkat popularitas program acara
televisi terhadap penonton.

166. Run Through:


Latihan akhir bagi seluruh pendukung acara televisi yang disesuaikan dengan
urutan acara sesuai dalam rundown.

167. Reportase:
Sebuah laporan perjalanan atau liputan lapangan yang digunakan untuk
mendukung data – data aktual dan faktual.

168. Scouting :
Mencari lokasi untuk produksi. Dapat juga berarti mencari calon pemeran yang
berbakat (talent scouting).

169. Screen Play :


Naskah yang sudah lengkap dan siap menjadi panduan dilaksanakannya produksi
film.

170. Screen Test :


Kesempatan ujicoba bagi pemeran untuk memperlihatkan kemampuannya, sudah
lengkap dengan penggunaan kostum, make up dan set properti.

171. Script Clerk :


Petugas yang bertanggungjawab mencatat sejumlah hal dari pengambilan gambar
seperti durasi, akting, properti, pencahayaan dan keberhasilan adegan. Catatan ini
kelak akan digunakan oleh editor saat editing video untuk menentukan mana
potongan gambar yang akan diambil dan dirangkai dengan gambar lain, dan mana
potongan gambar yang harus dibuang.

172. Sequence :
Rangkaian adegan.

173. Soft Focus :


Pengambilan gambar dengan lensa yang di-set agak out of focus sehingga subyek
tampak agak blur.

174. Soft Light :


Pencahayaan lembut yang memungkinkan tiadanya bayangan dan berpendarnya
cahaya secara merata dan menyeluruh.

175. Still man, Photographer :


Pengambil gambar foto yang bertanggungjawab atas publikasi dan pembuatan foto
di lokasi. Foto ini dapat berfungsi sebagai dokumentasi behind the scene,
dokumentasi proyek, maupun keperluan promosi.

176. Story Board :


Gambar ilustrasi adegan. Merupakan salahsatu bentuk upaya sutradara
menerjemahkan bahasa tulisan skenario ke dalam bahasa gambar dan untuk
memudahkan kegiatan shooting itu sendiri dengan dijelaskannya posisi, adegan,
dialog, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya. Gambar ilustrasi ini dirancang oleh
sutradara bekerjasama dengan kru lain (misalnya penata fotografi), dan dilakukan
oleh seorang juru gambar yang disebut storyboard artist. Sketsa yang
menggambarkan adegan dalam film. Digunakan untuk mempemudah pengambilan
gambar.

177. Sunshade (Lens Shade) :


Kotak persegi panjang yang dipasangkan di bagian depan lensa kamera untuk
membatasi masuknya cahaya secara langsung ke dalam lensa.

178. Superimposure :
Penempatan sebuah layer video/grafis diatas layer lainnya, misalnya layer title atau
subtitle (terjemahan bahasa) yang diletakkan di atas gambar film.

179. Swish Pan :


Jenis panning (pergerakan kamera horisontal ke kiri atau ke kanan) yang cepat
yang memunculkan kesan gerakan mata yang menoleh ke samping dengan cepat.

180. Simply Shot :


Gambar yang diambil dari sudut mudah, biasanya untuk adegan pengisi yang
kurang penting.

181. Script Format :


Format penulisan naskah skenario. Format ini bisa fleksibel tergantung tingkat
kerumitan produksi video itu sendiri.

182. Script Marking :


Pemberian tanda pada naskah skenario untuk menjadi catatan bagi para kru
produksi yang terlibat.

183. Stock Shot :


Persediaan gambar hasil shooting yang dapat dipilih pada saat proses editing.
184. Suspense :
Adegan drama yang menegangkan. Juga merupakan salahsatu genre (jenis) dari
film.

185. Steady Shot :


Gambar sempurna dan tidak terlalu banyak bergerak dan dapat dinikmati dengan
posisi diam.

186. Slow Motion :


Pergerakan gambar yang diperlambat, suatu proses yang dikerjakan saat editing
video. Pada produk home video seperti wedding video, teknik ini kerap digunakan
untuk pada gambar-gambar yang berisi momen bahagia dengan iringan lagu cinta
yang bertempo lambat. Slow motion juga kerap digunakan secara “terpaksa” yaitu
jika pada proses editing video ternyata ditemukan gambar yang rusak sedemikian
rupa padahal informasi yang tertangkap oleh audio-nya penting, sehingga klip
video dibuat slow motion untuk menyesuaikan diri dengan durasi audio-nya.

187. Switcher:
Istilah populer bagi perangkat tekhnis untuk memindah-mindahkan pemilihan
gambar dari berbagai stock shot maupun input kamera. Alat ini digunakan untuk
syuting multi kamera.

188. Switcherman:
Seseorang yang bertugas melaksanakan proses pemindahan gambar sesuai dengan
komando sutradara.

189. Streaming :
Proses pengiriman gambar via internet.

190. Studio:
Lokasi khusus tempat pelaksanaan kerja produksi berlangsung. Dapat untuk
melaksanakan syuting (shooting studio) maupun untuk editing (post production
studio).

191. Sound Mixer:


Mixer pengendali dari berbagai input suara yang dipilah melalui sejumlah jalur
(track).

192. Shot:
Ambil Gambar.

193. Simply Shot:


Gambar yang diambil dari sudut yang mudah.

194. Stand By:


Komando akhir yang menunjukkan bahwa seluruh komponen produksi telah siap
untuk melaksanakan syuting.

195. Sound:
Penataan suara.

196. Sound Effect:


Efek suara yang diciptakan atau digunakan untuk mendukung suasana dari adegan.

197. Tag Line :


Semboyan atau motto suatu film yang dapat merangsang imajinasi calon pemirsa
tentang apa yang akan disuguhkan dalam film tersebut.

198. Take:
Istilah yang digunakan untuk dan pada saat pengambilan gambar berlangsung.
Dapat juga

digunakan sebagai catatan pada naskah.


199. Teaser :
Cuplikan adegan-adegan menarik yang mewakili keseluruhan cerita, digunakan di
televisi untuk menarik perhatian pemirsa.

200. Technical Director:


Pengarah / Direktur tehnik.

201. Teleprompter :
Piranti didepan kamera yang membantu presenter membaca naskah.

202. Theme Song:


Lagu khusus yang diciptakan atau dipakai sebagai pendukungikatan emosi dari
program acara kepada penonton.

203. Tilt :
Pergerakan kamera naik turun (vertikal)

204. Tone Track :


Sound asli yang diperoleh dari lokasi shooting tertentu yang seringkali tidak
disadari namun dapat meningkatkan realitas hasil shooting. Misalnya pada
wedding video, suara hiruk pikuk (crowded) merupakan suara yang khas terjadi
pada acara resepsi, dan sebaiknya tidak dihilangkan seluruhnya pada proses editing
video.

205. Top Lighting :


Teknik pencahayaan. Sumber cahaya berada di atas subyek sehingga turun
menyinari. Sebagai kebalikannya ialah Down Lighting yang umumnya dipakai
untuk kemunculan makhluk misteri dalam suatu adegan horror.

207. Treatment :
Rencana sutradara untuk menerjemahkan skenario dengan menyusun adegan,
dialog dan prosedur kerja kru produksi di lokasi shooting.
208. Triangle :
Alat penahan kaki tripod agar tetap stabil meskipun diletakkan di permukaan yang
licin.

209. Two/Three Shot :


Sudut pengambilan gambar. Yaitu layar kamera berisi dua/tiga obyek yang sedang
berperan.

210. Up Link :
Proses Pengiriman gambar via satelit.

211. Under Exposed:


Kondisi dimana pencahayaan kurang / lemah cenderung gelap.

212. Viewfinder :
Instrumen optik yang yang memungkinkan operator kamera untuk mengikuti aksi
para pemeran saat kamera sedang diaktifkan.

213. Vision Mixer:


Sebutan lain untuk istilah populer “switcher”.

214. VTR :
Video Tape Recording. Alat pendukung produksi.

215. Very Long Shot (VLS) :


Jenis sudut pengambilan gambar. Gambar diambil dari jarak yang sangat jauh
untuk maksud khusus, misalnya menjelaskan keterkaitan obyek shooting dengan
lingkungannya.

216. Voice Over :


Suara tambahan atau alih suara yang dilakukan pada proses editing, untuk
mendukung isi cerita.
217. Wardrobe Departement :
Bagian yang bertanggungjawab atas pemilihan pakaian yang akan dipergunakan
untuk shooting.

218. White Balance :


Prosedur untuk men-setting lensa kamera agar dapat menangkap warna detil obyek
secara akurat, biasanya dengan menghadapkan kamera ke suatu obyek berwarna
putih selama beberapa saat.

219. Wind Machine :


Blower (kipas angin besar) yang digunakan untuk menciptakan efek angin.

220. 220.Wireless Camera:


Kamera yang menggunakan transmisi signal untuk mengirimkan hasil gambar
tanpa menggunakan kabel.

221. Wrap :
Aba-aba untuk seluruh kru produksi bahwa sesi shooting telah selesai.

Anda mungkin juga menyukai