Pada bagian ini, kita akan mempelajari beberapa aturan peluang yang sering
digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Berikut adalah beberapa aturan
peluang, yaitu:
0 ≤ P( A )≤ 1
Besarnya peluang suatu kejadian dapat ditunjukkan pada garis bilangan seperti pada
gambar berikut:
P ( S )=1
Misalkan A dan B adalah dua kejadian yang berada dalam ruang sampel S. Dua
kejadian A dan B dikatakan saling lepas jika kejadian A dan kejadian B tidak terjadi
secara bersama-sama. Artinya, berlaku A ∩ B= ∅. Hal ini menunjukkan bahwa
kejadian A dan kejadian B adalah dua kejadian saling lepas, maka
P ( A ∩B )=P ( ∅ )=0 .
Dengan mengingat kembali pengetahuan mengenai teori himpunan bahwa bila A dan
B dua himpunan dalam himpunan semesta S, gabungan dari A dan B adalah
himpunan baru yang anggotannya terdiri atas anggota A atau anggota B, atau anggota
keduanya ditulis A ∪ B= { x ∈ A atau x ∈ B }.
Banyaknya anggota himpunan A ∪ B adalah:
n ( A ∪ B )=n ( A )+ n ( B ) −n ( A ∩B )
Sehingga, peluang kejadian A ∪ B dirumuskan sebagai berikut:
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B )
Keterangan:
P(A) = peluang kejadian A
P(B) = peluang kejadian B
P(A ∪ B) = peluang kejadian A atau B
Penjelasan lahirnya rumus tersebut adalah sebagai berikut:
Pada penjelasan sebelumnya kita telah tahu bahwa:
n ( A ∪ B )=n ( A )+ n ( B ) −n ( A ∩B )
Bila kedua ruas persamaan dibagi dengan n(S), maka diperoleh:
n( A ∪ B) n( A) n( B) n( A ∩ B)
= + −
n(S) n(S) n(S) n(S)
Sehingga,
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) −P ( A ∩ B )
Kemudian, substitusikan nilai P ( A ∩B )=P ( ∅ )=0 , maka diperoleh:
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) −0
Sehingga,
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B )
Misalkan A dan B adalah dua kejadian yang berada dalam ruang sampel S. Dua
kejadian A dan B dikatakan tidak saling lepas jika kejadian A dan kejadian B dapat
terjadi secara bersama-sama.
Dengan mengingat kembali pengetahuan mengenai teori himpunan bahwa bila A dan
B dua himpunan dalam himpunan semesta S, gabungan dari A dan B adalah
himpunan baru yang anggotannya terdiri atas anggota A atau anggota B, atau anggota
keduanya ditulis A ∪ B= { x ∈ A atau x ∈ B }.
Banyaknya anggota himpunan A ∪ B adalah:
n ( A ∪ B )=n ( A )+ n ( B ) −n ( A ∩B )
Sejalan dengan himpunan gabungan tersebut, karena ada keterkaitan antara teori
himpunan dengan teori probabilitas, kita dapat merumuskan kejadian gabungan A dan
B, yaitu kejadian A ∪ B pada ruang sampel S. Bila A dan B kejadian sembarang pada
ruang sampel S, gabungan kejadian A dan B yang ditulis A ∪ B adalah kumpulan
semua titik sampel yang ada pada A atau B atau pada kedua-duanya. Kejadian A ∪ B
disebut kejadian majemuk. Dengan demikian dapat dikatakan, kejadian A ∪ B yaitu
kumpulan titik sampel yang ada pada A dan B. Probabilitas kejadian A ∪ B
dirumuskan sebagai berikut:
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) −P ( A ∩ B )
Keterangan:
P(A) = peluang kejadian A
P(B) = peluang kejadian B
P(A ∪ B) = peluang kejadian A atau B
P(A ∩ B) = peluang kejadian A dan B
Penjelasan lahirnya rumus tersebut adalah sebagai berikut:
Pada penjelasan sebelumnya kita telah tahu bahwa:
n ( A ∪ B )=n ( A )+ n ( B ) −n ( A ∩B )
Bila kedua ruas persamaan dibagi dengan n(S), maka diperoleh:
n( A ∪ B) n( A) n( B) n( A ∩ B)
= + −
n(S) n(S) n(S) n(S)
Sehingga,
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) −P ( A ∩ B )
P ( A ' )=1−P ( A ).
Komplemen suatu kejadian A terjadi sama artinya dengan kejadian A tidak terjadi.
Komplemen kejadian A ditulis A'. Misalkan m adalah banyaknya hasil kejadian A dan
n adalah banyaknya semua hasil yang mungkin, maka dapat dituliskan sebagai
berikut:
Misal:
n ( A ) =m
n ( S )=n
Maka dapat diperoleh, n ( A' ) =n−m
Peluang kejadian A dinyatakan dengan P(A).
Sehingga,
n( A) m
P ( A )= =
n(S) n
n( A ' ) n−m
P ( A ' )= =
n(S) n
Maka,
m n−m m+n−m n
P ( A ) + P ( A )=
'
+ = = =1
n n n n
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peluang kejadian bukan A (komplemen A) = 1 –
peluang kejadian A, atau dapat dituliskan sebagai berikut:
P ( A ' )=1−P ( A )