Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

CRITICAL JOURNAL REVIEW (CJR)


Critical Journal Review (CJR) ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Bumi dan
Sistem Kompleks

Dosen Pengampu : Lailatul Husna Br Lubis,S.Pd,M.Sc

Disusun oleh :
Suci Ramadhani Harahap (0705181029)
Fisika 3/ Semester 6

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
1. Identitas Jurnal
 Jurnal 1
Judul Analisis Kerusakan Lahan Permukiman Pada
Kawasan Berdampak Letusan Gunung
Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara
Jurnal Kapita Seleksa Geografi

ISSN 2622-4925 (ISSN Print)


2622-4933 (ISSN Online)
Volume dan Halaman Volume 1, nomor 2 halaman : 15 - 20

Tahun 2018

Penulis M. Julis

Riviewer Suci Ramadhani Harahap

Tanggal 25 Juni 2021

 Jurnal 2
Judul Analisis Dampak Letusan Gunung Sinabung
Kaitannya Dengan Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Di Kabupaten Karo
Propinsi Sumatera Utara
Jurnal Kapita Seleksa Geografi

ISSN 2622-4925 (ISSN Print)


2622-4933 (ISSN Online)
Volume dan Halaman Volume 1, nomor 2 halaman : 149 - 155

Tahun 2018
Penulis Supriyono

Riviewer Suci Ramadhani Harahap

Tanggal 25 Juni 2021

2. Ringkasan Jurnal
 Ringkasan Jurnal 1

Gunung Sinabung didataran tinggi karo Sumatra Utara sejak 28 agustus 2010 meletus
setelah selama lebih dari tiga abad tidak menampakkan aktifitas yang berarti, dikarenakan
gunung yang berada 2460 mdpl ini termasuk termasuk gunung berapi tipe B yaitu gunung
berapi yang tidak memiliki aktifitas yang berarti dalam waktu yang sangat lama hingga ratusan
tahun maka tidak masuk dalam prioritas pengawasan. Tercatat pada pusat vulkanologi dan
mitigasi bencana geologi (PVMBG) bahwa Gunung Sinabung terakhrir meletus ditahun 1600.
Pada awalnya, Sabtu 28 Agustus, Gunung Sinabung hanya menyemburkan debu disertai bau
belerang menyegat. Warga yang brada dikaki gunung segera melakukan evaluasi karena
aktivitas gunung tersebut tidak seperti biasnya. Ratusan kepala keluarga mengungsi kebebrapa
tempat yang dianggap aman. Daerah yang parah terkena aktifitas awal Gunung Sinabung
setelah ratusan tahun tersebut adalah desa Bekerah dan desa Suka Nalau yang berjarak tidak
sampai 10 km dari puncak gunung. Beberapa instansi terkait sempat memberikan arahan guna
menenangkan penduduk yang mengalami kepanikan akibat aktifitas gunung yang tidak lazim.
Banyak warga yang mulai kembali kedesanya yang selama mengungsi dijaga oleh aparat dan
keamanan desa. Aktifitas Gunung Sinabung rupanya terus meningkat hingga meletus dan
mengeluarkan lava pijar hingga pada minggu dini hari status diubah menjadi A sehingga
aktifitas Gunung Sinabung menjadi dalam pengawasan pihak yang berwenang.

Pasca letusan Gunung Sinabung sangat diperlukan perhatian dari pemerintah daerah
kabupaten karo untuk membenahi kembali pembangunan masyarakat pasca bencana Sinabung,
baik dari sarana dan prasarana, perumahan masyarakat dan lahan pertanian (Hermon, 2014;
Kristian dan Oktorie, 2018). Seperti yang dicanangkan dalam peraturan pemerintah yang
menjadi acuan penataan ruang seperti Peraturan Mendagri No.3 1978, Undang-Undang No.26
tahun 2007 dan peraturan perintah no.16 tahun 2004 pasal 23 menyatakan bahwa
penyelenggaraan penatagunaan lahan antara lain berupa penetapan perimbangan antara
ketersedian dan kebutahan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan menurut fungsi
kawasan yang meliputi : a) penyajiaan neraca perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan
(Hermon et al., 2018), b) penyajian neraca kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan lahan pada
perencanaan tata ruang dan c) penyajian dan penetapan prioriatas ketersediaan lahan.

 Ringkasan Jurnal 2

Salah satu gunungapi aktif yang beru-baru ini menunjukkan aktifitasnya adalah
Gunungapi Sinabung (Hermon, 2010; Hermon, 2012; Hermon; 2014; Hermon, 2016; Hermon,
2017). Gunungapi Sinabung dalam bahasa Karo Delen Gunung Sinabung adalah gunungapi di
Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Gunung
Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak
tertinggi di provinsi Sumatera Utara. Ketinggian gunung tersebut sekitar 2.460 meter. Gunung
Sinabung tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1.600 tetapi mendadak aktif kembali dan
meletus pada tanggal 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada
tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB, Gunung Sinabung mengeluarkan
lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi "Awas". Dua belas ribu warga disekitarnya
dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer.
Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara. Abu Gunung Sinabung cenderung
meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu
dari Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami
gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan
pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya. Hasil dari erupsi Gunung Sinabung tersebut
Mengeluarkan Kabut asap yang tebal berwarna hitam disertai hujan pasir dan abu vulkanik
yang menutupi ribuan hektar tanaman petani yang berjarak dibawah radius 6 km.
Abu vulkanik adalah bahan mineral adalah bahan material vulkanik jatuhan yang
disemburkan keudara saat terjadi letusan (Oktorie, 2017). Erupsi terdiri dari batuan yang
ukuran besar sampai berukuran halus yang berukuran besar biasanya jatuh dilereng disekitar
sampai radius + 5-7 km dari kawah. Sedangkan ukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai
ratusan hingga ribuan kilometer (Sudaryo dan Sucipto, 2009).

3. Metode Penelitian
 Metode Penelitian Jurnal 1
Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung ke daerah bencana yaitu kaki
Gunung Sinabung dengan pengambilan sampel purposive sampling.Data yang diambil dari
bahan letusan yang ditemukan (timbunan bahan letusan) baik di daerah ujung lava maupun
yang mengendap di pemukiman masyarakat.Bahan letusan dikelompokkan berdasarkan
ukuranya dan mineral batuan, selanjutnya dianalisis dan ditimbang berdasarkan berat untuk
menentukan prosentase (%) bahan letusan.Serta untuk mendukung data yang terkait dengan
sosial ekonomi dengan melakukan wawancara (Hermon, 2015; Hermon, 2016; Hermon, 2017).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul atau sekop pengambil sampel, mistar
atau alat pengukur panjang/kedalaman, ayakan pasir/bahan letusan gunung merapi, wadah
untuk menyimpan sampel material, camera, GPS, palu geologi, kompas geologi, lup, dan
timbangan analitik.

 Metode Penelitian Jurnal 2


Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung ke daerah bencana yaitu kaki
Gunung Sinabung dengan pengambilan sampel purposive sampling. Data yang diambil dari
bahan letusan yang ditemukan (timbunan bahan letusan) baik di daerah ujung lava maupun
yang mengendap di pemukiman masyarakat. Bahan letusan dikelompokkan berdasarkan
ukuranya dan mineral batuan, selanjutnya dianalisis dan ditimbang berdasarkan berat untuk
menentukan prosentase (%) bahan letusan. Serta untuk mendukung data yang terkait dengan
sosial ekonomi dengan melakukan wawancara. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alat yang sederhana , hal ini dikarenakan keterbatasan alat yang dimiliki dan karena
terbatasnya fasilitas yang ada serta jauhnya lokasi penelitian yang akan dilakukan. Alat-alat
tersebut adalah cangkul atau sekop pengambil sampel, mistar atau alat pengukur
panjang/kedalaman, ayakan pasir/bahan letusan Gunung Sinabung, wadah untuk menyimpan
sampel material, camera, GPS, palu geologi, kompas geologi, lup, dan timbangan analitik.

4. Hasil Penelitian Jurnal


 Hasil Penelitian Jurnal 1
Kawasan-kawasan yang akan terdampak letusan gunung api tersebut. Kawasan Rawan
Bencana (KRB) Sinabung Gunung Api Sinabung memiliki Kawasan Rawan Bencana yang
dibagi kepada tiga “ring” atau kawasan. Berikut ini penjelasan masing-masing kawasan
tersebut:
a. Kawasan Rawan Bencana I, kawasan ini merupakan kawasan ring terluar yang rawan
terhadap dampak letusan gunung api Sinabung. Dalam ini berada dalam radius 5-7 Km
dari puncak gunung api dan diperkirakan akan berpotensi tertimpa hujan abu dan
kemungkinan dapat tertimpa material batu pijar berdiameter lebih kecil dari 2 cm.
b. Kawasan Rawan Bencana II, kawasan ini adalah kawasan ring tengah yang berada
dalam radius 2-5 Km dari puncak gunung api Sinabung. KRB II ini berpotensi terkena
lontaran batu pijar yang berdiameter antara 2-6 cm dan hujan abu lebat.
c. Kawasan Rawan Bencana III, ini merupakan kawasan ring terdalam dan yang paling
bahaya. KRB III ini berada dalam radius 0-2 Km dari puncak gunung api Sinabung.
Kawasan ini sangat berpotensi terimpa lontaran batu pijar diameter lebih besar dari 6
cm dan hujan abu lebat. Pada lembah-lembah kawasan ini berpotensi terlanda aliran
lava, awan panas, guguran lava dan gas beracun.
Kerusakan yang diakibatkan letusan Sinabung dapat dikelompokan dalam berbagai jenis
kerusakan yang ada. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kerusakan yang dihimpun
oleh dinas Pekerjaan Umum adalah sebagi berikut:

No Jenis Jumlah Jenis


Bangunan rusak Kerusakan
1 Rumah 290 Rusak ringan
Permanen
2 Rumah 773 Rusak berat
permanen (atab)
3 Rumah 490 Rysak berat
semipermane
n
4 Rumah non 133 Rusak
permanen berat(bangun
an)
5 Rumah 30 Rusak sedang
permanen
6 Kamar mandi 3 Rusak berat
7 Fasilitas air 7 Rusak
minum ssedang
8 Balai Desa 4 Rusak berat
9 Rumah 9 Rusak berat
Ibadah (atab)
10 Fasisilitas 36 Rusak berat
Pendidikan (atab)
11 Pustu 1 Rusak berat
(atab)
12 Kantor 2 Rusak berat
Kepala Desa (atab)
Dalam melakukanna evakuasi bahaya bencana letusan Gunung Sianabung yang dilaukan BNPB
adalah sebagai berikut melakukan Assesment Awal Rehabilitasi dan Rekonstruksi (A2R2) untuk
melakukan pendataan awal pembebasan lahan pada radius 3 km yang merupakan daerah tersebut sangat
produktif untuk sayur dan kopi. Letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
merusak lahan palawija dan tanaman keras penduduk. Sayur-mayur, seperti kol, tomat, cabe, jagung,
dll. tidak bisa dipanen karena sudah rusak. Ini terjadi karena awan panas letusan gunung yang menjadi
debu melanda lahan pertanian petani di areal pada radius tertentu. Kondisi itu akan terus terulang jika
terjadi letusan gunung berapi.

 Hasil Penelitian Jurnal 2


Gunung Sinabung merupakan tipe gunung strato volcano yang dikenal sebagai gunung
api komposit, merupakan sebuah gunung berapi yang tinggi kerucut dibangun oleh banyak
lapisan (strata) dari lava mengeras, tephra, batu apung dan abu vukanik. Gunung ini
mempunyai tinggi +2.460 mdpl. Sebelum tahun 2010 Gunung Sinabung berada pada tipe B
karena tidak pernah memperlihatkan aktifitasnya semenjak tahun 1600, namun setelah tahun
2010 Gunung Sinabung menampakan aktifitasnya dengan letusan yang mengakibatkan +30
ribu penduduk harus di ungsikan, dan Gunung Sinabung mengalami perubahan status menjadi
gunung api strato vulkano yang bertipe A.
Gunung Sinabung, merupakan pegunungan yang muncul dari sub blok sesar patahan
Sumangko (great foult zone Sumatera) yang berada di daerah Kabupaten Karo yang sealur
dengan Danau Toba (foult-blok mountains). Pegunungan blok sesar merupakan tipe
pegunungan pada wilayah geologi struktural, aktifitas magmanya muncul di daerah bidang
sesar (patahan). Berdasarkan data dari pengamatan dan pengukuran letusan Gunung Sinabung
dapat di uraikan sebagai berikut.
a. Karakteristik Bahan Letusan Gunung Sinabung dapat diketahui bahwa bahwa prosentase
karakteristik bahan letusan Gunung Sinabung karakteristif tuff dengan tekstur kurang dari
0.002mm memiliki prosentase yang paling banyak yaitu 41,501 %. Dalam jangka pendek, abu
vulkanik memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan hidup. Namun, dalam jangka panjang,
abu vulkanik memiliki manfaat untuk kehidupan manusia, khususnya di bidang pertanian. Abu
vulkanik memiliki dampak yang buruk dalam jangka pendek karena di awal keluarnya dari
kepundan gunung berapi, material ini memiliki sifat kimiawi yang akan menurunkan kesuburan
tanah. Sedangkan ukuran Bom Berdasarkan informasi dari badan pengawas gunung api
vulkanologi jumlah timbunan lidah larva ini panjang radiusnya 3 km dengan volume materil
lidah 50 juta kubik dengan tebal 300 m. Jika material ini meluncur kearah perkampungan dapat
menutupi daerah-daerah yang dilewatinya. Sehingga daerah ini tetap menjadi daerah zone
merah. Sehingga oleh masyrakat dapat dijadikan sebagai bahan tambang golongan C yang baik
untuk bahan bangunan.
b. Sosial Ekonomi Masyarakat Letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi
Sumatera Utara merusak lahan Palawija dan tanaman keras penduduk. Sayur-mayur, seperti
Kol, Tomat, Cabe, Jagung, dll. tidak bisa dipanen karena sudah rusak. Ini terjadi karena awan
panas letusan gunung yang menjadi debu melanda lahan pertanian petani di areal pada radius
tertentu. Kondisi itu akan terus terulang jika terjadi letusan gunung berapi. Untuk itulah
diperlukan langkah konkret yang bisa melindungi penduduk dan ladang pertanian. Dari hasil
identifikasi di lapang, tingkat kerusakan yang disebabkan erupsi Gunung Sinabung terhadap
pertanaman kopi di daerah ini termasuk kategori ringan. Gangguan erupsi Gunung Sinabung
terhadap tanaman kopi terlihat pada bagian daun, bunga dan buah. Semua daun kopi ditutupi
oleh abu, sehingga tanaman kelihatan tidak segar karena tertutup abu. Sedang tanaman kopi
yang sedang berbunga jelas terlihat terganggu oleh pengaruh erupsi, dimana bunga-bunga kopi
berguguran akibat pengaruh erupsi Gunung Sinabung. Sedangkan buah kopi yang ada, ditutupi
oleh abu, terlihat buah kopi berwarna kusam dan tidak segar. Namun pengaruhnya tidak begitu
jelek terhadap buah, dibandingkan dengan bunganya, semua bunga yang ada berguguran akibat
pengaruh abu yang ada.
c. Kebijakan Pemerintah terhadapap tangap darurat bencana letusan Gunung Sinabung
Pemerintah akan memberikan insentif bagi pengungsi di radius 5 km yang diperbolehkan
pulang ke rumahnya yang telah aman. Mereka yang tidak mengungsi dan bertempat tinggal di
radius 5 km juga akan mendapat bantuan. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan
Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dalam acara konferensi
pers Bencana Awas Panas Gunung Sinabung di kantor BNPB mengatakan, pemberian insentif
oleh pemerintah tersebut bukan cuma-cuma. Insentif diberikan agar mereka lebih bermartabat.
Jadi, kita berikan, meskipun hanya membersihkan rumah sedikit saja, kita berikan insentif, jadi
bukan cuma-cuma, kata Sutopo. Ada 16 desa dan 2 dusun yang warganya diperbolehkan
kembali, karena wilayahnya ditetapkan sebagai zona aman. Namun, adanya kesepakatan antara
petugas dengan para pengungsi, pengembalian pengungsi ke rumah masing-masing untuk
sementara ditunda. Tapi, mereka tetap dapat atau mengikuti cash for work atau padat karya dari
BNPB dengan mendapat insentif Rp 50 ribu per KK setiap hari selama 2 bulan, jelasnya.
Pemerintah, tambahnya, melalui Kementerian Sosial juga akan memberikan jaminan hidup Rp6
ribu per orang setiap hari dan 400 gram beras per orang setiap hari.

5. Kelebihan Jurnal
 Kelebihan Jurnal 1
a. Didalam jurnal tersebut terdapat tabel yang membuat pembaca lebih mudah
memahami hal hal yang disampaikan, serta pembaca juga lebih mengerti.
b. Jurnal ini menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
bahasanya mudah untuk dipahami oleh si pembaca.

 Kelebihan Jurnal 2
a. Didalam jurnal tersebut terdapat tabel dan gambar yang membuat pembaca
lebih mudah memahami hal hal yang disampaikan, serta pembaca juga lebih
mengerti.
b. Jurnal 2 ini lebih menjelaskan secara detail apa saja dampak dari letusan
gunung Sinabung, baik dari segi ekonomi, dari segi lahan dan dari segi
tanaman atau tumbuh – tumbuhan.
c. Jurnal ini menggunakan bahasa baku dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami atau dimengerti si pembaca.

6. Kekurangan Jurnal
 Kekurangan Jurnal 1
a. Didalam jurnal tidak tertera apa tujuan dari pembuatan dan penelitian jurnal
tersebut
b. Jurnal 1 ini kurang menjelaskan secara detail apa saja yang menjadi dampak
dari letusan gunung Sinabung dibandingkan jurnal 2 yang lebih detail
membuat apa saja dampak yang terjadi dari letusan gunung Sinabung
tersebut.
c. Tidak terdapat gambar pada jurnal 1 ini

 Kekurangan Jurnal 2
a. Pada jurnal tidak terdapat apa tujuan dari pembuatan jurnal dan tujuan dari
dilakukannya penelitian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai