Anda di halaman 1dari 47

KONSEP

DASAR PROBABILITAS
A. PENDAHULUAN

Bilangan Faktorial
Bila n bilangan bulat, maka bilangan faktorial
ditulis sebagai n! dan didefenisikan sebagai:

n! = n(n-1)(n-2)...3.2.1
0! = 1
1! = 1
A. PENDAHULUAN

Permutasi (P)
Susunan-susunan yg dibentuk dr anggota-
anggota suatu himpunan dengan mengambil
seluruh atau sebagian anggota himpunan dan
memberi arti pada urutan anggota dari masing-
masing susunan tersebut.

n Pr = n!

(n-r)!
Contoh:
Suatu himpunan beranggotakan a, b, dan c. Bila
diambil satu, berapa banyak susunan yang dapat
diperoleh?
Jawab:

3 P1 = 3! = 3! = 3 susunan
(3-1)! 2!
PENDAHULUAN

Kombinasi (C)
Susunan-susunan yang dibentuk dari anggota-
anggota suatu himpunan dengan mengambil
seluruh atau sebagian anggota himpunan tanpa
memberi arti pada urutan anggota dari masing-
masing susunan tersebut.

n n!
nCr =   =
r r!(n  r )!
Contoh:
Ada 4 orang bernama A, B, C, dan D? bila dipilih
dua orang. Ada berapa banyak pilihan yang
diperoleh?
Jawab:
C2 =
4 4 = 4! = 6 pilihan
2 2! 2!

( AB, AC, AD, BC, BD, CD )


B. KONSEP DASAR PELUANG

Perumusan Klasik
Jika kejadian E terjadi dalam n cara dari seluruh
N cara yang mungkin terjadi, dan masing-
masing cara itu mempunyai kesempatan atau
kemungkinan yang sama untuk muncul, maka:

P(E) = n
N
Contoh:
Hitunglah peluang memperoleh kartu hati bila
sebuah kartu diambil secara acak dari seperangkat
kartu bridge lengkap?
Jawab:
Jumlah seluruh kartu = N = 52
Jumlah kartu hati = n = 13
Misalkan E = kejadian munculnya kartu hati.
Semua kartu kartu hati memiliki kemungkinan yg
sama untuk muncul, maka:
P(E) = n/N = 13/52
B. KONSEP DASAR PELUANG

Perumusan dengan Frekuensi Relatif


Jika kejadian E terjadi sebanyak f kali dari
keseluruhan pengamatan sebanyak n, di mana n
mendekati tak terhingga (n  ∞), maka
probablitias kejadian E dirumuskan:

P(E) = lim f
n∞ n
Contoh:
Dari 100 mahasiswa yang mengikuti ujian statistik,
distribusi frekuensi nilai mahasiswa:

Nilai X 45 55 65 75 85 95
Frekuensi (f) 10 15 30 25 15 5

Berapa peluang mahasiswa memperoleh nilai 85?


Jawab:
P(E) = P(X=85) = 15/100 = 0,15
C. RUANG SAMPEL & KEJADIAN

Ruang Sampel
Kumpulan (himpunan) dari semua hasil yang
mungkin muncul atau terjadi pada suatu
percobaan statistik, dilambangkan himpunan
S.
S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6}

Anggota-anggota dari himpunan S disebut


titik sampel.
Mencacah titik sampel
Menentukan banyaknya titik sampel (note: tanpa
mendaftarkan unsur-unsurnya) dalam ruang sampel
dapat dilakukan dengan:
1.Kaidah penggandaan

Bila suatu operasi/percobaan dapat dilakukan


dalam n1 cara, dan bila untuk setiap cara tersebut
operasi kedua dapat dilakukan dalam n2 cara, maka
kedua operasi tersebut secara bersama-sama
dapat dilakukan dalam:
n1n2 cara.
Contoh:
Bila sepasang dadu dilemparkan sekali, berapa
banyak titik sampel dalam ruang sampel?
Jawab:

Dadu 1 ~ mendarat dalam 6 cara


Dadu 2 ~ mendarat dalam 6 cara
Maka:
Sepasang dadu akan mendarat dalam:

n1n2  6.6 = 36 cara


2. Kaidah penggandaan umum
Bila suatu operasi/percobaan dapat dilakukan
dalam n1 cara, bila untuk setiap cara tersebut
operasi kedua dapat dilakukan dalam n2 cara,
dan bila untuk setiap pasang dua cara yang
pertama operasi ketiga dapat dilakukan dalam
n3 cara, dan demikian seterusnya, maka k
operasi dalam urutan tersebut dapat dilakukan
dalam:
n1n2 .....nk cara.
Contoh:
Berapa banyak menu makan yang terdiri atas
(sup, sandwich, desert, dan minuman) yang dapat
dipilih dari 4 macam sup, 3 jenis sandwich, 5
desert, dan 4 minuman?
Jawab:

Macam menu makan siang:

n1n2 n3n4  4.3.5.4 = 240 cara


C. RUANG SAMPEL & KEJADIAN

Kejadian/Peristiwa/Event
Kumpulan (himpunan) dari hasil yang muncul
atau terjadi pada suatu percobaan statistik,
dilambangkan himpunan A.
S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6}
A={2}
AS
Anggota-anggota dari himpunan A disebut titik
sampel.
C. RUANG SAMPEL & KEJADIAN

Hubungan Kejadian A dengan Ruang Sampel S

S A
AS

Konsep Peluang Teori Himpunan


Ruang sampel S Himpunan semesta S
Kejadian A Himpunan bagian A
Titik sampel Anggota himpunan
C. RUANG SAMPEL & KEJADIAN

Peluang Kejadian A
Bila kejadian A terjadi dalam m cara pada ruang
sampel S yang terjadi dalam n cara, maka:

n( A) m
P(E) = =
n( S ) n
Contoh:
Pada pelemparan sebuah dadu, berapakan
peluang kejadian A yang menyatakan munculnya
muka dadu genap pada S?
Jawab:

Anggota kejadian A = {2,4,6}, sehingga peluang


kejadian A adalah:

P(A) = 3/6 = 0,5


D. SIFAT-SIFAT PELUANG
KEJADIAN A

Sifat 1
0 < P(A) < 1

A merupakan himpunan bagian dari S, yaitu


A  S, maka banyaknya anggota A selalu lebih
sedikit dari banyaknya anggota S, yaitu
n(A) ≤ n(S), sehingga:

0 < n(A) < 1 atau 0 < P(A) < 1


n(S)
D. SIFAT-SIFAT PELUANG
KEJADIAN A

Sifat 2

Dalam hal A = , himpunan kosong, artinya A


tidak terjadi pada S, maka n(A) = 0, sehingga:

P(A) = n(A) = 0 = 0
n(S) n

P(A) = 0, dikatakan kejadian yang mustahil


terjadi.
D. SIFAT-SIFAT PELUANG
KEJADIAN A

Sifat 3
Dalam hal A = S, maksimum banyaknya anggota
A sama dengan banyaknya anggota S, maka
n(A) = n(S) = n, sehingga:

P(A) = n(A) = n = 1
n(S) n

P(A) = 1, dikatakan kejadian yang pasti terjadi.


D. SIFAT-SIFAT PELUANG
KEJADIAN A

Bila sifat 1, 2 dan 3 digabungkan maka akan


diperoleh sifat:

0 ≤ P(A) ≤ 1
E. PERUMUSAN PELUANG KEJADIAN
MAJEMUK AUB DAN A∩B
Dalam teori himpunan, bila A dan B dua himpunan
dalam himpunan semesta S, maka:
(1) Gabungan/union dari A dan B
AUB adalah himpunan baru yang anggotanya
terdiri atas anggota A atau B atau anggota
keduanya.
S
A B
AUB = {xϵS│xϵA atau xϵB}
E. PERUMUSAN PELUANG KEJADIAN
MAJEMUK AUB DAN A∩B

(2) Irisan dari A dan B


A∩B adalah himpunan baru yang anggotanya
terdiri atas anggota A yang juga anggota B.
S
A B
oI

A∩B = {xϵS│xϵA dan xϵB}


E. PERUMUSAN PELUANG KEJADIAN
MAJEMUK AUB DAN A∩B

Banyaknya anggota himpunan AUB adalah:

S
A B
A
o
o
vI

n(AUB) = n(A) + n(B) – n(A∩B)


E. PERUMUSAN PELUANG KEJADIAN
MAJEMUK AUB DAN A∩B

Bila A dan B adalah kejadian pada ruang sampel


S, maka gabungan kejadian A dan B (AUB) adalah
himpunan semua titik sampel yang ada pada A
atau B atau pada keduanya; kejadian A∩B adalah
kumpulan titik sampel yang ada pada A dan B.

Peluang kejadian AUB dirumuskan:

P(AUB) = P(A) + P(B) – P(A∩B)


F. DUA KEJADIAN SALING
LEPAS
Bila A dan B kejadian sembarang pada ruang
sampel S dan berlaku (A∩B) = , maka A dan B
dikatakan dua kejadian saling lepas atau saling
bertentangan atau saling terpisah (mutually
exclusive).

S
A B
P(AUB) = P(A) + P(B)
Contoh:
Pada pelemparan dua dadu, tentukanlah peluang
munculnya muka dua dadu dgn jumlah 7 dan 11?
Jawab:

A = kejadian munculnya jumlah 7


= { (6,1), (5,2), (4,3), (3,4), (2,5), (1,6) }
B = kejadian munculnya jumlah 11
= { (6,5), (5,6) }
A∩B = Ø

Jadi :
P(A U B) = P(A) + P(B)
= 6/36 + 2/36 = 8/36
(x1,x2) 1 2 3 4 5 6

1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)

2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)

3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) 3,6)

4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)

5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)

6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)


G. DUA KEJADIAN SALING
KOMPLEMENTER

Kejadian A’ adalah kumpulan titik sampel yang


merupakan titik sampel S tetapi bukan merupakan
titik sampel A.

A dan A’ adalah dua kejadian S


yang saling lepas karena A’
A∩A’ = Ø. Bila kejadian A A
dan A’ dalam S saling
komplementer, maka
peluangnya: P(A’) = 1 - P(A)
Contoh:
Pada pelemparan dua dadu, jika A adalah kejadian
munculnya muka dadu sama, hitunglah peluang
munculnya muka dua dadu yang tidak sama?
Jawab:

A = kejadian munculnya muka dadu


sama
= { (1,1), (2,2), (3,3), (4,4), (5,5), (6,6) }
P(A) = 6/36 = 1/6

maka:
P(A’) = 1 - P(A)
= 1 - 1/6 = 5/6
(x1,x2) 1 2 3 4 5 6

1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)

2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)

3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) 3,6)

4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)

5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)

6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)


H. DUA KEJADIAN SALING BEBAS/
INDEPENDENT

Dua kejadian A dan B dalam ruang sampel S


dikatakan saling bebas jika kejadian A tidak
mempengaruhi kejadian B dan sebaliknya.

P(A∩B) = P(A) . P(B)


Contoh:
Pada pelemparan dua uang logam atau coin,
apakah kejadian munculnya muka dari coin
pertama dan coin kedua saling bebas?
Jawab:

S = { (m,m), (m,b), (b,m), (b,b) }


A = kejadian muncul muka m dari coin 1
= {m}
P(A) = 1/2
B = kejadian muncul muka m dari coin 2
= {m}
P(B) = 1/2
A∩B = { (m,m) }
P(A∩B) = ¼

Namun, juga berlaku:

P(A∩B) = 1/4
= ½ . ½
= P(A) . P(B)

Jadi:

Kejadian A dan B pada pelemparan dua coin


merupakan kejadian saling
bebas / independent
I. PELUANG BERSYARAT

Suatu kejadian A terjadi dengan syarat


kejadian B lebih dulu terjadi atau akan terjadi
atau diketahui terjadi, dikatakan kejadian A
bersyarat B, ditulis A/B

P(A/B) = P(A ∩ B) , P(B) > 0


P(B)
Contoh:
Pada pelemparan satu dadu; B adalah kejadian
munculnya bilangan kuadrat murni, dan diketahui
peluang munculnya bilangan ganjil = 1/9 dan
bilangan genap = 2/9. Bila diketahui A = {4,5,6}
telah terjadi, tentukan P(B/A)?
Jawab:
S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6 }
P(ganjil) = 1/9
P(genap) = 2/9

B = { 1,4 }
A = { 4, 5, 6 }
P(A) = 2/9 + 1/9 + 2/9 = 5/9

A∩B = { 4 }
P(A ∩ B) = 2/9

Jadi:

P(B/A) = P(A ∩ B) / P(A)


= 2/9
5/9
= 2/5
J. PELUANG KEJADIAN MARGINAL
& HUKUM BAYES
Misalkan A1, A2, dan A3 adalah tiga kejadian
saling lepas dalam ruang sampel S dan B adalah
kejadian sembarang lainnya dalam S.

A1 A2 A3
Kejadian B dapat dinyatakan sebagai:
B = (B ∩ A1) U (B ∩ A2) U (B ∩ A3)
Akan tetapi, kejadian (B ∩ A1), (B ∩ A2), dan (B
∩ A3) adalah saling lepas, sehingga peluang
kejadian B menjadi:
P(B) = P(B ∩ A1) + P(B ∩ A2) + P(B ∩ A3)
Sedangkan:
P(B ∩ A1) = P(B/A1).P(A1)
P(B ∩ A2) = P(B/A2).P(A2)
P(B ∩ A3) = P(B/A3).P(A3)
Sehingga peluang marginal kejadian B menjadi:
P(B) = P(B/A1).P(A1) + P(B/A2).P(A2) +
P(B/A3).P(A3)
= Σ P(B/Ai). P(Ai)
Adapun peluang kejadian bersyarat A1/B, A2/B
dan A3/B yaitu:
P(A1/B) = P(B ∩ A1) / P(B)
P(A2/B) = P(B ∩ A2) / P(B)
P(A3/B) = P(B ∩ A3) / P(B)
Secara umum, bila A1, A2, ……, An kejadian saling
lepas dalam ruang sampel S dan B kejadian lain
yang sembarang dalam S, maka peluang kejadian
bersyarat Ai/B dirumuskan:

P(Ai/B) = P(B ∩ Ai) / P(B)


= P(B/Ai) . P(Ai)
P(B)
Contoh:
Misalkan ada tiga kotak masing-masing berisi 2
bola. Kotak 1 berisi 2 bola merah, kotak 2 berisi 1
bola merah dan 1 bola putih, dan kotak 3 berisi 2
bola putih. Dengan mata tertutup anda diminta
mengambil 1 kotak secara acak dan kemudian
mengambil 1 bola secara acak dari kotak yang
terambil. Anda diberitahu bahwa bola yang
terambil terambil ternyata berwarna merah.
Berapakah peluangnya bola tersebut terambil dari
kotak 1, kotak 2 dan kotak 3?
Misakan: A1 = kejadian terambilnya kotak 1
A2 = kejadian termabilnya kotak 2
A3 = kejadian terambilnya kotak 3
B = kejadian terambilnya bola
merah

Tanya : P(A1/B), P(A2/B) dan P(A3/B)?

Jawab: Pengambilan secara acak:

P(A1) = P(A2) = P(A3) = 1/3

P(B/A1) = 2/2
P(B/A2) = 1/2
P(B/A3) = 0/2
Peluang terambilnya bola merah:
P(B) = P(B/A1).P(A1) + P(B/A2).P(A2) +
P(B/A3).P(A3)
= 1. 1/3 + ½. 1/3 + 0. 1/3
= 1/2
Jadi: Peluang bola merah terambil dari kotak
1, 2 dan 3 adalah:
P(A1/B) = P(B ∩ A1) = P(B/A1).P(A1) =
(1. 1/3) = 2/3
P(B) P(B) ½
P(A2/B) = P(B ∩ A2) = P(B/A2).P(A2) =
(½.1/3) = 1/3
P(B) P(B) ½
“Tugas kita bukanlah melihat yang samar-samar di kejauhan, tetapi
mengerjakan yang sudah ada di depan mata”
Thomas Carlyle

Anda mungkin juga menyukai