Anda di halaman 1dari 55

STRATEGI MITIGASI

GUNUNGAPI DI INDONESIA
Dipresentasikan Dalam Rangka
Ceramah Pengenalan Tugas Fungsi PVMBG
Kepada Calon Pengamat Gunungapi Indonesia
Bandung, 27 Februari 2018

Oleh :
Gede Suantika
(Bidang Mitigasi Gunungapi)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN GEOLOGI
PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI
Jln. Diponegoro no. 57 Bandung 40122
Telepon (022) 7272606, Fax (022) 7202761, Homepage :http:/www.vsi.esdm.go.id
BENCANA GEOLOGI
o Salah satu tugas dan fungsi BADAN
GEOLOGI adalah menangani bencana geologi
di Indonesia yang selanjutnya dilaksanakan oleh
salah satu unit kerja di bawahnya yaitu Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

o Bencana geologi terdiri dari bencana


gunungapi, bencana gempa bumi, bencana
tsunami, dan bencana gerakan tanah.
TUPOKSI BENCANA GEOLOGI
PVMBG
(Permen ESDM Ortala No. 13/2016)
o Tugas dan fungsi PVMBG di bidang gunungapi
yang dilaksanakan oleh Bidang Mitigasi
Gunungapi (MGA) adalah menyiapkan bahan:
peraturan, status, peringatan dini, pelaporan,
dan rekomendasi.
o Serta melaksanakan penelitian, penyelidikan,
perekayasaan, pemantauan, pemetaan tematik,
pemodelan bahaya, dan penyebaran informasi.
o Untuk memudahkan melunasi tupoksi ini maka
MGA dibantu oleh Sub Bidang MGA Barat dan
Sub Bidang MGA Timur.
Jumlah Gunungapi dan SDM
Wilayah Jumlah Jumlah Pos Jumlah Jumlah Staf di
Pengamatan Gunungapi Pengamatan Pengamat Kantor Pusat
Gunungapi Tipe A Gunungapi Gunungapi
Diamati

MGA Barat 34 34 96 22
(Pulau Sumatera dan (6 S3, 5 S2, 6 S1,
Pulau Jawa) dan 6 teknisi)

MGA Timur 37 37 108 21


(Bali, NTB, NTT, (1 S3, 5 S2, 11
Sulteng, Sulut, S1, dan 5 teknisi)
Maluku dan Maluku
Utara)
TOTAL 71 71 204 43
Distribusi Gunungapi di Indonesia

127 Gunungapi Aktif di Indonesia, 71 gunungapi mempunyai prioritas tinggi untuk diamati karena
sering meletus dan banyak penduduk bermukim di lerengnya.
BAHAYA ERUPSI GUNUNGAPI
1.AWAN PANAS

Erupsi pada 26, 30 Oktober dan 3, 5 November 2010


Awan Panas G. Merapi Korban meninggal karena awan panas 198 Jiwa,
Tidak langsung (jantung, ispa, kecelakaan, dll.) 188
Jiwa. Jumlah pengungsi 399.408 jiwa.
BAHAYA PRIMER ERUPSI GUNUNGAPI: AWAN PANAS
Desa Sukameriah

Desa Sukameriah, Bekerah dan Simacem dilanda awan panas pada Erupsi Sinabung Tahun 2014

Desa Kinahrejo dilanda awan panas pada Erupsi Merapi Tahun 2010
2. ALIRAN LAVA
BAHAYA PRIMER LETUSAN GUNUNGAPI: ALIRAN LAVA

Aliran lava G. Paahoa Hawaii Erupsi Juni 2014 merusak pemukiman , terminal bus,
perkebunan , dan jalan raya.

Aliran lava pada Erupsi G. Galunggung Tahun 1982


3. JATUHAN ABU
Dampak letusan abu
G. Galunggung tahun 1982, atap
rumah rusak

Dampak jatuhan abu


G. Sinabung tahun 2013, rumah roboh

Dampak jatuhan abu Dampak jatuhan abu


G. Sinabung tahun 2013, tanaman sayur G. Sinabung tahun 2013, tanaman jeruk dan
hancur kopi hancur
JATUHAN ABU
TERMASUK BAHAYA SKUNDER GUNUNGAPI
4. LAHAR
LAHAR TERMASUK BAHAYA SEKUNDER GUNUNGAPI
Dampak aliran lahar G. Papandayan tahun 2002

Aliran lahar G. Merapi 2013 di Kali Gendol


(Republika.co.id)

Dampak lahar di Kali Bebeng Magelang pada


Dampak aliran lahar G. Kelud 2014 Erupsi Merapi Tahun 2010 (Bumantara.com)
Gunungapi Sinabung

Gunungapi Sinabung
5. LONTARAN BOM VULKANIK

Erupsi Anak Krakatau menerus mulai 9 Agustus


Erupsi Kelud 2014
2010-2012 (tidak ada pengungsian)
LONTARAN BOM VULKANIK
TERMASUK BAHAYA PRIMER ERUPSI GUNUNGAPI

Lontaran bom vulkanik pada Erupsi Kelud Tahun 2014


6. ALIRAN GAS BERACUN

Aliran CO G.Dieng Tahun 2013

Pengeluaran gas CO dari


aktifitas G.Dieng di
kawasan Sinila (Jawa
Tengah) tahun 1979 menim
bulkan banyak korban jiwa.
BAHAYA PRIMER GUNUNGAPI: AWAN PANAS DAN GAS
BERACUN
Gas beracun CO dari
aktifitas G. Dieng di
kawasan Sinila (Jawa
Tengah) tahun 1979
menimbulkan banyak
korban jiwa.

Gas beracun CO dari


aktifitas G. Dieng
Oktober 2013
Strategi Mitigasi Bencana Gunungapi di
Indonesia
1. Pemetaan geologi semua produk letusan gunungapi.
2. Membuat peta kawasan rawan bencana (KRB) gunungapi
3. Penelitian dan penyelidikan gunungapi baik
menggunakan pendekatan ilmu-ilmu geologi, geokimia,
seismik, geofisika, kimia air/gas, dan deformasi.
4. Pengamatan menerus aktivitas gunungapi baik secara
instrumental dan visual.
5. Memberikan peringatan dini gunungapi ke masyarakat
6. Melakukan tanggap darurat letusan gunungapi.
7. Mensosialisasikan bahaya letusan gunungapi dan
penggunaan peta kawasan rawan bencana gunungapi
kepada masyarakat dan pemerintah kabupaten.
8. Memberikan pelayanan kepada masyarakat
1. Pemetaan Geologi Gunungapi

o Pemetaan seluruh produk letusan (awan panas, jatuhan material lepas, dan
lahar) dan struktur di tubuh gunungapi. Pemetaan meliputi sebaran dan
urutan umur setiap batuan. Dari pemetaan ini diketahui karakteristik letusan
gunungapi dan kawasan rawan bencana gunungapi.
2. Pemetaan Kawasan Rawan Bencana
Gunungapi
o Pemetaan Kawasan Rawan Bencana
Gunungapi berdasarkan pemetaan
geologi gunungapi. Peta ini memberi
petunjuk adanya potensi ancaman
bencana seperti: 1) Landaan awan
panas, lontaran bom-bom vulkanik,
aliran lava (merah tua) dan jatuhan
material lepas diameter di atas 64 mm
(lingkaran dalam) 2) Perluasan awan
panas, aliran lava (merah muda) dan
material lepas diameter 10-64 mm
(lingkaran tengah), 3) Landaan lahar
(kuning) dan jatuhan abu-pasir-kerikil
diameter 1-10 mm (lingkaran luar).
3. Penelitian Gunungapi
3.1 Penelitian Kegempaan
3.2 Penelitian Deformasi
3.3 Penelitian Kimia Gas dan Air Kawah
Secara Langsung
3.4 Pengukuran Emisi Gas Gunungapi Secara
Penginderaan Jauh
3.5 Penelitian petrologi gunungapi
3.6 Penelitian potensi dampak bencana:
simulasi lahar dan simulasi sebaran abu
vulkanik

Penelitian gunungapi dilakukan oleh para ahli


gunungapi atau saintis gunungapi.
3.1 Penelitian Kegempaan

Penelitian kegempaan meliputi pemasangan banyak stasiun


gempa baik permanen maupun temporer. Hasil penelitian penting
untuk menentukan model/dimensi pipa magma dan kantong
magma melalui penentuan pusat gempa dan anomali kecepatan
(tomografi seismik)
Tomografi Seismik
3.2 Penelitian Deformasi Gunungapi TILTMETER
EDM

GPS

Penelitian deformasi meliputi pemasangan banyak titik ukur dan mengukur perubahan
(jarak, sudut kemiringan, dan koordinat titik ukur) untuk mengetahui pengembangan
dan pengerutan tubuh gunungapi dan selanjutnya untuk mengetahui baik volume
erupsi yang akan keluar ke permukaan maupun mengetahui erupsi akan berakhir.
3.3 Penelitian Gas dan Air Kawah
Secara Langsung

Penelitian kimia gas dan air kawah meliputi pengambilan sampel gas
dan air kawah secara langsungn ke sumber hembusan gas dan
kawah untuk mengetahui perubahan senyawa kimia dari magma.
3.4 Pengukuran Emisi Gas Gunungapi
Secara Penginderaan Jauh

Pengukuran emisi gas gunungapi yang keluar dari kawah puncak


(SO2, CO2, dll) diukur dari jauh menggunakan alat penginderaan jauh
yang menggunakan prinsif spektrometri. Hasil pengukuran berupa
fluks (massa/waktu). Fluks yang meningkat menunjukkan
peningkatan kegiatan gunungapi
3.5 Penelitian Petrologi Gunungapi
3.6 Simulasi Lahar, Awan Panas, dan
Sebaran Abu Gunungapi
Estimasi Ketebalan Endapan
Material Lepas Kelud
Perkembangan sebaran ketebalan abu erupsi G. Kelud
(antara pkl 22:50 13 Februari 2014 s.d 14 Februari 2014 pkl 07:00)
SIMULASI NUMERIK LAHAR
GUNUNGAPI SEMERU (3676 m)

Detik.com

The villages that are potentially affected by lahar:


Sat River: Penanggal, Tambahrejo, and Kloposawit
villages.
Besuk Lengkong dan Besuk Kobokan River:
Supiturang, Sumberwuluh, Sumberrejo, Jugosari
and Gondoruso villages.
Besuk Bang dan Besuk Kembar River:
Pronojiwo, Sumberurip, Tamayu, Kaliuling and
Lebakharjo.
Simulasi Numerik Awan Panas Merapi 2010
(Statistical modeling)
→ based on the USGS LaharZ A = 0.06 V2/3
py model, calibrating the with V= 10, 30 and 50 106 m3
empirical relationships from the
2010 PDC field data…
B = 81 V2/3

Local DEM ASTER GDEM SRTM WRS-2


15 m spatial resolution ~30 m spatial resolution 90 m spatial resolution
± 9 m vertical accuracy ± 11 m vertical accuracy ± 10 m vertical accuracy
4. Pengamatan Gunungapi
4.1 Unsur-unsur manajemen
pengamatan gunungapi 24 jam
4.2 Pengamatan Visual
4.3 Pemeriksaan Kawah puncak
4.4 Pengamatan Kegempaan
4.5 Sistem Monitoring Gunungapi
Terpusat

Pengamatan gunungapi selama 24 jam


dilakukan dari Pos Pengamatan
Gunungapi oleh Para Pengamat
4.1 Unsur-unsur Manajemen
Pengamatan Gunungapi 24 jam

Ada tiga unsur pengelolaan pengamatan gunungapi 24 jam:


- Pos Pengamatan Gunungapi
- Pengamat Gunungapi
- Peralatan Pengamatan Gunungapi
4.2 Pengamatan Audio Visual

Pengamatan audio visual dilakukan terhadap semua kegiatan pada tubuh


gunungapi baik warna, tinggi, maupun kekuatan hembusan kepulan uap/abu
dari kawah puncak, suara blazer solfatara, bau H2S, suara
dentuman/gemuruh/letusan. Juga pengamatan visual terhadap kegiatan di
permukaan seperti pertumbuhan kubah lava, jangkauan luncuran awan
panas, sinar api, lahar, dan aliran lava. Pengamatan dapat menggunakan
kamera termal.
Contoh:Pengamatan visual menggunakan
kamera termal awan panas Sinabung
4.3 Pemeriksaan Kawah Puncak

Pemeriksaan kawah puncak dilakukan terhadap semua perubahan


keadaan kawah, keberadaan tembusan solfatara/fumarola yang
baru, dan melakukan pengukuran suhu dan keasaman air kawah.
CONTOH: PEMANTAUAN SUHU AIR PANAS DANAU KAWAH KELUD
FBERUARI 2014

• Pengukuran suhu air panas


dilakukan secara kontinyu
di kawah G. Kelud
• Suhu air panas G. Kelud
teramati meningkat sejak 10
September 2013.
• Peningkatan signifikan
teramati sejak tanggal 23
Januari hingga 13 Februari
2014 sekitar 4°C
4.4 Pengamatan Kegempaan
Pekerjaan pengamatan kegempaan meliputi:
1) Pemeliharaan stasiun gempa
2) Pemeliharaan rekorder analog dan digital
3) Menentukan jenis-jenis gempa
4) Membaca parameter masing-masing jenis
gempa
5) Membuat histogram gempa harian
6) Membuat intensitas getaran seismik atau
Real Seismic Amplitude Measurement
(RSAM).
Identifikasi Jenis Gempa Vulkanik

Seismogram Analog
Seismogram Digital
Histogram Gempa Vulkanik
CONTOH: RSAM Erupsi G. Kelud Februari 2014
4.5 Sistem Monitoring Gunungapi
Terpusat di PVMBG
Development of Volcano Monitoring System: 12 Regional Center in Indonesia
Local Seismic Data Transmission System Analog Recording
RC

S e n so r A m p lifie r R a d io T x R a d io R x D isc rim in a to r D ru m R e co rd e r


VCO
F ilte r
ADC Argalite
Field Digital Recording

Seismic Digital Data Transmitted from RC to PVMBG by VSAT and Indosat Satellite

CVGHM :
Principal Monitoring Room

Volcano Observatory
Ruang Monitoring Utama di PVMBG
There are 3 seismic
acquisition system and
earthquake analysis :
Nanometric
-Earthworm
-Argalite
-Nanometrics

Earthworm

Argalite
5. Peringatan Dini Gunungapi
1. NORMAL (LEVEL I)
Aktivitas gunungapi dalam keadaan normal dan tidak memperlihatkan adanya
peningkatan aktivitas berdasarkan hasil pengamatan secara visual, maupun hasil
penelitian secara instrumental. Untuk menghindari korban bencana maka
peringatan/rekomendasi tetap diberikan pada tempat-tempat berbahaya di sekitar
kawah gunungapi.

2. WASPADA (LEVEL II)


Terjadi peningkatan aktivitas gunungapi berupa kelainan yang teramati secara visual dan
atau secara instrumental. Untuk menghindari korban bencana maka
peringatan/rekomendasi diberikan untuk tidak beraktivitas pada KRB III dan radius
paling dalam di dalam peta KRB gunungapi.

3. SIAGA (LEVEL III)


Peningkatan aktivitas gunungapi semakin nyata, yang teramati secara visual dan atau
secara instrumental serta berdasarkan analisis perubahan aktivitas tersebut cenderung
diikuti letusan/erupsi. Untuk menghindari korban bencana maka
peringatan/rekomendasi diberikan untuk tidak beraktivitas pada KRB II-III dan radius
di tengah dalam peta KRB gunungapi.

4. AWAS (LEVEL IV)


Peningkatan aktivitas gunungapi mendekati/menjelang letusan utama yang diawali oleh
letusan abu/asap. Untuk menghindari korban bencana maka peringatan/rekomendasi
diberikan untuk tidak beraktivitas pada KRB I-III dan radius paling luar di dalam peta
KRB gunungapi.
CONTOH: PERINGATAN DINI G. KELUD JAN-FEB 2014
S iagaA w as
N OR M A L W aspada • Jumlah Vulkanik Dangkal (VB)
V ulkanik D alam (V A ) T remor
400 menerus meningkat sejak tangggal 2
300
200 Februari 2014 hingga pukul
50 11:00 WIB mencapai 68 kali
0
kejadian  status Waspada
1200 V ulk anik D angkal (V B )
1100 • Gempa VB dan VA meningkat,
1000
400
200
tanggal 10 Februari 2014
Jum lah G em pa

0 mencapai 244 dan 75 kejadian


250
200
Low -frequency (LF) status Siaga. Gempa
150
100 Vulkanik VB dan VA
50
0 meningkat, serta kemunculan
5 H ybrid gempa LF. Gempa VB dan VA
4
3
2
tanggal 13 Februari 2014
1
0 hingga pukul 18.00 WIB
15 H em busan mencapai 895 dan 312
10 kejadian.
5 • Tanggal 13 Februari 2014
0
pk.21.11 WIB Tremor menerus
A m p_Trem or
15 mulai muncul dengan
A m plituda
T rem or

10
5 amplituda overscale  status
0 AWAS (Perintah evakuasi
R=10km.)
10 Feb
12 Feb
14 Feb

18 Feb
11 Jan

15 Jan
17 Jan
19 Jan
21 Jan
23 Jan
25 Jan
27 Jan
29 Jan
31 Jan

16 Feb
13 Jan

6 Feb
8 Feb
1 Jan
3 Jan

9 Jan

2 Feb
4 Feb
5 Jan
7 Jan

• Seismograf mulai merekam


gempa Letusan pk. 22:50 WIB.
Contoh Peringatan Dini :
Tingkat Kegiatan Gunungapi dan Rekomendasi Penanganan
Darurat Erupsi Kelud Februari 2014

1. NORMAL (Level I), bebas beraktivitas di semua Kawasan


Rawan Bencana dan tetap menjaga kewaspadaan dalam
beraktivitas, terutama di sekitar danau kawah tidak boleh
berenang.
2. WASPADA (Level II), tidak beraktivitas di dalam radius 3 km, di
luar radius 3 km tetap menjaga kewaspadaan dan terus
berkoordinasi dengan PVMBG/Pos PGA dan BPBD/Pemkab.
3. SIAGA (Level III), tidak beraktivitas di dalam radius 5 km, di luar
radius 5 km tetap menjaga kewaspadaan/kesiapsiagaan dan
terus berkoordinasi dengan PVMBG/Pos PGA dan
BPBD/Pemkab.
4. AWAS (Level IV), tidak boleh beraktivitas di dalam radius 10 km
dan masyarakat yang bermukim di dalam radius ini harus
mengungsi sementara, dan masyarakat di luar radius ini siap
diungsikan setiap saat bila dampak erupsi semakin meningkat.
Bagan Alir Informasi Peringatan Dini
Badan
Nasional
Penanggulangan PUSDATIN
Bencana
(BNPB)
BG

PVMBG PEMPROV/ BPBD


PEMKAB
POS PGA PUSDALOP
INSTANSI
TERKAIT
PENANGGULAN POSKO TD
BENCANA (SETELAH DARURAT
BENCANA
LAINNYA DITETAPKAN
DI LEVEL III-IV)
OTORITAS
BANDARA
6. Tanggap Darurat Gunungapi

Tanggap darurat gunungapi meliputi kegiatan pengiriman tim ahli pada


tingkat kegiatan gunungapi di atas normal yang terdiri dari ahli gempa
gunungapi, deformasi gunungapi, geologi gunungapi, ahli kimia
gunungapi, teknisi, dan surveyor. Tujuannya untuk menganalisis
kegiatan gunungapi lebih intensif dan potensi ancaman bencananya
serta bila perlu penambahan beberapa stasiun pengukuran.
7. Peningkatan Kapasitas Masyarakat

Peningkatan kapasitas masyarakat didalam menghadapi bencana


meliputi: sosialisasi bencana gunungapi, menyusun rencana
kontijensi, gladi posko, gladi lapang, TTX, dan drill. Sosialisasi
tentang tingkat kegiatan gunungapi baik pada saat normal maupun
di atas normal sangat penting dilakukan ke seluruh masyarakat yang
bermukim di sekitar gunungapi, begitu pula
sosialisasi/pelaporan/koordinasi ke pemerintah daerah mutlak
dilakukan dengan tujuan supaya pemerintah daerah dapat
mempersiapkan manajemen kedaruratan dengan lebih baik.
8. Pelayanan Masyarakat
1. Mengeluarkan peringatan dini (hasil pemantauan menerus) dan
rekomendasi teknis penanganan bencana ke Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Pemerintah Daerah
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah).
2. Memberikan KRB Gunungapi ke instansi vertikal (BNPB,
Kemdagri, dan Kem. ATR/BPN) dan pemerintah daerah untuk
perencanaan mitigasi/penanganan/pengurangan risiko bencana
dan perencanaan penataan ruang wilayah (RTRW).
3. Memberikan informasi hasil-hasil pemantauan, penelitian dan
penyelidikan gunungapi kepada mahasiswa kerja praktek.
4. Melakukan pendampingan teknis penanganan bencana yang
berkaitan dengan gejala kegunungapian (semburan gas/lumpur
dan lokasi relokasi) baik yang diminta oleh masyarakat, swasta,
pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat) secara gratis.
KERJASAMA GUNUNGAPI

1. VIDAP-USGS Amerika Serikat


2. SATREP-JICA Jepang
3. IRD Francis
4. EOS Singapura
5. BMKG-KEMHUB
6. Institut Teknologi Bandung
7. Universitas Brawijaya
8. Universitas Samratulangi
http://www.vsi.esdm.go.id/

Anda mungkin juga menyukai