Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENGANTAR

1.1 Teori Himpunan (Set Teory)


Himpunan merupakan gabungan dari unsur-unsur yang bisa berupa apa saja
baik benda, manusia ataupun bilangan. Unsur biasanya dituliskan dalam hurup
kecil Yunani, himpunan biasanya dilambangkan dengan hurub besar latin, dan
himpunan semesta dilambangkan dengan S. Himpunan biasanya ditulikan dalam
kurung kurawal { }.
Contoh himpunan :
A = { 1, 2, 3, …, 10 } → Menyatakan himpunan bilangan bulat dari 1 – 10

Himpunan di atas dapat ditulis tidak berurutan yang juga tetap menyatakan
himpunan bulangan bulat dari 1 – 10. A={ 7, 8, 1 ,…, 9}

{ a, b, c, …, i} → Objek atau benda yang dapat dicacah menjadi bilangan bulat.

Dilihat dari cara penghitungannya, himpunan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. DISKRIT (Countable) / Dapat dihitung
a. Terhingga (finite)
Contoh : Banyaknya pohon di hutan
b. Tak terhingga (Infinite)
Contoh : Banyaknya bilangan bulat positif.
Contoh penulisan himpunan diskrit :
A = { 1, 2, 3, …, 10 } = {x; x bilangan bulat 1 ≤ x ≤ 10 }

2. KONTINU (Uncountable)
Contoh : Banyaknya bilangan antara 0 dan 1

Contoh penulisan himpunan kontinu :


B = {x; x himpunan bilangan 0 ≤ x ≤ 1 }

1.1.1 Diagram Venn


Untuk memudahkan dalam melakukan analisis operasi himpunan biasanya
digambarkan dalam bentuk diagram Venn. Namun diagram ini tidak dapat
diandalkan untuk pembuktian.

Contoh Diagram Venn


S S
A B
A
Ac

1
1.1.2 Operasi Himpunan
Pada dasarnya ada tiga operasi himpunan yaitu :
a. Gabungan “”
b. Irisan “”
c. Komplemen “ C” = ‘ = -

Contoh Operasi Himpunan


A = { 1, 2, 3 , 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 }
B = { 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 }
C = { 15, 16, 17, …, 40 }
AB = { 1, 2, 3, …,10, 11, ….., 20 }
AC = { 1, 2, 3, …, 10, 15, 16, …, 40 }
AB = { 8, 9, 10 }
AC = { } = 
AC = { 11, 12, 13, ….}

TEOREMA 1.1.1

Misalkan A, B, C merupakan kejadian-kejadian dalam ruang contoh S :


a. Komutatif AB = BA = A+B = {x|xA atau xB}
AB = BA = A*B = {x|xA dan xB}
b. Asosiatif A(BC) = (AB)C = A+B+C
A(BC) = (AB)C = A*B*C
c. Distributif A(BC) = (AB)(AC) = (A+B)*(A+C)
A(BC) = (AB)(AC) = A*B+A*C
d. DeMorgan’s (AB)C = (ACBC) = AC* BC
(AB)C = (ACBC) = AC+ BC

DEFINISI 1.1.3

A dan B disebut terputus (disjoint) / saling lepas/saling eksklusif jika AB = 


A1, A2, …,Ai, … disebut himpunan saling terputus/saling asing (pairwise disjoint)
jika AiAj =  untuk semua i ≠ j
i = 1, 2, 3, ….
j = 1, 2, 3, ….

2
DEFINISI 1.1.4

A1 A1, A2, … , Ai,….. disebut sekatan (partition) dari himpunan


n
A2 semesta S jika  Ai  S dan AiAj =  semua i ≠ j dengan n
i 1
… dapat mencapai nilai tak hingga ( n →)
An

Banyaknya unsur himpunan A dinotasikan dengan n(A), yaitu banyaknya


unsur yang dikandung oleh A. Misalkan A = {a,b,c,d}, maka n(A)=4.
Jika B={1,2,3,q,r,2,1}, maka n(B)= ??.

Sehubungan dengan dengan banyaknya unsur himpunan, berlaku:


n(AB) = n(A)+n(B)-n(AB)
n(ABC)= n(A)+n(B)+n(C)-n(AB)-n(AC)-n(BC)+ n(AB C)

Latihan 1 :

1. Misalkan A dan B adalah 2 kejadian. Gambarkan dengan diagram venn


serta tentukan bentuk aljabar dari kejadian berikut :
a. A terjadi sedangkan B tidak terjadi
b. Salah satu dari A dan B terjadi, tetapi tidak dua-duanya
2. Misalkan A, B, dan C adalah kejadian. Gambarkan dengan diagram venn
serta tentukan bentuk aljabar dari kejadian berikut :
a. A dan B keduanya terjadi tetapi C tidak
b. Hanya A yang terjadi

1.2 Model PELUANG (Aljabar Kejadian)

3
Definisi 1.2.1
Suatu percobaan/eksperimen adalah proses yang mana pengamatan
dilakukan.
Definisi 1.2.2
Suatu kejadian sederhana adalah suatu kejadian yang tidak dapat dipecah.
Setiap kejadian sederhana berpadanan dengan satu dan hanya satu titik sampel.
Definisi 1.2.3
Ruang sampel yang dihubungkan dengan percobaan adalah himpunan
yang terdiri atas semua titik sampel yang mungkin.

Peluang sering dikatakan sebagai harapan terjadinya suatu kejadian dari hasil
suatu percobaan. Peluang meliputi ruang sampel terbilang dan tidak terbilang. Di
bawah ini diperlihatkan kesepadanan antara Aljabar Himpunan dengan Peluang
(Aljabar Kejadian )

PELUANG
HIMPUNAN
(Aljabar Kejadian)

Tindakan (Trial)/
Eksperimen

Unsur (Element)/ (x) Peristiwa (Outcome)


Unit Pengamatan

Himpunan (Set) / (A) Kejadian (Event)


Gabungan dari Unsur

Himpunan Semesta (S) Ruang Contoh (Sample


(Universum )/Himpunan Space) / Himpunan hasil
meliputi semua unsur yang yang mungkin dari
diperhatikan percobaan
“Ada Pembatasan”

Himpunan Kosong (Empty () Kejadian Mustahil


Set)/ Himpunan yang tidak ada (Impossible Event)
anggotanya

Ilustrasi

Kasus 1 :
Percobaan/Eksperimen: Pelantunan satu kali Sebuah Dadu

4
Peristiwa (outcome): Munculnya satu sisi dari hasil pelantunan
Kejadian sederhana: E1 = hasil angka 1, E2 = hasil angka 2, ..., E6 = hasil angka 6
Kejadian : Muncul sisi genap ------> A : Muncul sisi genap A={ 2, 4, 6 }
Muncul selain sisi genap --> AC = { 1, 3, 5 }
Munculnya sisi bernomor > 1 ----- > B = { 2,3,4,5,6 }

Ruang Sampel : Semua peristiwa yang mungkin tejadi dari hasil tindakan
S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6 }
Himpunan Kosong : Muncul sisi lebih dari 6

Diagram Venn kasus di atas.


S
.1 AC
..
.6.2 .4
.3 A .6
.5

Latihan 2:
1. Tentukan ruang sampel dari distribusi anak pada suatu keluarga yang
memiliki 3 anak, serta hitung peluang bahwa keluarga tersebut punya
susunan keluarga PLL
2. Sebuah mata uang dan sebuah dadu dilemparkan bersama-sama, tentukan :
a. Ruang sampelnya
b. Nyatakan secara eksplisit kejadian berikut:
 X = {M=muka dan bilangan genap yg muncul}
 Y = {bilangan prima yang muncul}
 Z = {B=belakang dan bilangan ganjil yang muncul}
 X atau Y terjadi
 Y dan Z terjadi
 Hanya Y terjadi

Himpunan Bagian (Subset)

Jika setiap peristiwa dalam kejadian A adalah juga peristiwa dalam kejadian B,
maka dikatakan A bagian dari B (A subset B). Operasi himpunan bagian biasanya
dilambangkan dengan “ “ namun banyak buku yang melambangkan dengan “ 
“. Untuk lambang pertama “ “, misalkan A himpunan bagian B dapat ditulis A 
B. Dalam kasus ini unsur A < B. Sedangkan untuk lambang kedua misalkan A
himpunan bagian B. Dalam kasus ini unsur A ≤ B, atau dengan kata lain A bisa
lebih kecil dari B atau A sama dengan B.

5
S
A<B
A

A B

S A
B A=B

Masih pada Kasus 1

S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6 }
A : Muncul sisi genap A = { 2, 4, 6 }
A S
S
SS

Misalkan :

A : Muncul sisi genap A = { 2, 4, 6 }


B : Munculnya sisi bernomor > 1 B = { 2,3,4,5,6 }

Maka dapat dikatakan A bagian dari B atau ditulis AB

1.2.1 Nilai Peluang


Peluang pada dasarnya ingin memberikan nilai pada kejadian, dimana
kejadian masih dalam ruang lingkup pembicaraan atau memenuhi ketiga syarat
Medan Borel (B). Nilai yang diberikan pada kejadian mencerminkan harapan kita
pada munculnya satu kejadian. Peluang dilambangkan dengan P(…)

Definisi 1.2.4
Andaikan percobaan telah dihubungkan dengan ruang sampel S. Terhadap setiap
kejadian A di S (AS) kita menetapkan suatu bilangan P(A), disebut peluang A,
sehingga aksioma berikut dipenuhi,

Aksioma 1 : P(A) ≥ 0
Aksioma 2 : P(S) = 1
Aksioma 3 : Bila A1, A2, ...membentuk barisan kejadian yang saling eksklusif
(AiAj =  , i ≠j ) di S, maka P(A1A2A3...)= P(A1)+P(A2)+P(A3)+ ...

6
Menghitung peluang
Secara umum langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung peluang
kejadian adalah :
1. tentukan eksperimen
2. tentukan ruang sampel S, yg berisi keumngkinan kejadian
3. Tentukan peluang tiap titk Sampel, yang memnuhi P(Ei) ≥ 0, dan
∑P(Ei)=1
4. Tentukan kejadian A yang menjadi perhatian
5. Hitunglah P(A)

Contoh: Kasus 1
Tentukan ruang sampelnya, titik sampel A, B, peluang akan kejadian
sederhana serta aksioma di atas dipenuhi:

Jawab:
Eksperimen : pelantunan satu kali dari sebuah dadu
Ruang Sampel : S = {1,2,3,4,5,6}
Titik sampel A : Muncul sisi genap A={ 2, 4, 6 }
Titik sampel B : Munculnya sisi bernomor > 1 B = { 2,3,4,5,6 }
Jika dadunya seimbang maka harapan kita akan munculnya sisi sisi dadu
dengan 6 pada satu kali pelantunan tentunya masing-masing P(Ai)=1/6.
Muncul Sisi Peluang
1 1/6
2 1/6
3 1/6
4 1/6
5 1/6
6 1/6

Sehingga :
P(A) = P(2) + P(4) + P(6)
= 1/6 + 1/6 + 1/6 = 3/6
P(B) = P(2) + P(3) + P(4) + P(5) + P(6)
= 1/6 + 1/6 + 1/6 + 1/6 + 1/6 = 5/6
Atau secara umum peluang kejadian seimbang adalah :
n( A)
P ( A) 
n
n = banyaknya peristiwa/unsure

Contoh:
A dan B bermain tenis, dimana keungkinan A menang 2 banding 1. Jika
Bereka bertanding 2 kali, tentukan peluang A menang paling sedikit 1 kali.

Jawab:
 Eksperimen : pengamatan pemenang setiap pertandingan antara A
melawan B
 R Sampel : E1 : AA, E2 : AB, E3 : BA, E4 : BB

7
 Pel kejadian sederhana: P(E1) = 2/3.2/3=4/9, P(E2) = 2/9, P(E3) = 2/9,
P(E4) = 1/9
 Kejadian: A menang paling sedikit 1 kali: C = E1  E2  E3
 Peluang A menang paling sedikit 1 kali : P(C) = P(E 1) + P(E2) + P(E3) =
6/9

Latihan 3 :

1. Misalkan suatu ruang sampel S terdiri 4 titik : S= {a 1, a2, a3, a4}. Fungsi
mana yang mendefinisikan suatu ruang kemungkinan pada S ?
a. P(a1) = 1/2 , P(a2) = 1/3 , P(a3) = 1/4 , dan P(a4) = 1/5
b. P(a1) = 1/2 , P(a2) = 1/4 , P(a3) = -1/4 , dan P(a4) = 1/2
c. P(a1) = 1/2 , P(a2) = 1/4 , P(a3) = 1/8 , dan P(a4) = 1/8
d. P(a1) = 1/2 , P(a2) = 1/4 , P(a3) = 1/4 , dan P(a4) = 0

2. Misalkan sebuah dadu dilemparkan sedemikian rupa sehingga nilai


kemungkinan suatu mata yang muncul sebanding dengan angkanya.
Misalnya mata 6 dua kali mungkin muncul dari mata 3. Sebut A =
{bilangan genap}, B = {bilangan prima} dan C = {bilangan ganjil}
a. Tulis ruang kemungkinan, artinya hitunglah nilai kemungkinan
ditiap titik sampel
b. Cari P(A), P(B), dan P(C)
c. Cari nilai kemungkinan bahwa suatu bilangan genap atau prima
muncul, juga A terjadi tetapi B tidak terjadi
3. Bilamana jurusan statistika dengan kapasitas tampung yang terbatas
hendak menerima dua orang sebagai mahasiswa, dari 5 orang calon
mahasiswa lulusan SMA, 3 orang lulusan SK, serta 2 orang lulusan MTs
yang memiliki kesempatan yang sama. Tentukan :
a. Peluang bahwa Jurusan menerima lulusan SMU dan menerima
salah satu diantara SK dan MTs
b. Sedikitnya jurusan menerima 1 orang sebagai mahasiswa dari
SMU

Menghitung Titik Sampel


 Teorema 1.2.1:
Dengan m unsur a1, a2, a3, ..., am dan n unsur b1, b2, b3, ..., bn,, memungkinkan
membentuk m.n pasangan yang mengandungsuatu unsur dari setiap kelompok

Contoh:
1. Tentukan jumlah titik sampel di S dari pengamatan angka-angka hasil
pelantunan sepasang dadu.

Jawab:
Ruang sampel S akan terdiri dari himpunan semua pasangan yang
mungkin (x,y), dimana x dan y merupakan bilangan bulat antara 1 s.d 6.
baik dadu pertama maupun kedua dapat menghasilkan satu angka diantara
6. maka m=n=6, sehingga banyaknya titik sampel S adalah m.n = 36.

8
2. Suatu percobaan pencatatan hari lahir untuk masing-masing dari 20 orang.
Tentukan peluang bahwa kedua puluh orang tersebut memiliki hari lahir
yang berbeda

Jawab:
Jumlah Titik sampel utk pengamatan di atas adalah : (365)20
Kejadian A : dari 20 orang yang diamati memiliki hari lahir berbeda
Jumlah kejadian A : n(A) = 365 . 364 . 363 . ... 346
Peluang kejadian A : P(A) = (365 . 364 . 363 . ... 346) / (365)20

Definisi 1.2.5
Banyaknya cara mengurutkan r objek yang berbeda yang diambil dari n objek
yang berbeda, tanpa duplikasi (urutan diperhatikan) dinyatakan dengan Prn atau
Pn , r

Teorema 1.2.2
n!
Prn  n(n  1)(n  2)...(n  r ) 
(n  r )!
Contoh :
Dalam berapa cara suatu perusahaan dapat memilih diantara 10 orang yang akan
menjadi kandidat untuk menempati 4 jabatan kosong yang berbeda.

Jawab :
10!
P510 
(10  4)! = 5040
Teorema 1.2.2
Banyak cara mempartisi n objek yang berbeda ke dalam k kelompok yang berbeda
, berturut-turut mengandung n1, n2, n3, ..., nm objek adalah :
n!
N 
n1! n 2 !...n k ! dengan n + n + n + ...+ n = n
1 2 3 m

Biasa juga dinotasikan dengan :

 n  n!
 
 n1 n2 .... n k  n1!n 2 !...n k !

Contoh :
Bila perusahaan membutuhkan 20 tenaga kerja untuk ditempatkan di bidang A
sebanyak 10 orang, bidang B sebanyak 5 orang, bidang C sebanyak 3 orang, dan
bidang D sebanyak 2 Orang. Dari hasil seleksi telah diterima 20 orang untuk
ditempatkan di 4 bidang tersebut. Dengan berapa cara perusahaan dapat
menempatan 20 orang pelamar tsb kedalam bidang-bidang di atas ?

Jawab :
20!
N 
10!5!3!2! =

9
Definisi 1.2.6
Banyaknya kombinasi dalam mengambil r objek dari n objek yang ada, tanpa
memperhatikan urutan (duplikasi diijinkan) dinyatakan dengan C rn atau C n , r

Teorema 1.2.3

n n!
C rn    
 r  r!(n  r )!
Contoh :
Tentukan banyak cara menempatkan 20 orang pelamar kedalam satu jenis
pekerjaan yang memerlukan 5 pekerja.

Jawab :
20!
C 520 
5!(20  5)!

Latihan :

1. Dalam suatu kelas terdiri 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita. Jika 3
orang mahasiswa dipilih secara acak untuk mewakili kelas tersebut,
tentukan kemungkinan bahwa mereka semua laki-laki.
2. Empat orang A,B,C, dan D masing-masing dibagi 13 kartu bridge dari
sebungkus kartu berisi 52 buah. Jika B tidak memiliki Ace, tentukan nilai
kemungkinan bahwa pasangannya A mempunyai dua kartu Ace.

10

Anda mungkin juga menyukai