Berhubung adanya permintaan untuk menyajikan materi peluang, baru saat ini penulis mencoba
membahasnya sebatas pengetahuan yang penulis peroleh, karena penulis merasa miskin akan referensi
tentang peluang , selain dari itu teori peluang dalam perkembangannya lebih lanjut banyak sekali teorema-
teorema yang tidak mudah untuk dicerna penulis sendiri dan mudah hilang dari ingatan yang akhirnya
penulis sering menggunakan ingatan seadanya saat menjawab soal peluang. Setelah penulis memperoleh
buku referensi dari kakanda dan membacanya , saya mencoba berbagi mengenai teori peluang sebatas
yang saya pahami.
Saya percaya siswa yang masih muda, berbekal pemahaman teori peluang yang cukup, latihan yang cukup
dan kontinu akan meningkatkan kemampuan mengingat materi ini (retensi) secara lebih lama.
Karena unsur atau elemen yang dibahas dalam teori peluang adalah himpunan berhingga maka sebagai
materi prasyarat atau materi yang harus dipahami terlebih dulu yaitu operasi irisan dan gabungan dua
himpunan. Simak uraian berikut !
Definisi:
Himpunan berhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya berhingga, atau banyak anggotanya dapat
dihitung . Sebagai contoh:
A = { 1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka n(A) = 6 , n(A) = banyaknya anggota himpunan A
B = himpunan bilangan prima kurang dari 9, maka B = { 2, 3, 5, 7}, dan n (B) = 4
C = himpunan bilangan asli, maka C = { 1, 2, 3, 4, 5, ... } dan C merupakan himpunan tak berhingga, karena
banyak anggota C tak berhingga (infinity).
Definisi:
Operasi Irisan dan Gabungan Dua Himpunan
A B = { x x A dan x B } , dengan kata lain himpunan A irisan B merupakan himpunan yang
anggota-anggotanya merupakan anggota himpunan A dan juga anggota B.
Contoh 1:
A = { 1, 2, 3, 4, 5, 6} , dan B = { 2, 3, 5, 7} , maka A B = { 2, 3, 5}, dan n (A B) = 3
S S S S
A B A A
B A B B
S
A
y B
x z
maka, n (A B) = x + y + z
=x +y +y+z -y (teknik menambah dan mengurang)
= (x + y) + ( y + z) – y
= n (A) + n (B) – n(A B) ( yang harus dibuktikan).
Contoh 3:
Seperti pada contoh 2, kita gunakan rumus (iii)
n (A B) = n (A) + n (B) – n(A B)
= 6 +4 - 3
= 7
Contoh 3
Pada pelemparan suatu dadu, tentukanlah kemungkinan munculnya mata dadu 2 !
Jawab:
Hasil yang mungkin; mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, atau 6 , n = 6
Hasil yang dimasud ; 2 , x = 1
Jadi, P ( {2} ) = 1 / 6
Contoh 4
Pada pelemparan suatu dadu, tentukanlah kemungkinan munculnya mata dadu merupakan bilangan
prima !
Jawab:
Cara I
Hasil yang mungkin; mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, atau 6 , n = 6
Misalkan A : Kejadian munculnya mata dadu merupakan bilangan prima
Maka A = { 2, 3, 5} , dan x = n(A) = 3
Jadi, P ( A ) = 3 / 6 = 1/2
Cara II
Hasil yang dimaksud A = { 2, 3, 5}
Dengan menjumlahkan setiap bobot atau peluang setiap titik sampel anggota A
Karena dadu homogen artinya setiap mata dadu mempunyai kemungkinan muncul yang sama, maka
bobot setiap titik sampel anggota A , sama yaitu 1/6, sehingga
P (A) = 1/6 + 1/6 + 1/6 = 3/6 = 1/2
Contoh 5
Suatu dadu diberi beban sedemikian rupa sehingga kemungkinan munculnya suatu angka ganjil dua
kali lebih besar daripada kemungkinan munculnya suatu angka genap.
Tentukan peluang munculnya angka dadu kurang dari 5 dalam satu lantunan!
Jawab:
Ruang Sampel , S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, karena dadu tidak homogen atau diberi beban misalkan bobot
untuk angka genap b, maka bobot untuk angka ganjil 2b.
Karena jumlah semua bobot titik sampel dalam ruang sampel sama dengan 1, maka 3.b + 3(2b) = 1 atau
9b = 1, sehingga b = 1/9 . Jadi tiap angka genap berbobot 1/9 dan tiap angka ganjil berbobot 2/9.
Misalkan M adalah hasil yang dimaksud , maka M = { 1, 2, 3, 4}.
Jadi , P (M) = 2/9 + 1/9 + 2/9 + 1/9 = 6/9 = 2/3
Contoh 6
Dalam pelemparan dua dadu secara bersamaan, tentukan nilai kemungkinan muncul jumlah angka
kedua mata dadu sama dengan 7 !
Jawab:
Langkah awal susunlah semua hasil yang mungkin, dapat disusun dengan menggunakan tabel !
D A D U II
1 2 3 4 5 6
1 (1, 1) (1, 2) (1, 3) (1, 4) (1, 5) (1, 6)
DADU 2 (2, 1) (2, 2) (2, 3) (2, 4) (2, 5) (2, 6)
I 3 (3, 1) (3, 2) (3, 3) (3, 4) (3, 5) (3, 6)
4 (4, 1) (4, 2) (4, 3) (4, 4) (4, 5) (4, 6)
5 (5, 1) (5, 2) (5, 3) (5, 4) (5, 5) (5, 6)
6 (6, 1) (6, 2) (6, 3) (6, 4) (6, 5) (6, 6)
Banyaknya hasil yang mungkin sebanyak 36.
Hasil yang dimaksud yaitu jumlah angka mata dadu sama dengan 7.
Misalkan hasil yang dimaksud adalah A = { (1, 6), (2, 5), (3, 4), (4, 3), (5, 2), (6, 1) } , n(A) = 6
Maka P(A) = 6/36 = 1/36
Menentukan banyaknya hasil yang mungkin dari pelemparan dua dadu , kita dapat menggunakan
aturan perkalian . Yaitu, banyaknya pasangan (a, b) = 6 x 6 = 36 .
Contoh 7.1
Sebuah mata uang logam dilantunkan dua kali. Berpakah peluangnya paling sedikit muncul Angka
sekali?
Jawab:
Ruang sampel dari percobaan ini adalah , S = {AA, AG, GA, GG} , n(S) = 4
Jika C menyatakan kejadian paling sedikit satu angka muncul, maka C = { AA, AG, GA }, n(C) = 3
Sehingga P(C) = 3/4 .
Contoh 7.2
Sebuah mata uang dilantunkan tiga kali. Berpakah peluang nya paling sedikit muncul Gambar dua kali?
Jawab:
Ruang sampel dari percobaan ini adalah , S = {AAA, AAG, AGA, AGG,GAA, GAG, GGA, GGG}
Untuk menentukan semua hasil yang mungkin, kita dapat menggunakan diagram garis berikut:
Contoh 8.1
Jika peluang seorang mahasiswa lulus mata ujian matematika 2/3, dan lulus mata ujian fisika 4/9.
Bila peluang lulus kedua mata ujian tersebut 1/4 , berapakah peluangnya lulus paling sedikit satu mata
ujian?
Jawab
Dari kalimat lulus paling sedikit satu mata ujian, kemungkinan ia lulus matematika, atau lulus fisika,
atau lulus kedua-keduanya.
Jika A kejadian lulus mata ujian matematika, dan B ; kejadian lulus mata ujian fisika, dan
A B adalah kejadian lulus kedua-keduanya, sehingga
Peluang (lulus paling sedikit satu mata ujian) = P (A B) = P (A) + P (B) – P(A B)
= 2/3 + 4/9 - 1/4
= 31/36
Contoh 8.2
Pada pengetosan sebuah dadu sekali, berapakah peluang muncul mata dadu prima atau mata dadu
ganjil ?
Jawab:
Ruang sampel ; S ={1, 2, 3, 4, 5, 6}
Misalkan A; kejadian munculnya mata dadu merupakan bilangan prima, A = {2, 3, 5}, dan
B; kejadian munculnya mata dadu merupakan bilangan ganjil, B = {1, 3, 5} , dan
A B = {3, 5} , maka kejadian munculnya matadadu prima atau ganjil adalah kejadian A B, sehingga,
P (A B) = P (A) + P (B) – P(A B)
= 3/6 + 3/6 - 2/6
= 4/6
= 2/3
Contoh 9.1
Jika peluang besok hujan 3/5, maka peluang besok tidak hujan = 1 – 3/5 = 2/5.
Jika kemungkinan seorang ibu melahirkan seorang anak laki-laki 1/2 , maka kemungkinan seorang ibu
melahirkan seorang anak perempuan = 1 – 1/ 2 = 1/ 2
Contoh 9.2
Bila peluang seorang montir mobil akan memperbaiki 3, 4, 5, 6, 7, atau 8 mobil lebih pada setiap hari
kerja, masing-masing 0,28 , 0,24, 0,14 , 0,17 , 0,10 , dan 0,07 , berapakah peluang bahwa dia akan
memperbaiki paling sedikit 5 mobil pada hari kerja berikutnya?
Jawab:
Dengan menghitung peluang kejadian yang tidak diharapkan.
Misalkan E adalah kejadian paling sedikit 5 mobil yang diperbaiki, dan
E’ adalah kejadian kurang dari 5 mobil yang diperbaiki, maka
P(E’) = 0,28 + 0,24 = 0,52 , sehingga
P(E) = 1 – P(E’) = 1 – 0,52 = 0,48
Jika kejadian A dan B Saling Lepas, maka P(A B) = P(A) + P(B) (lihat diagram IV)
Contoh 10.1
Dalam pengetosan (pelemparan) sebuah dadu, berapakah peluang muncul angka ganjil atau genap?
Jawab:
Ruang sampel; S= {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Misalkan A kejadian miuncul angka ganjil, maka A= {1, 3, 5}
Misalkan B kejadian miuncul angka genap, maka B= {2, 4, 6}, maka
A B adalah kejadian muncul angka ganjil atau genap sehingga ;
P(A B) = P(A) + P(B)
= 3/6 + 3/6 = 1
Jadi, peluang munculnya angka ganjil atau angka genap pada pelantunan sebuah dadu adalah suatu
kepastian.
Contoh 10.2
Berapakah peluangnya mendapatkan jumlah 7 atau 11 , bila dua dadu dilantunkan bersamaan ?
Jawab:
Banyaknya anggota ruang sampel adalah 36.
Misalkan A kejadian muncul jumlah 7 dan B kejadian muncul jumlah 11, maka
A = { (1, 6), (2, 5), (3, 4), (4, 3), (5, 2), (6, 1) } sebanyak 6 titik sampel
B = { (5, 6), (6, 5)} sebanyak 2 titik sampel.
Kejadian A dan B saling lepas (terpisah) karena kejadian A dan B tidak dapat terjadi pada lantunan
yang sama, sehingga
P(A B) = P(A) + P(B)
= 6/36 + 2/36 = 8/36 = 2/9
(Bandingkan contoh soal ini dengan contoh 8.2 lihat perbedaannya)
Contoh 10.3
Sebuah kartu diambil dari sebuah kartu bridge. Berapakah peluang terambilnya kartu spade (skop) atau
kartu berwarna merah?
Jawab:
Dalam satu kartu bridge ada sebanyak 52 kartu, jadi banyaknya semua titik sampel = 52.
Dalam satu kartu bridge terdiri dari 4 gambar yaitu, Heart, diamond, spade, dan club .
Istilah bahasa kita berturut-turut disebut : hati, wajik, skop dan keriting.
Dalam satu kartu bridge terdiri dari dua warna yaitu merah dan hitam, masing-masing 26 kartu
Warna merah untuk Hati dan Wajik , Sedangkan warna hitam untuk skop dan keriting.
Dari keempat gambar tersebut masing-masing bernomorkan 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10, dan bertuliskan A
(As) , K (King), Q,(Queen) dan J (Jack).
Dengan demikian jumlah kartu bridge = 4 x 13 = 52
Kembali ke persoalan:
Misalkan A kejadian terambilnya kartu skop , maka P(A) = 13/52
B kejadian terambilnya kartu berwarna merah, maka P(B) = 26/52 , sehingga
Peluang terambilnya kartu spade (skop) atau kartu berwarna merah = P( A B)
Karena A B = , maka P(A B) = P(A) + P(B)
= 13/52 + 26/52
= 39/52
Misalnya, lahirnya seorang anak laki-laki sebagai anak pertama dari seorang ibu, tidak akan
mempengaruhi lahirnya anak laki-laki atau anak perempuan sebagai anak kedua dari ibu tersebut.
Contoh 11.1
Pada pelantunan sebuah dadu sebanyak dua kali, tentukan kemungkinan munculnya Gambar dua kali !
Jawab:
Pada lantunan pertama kemungkinan muncul gambar , atau P(G) = 1/2 , dan
Pada lantunan kedua kemungkinan muncul gambar , atau P(G) = 1/2 , sehingga
P(muncul Gambar dua kali) = 1/2 . 1/2 = 1/4 .
Contoh 11.2
Dalam pelemparan dua dadu, tentukanlah kemungkinan muncul angka 3 pada dadu pertama, dan
muncul angka 4 pada dadu kedua !
Jawab:
Cara I
Dengan menghitung peluang masing-masing
Hasil yang mungkin ditunjukkan pada tabel di atas lihat contoh 6 !
Misalkan A kejadian muncul angka 3 pada dadu I, maka P(A) = 6/36 = 1/6, dan
B kejadian muncul angka 4 pada dadu II , maka P(B) = 6/36 = 1/6 .
Karena kejadian A dan B, saling bebas maka
P(A B) = P(A) . P(B)
= 1/36 . 1/36
= 1/36
Cara II
Dengan menentukan banyaknya anggota (A B)
Banyaknya anggota ruang sampel , n ( S) = 36
A = { (3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6)}
B = { (1, 4), (2, 4), (3, 4), (4, 4), (5, 4), (6, 6)}
A B = { (3, 4)} , maka n (A B) = 1 , sehingga
P(A B) = n (A B) / n(S) = 1/36 (diperoleh hasil yang sama).
Jika kejadian A dan B merupakan dua kejadian tak bebas, maka terjadinya dua kejadian itu
terjadi secara serentak mempunyai kemungkinan:
P(A dan B) = P(A) . P(B|A)
P(B|A) artinya kejadian B setelah kejadian A terjadi.
Contoh 12.1
Di dalam sebuah kotak terdapat dua bola merah dan tiga bola putih. Jika diambil dua bola satu
persatu tanpa pengembalian, berapakah kemungkinan terambilnya bola merah pada pengambilan
pertama dan bola putih pada pengambilan kedua?
Jawab:
Cara I:
Jumlah bola di dalam kotak = 5
Jumlah bola merah = 2, jumlah bola putih = 3.
Misalkan A kejadian terambilnya bola merah pada pengambian pertama, maka P(A) = 2/5.
Misalkan B kejadian terambilnya bola putih pada pengambian kedua, maka P(B|A) = 3/4.
Maka, P(A dan B) = P( A B) = P(A) . P(B|A)
= 2/5 . 3/4 = 3/10
Jadi, peluang terambilnya bola merah pada pengambilan pertama dan bola putih pada pengambilan
kedua adalah 3/10.
Cara II:
Masing-masing bola kita bedakan
2 bola merah kita sebut ; M1 dan M2
3 bola putih kita sebut ; P1 , P2 , dan P3.
Tentukan hasil yang mungkin (dalam hal ini urutan diperhatikan)
Hal ini merupakan permutasi 2 unsur dari 5 unsur berbeda, sehingga
Semua hasil yang mungkin sebanyak
5! 5 ! 5 × 4 ×3 !
P52= = = =20titik sampel
(5−2)! 3 ! 3!
Contoh 12.3
Sebuah kotak berisi 4 kelereng berwarna putih dan 2 kelereng berwarna merah. Dua buah kelereng
diambil satu persatu dengan tidak mengembalikan setiap kelereng yang diambil dari kotak tersebut.
Berapakah kemungkinannya bahwa;
a. kedua kelereng itu berwarna merah
b. kedua kelereng itu berwarna sama
c. paling sedikit satu kelereng berwarna putih
Jawab:
a. P(merah, merah) = 2/6 . 1/5 = 1/15
b. Kedua kelereng itu berwarna sama, hasil yang dimaksud (merah, merah) atau (putih, putih),
sehingga, P (kedua kelereng itu berwarna sama) = 1/15 + 4/6 . 3/5 = 1/15 + 2/5 = 7/15
c. Peluang paling sedikit satu kelereng berwarna putih = 1 – 1/15 = 14/15
(kaidah komplemen lihat contoh 9.1) perhitungan seperti ini lebih mudah daripada menghitung
lansung peluang kejadian yang diharapkan yaitu paling sedikit satu kelereng berwarna putih.
Simak uraian berikut:
Banyak anggota ruang sampel sebanyak ;
6!
P62= =6 × 5=30 titik sampel
4!
Kejadian kedua kelereng berwarna merah = { (M1, M2 ), (M2, M1 ) sebanyak 2 titik sampel,
Jadi, kejadian paling sedikit satu kelereng berwarna putih sebanyak 30 – 2 = 28 titik sampel,
sehingga, peluang terambilnya dua kelereng dengan paling sedikit satu kelereng berwarna putih
adalah 28/30 = 14/15.
Untuk lebih memahami kejadian tak bebas (bersyarat) dan kejadian saling lepas , simak contoh
berikut!
Contoh 12.4
Suatu kotak berisi 4 bola merah dan 3 bola putih, sedangkan kotak kedua berisi 3 bola merah dan 5
bola putih. Satu bola diambil dari kotak pertama secara acak kemudian dengan tanpa melihat
dimasukkan ke dalam kotak kedua. Selanjutnya berapa peluangnya pengambilan satu bola dari kotak
kedua diharapkan bola putih?
Jawab:
Misalkan;
M1 kejadian terambilnya bola merah dari kotak pertama
P1 kejadian terambilnya bola putih dari kotak pertama
P2 kejadian terambilnya bola putih dari kotak kedua
Untuk memudahkan kita dapat membuat diagram garis berikut:
Dalam soal ini kita ingin mengetahui gabungan kejadian (P1 P2) dan (M1 P2) yang saling lepas.
Jadi, P ¿
¿ P ( P1 ) . P ( P2∨P1 ) + P ( M 1 ) . P ( P2∨M 1 )
¿( )( ) ( )( )
3 6
7 9
+
4 5 38
=
7 9 63
Jadi peluang terambilnya bola putih dari kotak kedua adalah 38/63 .
Demikian teori peluang yang penulis rasa cukup untuk siswa SMP /SMA dan semoga dapat
dipahami.
1. Dalam pelemparan 3 mata uang logam secara bersamaan, tentukan kemungkinan munculnya tepat
dua Angka !
2. Jika seorang ibu mempunyai dua anak, berapakah kemungkinannya bahwa ibu tersebut mempunyai
dua anak perempuan?
3. Berapa banyaknya semua titik sampel untuk pelemparan sebuah mata uang logam sebanyak tiga kali ?
4. Jika seorang ibu mempunyai dua anak, berapakah kemungkinannya bahwa ibu tersebut mempunyai
anak laki-laki?
5. Sebuah mata uang logam dan sebuah dadu dilempar bersama-sama. Tentukan nilai kemungkinan
munculnya Gambar dan mata dadu yang merupakan bilangan kuadrat !
6. Jika kemungkinan turunya hujan 1/3. Berapakah kemungkinan munculnya angka 6 pada pelemparan
sebuah dadu pada waktu hujan?
7. Sebuah kotak berisi dua bola merah dan tiga bola biru. Dari dalam kotak tersebut diambil dua bola
sekaligus, tentukanlah peluang terambilnya dua bola berwarna sama?
8. Hitunglah terjadinya kejadian munculnya angka kurang dari enam dari pelemparan sebuah dadu yang
serentak dengan terjadinya kejadian munculnya dua angka genap pada pelemparan dua dadu yang
lain!
9. Pada pelemparan sebuah dadu, tentukan peluang munculnya angka ganjil atau angka yang merupakan
bilangan kuadrat?
10. Pada pelemparan sebuah dadu, tentukan peluang munculnya angka yang merupakan bilangan prima
atau bilangan komposit? (bilangan komposit adalah bilangan asli yang mempunyai lebih dari 2 faktor)
11. Pada pelemparan sebuah dadu, tentukan peluang munculnya angka yang merupakan bilangan prima
atau angka yang merupakan bilangan kuadrat?
12. Seorang ibu mempunyai dua anak laki-laki dan dua perempuan. Jika 3 orang anaknya sudah sekolah,
maka berapakah kemungkinan ketiga anak tersebut dua laki-laki satu perempuan?
13. Seorang dosen mempunyai 3 orang asisten. Berapakah kemungkinannya ketiga asisten dosen tersebut
perempuan?
14. Dari 15 butir telur yang dijual terdapat 5 butir yang busuk. Seorang ibu membeli 3 telur tanpa memilih.
Berapa kemungkinannya bahwa;
a. Ketiga telur itu baik
b. Ketiga telur itu busuk
c. Dua baik dan satu busuk.
15. Dua dadu dilantunkan dua kali. Berapakah peluangnya muncul angka berjumlah 7 dan berjumlah 11
dalam dua kali lantunan?
16. Sebuah dadu dibebani sedemikian rupa sehingga kemungkinan munculnya angka genap dua kali lebih
besar dari kemungkinan munculnya angka ganjil. Jika L menyatakan kejadian munculnya angka
kurang dari 5, hitunglah P (L) !
Kunci Jawaban:
1. P( muncul tepat dua angka) = 3/8
2. P(PrPr) = 1/3
3. Ada 23 = 8 titik sampel
4. P (punyai anak laki-laki) = 2/3
5. P ( muncul G dan angka kuadrat) = 1/2 . 2/6 = 1/6
6. P (muncul 6 pada waktu hujan) = 1/3 . 1/6 = 1/18
7. P ( terambilnya dua bola berwarna sama) = 4/10 = 2/5
8. 5/6 . 9/36 = 5/24
9. 3/6 + 2/6 – 1/6 = 4/6 = 2/3
10. 3/6 + 2/6 = 5/6
11. 3/6 + 2/6 = 5/6
12. 2/4 = 1/2
13. 1/8
14. a. P (ketiga telur baik ) = 24/91
b. P (ketiga telur busuk ) = 2/91
c. P (dua baik dan satu busuk) = 45/91
15. (1/6 . 1/18) + (1/6 . 1/18) = 1/54
16. P (L) = 1/9 + 2/9 + 1/9 + 2/9 = 6/9 =2/3