Anda di halaman 1dari 7

MATERI PELUANG 2:

Materi Pembelajaran II

A. Percobaan, Ruang Sampel, dan Peluang Suatu Kejadian


Teori peluang merupakan bagian dari statistika yang mempelajari tentang percobaan acak. Teori
peluang juga mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu lainnya seperti teori
atom, teori mekanika kuantum, teori redioaktivitas, dan juga banyak penerapannya dalam bidang
antropologi, pertanian, transportasi, ekonomi, asuransi, dan lain-lain.

1. Percobaan, Ruang Sampel, dan Kejadian


Percobaan atau eksperimen adalah suatu kegiatan yang dapat memberikan beberapa kemungkinan.
Misal pada pelemparan sebuah dadu, hasil yang mungkin adalah munculnya mata dadu 1, 2, 3, 4, 5,
atau 6. Jika hasil yang mungkin ini kita himpun, maka akan diperoleh himpunan {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Himpunan ini disebut ruang sampel.
Ruang sampel adalah himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan, dan
dilambangkan dengan huruf S.
Anggota dari ruang sampel disebut titik sampel dan banyak titik sampel dilambangkan dengan
n(S).
Himpunan bagian dari ruang sampel disebuat dengan kejadian atau peristiwa dan dinotasikan
dengan E. Misalnya, pada contoh di atas, kejadian munculnya mata dadu ganjil adalah {1, 3, 5}.
Himpunan kosong yang dinotasikan dengan { }, dan S adalah himpunan bagian dari ruang sampel,
sehingga keduanya merupakan suatu kejadian. { } disebut kejadian yang tak mungkin (mustahil) dan
S disebut kejadian pasti. Contohnya pada pelemparan mata dadu, kejadian munculnya mata dadu 7
adalah kejadian mustahil dan kejadian munculnya mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, atau 6 adalah kejadian yang
pasti.

Contoh:
1) Sebuah uang logam dilemparkan sekali, tentukan:
a. Ruang sampel, c. Contoh kejadian yang mustahil,
b. Titik sampel, d. Kejadian yang pasti.
Penyelesaian:
Uang logam terdiri atas dua sisi yaitu sisi angka (A) dan gambar (G).
a. Ruang sampel S = {A, G},
b. Titik sampelnya yaitu A dan G,
c. Kejadian mustahilnya adalah munculnya angka dan gambar secara bersamaan,
d. Kejadian pastinya adalah munculnya angka atau gambar.
2) Dua dadu dilempar bersamaan, tentukan:
a. Ruang sampel, c. Kejadian munculnya mata dadu berjumlah tujuh,
b. Banyak titik sampel, d. Kejadian munculnya mata dadu sama.
Penyelesaian:
a. Ruang sampel dari pelemparan dua buah dadu secara bersamaan, diperlihatkan tabel berikut:
dadu 2
1 2 3 4 5 6
dadu 1
(1, (1, (1, (1, (1,
1 (1, 1)
2) 3) 4) 5) 6)
(2, (2, (2, (2, (2,
2 (2, 1)
2) 3) 4) 5) 6)
(3, (3, (3, (3, (3,
3 (3, 1)
2) 3) 4) 5) 6)
(4, (4, (4, (4, (4,
4 (4, 1)
2) 3) 4) 5) 6)
(5, (5, (5, (5, (5,
5 (5, 1)
2) 3) 4) 5) 6)
(6, (6, (6, (6, (6,
6 (6, 1)
2) 3) 4) 5) 6)

b. Titik sampel dari percobaan tersebut ada 36.


c. Kejadian munculnya mata dadu berjumlah tujuh adalah {(1, 6), (2, 5), (3, 4), (4, 3), (5, 2),
(6, 1)}.
d. Kejadian munculnya mata dadu sama adalah {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4), (5, 5), (6, 6)}.

2. Peluang Suatu Kejadian


Misalkan suatu percobaan mempunyai ruang sampel yang berhingga banyaknya dan setiap titik
sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk muncul, maka peluang kejadian A dinyatakan
dengan:
n ( A)
P ( A) =
n (S )

Dengan:
P(A) = peluang kejadian A,
n(A) = banyaknya anggota dalam kejadian A,
n(S) = banyaknya titik sampel.
Peluang suatu kejadian nilainya berkisar antara 0 dan 1, ditulis 0 ≤ P(A) ≤ 1. Peluang berkejadian
berniali 0 untuk suatu kejadian mustahil dan berniali 1 untuk kejadian yang pasti.
Contoh:
1) Dalam pelemparan sebuah dadu, tentukan peluang:
a. Muncul mata dadu 2,
b. Muncul mata dadu genap,
c. Muncul mata dadu prima.
Penyelesaian:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan n(S) = 6
a. Misal A = kejadian muncul mata dadu 2, maka A = {2} dan n(A) = 1.
Peluang munculnya mata dadu 2 adalah:
n ( A) 1
P ( A) = =
n (S ) 6
b. Misal B = kejadian muncul mata dadu genap, maka B = {2, 4, 6} dan n(B) = 3.
Peluang munculnya mata dadu genap adalah:
n ( A) 3 1
P ( A) = = =
n (S ) 6 2
c. Misal C = kejadian muncul mata dadu prima, maka C = {2, 3, 5} dan n(C) = 3.
Peluang munculnya mata dadu prima adalah:
n ( A) 3 1
P ( A) = = =
n (S ) 6 2
2) Sebuah kotak berisi 5 bola putih dan 3 bola merah. Dari kotak itu diambil sebuh bola acak. Berapa
peluang terambilnya:
a. Sebuah bola putih,
b. Sebuah bola merah.
Penyelesaian:
Jumlah semua bola ada 8, sehingga n(S) = 8.
a. Misal A = kejadian terambilnya bola putih, maka n(A) = 5.
Peluang terambilnya sebuah bola putih adalah:
n ( A) 5
P ( A) = =
n (S ) 8
b. Misal B = kejadian terambilnya bola merah, maka n(B) = 3.
Peluang terambilnya sebuah bola merah adalah:
n (B) 3
P ( A) = =
n (S ) 8
3) Sebuah kotak berisi 10 kelereng, 6 berwarna merah, dan 4 berwarna biru. Dari kotak itu akan
diambil 3 kelereng secara acak. Tentukan peluang terambilnya:
a. Semua kelereng merah,
b. Semua kelereng biru,
c. 2 kelereng merah dan 1 kelereng biru,
d. 1 kelereng merah dan 2 kelereng biru.
Penyelesaian:
Dari 10 kelereng, diambil 3 kelereng. Banyaknya cara pengambilan tersebut adalah:
10 ! 10 . 9 . 8 . 7 !
C 10 = = = 120 cara, maka n(S) = 120.
3

3! (10 − 3 )! 3 . 2 . 1 . 7!
a. Misal A = kejadian terambilnya 3 kelereng merah.
Diambil 3 kelereng merah dari 6 kelereng merah, banyaknya cara pengambilan adalah:
6! 6 . 5 . 4 . 3!
C6 = = = 20 cara, maka n(A) = 20.
3

3! ( 6 − 3 )! 3 . 2 . 1 . 3!
Jadi, peluang terambilnya semua kelereng berwarna merah adalah:
n ( A) 20 1
P ( A) = = =
n (S ) 120 6
b. Misal B = kejadian terambilnya 3 kelereng biru.
Diambil 3 kelereng biru dari 4 kelereng biru, banyaknya cara pengambilan adalah:
4! 4 . 3!
C4 = = = 4 cara, maka n(B) = 4.
3

3! ( 4 − 3 )! 3! . 1
Jadi, peluang terambilnya semua kelereng berwarna biru adalah:
n (B) 4 1
P(B) = = =
n (S ) 120 30
c. Misal C = kejadian terambilnya 2 kelereng merah dan 1 kelereng putih.
Diambil 2 kelereng merah dari 6 kelereng merah, banyaknya cara pengambilan adalah:
6! 6 . 5 . 4!
C6 = = = 15 cara.
2

2! ( 6 − 2 )! 2 . 1 . 4!
Diambil 1 kelereng biru dari 4 kelereng biru, banyaknya cara pengambilan adalah:
4! 4 . 3!
C4 = = = 4 cara.
1

1! ( 4 − 1 )! 1 . 3!
Jadi, banyak cara pengambilan 2 kelereng merah dan 1 kelereng biru adalah 15 × 4 = 60 cara,
sehingga n(C) = 60.
Dengan demikian terambilnya 2 kelereng merah dan 1 kelereng biru adalah:
n (C ) 60 1
P (C ) = = = .
n (S ) 120 2
d. Misal D = kejadian terambilnya 1 kelereng merah dan 2 kelereng putih.
Diambil 1 kelereng merah dari 6 kelereng merah, banyaknya cara pengambilan adalah:
6! 6 . 5!
C6 = = = 6 cara.
1

1! ( 6 − 1 )! 1 . 5!
Diambil 2 kelereng biru dari 4 kelereng biru, banyaknya cara pengambilan adalah:
4! 4 . 3 . 2!
C4 = = = 6 cara.
2

2! ( 4 − 2 )! 2 . 1 . 2!
Jadi, banyak cara pengambilan 1 kelereng merah dan 2 kelereng biru adalah 6 × 6 = 36 cara,
sehingga n(D) = 36.
Dengan demikian terambilnya 1 kelereng merah dan 2 kelereng biru adalah:
n (D ) 36 3
P(D ) = = = .
n (S ) 120 10

3. Frekuensi Harapan
Dalam pelemparan sebuah uang logam, peluang munculnya angka adalah 1 . Dengan demikian,
2

untuk 10 kali pelemparan, kemungkinan munculnya angka adalah 1 × 10 = 5 kali. Untuk 24 kali
2
pelemparan, kemungkinan munculnya angka adalah 1 × 24 = 12 kali . Hasil ini merupakan harapan
2

dari munculnya sisi angka bila dilakukan pelemparan sebanyak n kali. Banyaknya kemunculan yang
diharapkan dalam suatu percobaan tersebut dinamakan frekuensi harapan.
Frekuensi harapan suatu kejadian, dinotasikan dengan Fr, pada percobaan yang dilakukan n kali
adalah hasil kali peluang kejadian tersebut dengan banyaknya percobaan.

Fr (A) = P(A) .
n
Contoh:
1) Bila sebuah dadu dilempar 300 kali, berapa frekuensi harapan munculnya mata dadu 5?
Penyelesaian:
Peluang munculnya mata dadu 5 adalah:
1
Fr(5) = P(5) . n = × 300 = 50.
6
Jadi, frekuensi harapan munculnya mata dadu 5 adalah 50.
2) Peluang seorang anak terkena penyakit polio adalah 0,01. Dari 8.000 orang anak, berapa kira-kira
yang terjangkit penyakit polio?
Penyelesaian:
P(kena polio) = 0,01. Diketahui n = 8.000
Fr (A) = P(kena polio) . n = 0,01 . 8.000 = 80
Jadi, dari 8.000 anak, diperkirakan ada 80 anak yang terkena penyakit polio.
B. Kejadian Majemuk
Beberapa kejadian dapat dikombinasikan untuk menghasilkan suatu kejadian baru, kejadian baru
ini disebut kejadian majemuk. Dua notasi yang biasa digunakan untuk mengkombinasikan beberapa
kejadian adalah notasi “  ” dan “  ”. Misal terdapat kejadian A dan kejadian B, maka:
a. A  B adalah kejadian A dan B
Misalkan dua dadu dilempar bersama-sama sekali. Misal kejadian A adalah kejadian munculnya
mata dadu satu pada dadu pertama dan kejadian B adalah kejadian munculnya mata dadu tiga pada
dadu kedua, maka A  B adalah kejadian munculnya mata dadu satu pada dadu pertama dan mata
dadu tiga pada dadu kedua.
b. A  B adalah kejadian A atau kejadian B, atau kedua-duanya.
Misalnya, sebuah koin dan sebuah dadu dilempar secara bersama satu kali. Misal kejadian A adalah
kejadian munculnya angka pada koin dan kejadian B adalah kejadian munculnya mata dadu 5 pada
dadu. Maka A  B menyatakan munculnya angka pada koin atau mata dadu 5 pada dadu, atau
keduanya.
1. Kejadian Saling Lepas
Bila dua kejadian tidak dapat terjadi secara bersamaan maka dua buah kejadian itu dikatakan
saling lepas (matually exclusive) atau saling lepas (disjoint).
Contohnya pada pelemparan sekali sebuah uang logam, kejadian munculnya gambar dan
kejadian munculnya angka tida dapat terjadi secara bersamaan, maka kejadian tersebut saling lepas.
Peluang kejadian A dan B pada percobaan yang sama dirumuskan sebagai berikut:

P(A  B) = P(A) + P(B) – P(A  B)


Pada dua kejadian yang saling lepas (A  B) =  . Sehingga, peluang dua kejadian A dan B yang
saling lepas adalah:

P(A  B) = P(A) + P(B)

Contoh:
1) Dalam pelemparan dua dadu, tentukan peluang munculnya mata dadu berjumlah 4 atau 10.
Penyelesaian:
Diketahui: n(S) = 36
Misalkan A = kejadian munculnya mata dadu yang berjumlah 4.
A = {(1, 3), (2, 2), (3, 2)}, maka n(A) = 3.
n( A) 3 1
Jadi, P(A) = = =
n(S ) 36 12
Misalkan B = kejadian munculnya mata dadu yang berjumlah 10.
B = {(4, 6), (5, 5), (6, 1)}, maka n(A) = 3.
n(B ) 3 1
Jadi, P(B) = = =
n(S ) 36 12
Jiak kedua dadu berjumlah 4, maka tidak mungkin sekaligus berjumlah 10. Sehingga A  B =
ϕ, berarti A dan B adalah kejadian saling lepas.
1 1 1
Jadi, peluang A atau B adalah P(A  B) = P(A) + P(B) = + = .
12 12 6
2) Sebuah kartu diambil secara acak dari separangkat kartu bridge. Berapa peluang terambilnya
kartu As atau kartu berwarna hitam?
Penyelesaian:
n(S) = 52
Misalkan A = kejadian terambilnya kartu As, maka n(A) = 4.
n( A) 4 1
Jadi, P(A) = = = .
n(S ) 52 13
Misalkan B = kejadian terambilnya kartu berwarna hitam, maka n(B) = 26.
n(B ) 26 1
Jadi, P(B) = = = .
n(S ) 52 2
Karena ada dua kartu As yang berwarna hitam, maka A  B ≠ ϕ. Berarti A dan B adalah kejadian
tidak saling lepas.
2
n(A  B) = 2, maka P(A  B) = .
52
Jadi, peluang A dan B adalah:
4 26 2 28 7
P(A  B) = P(A) + P(B) – P(A  B) = + − = =
52 52 52 52 13
2. Kejadian Saling Bebas
Dua kejadian dikatakan saling bebas jika kejadian yang satu tidak mempengaruhi kejadian yang
lain.
Misalnya sekeping uang logam dan sebuah dadu dilempar sekali. Kejadian munculnya sisi angka
pada uang logam dan kejadian munculnya mata 3 pada dadu adalah dua kejadian yang tidak saling
mempengaruhi. Peluang dua kejadian A dan B yang saling bebas adalah:

P(A  B) = P(A) . P(B)

Contoh:
Sebuah dadu dilempar dua kali. Berapa peluang munculnya mata dadu 3 pada pelemparan pertama
dan mata dadu 5 pada pelemparan kedua?
Penyelesaian:
n(S) = 6
Misalkan A = kejadian munculnya mata dadu 3 pada pelemparan pertama,
n( A) 1
→ n(A) = 1, maka P(A) = =
n(S ) 6
Misalkan B = kejadian munculnya mata dadu 5 pada pelemparan kedua,
n(B ) 1
→ n(B) = 1, maka P(B) = =
n(S ) 6
Karena kejadian munculnya mata dadu 3 pada pelemparan pertama dan munculnya mata dadu 5 pada
pelemparan kedua tidak saling mempengaruhi kejadian satu dengan lainnya, maka kejadian itu saling
bebas.
1 1 1
Jadi, peluang A dan B adalah P(A  B) = P(A) . P(B) = . = .
6 6 36

Anda mungkin juga menyukai