Anda di halaman 1dari 10

TEORI PELUANG

Berhubung adanya permintaan untuk menyajikan materi peluang, baru saat ini penulis mencoba
membahasnya sebatas pengetahuan yang penulis peroleh, karena penulis merasa miskin akan referensi
tentang peluang , selain dari itu teori peluang dalam perkembangannya lebih lanjut banyak sekali teorema-
teorema yang tidak mudah untuk dicerna penulis sendiri dan mudah hilang dari ingatan yang akhirnya
penulis sering menggunakan ingatan seadanya saat menjawab soal peluang. Setelah penulis memperoleh
buku referensi dari kakanda dan membacanya , saya mencoba berbagi mengenai teori peluang sebatas
yang saya pahami.
Saya percaya siswa yang masih muda, berbekal pemahaman teori peluang yang cukup, latihan yang cukup
dan kontinu akan meningkatkan kemampuan mengingat materi ini (retensi) secara lebih lama.
Karena unsur atau elemen yang dibahas dalam teori peluang adalah himpunan berhingga maka sebagai
materi prasyarat atau materi yang harus dipahami terlebih dulu yaitu operasi irisan dan gabungan dua
himpunan. Simak uraian berikut !
Definisi:
Himpunan berhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya berhingga, atau banyak anggotanya dapat
dihitung . Sebagai contoh:
A = { 1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka n(A) = 6 , n(A) = banyaknya anggota himpunan A
B = himpunan bilangan prima kurang dari 9, maka B = { 2, 3, 5, 7}, dan n (B) = 4
C = himpunan bilangan asli, maka C = { 1, 2, 3, 4, 5, ... } dan C merupakan himpunan tak berhingga, karena
banyak anggota C tak berhingga (infinity).
Definisi:
Operasi Irisan dan Gabungan Dua Himpunan
A  B = { x  x  A dan x  B } , dengan kata lain himpunan A irisan B merupakan himpunan yang
anggota-anggotanya merupakan anggota himpunan A dan juga anggota B.
Contoh 1:
A = { 1, 2, 3, 4, 5, 6} , dan B = { 2, 3, 5, 7} , maka A  B = { 2, 3, 5}, dan n (A  B) = 3

A  B = { x  x  A atau x  B }, gabungan himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggota-


anggotanya merupakan anggota himpunan A atau anggota B.
Contoh 2:
A = { 1, 2, 3, 4, 5, 6} , dan B = { 2, 3, 5, 7} , maka A  B = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 } , dan n {A  B} = 7 .

Hubungan dua himpunan A dan B


Ada empat kemungkinan hubungan antara himpunan A dan B seperti digambarkan dengan diagram Venn
berikut:

S S S S
A B A A
B A B   B 

(i) (ii) (iii) (iv)

Gb. (i) menyatakan B  A (B merupakan himpunan bagian (subset) dari A) atau


A memuat B ( A  B) (superset).
Gb. (ii) menyatakan A  B (A merupakan himpunan bagian dari B) atau B memuat A ( B  A) .
Gb. (iii) menyatakan himpunan A beririsan dengan himpunan B , A  B   .
Disebut juga himpunan A dan B tidak saling lepas .
Gb. (iv) menyatakan himpunan A tidak beririsan dengan himpunan B , A  B =  .
Disebut juga himpunan A dan B saling lepas (terpisah).

Banyaknya anggota A Gabung B


Pada kasus (i) , A  B = A , maka n (A  B) = n (A) .
Pada kasus (ii) , A  B = B , maka n (A  B) = n (B) .
Pada kasus (iii) , A  B = A + B – (A  B) , maka n (A  B) = n (A) + n (B) – n(A  B)
Pada kasus (iv) , A  B = A + B , maka n (A  B) = n (A) + n (B)
Rumus (i) s.d. (iv) cukup mudah dicerna dengan nalar kita, begitupun pembuktian rumus (iii).
n (A  B) = n (A) + n (B) – n(A  B)
Bukti:
Jika n (A) = x + y , n(B) = y + z , dan n(A  B) = y seperti pada diagram Venn berikut:

S
A
y B
x z

maka, n (A  B) = x + y + z
=x +y +y+z -y (teknik menambah dan mengurang)
= (x + y) + ( y + z) – y
= n (A) + n (B) – n(A  B) ( yang harus dibuktikan).

Contoh 3:
Seperti pada contoh 2, kita gunakan rumus (iii)
n (A  B) = n (A) + n (B) – n(A  B)
= 6 +4 - 3
= 7

I. Pengertian Ruang Sampel, Titik Sampel, dan Kejadian


Istilah peluang tak lepas dari adanya suatu peristiwa sebelumnya atau adanya suatu percobaan.
Seperti pernyataan-pernyataan berikut:
‘’Saya punya peluang setengahnya mendapatkan bilangan ganjil dalam lantunan sebuah dadu”
“Garry Kasparov mungkin memenangkan catur melawan Anatoly Karpov”
Dari dua pernyataan tersebut semua hasilnya masih diragukan, tetapi menurut pola percobaan atau
pengalaman sebelumnya, kita mempunyai derajat keyakinan mengenai kebenaran dua pernyataan
tersebut.
Dalam pembahasan toeri peluang untuk siswa SMP atau SMA ini , istilah peluang dapat diartikan
kemungkinan terjadinya suatu kejadian dari suatu percobaan terhingga.
Kemungkinan terjadinya suatu kejadian sebagai hasil dari suatu percobaan dinilai dengan menggunakan
sekumpulan bilangan real dari 0 sampai dengan 1.
Untuk kejadian yang kecil sekali kemungkinannya terjadi atau tidak mungkin terjadi diberi nilai 0 atau
peluangnya nol, sedangkan untuk kejadian yang kemungkinannya besar terjadi diberi nilai 1 atau
peluangnya 1.
Peluang suatu kejadian bernilai 0 disebut suatu kemustahilan, sedangkan peluang suatu kejadian
bernilai 1 disebut suatu kepastian, dan suatu kejadian bernilai diantara 0 dan 1 disebut suatu
kemungkinan.
Contoh 1
Percobaan : Melempar dadu bersisi enam
Hasil yang mungkin : muncul mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, atau 6
Contoh 2
Percobaan : Melempar sebuah mata uang logam
Hasil yang mungkin : muncul Gambar atau Angka

Dari Contoh 1 , pada percobaan melempar dadu bersisi enam


mata dadu 1, atau 2, atau 3, atau 4, atau 5, atau 6 disebut titik sampel.
Kumpulan semua titik sampel disebut Ruang Sampel (S) atau semua hasil yang mungkin .
Jika A adalah himpunan bagian dari Ruang Sampel (S) , maka A disebut Kejadian atau disebut juga
hasil yang dimaksud (diharapkan).
Untuk setiap titik sampel pada ruang sampel dikaitkan dengan suatu peluang sedemikian rupa sehingga
jumlah semua bobotnya sama dengan 1.
Untuk menentukan peluang suatu kejadian A, semua bobot titik sampel dalam A dijumlahkan.
Jumlah ini dinamakan peluang A ditulis P(A) .
Dengan demikian kisaran nilai peluang kejadian A atau P(A) mulai dari 0 s.d. 1 atau 0  P(A)  1 .

II. Pengertian Peluang Suatu Kejadian


Yang dimaksud peluang suatu kejadian adalah kemungkinan terjadinya kejadian tersebut.
Jika hasil yang mungkin dari suatu percobaan terjadi sebanyak n kali , dan diantara hasil yang mungkin
itu terjadi x kali kejadian A (hasil yang dimaksud), maka
x
P ( A )=
n

Contoh 3
Pada pelemparan suatu dadu, tentukanlah kemungkinan munculnya mata dadu 2 !
Jawab:
Hasil yang mungkin; mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, atau 6 , n = 6
Hasil yang dimasud ; 2 , x = 1
Jadi, P ( {2} ) = 1 / 6

Contoh 4
Pada pelemparan suatu dadu, tentukanlah kemungkinan munculnya mata dadu merupakan bilangan
prima !
Jawab:
Cara I
Hasil yang mungkin; mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, atau 6 , n = 6
Misalkan A : Kejadian munculnya mata dadu merupakan bilangan prima
Maka A = { 2, 3, 5} , dan x = n(A) = 3
Jadi, P ( A ) = 3 / 6 = 1/2

Cara II
Hasil yang dimaksud A = { 2, 3, 5}
Dengan menjumlahkan setiap bobot atau peluang setiap titik sampel anggota A
Karena dadu homogen artinya setiap mata dadu mempunyai kemungkinan muncul yang sama, maka
bobot setiap titik sampel anggota A , sama yaitu 1/6, sehingga
P (A) = 1/6 + 1/6 + 1/6 = 3/6 = 1/2

Contoh 5
Suatu dadu diberi beban sedemikian rupa sehingga kemungkinan munculnya suatu angka ganjil dua
kali lebih besar daripada kemungkinan munculnya suatu angka genap.
Tentukan peluang munculnya angka dadu kurang dari 5 dalam satu lantunan!
Jawab:
Ruang Sampel , S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, karena dadu tidak homogen atau diberi beban misalkan bobot
untuk angka genap b, maka bobot untuk angka ganjil 2b.
Karena jumlah semua bobot titik sampel dalam ruang sampel sama dengan 1, maka 3.b + 3(2b) = 1 atau
9b = 1, sehingga b = 1/9 . Jadi tiap angka genap berbobot 1/9 dan tiap angka ganjil berbobot 2/9.
Misalkan M adalah hasil yang dimaksud , maka M = { 1, 2, 3, 4}.
Jadi , P (M) = 2/9 + 1/9 + 2/9 + 1/9 = 6/9 = 2/3

Contoh 6
Dalam pelemparan dua dadu secara bersamaan, tentukan nilai kemungkinan muncul jumlah angka
kedua mata dadu sama dengan 7 !
Jawab:
Langkah awal susunlah semua hasil yang mungkin, dapat disusun dengan menggunakan tabel !

D A D U II
1 2 3 4 5 6
1 (1, 1) (1, 2) (1, 3) (1, 4) (1, 5) (1, 6)
DADU 2 (2, 1) (2, 2) (2, 3) (2, 4) (2, 5) (2, 6)
I 3 (3, 1) (3, 2) (3, 3) (3, 4) (3, 5) (3, 6)
4 (4, 1) (4, 2) (4, 3) (4, 4) (4, 5) (4, 6)
5 (5, 1) (5, 2) (5, 3) (5, 4) (5, 5) (5, 6)
6 (6, 1) (6, 2) (6, 3) (6, 4) (6, 5) (6, 6)
Banyaknya hasil yang mungkin sebanyak 36.
Hasil yang dimaksud yaitu jumlah angka mata dadu sama dengan 7.
Misalkan hasil yang dimaksud adalah A = { (1, 6), (2, 5), (3, 4), (4, 3), (5, 2), (6, 1) } , n(A) = 6
Maka P(A) = 6/36 = 1/36
Menentukan banyaknya hasil yang mungkin dari pelemparan dua dadu , kita dapat menggunakan
aturan perkalian . Yaitu, banyaknya pasangan (a, b) = 6 x 6 = 36 .

Contoh 7.1
Sebuah mata uang logam dilantunkan dua kali. Berpakah peluangnya paling sedikit muncul Angka
sekali?
Jawab:
Ruang sampel dari percobaan ini adalah , S = {AA, AG, GA, GG} , n(S) = 4
Jika C menyatakan kejadian paling sedikit satu angka muncul, maka C = { AA, AG, GA }, n(C) = 3
Sehingga P(C) = 3/4 .

Contoh 7.2
Sebuah mata uang dilantunkan tiga kali. Berpakah peluang nya paling sedikit muncul Gambar dua kali?
Jawab:
Ruang sampel dari percobaan ini adalah , S = {AAA, AAG, AGA, AGG,GAA, GAG, GGA, GGG}
Untuk menentukan semua hasil yang mungkin, kita dapat menggunakan diagram garis berikut:

Banyaknya hasil yang mungkin = 23 = 8


Karena hasil yang dimaksud munculnya gambar paling sedikit dua kali, maka
Hasil yang dimaksud ; { AGG, GAG, GGA, GGG}
Jadi, Peluang (munculnya gambar paling sedikit dua kali) = 4/8 = 1/2 .

III. Gabungan Dua Kejadian


Jika A dan B dua kejadian sembarang, maka
P (A  B) = P (A) + P (B) – P(A  B)

Contoh 8.1
Jika peluang seorang mahasiswa lulus mata ujian matematika 2/3, dan lulus mata ujian fisika 4/9.
Bila peluang lulus kedua mata ujian tersebut 1/4 , berapakah peluangnya lulus paling sedikit satu mata
ujian?
Jawab
Dari kalimat lulus paling sedikit satu mata ujian, kemungkinan ia lulus matematika, atau lulus fisika,
atau lulus kedua-keduanya.
Jika A kejadian lulus mata ujian matematika, dan B ; kejadian lulus mata ujian fisika, dan
A  B adalah kejadian lulus kedua-keduanya, sehingga
Peluang (lulus paling sedikit satu mata ujian) = P (A  B) = P (A) + P (B) – P(A  B)
= 2/3 + 4/9 - 1/4
= 31/36
Contoh 8.2
Pada pengetosan sebuah dadu sekali, berapakah peluang muncul mata dadu prima atau mata dadu
ganjil ?
Jawab:
Ruang sampel ; S ={1, 2, 3, 4, 5, 6}
Misalkan A; kejadian munculnya mata dadu merupakan bilangan prima, A = {2, 3, 5}, dan
B; kejadian munculnya mata dadu merupakan bilangan ganjil, B = {1, 3, 5} , dan
A  B = {3, 5} , maka kejadian munculnya matadadu prima atau ganjil adalah kejadian A B, sehingga,
P (A  B) = P (A) + P (B) – P(A  B)
= 3/6 + 3/6 - 2/6
= 4/6
= 2/3

IV. Peluang Dua Kejadian Saling Berkomplementer


A suatu kejadian, maka A’ adalah kejadian bukan A

Jika A dan A’ kejadian yang berkomplementer, maka P(A) + P(A’) = 1


Atau P(bukan A) = 1 – P(A) atau
P( A’) = 1 – P(A)
A’ dibaca komplemen dari A

Contoh 9.1
Jika peluang besok hujan 3/5, maka peluang besok tidak hujan = 1 – 3/5 = 2/5.
Jika kemungkinan seorang ibu melahirkan seorang anak laki-laki 1/2 , maka kemungkinan seorang ibu
melahirkan seorang anak perempuan = 1 – 1/ 2 = 1/ 2

Contoh 9.2
Bila peluang seorang montir mobil akan memperbaiki 3, 4, 5, 6, 7, atau 8 mobil lebih pada setiap hari
kerja, masing-masing 0,28 , 0,24, 0,14 , 0,17 , 0,10 , dan 0,07 , berapakah peluang bahwa dia akan
memperbaiki paling sedikit 5 mobil pada hari kerja berikutnya?
Jawab:
Dengan menghitung peluang kejadian yang tidak diharapkan.
Misalkan E adalah kejadian paling sedikit 5 mobil yang diperbaiki, dan
E’ adalah kejadian kurang dari 5 mobil yang diperbaiki, maka
P(E’) = 0,28 + 0,24 = 0,52 , sehingga
P(E) = 1 – P(E’) = 1 – 0,52 = 0,48

Dengan menghitung langsung peluang kejadian yang dimaksud


P(E) = 0,14 + 0,17 + 0,10 + 0,07 = 0,48

V. Kejadian Saling Lepas


Dua kejadian A dan B dikatakan saling lepas, Jika kedua kejadian itu tidak mungkin terjadi secara
serentak (bersamaan) atau A  B =  .

Jika kejadian A dan B Saling Lepas, maka P(A  B) = P(A) + P(B) (lihat diagram IV)

Contoh 10.1
Dalam pengetosan (pelemparan) sebuah dadu, berapakah peluang muncul angka ganjil atau genap?
Jawab:
Ruang sampel; S= {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Misalkan A kejadian miuncul angka ganjil, maka A= {1, 3, 5}
Misalkan B kejadian miuncul angka genap, maka B= {2, 4, 6}, maka
A  B adalah kejadian muncul angka ganjil atau genap sehingga ;
P(A  B) = P(A) + P(B)
= 3/6 + 3/6 = 1
Jadi, peluang munculnya angka ganjil atau angka genap pada pelantunan sebuah dadu adalah suatu
kepastian.

Contoh 10.2
Berapakah peluangnya mendapatkan jumlah 7 atau 11 , bila dua dadu dilantunkan bersamaan ?
Jawab:
Banyaknya anggota ruang sampel adalah 36.
Misalkan A kejadian muncul jumlah 7 dan B kejadian muncul jumlah 11, maka
A = { (1, 6), (2, 5), (3, 4), (4, 3), (5, 2), (6, 1) } sebanyak 6 titik sampel
B = { (5, 6), (6, 5)} sebanyak 2 titik sampel.
Kejadian A dan B saling lepas (terpisah) karena kejadian A dan B tidak dapat terjadi pada lantunan
yang sama, sehingga
P(A  B) = P(A) + P(B)
= 6/36 + 2/36 = 8/36 = 2/9
(Bandingkan contoh soal ini dengan contoh 8.2 lihat perbedaannya)

Contoh 10.3
Sebuah kartu diambil dari sebuah kartu bridge. Berapakah peluang terambilnya kartu spade (skop) atau
kartu berwarna merah?
Jawab:
Dalam satu kartu bridge ada sebanyak 52 kartu, jadi banyaknya semua titik sampel = 52.
Dalam satu kartu bridge terdiri dari 4 gambar yaitu, Heart, diamond, spade, dan club .
Istilah bahasa kita berturut-turut disebut : hati, wajik, skop dan keriting.
Dalam satu kartu bridge terdiri dari dua warna yaitu merah dan hitam, masing-masing 26 kartu
Warna merah untuk Hati dan Wajik , Sedangkan warna hitam untuk skop dan keriting.
Dari keempat gambar tersebut masing-masing bernomorkan 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10, dan bertuliskan A
(As) , K (King), Q,(Queen) dan J (Jack).
Dengan demikian jumlah kartu bridge = 4 x 13 = 52
Kembali ke persoalan:
Misalkan A kejadian terambilnya kartu skop , maka P(A) = 13/52
B kejadian terambilnya kartu berwarna merah, maka P(B) = 26/52 , sehingga
Peluang terambilnya kartu spade (skop) atau kartu berwarna merah = P( A  B)
Karena A  B =  , maka P(A  B) = P(A) + P(B)
= 13/52 + 26/52
= 39/52

VI. Kejadian Saling Bebas


Dua kejadian dikatakan Saling Bebas (independent), jika terjadinya salah satu dari kejadian itu atau
tidak terjadinya, tidak akan mempengaruhi terjadinya kejadian yang lain.
Jika A dan B merupakan dua kejadian saling bebas, maka terjadi atau tidak terjadinya kejadian A tidak
akan memperbesar atau memperkecil kemungkinan terjadinya kejadian B.

Misalnya, lahirnya seorang anak laki-laki sebagai anak pertama dari seorang ibu, tidak akan
mempengaruhi lahirnya anak laki-laki atau anak perempuan sebagai anak kedua dari ibu tersebut.

Jika A dan B dua kejadian saling bebas, maka


P(A dan B) = P(A) . P(B) , atau
P(A  B) = P(A) . P(B)

Contoh 11.1
Pada pelantunan sebuah dadu sebanyak dua kali, tentukan kemungkinan munculnya Gambar dua kali !
Jawab:
Pada lantunan pertama kemungkinan muncul gambar , atau P(G) = 1/2 , dan
Pada lantunan kedua kemungkinan muncul gambar , atau P(G) = 1/2 , sehingga
P(muncul Gambar dua kali) = 1/2 . 1/2 = 1/4 .

Contoh 11.2
Dalam pelemparan dua dadu, tentukanlah kemungkinan muncul angka 3 pada dadu pertama, dan
muncul angka 4 pada dadu kedua !
Jawab:
Cara I
Dengan menghitung peluang masing-masing
Hasil yang mungkin ditunjukkan pada tabel di atas lihat contoh 6 !
Misalkan A kejadian muncul angka 3 pada dadu I, maka P(A) = 6/36 = 1/6, dan
B kejadian muncul angka 4 pada dadu II , maka P(B) = 6/36 = 1/6 .
Karena kejadian A dan B, saling bebas maka
P(A  B) = P(A) . P(B)
= 1/36 . 1/36
= 1/36

Cara II
Dengan menentukan banyaknya anggota (A  B)
Banyaknya anggota ruang sampel , n ( S) = 36
A = { (3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6)}
B = { (1, 4), (2, 4), (3, 4), (4, 4), (5, 4), (6, 6)}
A  B = { (3, 4)} , maka n (A  B) = 1 , sehingga
P(A  B) = n (A  B) / n(S) = 1/36 (diperoleh hasil yang sama).

VII. Kejadian Tak Bebas


Dua kejadian dikatakan “ Tidak Bebas” , jika terjadinya salah satu dari kejadian itu atau tidak
terjadinya, akan mempengaruhi terjadinya kejadian yang lain.
Jika A dan B merupakan dua kejadian tidak bebas, maka terjadi atau tidak terjadinya kejadian A
akan memperkecil atau memperbesar kemungkinan terjadinya kejadian B.
Misalnya:
Di dalam sebuah kotak terdapat 4 bola merah, dan 3 bola putih.
Jika diambil satu bola, maka kemungkinan terambinya bola merah adalah 4/7 , dan terambilnya bola
putih 3/7.
Tetapi jika diambil dua bola satu persatu tanpa pengembalian, misalkan pada pengambilan bola
pertama diharapkan bola merah, maka kemungkinannya 4/7 . Berarti di dalam kotak sekarang
tersisa 3 bola merah dan 3 bola putih dan jika pada pengambilan kedua diharapkan terambil bola
putih , maka kemungkinannya sudah menjadi 3/6.
Dengan demikian pengambilan pertama mempengaruhi kemungkinan pengambilan kedua.
Nilai kemungkinan kejadian tak bebas disebut juga Peluang Bersyarat.

Jika kejadian A dan B merupakan dua kejadian tak bebas, maka terjadinya dua kejadian itu
terjadi secara serentak mempunyai kemungkinan:
P(A dan B) = P(A) . P(B|A)
P(B|A) artinya kejadian B setelah kejadian A terjadi.

Contoh 12.1
Di dalam sebuah kotak terdapat dua bola merah dan tiga bola putih. Jika diambil dua bola satu
persatu tanpa pengembalian, berapakah kemungkinan terambilnya bola merah pada pengambilan
pertama dan bola putih pada pengambilan kedua?
Jawab:
Cara I:
Jumlah bola di dalam kotak = 5
Jumlah bola merah = 2, jumlah bola putih = 3.
Misalkan A kejadian terambilnya bola merah pada pengambian pertama, maka P(A) = 2/5.
Misalkan B kejadian terambilnya bola putih pada pengambian kedua, maka P(B|A) = 3/4.
Maka, P(A dan B) = P( A  B) = P(A) . P(B|A)
= 2/5 . 3/4 = 3/10
Jadi, peluang terambilnya bola merah pada pengambilan pertama dan bola putih pada pengambilan
kedua adalah 3/10.

Cara II:
Masing-masing bola kita bedakan
2 bola merah kita sebut ; M1 dan M2
3 bola putih kita sebut ; P1 , P2 , dan P3.
Tentukan hasil yang mungkin (dalam hal ini urutan diperhatikan)
Hal ini merupakan permutasi 2 unsur dari 5 unsur berbeda, sehingga
Semua hasil yang mungkin sebanyak
5! 5 ! 5 × 4 ×3 !
P52= = = =20titik sampel
(5−2)! 3 ! 3!

Hasil yang diharapkan;


H= { (M1, P1), (M1, P2), (M1, P3), (M2, P1), (M2, P2), (M2, P3) }, ada sebanyak 2 x 3 = 6
(ingat banyaknya pasangan berurutan atau aturan perkalian)
Jadi,
P (terambilnya bola merah pada pengambilan pertama dan bola putih pada pengambilan kedua)=
6/20 = 3/10.
Tampak walaupun diperoleh hasil yang sama, cara I lebih sederhana. Tetapi cara II memperluas
pemahaman kita tentang prinsif-prinsif sebelumnya (penulis).
Contoh 12.2
Sebuah kotak berisi 4 bola merah dan 6 bola hitam. Jika diambil dua bola satu-persatu dengan tidak
mengembalikan pengambilan pertama ke dalam kotak. Berapakah peluang bahwa kedua
pengambilan mendapatkan bola merah.
Jumlah bola = 10, dan jumlah bola merah = 4.
Misalkan, A kejadian terambilnya bola merah pertama, maka P(A) = 4/10
Dan B kejadian terambilnya bola merah kedua, maka P(B|A) = 3/9 . sehingga
P( A dan B) = P(A) . P(B|A)
= 4/10 . 3/9 = 2/15

Contoh 12.3
Sebuah kotak berisi 4 kelereng berwarna putih dan 2 kelereng berwarna merah. Dua buah kelereng
diambil satu persatu dengan tidak mengembalikan setiap kelereng yang diambil dari kotak tersebut.
Berapakah kemungkinannya bahwa;
a. kedua kelereng itu berwarna merah
b. kedua kelereng itu berwarna sama
c. paling sedikit satu kelereng berwarna putih
Jawab:
a. P(merah, merah) = 2/6 . 1/5 = 1/15
b. Kedua kelereng itu berwarna sama, hasil yang dimaksud (merah, merah) atau (putih, putih),
sehingga, P (kedua kelereng itu berwarna sama) = 1/15 + 4/6 . 3/5 = 1/15 + 2/5 = 7/15
c. Peluang paling sedikit satu kelereng berwarna putih = 1 – 1/15 = 14/15
(kaidah komplemen lihat contoh 9.1) perhitungan seperti ini lebih mudah daripada menghitung
lansung peluang kejadian yang diharapkan yaitu paling sedikit satu kelereng berwarna putih.
Simak uraian berikut:
Banyak anggota ruang sampel sebanyak ;
6!
P62= =6 × 5=30 titik sampel
4!
Kejadian kedua kelereng berwarna merah = { (M1, M2 ), (M2, M1 ) sebanyak 2 titik sampel,
Jadi, kejadian paling sedikit satu kelereng berwarna putih sebanyak 30 – 2 = 28 titik sampel,
sehingga, peluang terambilnya dua kelereng dengan paling sedikit satu kelereng berwarna putih
adalah 28/30 = 14/15.

Untuk lebih memahami kejadian tak bebas (bersyarat) dan kejadian saling lepas , simak contoh
berikut!

Contoh 12.4
Suatu kotak berisi 4 bola merah dan 3 bola putih, sedangkan kotak kedua berisi 3 bola merah dan 5
bola putih. Satu bola diambil dari kotak pertama secara acak kemudian dengan tanpa melihat
dimasukkan ke dalam kotak kedua. Selanjutnya berapa peluangnya pengambilan satu bola dari kotak
kedua diharapkan bola putih?
Jawab:
Misalkan;
M1 kejadian terambilnya bola merah dari kotak pertama
P1 kejadian terambilnya bola putih dari kotak pertama
P2 kejadian terambilnya bola putih dari kotak kedua
Untuk memudahkan kita dapat membuat diagram garis berikut:
Dalam soal ini kita ingin mengetahui gabungan kejadian (P1  P2) dan (M1  P2) yang saling lepas.

Jadi, P ¿
¿ P ( P1 ) . P ( P2∨P1 ) + P ( M 1 ) . P ( P2∨M 1 )

¿( )( ) ( )( )
3 6
7 9
+
4 5 38
=
7 9 63

Jadi peluang terambilnya bola putih dari kotak kedua adalah 38/63 .

Demikian teori peluang yang penulis rasa cukup untuk siswa SMP /SMA dan semoga dapat
dipahami.

LATIHAN SOAL PELUANG DAN KUNCI JAWABAN

1. Dalam pelemparan 3 mata uang logam secara bersamaan, tentukan kemungkinan munculnya tepat
dua Angka !
2. Jika seorang ibu mempunyai dua anak, berapakah kemungkinannya bahwa ibu tersebut mempunyai
dua anak perempuan?
3. Berapa banyaknya semua titik sampel untuk pelemparan sebuah mata uang logam sebanyak tiga kali ?
4. Jika seorang ibu mempunyai dua anak, berapakah kemungkinannya bahwa ibu tersebut mempunyai
anak laki-laki?
5. Sebuah mata uang logam dan sebuah dadu dilempar bersama-sama. Tentukan nilai kemungkinan
munculnya Gambar dan mata dadu yang merupakan bilangan kuadrat !
6. Jika kemungkinan turunya hujan 1/3. Berapakah kemungkinan munculnya angka 6 pada pelemparan
sebuah dadu pada waktu hujan?
7. Sebuah kotak berisi dua bola merah dan tiga bola biru. Dari dalam kotak tersebut diambil dua bola
sekaligus, tentukanlah peluang terambilnya dua bola berwarna sama?
8. Hitunglah terjadinya kejadian munculnya angka kurang dari enam dari pelemparan sebuah dadu yang
serentak dengan terjadinya kejadian munculnya dua angka genap pada pelemparan dua dadu yang
lain!
9. Pada pelemparan sebuah dadu, tentukan peluang munculnya angka ganjil atau angka yang merupakan
bilangan kuadrat?
10. Pada pelemparan sebuah dadu, tentukan peluang munculnya angka yang merupakan bilangan prima
atau bilangan komposit? (bilangan komposit adalah bilangan asli yang mempunyai lebih dari 2 faktor)
11. Pada pelemparan sebuah dadu, tentukan peluang munculnya angka yang merupakan bilangan prima
atau angka yang merupakan bilangan kuadrat?
12. Seorang ibu mempunyai dua anak laki-laki dan dua perempuan. Jika 3 orang anaknya sudah sekolah,
maka berapakah kemungkinan ketiga anak tersebut dua laki-laki satu perempuan?
13. Seorang dosen mempunyai 3 orang asisten. Berapakah kemungkinannya ketiga asisten dosen tersebut
perempuan?
14. Dari 15 butir telur yang dijual terdapat 5 butir yang busuk. Seorang ibu membeli 3 telur tanpa memilih.
Berapa kemungkinannya bahwa;
a. Ketiga telur itu baik
b. Ketiga telur itu busuk
c. Dua baik dan satu busuk.
15. Dua dadu dilantunkan dua kali. Berapakah peluangnya muncul angka berjumlah 7 dan berjumlah 11
dalam dua kali lantunan?
16. Sebuah dadu dibebani sedemikian rupa sehingga kemungkinan munculnya angka genap dua kali lebih
besar dari kemungkinan munculnya angka ganjil. Jika L menyatakan kejadian munculnya angka
kurang dari 5, hitunglah P (L) !
Kunci Jawaban:
1. P( muncul tepat dua angka) = 3/8
2. P(PrPr) = 1/3
3. Ada 23 = 8 titik sampel
4. P (punyai anak laki-laki) = 2/3
5. P ( muncul G dan angka kuadrat) = 1/2 . 2/6 = 1/6
6. P (muncul 6 pada waktu hujan) = 1/3 . 1/6 = 1/18
7. P ( terambilnya dua bola berwarna sama) = 4/10 = 2/5
8. 5/6 . 9/36 = 5/24
9. 3/6 + 2/6 – 1/6 = 4/6 = 2/3
10. 3/6 + 2/6 = 5/6
11. 3/6 + 2/6 = 5/6
12. 2/4 = 1/2
13. 1/8
14. a. P (ketiga telur baik ) = 24/91
b. P (ketiga telur busuk ) = 2/91
c. P (dua baik dan satu busuk) = 45/91
15. (1/6 . 1/18) + (1/6 . 1/18) = 1/54
16. P (L) = 1/9 + 2/9 + 1/9 + 2/9 = 6/9 =2/3

Anda mungkin juga menyukai