Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman menuntut lulusan sarjana yang lebih berkualitas,

mahasiswa dituntut memiliki kemampuan (skill) dan pengetahuan

(knowledge) yang lebih dalam dunia kerja. Kemampuan dan pengetahuan

yang dibutuhkan juga bergantung pada karir atau profesi yang akan dipilih.

Salah satu karir yang membutuhkan kemampuan dan pengetahuan lebih

tersebut adalah karir dalam bidang akuntansi. Karir dalam bidang akuntansi

cukup luas antara lain akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pendidik

dan akuntan pemerintah. (Setiawan 2012).

Sarjana akuntansi paling tidak mempunyai tiga alternatif langkah yang

dapat ditempuh. Pertama, setelah menyelesaikan pendidikan ekonomi jurusan

akuntansi, seseorang dapat langsung bekerja. Kedua, melanjutkan pendidikan

akademik jenjang Strata-2. Ketiga, melanjutkan pendidikan profesi untuk

menjadi akuntan publik. (Tengker, 2007) Dengan kata lain, setelah

menyelesaikan pendidikan jenjang program sarjana jurusan akuntansi,

sarjana akuntansi dapat memilih berprofesi sebagai akuntan publik atau non

akuntan public (Astami, 2002). Jumamik (2007) menyatakan bahwa akuntan


publik adalah akuntan yang bergerak dalam bidang akuntansi publik, yaitu

menyerahkan berbagai macam jasa akuntansi untuk perusahaan-perusahaan

bisnis. Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi yang berhak

memberikan opini atas kewajaran dari laporan keuangan yang disusun

manajemen (Baridwan, 1998).

Kegiatan utama dari profesi akuntan publik terutama pada kegiatan

audit yang bertujuan untuk memberikan pendapat kewajaran laporan

keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen (Baridwan, 2002). Pendapat

akuntan publik ini berguna bagi pihak – pihak yang terkait dengan laporan

keuangan, yaitu pihak perusahaan (manajemen) maupun pihak luar

perusahaan (investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat) dalam

pengambil keputusan.

Pada saat ini profesi akuntansi menjadi sorotan tajam bagi para pelaku

bisnis dan masyarakat dianggap sebagai salah satu pihak yang mampu

memberikan kontribusi besar dalam memecahkan masalah yang mereka

hadapi. Terutama untuk profesi akuntan publik, mereka dituntut untuk

mampu menjaga kepercayaan publik dan menjalankan setiap kegiatannya

dengan maksimal. Sehingga karir akuntan publik merupakan karir yang

dianggap menjanjikan prospek yang cerah karena profesi ini memberikan

tantangan intelektual dan pengalaman belajar yang tidak ternilai. Karir ini

juga menberikan kesempatan untuk mengembangkan pekerjaan yang

menantang dan bervariasi, karena dapat ditugaskan di berbagai tempat dan


berbagai perusahaan yang memiliki ciri dan kondisi yang berbeda. Oleh

karena itu wajar jika minat mahasiswa akuntansi untuk masuk dalam profesi

ini juga besar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya persaingan ketat dalam

tes–tes penerimaan untuk menjadi seorang akuntan diluar akuntan publik

khususnya yang masuk dalam the big four (andriati, 2004 dalam Dyah

Nilamsari, 2008)

Mahasiswa akuntansi memiliki berbagai pertimbangan untuk menilai

karir apa yang akan dijalaninya, antara lain adalah Indeks Prestasi Kumulatif

(IPK), karena orang yang cerdas akan lebih bebas untuk menentukan jenis

karir yang akan dijalaninya dan bisa berharap imbalan yang lebih baik untuk

kecerdasannya itu (Hj. Retnawati Siregar, 2006). Bahkan akhir - akhir ini

perusahaan atau instansi pemerintah telah menetapkan prestasi minimal

untuk dapat diterima bekerja diperusahaan atau instansi tersebut. IPK telah

lama menjadi syarat untuk melamar pekerjaan. Seorang lulusan perguruan

tinggi misalnya hanya boleh melamar bila IPKnya = 3,0. Rupanya

persyaratan IPK saja belum cukup karena disinyalir belum menjamin kualitas

seorang alumni. IPK boleh tinggi tetapi prestasi kerja belum tentu. Lagi pula

IPK alumni dari suatu perguruan tinggi lainnya. Barangkali ini merupakan

salah satu “kiat” perusahaan untuk memperoleh calon pegawai yang

memenuhi kriteria mereka. (http://blog .unsuri.ac.id). IPK adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir

sebagai akuntan publik. Faktor lain yang diduga berpengaruh dalam


pemilihan karir adalah persepsinya mengenai penghasilan, nilai – nilai sosial,

dan lingkungan kerja.

Dengan mengetahui persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor –

faktor yang mempengaruhinya mereka dalam memilih karir, secara

keseluruhan maka setiap mahasiswa akuntansi yang akan terjun ke dalam

dunia kerja dapat dengan tepat memilih karir yang akan dijalankannya

sehingga mahasiswa akuntansi yang sudah lulus dan siap terjun dalam dunia

kerja lebih mudah menyesuaikan kemampuan yang dimilikinya dengan

tuntutan dalam pekerjaan, apalagi profesi akuntan pada masa yang akan

datang menghadapi tantangan yang semakin berat, maka kesiapan yang

menyangkut profesionalisme profesi mutlak diperlukan.

Kegiatan utama dari profesi akuntan publik terutama pada kegiatan

audit yang bertujuan untuk memberikan pendapat kewajaran terhadap

laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen (Baridwan,2002).

Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipandang menjanjikan

prospek yang cerah karena profesi ini memberikan tantangan intelektual dan

pengalaman belajar yang tidak ternilai (Wheeler,1983). Menurut Bachtiar

(2002), profesi akuntan publik bisa termasuk profesi termahal karena sumber

pendapatan terbesar dari akuntan publik telah bergeser dari jasa audit ke jasa

konsultasi manajemen.

Penelitian yang dilakukan oleh Aprilyan (2008) tentang Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi dalam Pemilihan Karir menjadi


Akuntan Publik (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi UNDIP dan

Mahasiswa Akuntansi UNIKA) menyimpulkan bahwa penghargaan

finansial/gaji, lingkungan kerja, pelatihan professional, pengakuan

professional, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, personalitas dan

pencapaian akademik berpengaruh positif terhadap pemilihan karir menjadi

akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi. Sedangkan lingkungan kerja tidak

berpengaruh terhadap pemilihan karir menjadi akuntan publik oleh

mahasiswa.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dian Putri Merdekawati dan

Ardiani Ika Sulistiawati (2011), yang menyatakan bahwa penghargaan

finansial tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir akuntan public. Namun

hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Johan Dwinanda (2014), yang menyatakan bahwa penghargaan finansial

berpengaruh signifikan tehadap pemilihan karir akuntan public sehingga

banyak mahasiswa akuntansi yang memilih karir menjandi akuntan public

karena penghargaan finansial yang sangat menjanjikan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dian Putri Merdekawati dan

Ardina Ika Sulistiawati (2011), yang menyatakan bahwa pelatihan

profesional berpengaruh terhadap pemilihan karir akuntan public. Namun

hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Trirorania (2004) dalam

Dian Putri Merdekawati dan Ardina Ika Sulistiawati (2011), yang


menyatakan bahwa pelatihan profesional tidak berpengaruh terhadap

pemilihan karir akuntan public.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anna Kania Widiatami dan

Nur Cahyonowati (2013), yang menyatakan bahwa pengakuan professional

berpengaruh terhadap pemilihan karir akuntan public. Namun hasil penelitian

ini berbeda dengan Nanang Agus Suyono (2014), yang menyatakan bawha

pengakuan professional tidak berpengaruh terhadap pemilihan akuntan

public.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anna Kania Widiatami dan

Nur Cahyonowati (2013), yang menyatakan bahwa nilai-nilai sosial

berpengaruh terhadap pemilihan karir akuntan public. Namun hasil penelitian

ini berbeda dengan hasil penelitian Dian Putri Merdekawati dan Ardina Ika

Sulistiawati (2011), yang menyatakan bahwa nilai-nilai sosial tidak

berpengaruh terhadap pemilihan karir akuntan public.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nanang Agus Suyono (2014),

yang menyatakan bahwa lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap

pemilihan karir akuntan public. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan

hasil penelitian Anna Kania Widiatami dan Nur Cahyonowati (2013), yang

menyatakan lingkungan kerja berpengruh terhadap pemilihan karir akuntan

public.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dian Putri Merdekawati dan

Ardina Ika Sulistiawati (2011), yang menyatakan bahwa pertimbangan pasar


kerja tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir akuntan public. Namun

hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Nanang Agus Suyono (2014), yang

menyatakan pertimbangan pasar kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir

akuntan public.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andi Setiawan Chan (2012),

yang menyatakan bawha pencapaian akademik tidak berpengaruh terhadap

pemilihan karir akuntan public.

Berikut ini merupakan data jumlah mahasiswa akuntansi aktif

Universitas Muhammadiyah Cirebon dari tahun 2010-2015:

Tabel 1.1

Tabel Mahasiswa Akuntansi Aktif Universitas Muhammadiyah

Cirebon

Tahun 2012-2014

No. Tahun Jumlah mahasiswa akuntansi aktif

1 2012 9

2 2013 16

3 2014 20

Total 45

Sumber dari Universitas Muhammadiyah Cirebon

Setelah berhasil menyelesaikan kuliahnya, pilihan karir bagi lulusan

akuntansi tidak tertutup pada profesi akuntansi saja, banyak pilihan profesi
yang dapat dijalani oleh mereka tergantung faktor-faktor yang melatar

belakanginya. Banyak realitas yang terjadi di dunia kerja yang mengharuskan

lulusan akuntansi dalam mempertimbangkannya (Oktavia, 2005 seperti yang

dikutip Widyasari, 2010).

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

penelitian ini berjudul: “ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM

PEMILIHAN KARIR MENJADI AKUNTAN PUBLIK (STUDI

EMPIRIS PADA MAHASISWA S1 AKUNTANSI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH CIREBON)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dalam penelitian ini

dapat dirumuskan permasalahan:

1. Apakah penghargaan finansial berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik?

2. Apakah pelatihan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik?

3. Apakah pengakuan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik?


4. Apakah nilai-nilai sosial berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik?

5. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik?

6. Apakah pertimbangan pasar kerja berpengaruh terhadap pemilihan

karir menjadi akuntan publik?

7. Apakah Pencapaian akademik berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik?

C. Tujuan Penelitian

Dilihat dari rumusan masalah masalah di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh penghargaan finansial/gaji terhadap

mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir akuntan public.

2. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan profesional terhadap mahasiswa

akuntansi dalam pemilihan karir akuntan public.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengakuan profesional terhadap

mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir akuntan public.

4. Untuk mengetahui pengaruh nilai-nilai sosial terhadap mahasiswa

akuntansi dalam pemilihan karir akuntan public.


5. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap mahasiswa

akuntansi dalam pemilihan karir akuntan public.

6. Untuk mengetahui pengaruh pertimbangan pasar kerja terhadap

mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir akuntan public.

7. Untuk mengetahui pengaruh pencapaian akademik terhadap

mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir akuntan public.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian diharapkan dapat

bermanfaat bagi.

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

tambahan pengetahuan dan sebagai masukan dalam hal pengembangan

ilmu pengetahuan dan penerapan teori-teori yang ada.

2. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada

mahasiswa akuntansi sebagai bahan pertimbangan agar mahasiswa

mudah memilih karir yang akan dijalankannya.

3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah

dalam upaya untuk meningkatkan kualitas. Pengajaran dalam rangka

menambahkan mutu lulusan sebagai pekerja intelektual yang siap

pakai sesuai dengan kebutuhan dan membantu membuat kurikulum

dalam system pendidikan akuntan yang relevan dalam dunia kerja saat

ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian terdahulu

Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam

pemilihan karir menjadi akuntan publik telah dilakukan oleh beberapa peneliti

sebelumnya:

Tabel 2.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan

Metode Yang
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Digunakan
1. Johan Dwinanda analisis faktor – Hasil analisis Uji validitas,
(2014) faktor yang menunjukkan uji reabilitas,
mempengaruhi variable analisis
mahasiswa penghargaan
akuntansi dalam
statistik
finansial, pelatihan
pemilihan karir profesional, nilai- deskriptif,
menjadi auditor nilai sosial, analisis regresi
pada instansi lingkungan kerja logistik, matrik
swasta dan berpengaruh klasifikasi.
pemerintah. signifikan terhadap
pemilihan karir, akan
tetapi untuk variabel
personalitas dari
hasil analisis
menunjukkan tidak
terdapat pengaruh
signifikan terhadap
pemilihan karir
sebagai
auditor pemerintah
atau auditor pada
instansi swasta pada
mahasiswa akuntansi
2. Ardiani Ika Persepsi Hasil pengujian telah Uji validitas,
Sulistyawati mahasiswa membuktikan bahwa uji reliabilitas,
Nina Ernawati akuntansi ada perbedaan dan uji
Netty Sylviana mengenai faktor- persepsi mahasiswa Kruskal-Wallis
(2013) faktor dalam pemilihan
mempengaruhi karir gaji, pelatihan
pemilihan karir profesional,
pengakuan
keprofesionalan,
linkungan kerja dan
pertimbangan pasar
tenaga kerja
merupakan hal-hal
yang bisa
menyebabkan
perbedaan persepsi
dalam pemilihan
karir. Sedangkan
nilai sosial dan
kepribadian
bukanlah faktor yang
menyebabkan
perbedaan persepsi
mahasiswa
3. Dian Putri Faktor-Faktor Hasil penelitian ini Analisis regresi
Merdekawati yang menunjukkan bahwa logistic
Ardiani Ika Mempengaruhi ada pengaruh dalam
Sulistiawati Pemilihan Karir pilihan mahasiswa
(2011) Akuntan Publik akuntansi sebagai
dan Non Akuntan akuntan publik,
Publik akuntan perusahaan,
pendidik akuntansi,
dan akuntan
pemerintah yang
mengkaji faktor-
faktor keuangan
reward, pelatihan
profesional,
pengakuan
profesional, nilai-
nilai sosial,
lingkungan kerja,
tenaga kerja
pertimbangan pasar
dan kepribadian

4. Nanang Agus Analisis faktor- Hasil penelitian ini Uji validitas,


Suyono (2014) faktor yang menunjukkan bahwa dan uji
mempengaruhi imbalan keuangan reabilitas
pemilihan karir faktor simultan,
menjadi akuntan pelatihan
public professional,
pengakuan
professional,
lingkungan kerja,
nilai-nilai sosial dan
pertimbangan
kepribadian pasar
tenaga kerja
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap pemilihan
karir sebagai
akuntan publik oleh
mahasiswa akuntansi
di Universitas Sains
Al-Qur’an
5. Anna Kania Determinan Hasil dari itu Uji reabilitas
Widiatami pemilihan karir penelitian dan Regresi
Nurcahyonowati pada mahasiswa menunjukkan bahwa Logitik
(2013) akuntansi faktor: profesional
latihan, sosial nilai-
nilai, profesional
pengakuan, dan
pekerjaan
lingkungan
mempengaruhi itu
pilihan dari
pembawa dari
akuntansi siswa.
Sementara tingkat
dari siswa dan gaji
faktor tidak
mempengaruhi itu
pilihan dari
pembawa dari
akuntansi siswa

2. Landasan Teori

2.1 Teori Pengharapan

Dewasa ini, penjelasan yang paling diterima secara luas

mengenai motivasi adalah teori pengharapan dari Victor H. Vroom.


Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang

ingin dicapai oleh seseorang dari perkiraan yang bersangkutan bahwa

tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya. Artinya,

apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan nampaknya

terbuka untuk memperolehnya, maka yang bersangkutan akan

berupaya mendapatkannya. Dalam istilah yang lebih praktis, teori

pengharapan mengatakan bahwa karyawan akan berupaya lebih baik

jika karyawan tersebut meyakini upaya itu menghasilkan penilaian

kinerja yang baik. Penilaian kinerja yang baik akan mendorong

imbalan organisasi seperti bonus, kenaikan penghargaan finansial/gaji

atau promosi. Selanjutnya, imbalan tersebut akan memenuhi sasaran

pribadi karyawan. Oleh karena itu, teori ini berfokus pada tiga

hubungan (Robbins, 2006):

1. Hubungan upaya-kinerja. Probabilitas yang dipersepsikan oleh


individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan

mendorong kinerja.

2. Hubungan kinerja-imbalan. Sampai sejauh mana individu itu

meyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong

tercapainya kinerja yang diinginkan.

3. Hubungan imbalan-sasaran pribadi. Sampai sejauh mana imbalan-

imbalan organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi


individu serta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi individu

tersebut.

Kunci dari teori pengharapan adalah pemahaman sasaran individu dan

keterkaitan antara upaya dan kinerja, antara kinerja dan imbalan.

Dengan demikian, pemilihan karir mahasiswa akuntansi ditentukan

oleh pengharapan akan karir yang akan mereka pilih apakah karir

tersebut dianggap dapat memenuhi kebutuhan individu mereka dan

apakah karir tersebut mempunyai daya tarik bagi mereka. Misalnya

apakah karir tersebut dapat memberikan imbalan organisasi yang layak

seperti bonus, kenaikan penghargaan finansial/gaji atau promosi.

Dengan kata lain, mahasiswa yang mempunyai pengharapan terhadap

karir yang dipilihnya ini dapat memberikan apa yang mereka inginkan

ditinjau dari faktor-faktor penghargaan finansial, pelatihan profesional,

nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan

personalitas.

2.2 Profesi Akuntan Publik

Profesi akuntan publik berkembang sejalan dengan

berkembangnya berbagai jenis perusahaan. Perusahaan membutuhkan

modal untuk menjalankan profesinya. Modal ini dapat berasal dari

pihak intern perusahaan (pemilik) dan pihak ekstern perusahaan


(investor dan pinjaman dari kreditur). Oleh karena itu, laporan

keuangan dibutuhkan oleh kedua pihak tersebut dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan perusahaan. Laporan keuangan yang

akan dibuat manajemen merupakan penyampaian informasi mengenai

pertanggung jawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak ekstern

maupun intern perusahaan (Setiyani, 2005).

Akuntan publik sebagai bagian dari profesi akuntansi memiliki peran

yang sangat strategis dalam dunia bisnis. Hal ini didasarkan atas

pertimbangan bahwa hanya akuntan publik yang memiliki kewenangan

untuk menyatakan opini atas laporan keuangan klien. Menurut Boynton

et al. (2003:53) kebutuhan akan opini auditor atas laporan keuangan

disebabkan oleh empat faktor, yaitu:

a. Conflict of interest antara pengguna laporan keuangan dan

manajemen.

b. Consequences, dimana laporan keuangan dianggap sebagai sumber

utama.

c. Complexity bahwa laporan keuangan merupakan sesuatu yang

kompleks.

d. Remoteness, yakni adanya keterbatasan jarak, waktu dan biaya yang

tidak praktis jika pemakai informasi tidak mendasarkan pada hasil

laporan auditan.
Mulyadi (1992:27) mendefinisikan akuntan publik sebagai

berikut:

“Akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat,

terutama bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dibuat

oleh kliennya. Pemeriksaan tersebut terutama ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan para kreditor, investor, calon kreditor, calon

investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak). Di samping

itu, akuntan publik juga menjual jasa lain kepada masyarakat seperti,

konsultasi pajak, konsultasi bidang manajemen, penyusunan sistem

akuntansi, dan penyusunan laporan keuangan”.

Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan

Publik (KAP) adalah pemeriksaan laporan keuangan dan konsultasi

dibidang keuangan. Jenis pekerjaan tersebut mencerminkan seorang

akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) akan selalu

berhubungan dengan klien, yaitu perusahaan yang meminta jasa pada

kantor akuntan publik. Hal tersebut menunjukan bahwa jenis pekerjaan

profesi akuntan publik adalah pekerjaan yang tergantung pada jasa

yang diminta oleh kliennya (Setiyani, 2005).

Seseorang yang memilih karir sebagai akuntan publik, harus

terlebih dahulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan


akuntan senior yang lebih berpengalaman. Di samping itu, pelatihan

teknis yang mempunyai cukup arti pula bahwa akuntan harus mengikuti

perkembangan yang terjadi di dunia usaha dan profesinya (Mulyadi,

2002).

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

No.43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997, izin menjalankan

praktik sebagai akuntan publik diberikan oleh Menteri Keuangan jika

seseorang memenuhi persyaratan sebagai berikut (Mulyadi, 2002):

a. Berdomisili di wilayah Indonesia.

b. Lulus ujian sertifikasi akuntan publik yang diselenggarakan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

c. Menjadi anggota IAI.

d. Telah memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun

sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit.

Berikut ini adalah gambaran jenjang karir akuntan publik

(Mulyadi, 2002):

a) Auditor junior, bertugas melaksanakan prosedur audit secara rinci,

membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit

yang telah dilaksanakan.


b) Auditor senior, bertugas untuk melaksankan audit dan bertanggung

jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai

dengan rencana, mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor

junior.

c) Manajer, merupakan pengawas audit yang bertugas membantu

auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu

audit, mereview kertas kerja, laporan audit dan management letter.

d) Partner, bertanggung jawab atas hubungan dengan klien, dan

bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai auditing.

Bekerja di KAP dapat mengetahui berbagai macam perusahaan

terutama perlakuan auditnya, sering bepergian keluarkota untuk

mengaudit klien. Pengalaman di KAP menbuat seorang individu dicari

oleh perusahaan karena dianggap telah menguasai akuntansi sesuai

standar yang berlaku. Namun bekerja di KAP juga terdapat

kekuranganya, seperti pekerjaan yang melebihi perusahaan biasa yang

mengharuskan lembur (Sumarna, 2002).

2.3 Karir di Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik (member of member’s firm) meliputi

semua dari berikut ini (Boynton et al., 2003:109):


1. Semua orang (dari setiap tingkatan) yang berpartisipasi dalam

perikatan, kecuali mereka yang hanya melaksanakan fungsi klerk

rutin, seperti juru ketik atau operator foto kopi.

2. Semua orang yang memiliki posisi manajerial dan berlokasi dalam

kantor yang berpartisipasi signifikan dalam perikatan (misalnya

direktur sumberdaya manusia).

3. Semua pemilik, partner, atau pemegang saham dari kantor akuntan

publik.

4. Sebuah entitas (misalnya kemitraan, korporasi, perwalian, atau

kerjasama) yang kebijakan usaha, keuangan, atau akuntansinya

dapat dikendalikan oleh seseorang atau lebih dari orang-orang

yang telah disebutkan di atas atau oleh dua orang atau lebih yang

dipilih dan ditunjuk untuk bertindak bersamasama.

Akuntan publik merupakan profesi yang menjual jasa kepada

masyarakat umum terutama dalam bidang pemeriksaan laporan

keuangan yang disajikan klien. Pemeriksaan laporan keuangan

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dari pihak intern perusahaan

maupun ekstern perusahaan (kreditor, investor, calon kreditor, calon

investor, instansi pemerintah, dan masyarakat). Dalam realitanya

akuntan publik melaksanakan empat jenis jasa utama, yaitu atestasi,


perpajakan, konsultasi manajemen, serta jasa akuntansi dan

pembukuan.

Bervariasinya jasa yang dapat diberikan oleh profesi akuntan

publik dapat menimbulkan terjadinya berbagai macam tekanan kerja

sehingga dapat berpengaruh buruk pada kinerja, keefektifan dan

kesehatan individu, seperti membolos, produktivitas rendah, tingkat

turnover yang tinggi dan ketidakpuasan kerja (Gaertner dan Rube,

1981). Tekanan klien supaya kantor akuntan publik mengurangi ongkos

dan jam kerja serta persaingan ketat antar kantor akuntan publik

menyebabkan tekanan semakin meningkat.

Pada saat yang sama, biaya operasi kantor akuntan publik juga

meningkat. Karir profesi akuntan publik pada jenjang partner

mengalami tingkat stres yang paling rendah di antara yang lain dan

memiliki tingkat kepuasan kerja tertinggi serta mereka pula paling

sedikit mengalami psychosomatic distress dan keinginan untuk

berpindah kerja (Sanders et al., 1995). Selain itu kantor akuntan publik

besar memiliki lingkungan kerja yang cenderung berusaha stres

daripada kantor akuntan publik lokal atau regional (Gaertner dan Ruhe,

1981). Collins dan Killough (1992) menunjukkan bahwa lingkungan

kerja yang cenderung bersuasana stres dapat menyebabkan

ketidakpuasan kerja meningkat. Selain itu, pekerjaan yang tidak sesuai


pribadinya juga dapat meningkatkan ketidakpuasan kerja (Chatman,

1989).

2.4 Faktor-Faktor yang Menjadi Pertimbangan dalam Pemilihan Karir

sebagai Akuntan Publik

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi mahasiswa

akuntan dalam pemilihan karir akuntan yaitu: penghargaan

finansial/gaji, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai

sosial, limgkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan pencapaian

akademik (Widyasari, 2010)

1. Penghargaan Finansial

Penghargaan finansial atau gaji adalah sebuah penghargaan

yang berwujud finansial. Penghargaan finansial tersebut

dipertimbangkan dalam pemilihan profesi. Karena tujuan utama

seseorang bekerja adalah memproleh penghargaan finansial.

Penghasilan atau penghargaan finansial yang diperoleh sebagai

kontraprestasi dari pekerjaan telah diyakini secara mendasar bagi

sebagian besar perusahaan sebagai daya tarik utama untuk

memberikan kepuasan kepada karyawannya. Kompensasi finansial

yang rasional menjadi kebutuhan mendasar bagi kepuasan kerja.

Penghargaan finansial/gaji dipandang sebagai alat ukur untuk


menilai pertimbangan jasa yang telah diberikan karyawan sebagai

imbalan yang telah diperolehnya. Seseorang yang bekerja tidak

hanya sekedar memenuhi kebutuhan ekonomi saja, akan

tetapialasan kuat yang mendasar sampai sekarang mengapa

seseorang bekerja hanya untuk alasan faktor ekonomi. Hal ini

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisiologi.

Menurut penelitian (Stolle, 1976) yang termasuk dalam

penghargaan finansial adalah gaji awal yang tinggi, dana pensiun,

dan potensi kenaikan penghargaan finansial/gaji. (Wheeler, 1983)

menemukan bahwa orang-orang bisnis, psikologi, dan bidang

pendidikan selain akuntansi beranggapan bahwa akuntansi

menawarkan penghasilan yang lebih tinggi daripada pekerjaan

dalam bidang pemasaran, manajemen umum, keuangan dan

perbankan. Wijayanti (2001) mengungkapkan bahwa penghargaan

finansial/gaji atau penghargaan finansial merupakan faktor yang

dipertimbangkan mahasiswa dalam memilih profesi.

Mahasiswa yang memilih profesi akuntan perusahaan dan

akuntan pemerintah berpendapat bahwa dengan profesi tersebut,

penghargaan finansial/gaji awal mereka lebih baik dibandingkan

dengan profesi akuntan pendidik dan profesi akuntan publik.

Mahasiswa yang memilih profesi akuntan pemerintah dan akuntan


pendidik lebih mengharapkan dana pension dibandingkan dengan

mahasiswa yang memilih profesi akuntan perusahaandan akuntan

publik (Rahayu, 2003).

2. Pelatihan Profesional

Stolle (1976) mengungkapkan pelatihan profesional

dipertimbangkan oleh mahasiswa yang memilih profesi akuntan

publik. Hal ini berarti bahwa dalam memilih profesi, tidak hanya

bertujuan mencari penghargaan finansial, tetapi juga ada keinginan

untuk mengejar prestasi dan mengembangkan diri. Hasil

penelitiannya lebih lanjut mengemukakan bahwa mahasiswa

tingkat IV beranggapan akuntan publik lebih memerlukan

pelatihan kerja dan lingkungan kerjanya lebih variatif, karena

lingkungan kerja yang lebih variatif ini maka perlu pelatihan kerja

yang lebih banyak daripada karir sebagai akuntan perusahaan.

Beberapa elemen dalam pelatihan profesional yakni, pelatihan

sebelum bekerja, mengikuti pelatihan diluar lembaga, mengikuti

pelatihan rutin lembaga, dan variasi pengalaman kerja.

Mahasiswa akuntansi beranggapan bahwa pelatihan

profesional ini perlu dilakukan oleh semua profesi akuntansi.

Mahasiswa yang memilih profesi akuntan pendidik menganggap

tidak perlu pelatihan kerja sebelum memulai pekerjaan. Mahasiswa


yang memilih profesi akuntan publik menganggap pelatihan kerja

tidak terlalu diperlukan dalam menjalankan karirnya (Rahayu

2003).

Selanjutnya, Wijayanti (2001) menunjukkan bahwa pelatihan

profesional, tidak dipertimbangkan dalam pemilihan profesi

mahasiswa, kecuali faktor pengalaman kerja yang bervariasi

dipertimbangkan oleh mahasiswa yang memilih profesi akuntan

publik dan akuntan pemerintah. Begitu pula dengan hasil

penelitian Jadongan (2004), yang mengungkapkan bahwa dalam

memilih profesi akuntan publik, mahasiswa sangat

mempertimbangkan pelatihan profesional.

3. Pengakuan Profesional

Pengakuan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan

dengan pengakuan terhadap prestasi. Pengakuan profesional ini

meliputi adanya kemungkinan bekerja dengan ahli yang lain,

kesempatan untuk berkembang dan pengakuan prestasi (Rahayu et

al, 2003).

Trirorania (2004) menyatakan bahwa pengakuan profesional

dipertimbangkan oleh mahasiswa yang memilih profesi sebagai

akuntan publik. Hal ini berarti bahwa dalam memilih profesi tidak

hanya bertujuan mencari penghargaan finansial atau gaji, tapi juga


ada keinginan untuk berprestasi dan mengembangkan diri. Elemen-

elemen dalampengakuan profesional ini di antaranya adalah adanya

pelatihan kerja, adanya pelatihan profesi, adanya pengakuan

prestasi, pengalaman kerja yang bervariasi, kesempatan

berkompetisi dan perlunya keahlian untuk mencapai sukses.

Pengakuan professional yang akan diuji dalam penelitian ini

meliputi kesempatan untuk berkembang, adanya pengakuan apabila

berprestasi, cara untuk kenaikan pangkat, dan keahlian untuk

mencapai sukses (Rahayu dkk, 2003).

4. Nilai-nilai Sosial

Nilai-nilai sosial ditunjukkan sebagai faktor yang

menampakkan kemampuan seseorang pada masyarakatnya atau

dengan kata lain, nilai seseorang dari sudut pandang orang-orang

lain di lingkungannya. Nilai sosial dipertimbangkan dalam memilih

profesi. Mahasiswa akuntansi menganggap profesi akuntan publik

lebih memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain,

lebih memberi kesempatan untuk menyediakan jasa sosial dan lebih

prestisius dibandingkan profesi akuntan perusahaan (Stolle,1976).

Wijayanti (2001) mengungkapkan bahwa nilai-nilai sosial

dipertimbangkan oleh mahasiswa akuntansi dalam memilih profesi

yang meliputi: kesempatan berinteraksi, kepuasan pribadi,


kesempatan untuk menjalankan hobi, dan perhatian perilaku

individu. Pandangan mahasiswa akuntansi terhadap hal-hal tersebut

juga berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaan dalam profesi

yang dipilih.

5. Lingkungan Kerja

Stolle (1976) mengungkapkan bahwa profesi akuntan

perusahaan menurut persepsi mahasiswa akuntansi lebih bersifat

rutin dan banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan di belakang

meja, sedangkan pekerjaan sebagai akuntan publik lebih atraktif,

lebih banyak membutuhkan waktu, tingkat persaingan dan

banyaknya tekanan untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih baik.

Sifat pekerjaan, tingkat persaingan dan banyaknya tekanan

merupakan faktor lingkungan pekerjaan dan merupakan faktor yang

dipertimbangkan dalam pemilihan karir mahasiswa.

Penelitian oleh Wijayanti (2001) menunjukkan bahwa

lingkungan kerja dipertimbangkan dalam pemilihan profesi

mahasiswa terutama pada sifat pekerjaan rutin dan pekerjaan cepat

diselesaikan. Rahayu et al. (2003) menunjukkan bahwa mahasiswa

yang memilih profesi sebagai akuntan pemerintah menganggap

rutinitas pekerjaannya lebih tinggi dibanding akuntan perusahaan.

Mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik


menganggap jenis pekerjaannya tidak rutin, tetapi banyak tantangan

dan tidak dapat dengan cepat terselesaikan.

6. Pertimbangan Pasar Kerja

Pertimbangan pasar kerja berhubungan erat dengan pekerjaan

yang dapat diakses di masa yang akan datang. Pekerjaan yang

memiliki pasar kerja yang lebih luas akan lebih diminati daripada

pekerjaan yang pasar kerjanya kecil. Hal ini karena peluang

pengembangan dari pekerjaan dan imbalan yang diperoleh akan

lebih banyak. Pertimbangan pasar kerja dapat menjadi alasan atau

faktor bagi seseorang dalam menentukan karirnya. Dengan

demikian, pertimbangan pasar kerja merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi mahasiswa akuntansi untuk menentukan karirnya

baik yang berprofesi sebagai akuntan pubik maupun non akuntan

publik.

Hasil penelitan Rahayu et al. (2003) menunjukkan bahwa

mahasiswa yang memilih profesi akuntan pemerintah dan akuntan

pendidik menganggap keamanan kerja dan profesinya lebih aman

dibandingkan dengan perofesi akuntan lainnya. Mahasiswa yang

memilih profesi akuntan publik menganggap pekerjaannya kurang

aman tetapi masih lebihaman dibandingkan profesi akuntan

perusahaan.
Menurut Wheeler (1983), pertimbangan pasar kerja (job

market consideration) meliputi, tersedianya lapangan kerja,

keamanan kerja, fleksibilitas karir, dan kesempatan promosi.

7. Pencapaian Akademik

Prestasi belajar adalah hasil usaha dari semua kegiatan yang

dilakukan mahasiswa, baik dari belajar, pengalaman dan latihan

dari sesuatu kegiatan. Untuk mengetahui dari hasil dari belajar ini

dibuat suatu alat pengukuran atau tes prestasi. Hasil pengukuran

dinyatakan dalam bentuk nilai yang bersifat kualitatif dalam

rentang angka 0-4 atau A, B, C, D, E. Tingkatan nilai tes ini diatur

menurut rangking dan diformulasikan dalam bentuk Indeks Prestasi

(IP). Indeks prestasi kumulatif (IPK) adalah indeks yang dihitung

pada suatu program pendidikan lengkap atau pada akhir semester

kedua dan seterusnya untuk seluruh mata kuliah yang diambilnya,

yang dinyatakan dalam rentangan angka 0,00-4,00.

Menurut Nurman (1994) dalam Siregar mutu output dari

suatu jenjang pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar. Semakin

baik prestasi belajar yang dimiliki diharapkan dapat

menggambarkan kinerja yang dapat diberikan ketika bekerja dalam

hal ini terutama kinerja sebagai akuntan publik.


B. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran
Penghargaan Finansial (X1)

Pelatihan Profesional (X2)

Pengakuan Profesional (X3)

Lingkungan Kerja (X4)


Karir Akuntan Publik (Y)

Nilai – nilai Sosial (X5)

Pertimbangan Pasar Kerja


(X6)

Pencapaian Akademik (X7)

2. Hipotesis

2.1 Penghargaan Finansial

Penghasilan atau penghargaan finansial yang diperoleh sebagai

kontraprestasi dari pekerjaan yang telah dilakukan diyakini sebgaian

besar perusahaan sebagai daya tarik untuk memuaskan karyawannya

(Wijayanti, 2001 dalam Widyasari 2005). Akuntan publik dalam

kenyataannya mengaudit tidak hanya satu perusahaan saja, namun

biasanya dua atau lebih perusahaan dalam sekali tempo. Semakin


besar perusahaan yang menggunakan jasa akuntan publik, maka

pendapatan yang diterima akan semakin tinggi. Berkarir di Kantor

Akuntan Publik dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi atau besar

dan bervariasi dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari

karir yang lain. Hal ini disebabkan semakin besar perusahaan atau

klien yang menggunakan jasa akuntan publik, maka pendapatan yang

diterima oleh akuntan publik juga akan semakin tinggi. Oktavia (2005)

dan Setiyani (2005) mengungkapkan bahwa penghasilan/gaji menjadi

salah satu faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan karir

mahasiswa akuntansi. Stole (1976) dalam Aprylian (2011) menyatakan

bahwa berkarir di Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan suatu

karir yang memberikan penghargaan secara financial dan pengalaman

bekerja yang bervariasi. Berkarir di KAP dapat menghasilkan

pendapatan yang tinggi atau besar dibandingkan dengan pendapatan

yang diperoleh dari karir yang lain. Berdasarkan penjelasan diatas

akan diuji hipotesis:

H1: Penghargaan finansial berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik.

2.2 Pelatihan Profesional


Mahasiswa akuntansi yang memilih karir menjadi akuntan

publik memerlukan pelatihan kerja karena untuk menjadi akuntan

publik yang dapat melaksanakan pekerjaan audit dengan baik tidak

cukup hanya dengan pendidikan formal saja namun juga harus

ditunjang oleh pengalaman praktek di lapangan dengan jam kerja yang

memadai. Pelatihan profesional ini meliputi, pelatihan sebelum

bekerja, mengikuti pelatihan diluar lembaga, mengikuti pelatihan rutin

di lembaga, dan variasi pengalaman kerja. Rahayu (2003) dalam

Widyasari (2005), menunjukkan karir sebagai akuntan publik

dianggap lebih memerlukan pelatihan kerja untuk meningkatkan

kemampuan profesional dan mendapatkan pengalaman kerja yang

bervariasi, sedangkan pada akuntan perusahaan dan akuntan

pemerintah menganggap bahwa pelatihan kerja kurang diperlukan,

sedangkan bagi akuntan pendidik mahasiswa menganggap tidak

diperlukannya pelatihan kerja, sehingga pengalaman kerja yang

bervariasi lebih sedikit diperoleh dibandingkan karir sebagai akuntan

perusahaan dan pemerintah. Hasil penelitian Sembiring (2009)

mengungkapkan bahwa dalam memilih profesi akuntan publik,

mahasiswa sangat mempertimbangkan pelatihan profesional.

Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan sebuah hipotesis yaitu:


H2: Pelatihan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik.

2.3 Pengakuan Profesional

Pengakuan profesional meliputi hal yang berhubungan dengan

dengan pengakuan terhadap prestasi. Menurut Stole (1976) dalam

Setiyani (2005), pengakuan professional dipertimbangkan oleh

mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam memilih profesi tidak hanya mencari penghargaan

finansial, tetapi juga ada keinginan untuk pengakuan berprestasi dan

mengembangkan diri. Elemen-elemen dalam pengakuan profesional

tersebut antara lain kesempatan untuk berkembang, pengakuan

berprestasi, kesempatan untuk naik gaji, dan penghargaan atas

keahlian tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas, dirumuskan sebuah

hipotesis yaitu:

H3: Pengakuan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik.

2.4 Nilai-nilai Sosial

Nilai-nilai sosial berkaitan dengan pandangan masyarakat

terhadap nilai-nilai sosial dari suatu karir yang dipilih. Wijayanti

(2001) dalam Aprilyan (2011) mengungkapkan bahwa nilai-nilai


sosial, dipertimbangkan oleh mahasiswa akuntansi dalam memilih

profesi yang meliputi: kesempatan berinteraksi, kepuasan pribadi,

kesempatan untuk menjalankan hobi, dan perhatian perilaku individu.

Stolle (1976) dalam Setiyani (2005) menyatakan bahwa nilai-nilai

sosial ditunjukkan sebagai faktor yang menampakkan kemampuan

seseorang pada masyarakatnya, atau dengan kata lain nilai-nilai sosial

adalah nilai seseorang dari sudut pandang orang laindi

lingkungannya.Berdasarkan penjelasan diatas, dirumuskan sebuah

hipotesis yaitu:

H4: Nilai-nilai sosial berpengaruh terhadap pemilihan karir menjadi

akuntan publik.

2.5 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan suasana kerja yang meliputi sifat

kerja (rutin, atraktif, dan sering lembur), tingkat persaingan antar

karyawan dan tekanan kerja merupakan faktor dari lingkungan

pekerjaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2003) dalam

Widyasari (2010) menunjukan bahwa karir sebagai akuntan pendidik

pekerjaannya lebih rutin dibanding karir yang lain. Rahayu juga

mengungkapkan bahwa mahasiswa yang memilih profesi akuntan

publik dan akuntan perusahaan menganggap bahwa profesi yang


mereka pilih akan memberikan banyak kesempatan untuk

berkembang. Karir sebagai akuntan pemerintah pekerjaannya rutin

yang rutinitasnya sedikit lebih tinggi dibanding akuntan perusahaan.

Karir sebagai akuntan publik dianggap karir yang jenis pekerjaannya

tidak rutin, lebih atraktif dan banyak tantangannya, tidak dapat dengan

cepat terselesaikan. Lingkungan kerjanya hampir sama dengan

lingkungan kerja akuntan pendidik. Berdasarkan penjelasan diatas,

dirumuskan sebuah hipotesis yaitu:

H5: Lingkungan kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir menjadi

akuntan publik.

2.6 Pertimbangan Pasar Kerja

Pertimbangan pasar kerja meliputi keamanan kerja dan

tersedianya lapangan kerja atau kemudahan mengakses lowongan

kerja. Keamanan kerja merupakan faktor yang menyebabkan karir

yang dipilih dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan

jauh dari kasus PHK. Hasil penelitian Rasmini (2007) menunjukkan

bahwa mahasiswa menganggap karir sebagai akuntan publik mampu

memberikan keamanan kerja yang lebih terjamin. Hasil penelitan

Sembiring (2009) menunjukkan bahwa personalitas berpengaruh


terhadap minat menjadi akuntan publik. Berdasarkan penjelasan diatas,

dirumuskan sebuah hipotesis yaitu:

H6: Pertimbangan pasar kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik.

2.7 Pencapaian Akademik

Prestasi belajar adalah hasil usaha dari semua kegiatan yang

dilakukan mahasiswa, baik dari belajar, pengalaman dan latihan dari

sesuatu kegiatan. Untuk mengetahui hasil dari belajar ini dibuat suatu

alat pengukuran atau tes prestasi. Hasil pengukuran dinyatakan dalam

bentuk nilai yang bersifat kualitatif dalam rentang angka 0-4 atau A,

B, C, D, E. Tingkatan nilai tes ini diatur menurut rangking dan

diformulasikan dalam bentuk Indeks Prestasi (IP). Indeks prestasi

kumulatif (IPK) adalah indeks yang dihitung pada suatu program

pendidikan lengkap atau pada akhir semester kedua dan seterusnya

untuk seluruh mata kuliah yang diambilnya, yang dinyatakan dalam

rentangan angka 0,00-4,00. Menurut Nurman (1994) dalam Siregar

mutu output dari suatu jenjang pendidikan dapat dilihat dari prestasi

belajar. Semakin baik prestasi belajar yang dimiliki diharapkan dapat

menggambarkan kinerja yang dapat diberikan ketika bekerja dalam hal

ini terutama kinerja sebagai akuntan publik. Berdasarkan penjelasan

diatas, dirumuskan sebuah hipotesis yaitu:


H7: Pencapaian akademik berpengaruh terhadap pemilihan karir

menjadi akuntan publik.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian

1. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris yang dilakukan pada

Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Cirebon Fakultas

Ekonomi Jurusan Akuntansi. Adapun yang menjadi objek penelitian

adalah mahasiswa jurusan akuntansi semester 3, 5 dan semester 7 karena

mahasiswa semester tersebut sudah melakukan penjurusan yaitu jurusan

manajemen atau jurusan akuntansi sehingga mahasiswa tersebut sudah

mulai berfikir dalam pemilihan karir.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sekaran (2006), populasi mengacu pada

keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin

peneliti investigasi yakni Mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Cirebon. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah

mahasiswa strata satu aktif Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Cirebon yang berada pada semester 3

sampai 7 yang berjumlah 45 mahasiswa akuntansi.


Alasan peneliti memilih mahasiswa akuntansi pada tingkatan

tersebut adalah karena mahasiswa pada semester tersebut telah

memiliki rencana atau pemikiran alternatif mengenai apa yang

akan mereka lakukan setelah kelulusannya. Di samping itu,

mahasiswa tersebut diharapkan telah memiliki pengetahuan yang

memadai mengenai profesi akuntansi khususnya akuntan publik.

b. Sampel

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono,

2012:96). Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif

kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain

sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi

dijadikan sampel.

Dengan menggunakan tekhnik sampel jenuh yang di

kemukakan oleh Sugiyono, 2012:96 peneliti mengambil sampel

seluruh populasi mahasiswa akuntansi Universitas

Muhammadiyah Cirebon aktif semester 3 sampai 7 yang

berjumlah 45 mahasiswa.

3. Sumber Data
(Hakim, 2009) data yang digunakan penelitian ini adalah data

primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara

langsung dati objek yang diteliti. Data primer ini diperoleh melalui

kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh

studi – studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain,

biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi.

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Penelitian lapangan, yaitu penelitian dengan cara

menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden.

Kuesioner dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan

yang harus dijawab untuk memperoleh pengumpulan data

efisiensi waktu.

b) Studi literatur, yaitu penelitian langsung yang dilakukan

dengan mempelajari berbagai literatur, laporan, sumber –

sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang

dibahas dalam penulisan skripsi ini, guna memperoleh data


yang akan dijadikan landasan teori dalam penulisan

proposal skripsi ini.

5. Instrument penelitian

(Sugiyono, 2003) dalam (Hakim, 2009). Instrument penelitian

dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner yang digunakan diadopsi dari penelitian Yuanita Widyasari

tahun 2010 dengan judul persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-

faktor yang membedakan pemilihan karir.

Peneliti memberikan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner terbuka,

dimana responden diminta membubuhkan tanda silang (x) pada salah satu

pernyataan yang dianggap responden tepat, kuesioner yang dipakai

menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang/kelompok orang tentang fenomena

sosial. Adapun skor jawabannya adalah sebagai berikut:

- Kriteria Sangat Setuju, diberikan skor 5

- Kriteria Setuju, diberikan skor 4

- Kriteria Kurang Setuju, diberi skor 3

- Kriteria Tidak Setuju, diberi skor 2

- Kriteria Sangat Tidak Setuju, diberi skor 1


6. Definisi operasional variable penelitian

Sesuai dengan kerangka pemikiran yang tlah dijelaskan, maka

terdapat 2 variabel dalam penelitian:

1. Variable independen: penghargaan finansial, pelatihan profesional,

pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja,

pertimbangan pasar kerja, personalitas dan pencapaian akademik

2. Variable dependen: pemilihan karir sebagai akuntan public

Tabel 3.1

Operasional variable

Variable (x): penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan

profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan

pasar kerja, personalitas, pencapaian akademik

Variabel Konsep variable Indikator variable Skala

Penghargaan Hasil yang diperoleh - Jaminan masa Ordinal


finansial (X1) sebagai kontraprestasi dari depan atau dana
pekerjaan yang telah pensiun
diyakini secara mendasar - Gaji awal yang
sebagai daya tarik untuk tinggi
memberikan kepuasan - Kenaikan gaji lebih
kepada karyawan cepat
(Yendrawati, 2007)
Pelatihan Menunjukan bakat dan - Pelatihan kerja Ordinal
professional mengembangkan diri sebelum memulai
(X2) (Yendrawati, 2007) kerja
- Sering mengikuti
pelatihan baik di
dalam lembaga
maupun di luar
lembaga
- Memperoleh
pengalaman kerja
yang bervariasi
Pengakuan Mendapat pengakuan dari - Memberikan Ordinal
profesional (X3) lembaga tempat mereka kesempatan untuk
bekerja (Yendrawat, 2007) berkembang
- Ada pengakuan
bila berprestasi
- Memerlukan
keahlian untuk naik
pangkat
- Memerlukan
keahlian utuk
mencapai sukses
Nilai-nilai sosial Pandangan masyarakat - Kesempatan Ordinal
(X4) terhadap karir yang melakukan
diperoleh mempunyai kegiatan sosial
nilai-nilai sosial - Kesempatan
(Yendrawati, 2007) berinteraksi dengan
orang lain
- Pekerjaan lebih
bergengsi
disbanding karir
yang lain
- Kesempatan untuk
bekerja dengan ahli
dibidang yang lain
- Kesempatan untuk
menjalnkan hobi
- Lebih
memperhatikan
perilaku individu
Lingkungan Suasana yang meliputi - Pekerjaan rutin Ordinal
kerja (X5) sifat kerja (Yendrawati, - Pekerjaan lebih
2007) cepat dapat
diselesaikan
- Pekerjaan lebih
banyak tantangan
- Tingkat persaingan
antar karyawn
tinggi
- Lingkungan kerja
yang aman dan
menyenangkan
- Sering lemburada
tekanan kerja untuk
mancapai hasil
yang sempurna
Pertimbangan pekerjaan berdasarkan - Keamanan kerja Ordinal
pasar kerja (X6) informasi lowongan yang lebih terjamin
pekerjaan (Widyasari, - Lapangan kerja
2010) yang ditawarkan
mudah diketahui
Personalitas Karakteristik psikologi - Mencermiknkan Ordinal
(X7) dari dalam yang personalitas
menentukan dan seorang yang
merefleksikan bagaimana bekerja secara
seseorang merespon profesional
lingkungannya (Widyasari,
2010)
Pencapaian mutu output dari suatu Ordinal
akademik (X8) jenjang pendidikan dapat
dilihat dari prestasi belajar
(Nurman, 1994)
Tabel 3.2

Operasional variable

Variable (Y): Karir Akuntan Publik

Variable Kategori variable Definisi variabel Skala

Pemilihan karir - - Bidang pekerjaan Ordinal


akuntan publik yang dimiliki
(Y) oleh seseorang
tertentu, dimana
keahlian tersebut
diperoleh dengan
melalui suatu
proses
pembelajaran
baik formal atau
informal.
(Harahap, 2004,
dalam opiyana,
2011)
- Karir terdiri dari
urutan
pengalaman atau
suaatu rangkaian
kerja yang
dipegang selama
kehidupan
seseorang yang
memberikan
kesinambungan,
ketentraman dan
harapan untuk
maju sehingga
menciptakan
sikapdan perilaku
tertentu.
(Yendrawati,
2007)

B. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptip diguakan untuk mengetahui deskripsi tentang

karakter variable-variabel penghargaan financial, pelatihan profesional,

pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar

kerja, personalitas dan pencapaian akademik dengan melihat tabel statistic

deskriptif yang menunjukkan angka kisaran teoritis dan kisaran aktual, rata-

rata dan standar deviasi.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Ketetapan pengujian suatu variable tergantung pada kualitas data yang

dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian variable penelitian tidak akan


mengenai sasaran apabila dat yang dipakai adalah data yang tidak valid dan

reliable. Sebelum dilakukan pengolahan data untuk menguji hipotesis, terlebih

dahulu dilakukan dua macam pengujian, yaitu uji validitas dan reliabilitas

dengan menggunakan bantuan program SPSS.

a. Uji Validitas

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan

fungsinya. Suatu instrument pengukuran dikatakan memiliki nilai

validitas yang tinggi apabila mampu memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya penelitian tersebut. Pengujian

validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi moment yang

perhitungannya menggunakan SPSS, nilai probabilitas yang

digunakan untuk menerima atau menolak signifikansi korelasiitem

variable dengan skor total adalah 0,005. Jika nilai signifikansi lebih

besar dari pada probabilitasnya, maka item tersebut tidak valid.

Menurut Sugiono (2001) dalam Opiyana, 2011. Dalam

penyusunan kuesioner, pertanyaan yang akan diajukan perlu

dipastikan. Untuk menentukannya harus jelas variable apa yang

diukur, variable masih bisa harus dipecah menjadi subvariabel atau

indicator. Apabila penyusunan kuesioner dilakukan sesuai prosedur,


sebenarnya kuesioner telah memenuhi validitas logis. Oleh karena

itu, validitas logis sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti

dalam menyusun kuesioner, memahami masalah, mengembangkan

variable penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari dari variable atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waaktu ke

waktu. Semakin tinggi reliabilitas dengan uji statistic Croanbach’s

Alpa (a). Suatu konstruk atau variable dikatakan reliable jika

memberikan nilai Croanbach’s Alpa > 0,6 (Nunnally, 1969 dalam

Ghozali, 2001 dalam Opiyana, 2011).

3. Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini digunakan uji asumsi klasik sebelum menguji

hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Uji asumsi klasik yang akan

digunakan dalam penelitian ini meliputi:


a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakan residual yang

diteliti berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual berdistribusi normal

merupakan suatu kurva berbentuk lonceng (bell-shaped curve) yang kedua

sisisya melebar sampai tidak terhingga. Distribusi dat tidak normal, karena

terdapat nilai ekstrim dalam data yang diambil.

Cara mendeteksi: dengan menggunakan Histrogram Regression

Residual yang akan distandarkan serta menggunakan analisis Chi kuadrat

(x² ) Kolmogorov-smirnov. Kurva nilai risudual terstandarisasi dikatakan

menyebar dengan normal apabila: nilai Kolmogorov-Smirnov Z≤ Z table

atau nilai Asymp.Sig.(2tailed) > a.

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah did ala model analisis

regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen).

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas did ala regresi dapat

diliat dari tolerance value dan nilai variance inflasion factor (VIF). Model

regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai

tolerance di atas 0,1 atau VIF di bawah 10. Apabila tolerance variance di

bawah 0,1 atau VIF di atas 10, maka terjaadi multikolinieritas (Ghozali,

2006 dalam Opiyana, 2011).

c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi

korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan.

Menurut waktu atau ruang hal ini mempunyai arti bahwa suatu tahun

tertentu dipengaruhi oleh tahun berikutnya (Gujarati, 1993;201, dalam

Mujadidi, 2011). Terjadinya korelasi antara data menurut waktu dan ruang

menyebabkan uji F dan uji t menjadi tidak akurat. Untuk mendeteksi ada

atau tidaknya autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin

Watson (DW test). Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi digunakan

metode Durbin Watson yaitu dengan melihat koefisien korelasi DW test.

Menurut Algifari (1997;79, dalam mujadidi, 2011) mendeteksi terjadinya

autokorelasi dengan menggunakan Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengukuran Autokorelasi

Durbin Watson Kesimpulan

Kurang dari 1,10 Ada autokorelasi

1,10 sampai dengan 1,54 Tanpa kesimpulan

1,55 sampai dengan 2,46 Tidak ada autokorelasi

2,47 sampai dengan 2,90 Tanpa kesimulan

Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi


d. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas (Ghizali, 2006 dalam Opiyana, 2011).

Salah satu caraa untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan grafik scatterplot antara

nilai prediksi variable terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Apabila nilai probabilitas signifikansinya di atas tingkat

kepercayaan 5% dan grafik scatterplot, titik-titik menyebar di atas

maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan

model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali,

2006 dala Opiyana, 2011). Selain dapat dideteksi dengan menggunakan uji

glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolute residual terhadap

variable independen signifikan secara statistic mempengaruhi variable

dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

e. Uji Linieritas

Pengujian Linieritas dimaksud untuk mengetahui model yang

dibuktikan merupakan model linier atau tidak. Pengujian linieritas

penelitian dilakukan dengan menggunakan MWD test. Asumsi linieritas

terpenuhi jika plot antara nilai residual terstandarisasi dengan nilai

prediksi terstandarisasi tidak berbentuk suatu pola tertentu (acak). Cara


mengetahui linierita dengan menggunakan gambar dianggap masih kurang

obyektif, sehingga masih dibutuhkan alat analisis Mac Kinnon-White-

Davidson (MWD).

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kedelapan variable

independen meliputi penghargaan finansial/gaji, pelatihan profesional,

pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan

pasar kerja, personalitas dan pencapaian akademik terhadap karir akuntan

publik digunakan analisis regresi berganda dengan rumus sebagi berikut:

Y = α + b1 X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 + b4 X 4 + b5 X5 + b6 X 6 + b7 X 7 + b8 X 8 +

e………

Keterangaan:

Y : Variabel dependen yaitu karir akuntan publik

Xı : Variabel independen pertama yaitu penghargaan finansial/gaji

X₂ : Variabel independen kedua yaitu pelatihan profesional

Xɜ : Variabel independen ketiga yaitu pengakuan profesional

X4 : Variabel independen keempat yaitu nilai-nilai sosial

X5 : Variabel independen kelima yaitu lingkungan kerja

X6 : Variabel independen keenam yaitu pertimbangan pasar kerja

X7 : Variabel independen ketujuh yaitu personalitas

X8 : Variabel independen kedelapan yaitu pencapaian akademik


a : Harga Y bila X=0 (konstanta)

bı . b₂: Koefisien regresi untuk variable bebas

e : Variabel lain

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam penaksiran nilai actual dapat

diukur dari goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur

dari nilai koefisien determinasi, nilai statistic F, nilai statistik t, yaitu sebagai

berikut:

a. Koefisiensi Determinasi Parsial (R²)

Koefisien Determinasi ini digunakan untuk mengetahui sumbangan

variable bebas secara persial terhadap variable terikat. Semakin besar R²

suatu variable bebas menunjukkan semakin dominannya variable bebas

tersebut terhadap variable terikatnya. Dan variable bebas yang mempunyai

R² paling besar menunjukkan bahwa variable bebas tersebut mempunyai

pengaruh yang dominan terhadap variable terikat. Jika hasil t hitung> t tabel

serta memiliki R² yang paling besar diantara variable bebas lain maka

hipotesis kedua diterima.

b. Uji Serentak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variable bebas secara

bersanma-sama atau simultan terhadap variable terikat. Hipotesis nol (H0)


menyatakan bahwa semua variable independen yang dimasukkan dalam

model tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable

dependen, sedangkan Hı menyatakan bahwa semua variable independen

mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variable dependen.

H0 diterima apabila F hitung ≤ F tabel

H0 ditolak apabila F hitung ≥ F tabel

 Jika signifikansi F statistik < 0,005 atau F hitung ≥F tabel maka H0

ditolak yang berarti semua variable independen secara simultan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen.

 Jika signifikansi F statistik > 0,005 atau F hitung ≤ F tabel maka H0

diterima yang berarti semua variable independen secara simultan tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable.

c. Uji Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan yntuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variable

independen terhadap variable dependen secara persial. Hipotesis

dirumuskan sebagai berikut:

H0 : artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variable

independen terhadap variable dependen.

Hı : artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variable

independen terhadap variable dependen.


Kriteria pengujian ditetapkan sebagai beriku:

Jika nilai t tabel ≤t hitung ≤ t tabelmaka H0 diterima

Jika t hitung > t tabel atau t hitung >t tabel maka H0 ditolak.

5. Perumusan Hipotesis:

1. perumusan hipotesis pertama

Pemgaruh gaji pada mahasiswa akuntansi terhadap pemilihn karir

akuntan publik.

H0 : Gaji tidak berpengaruh signifikan pada mahasiswa akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon terhadap

pemilihan karir akuntan publik.

Hı : Gaji berpengaruh signifikan pada mahasiswa akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon terhadap pemilihan

karir akuntan publik.

Dengan kriteria pengujian:

Jika sig.t > 0,005, maka H0 diterima

Jika sig.t < 0,005, maka H0 ditolak

2. Perumusan hipotesis kedua

Pengaruh pelatihan profesional pada mahasiswa akuntansi terhadap

pemilihan karir akuntan publik.


H0 : Pelatihan professional tidak berpengaruh signifika pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Hı : Pelatihan Profesional berpengaruh signifikan pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Dengan criteria pengujian:

Jika sig.t > 0,005, maka H0 diterima

Jika sig.t < 0,005, maka H0 ditolak

3. Perumusan hipotesis ketiga

Pengaruh pengakuan profesional pada mahasiswa akuntansi terhadap

pemilihn karir akuntan publik.

H0 : Pengakuan professional tidak berpengaruh signifika pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Hı : Pengakuan Profesional berpengaruh signifikan pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Dengan criteria pengujian:

Jika sig.t > 0,005, maka H0 diterima

Jika sig.t < 0,005, maka H0 ditolak


4. Perumusan hipotesis keempat

Pengaruh nilai-nilai sosial pada mahasiswa akuntansi terhadap

pemilihan karir akuntan publik.

H0 : Nilai-nilai sosial tidak berpengaruh signifika pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Hı : Nilai-nilai sosial berpengaruh signifikan pada mahasiswa akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon terhadap

pemilihan karir akuntan publik.

Dengan criteria pengujian:

Jika sig.t > 0,005, maka H0 diterima

Jika sig.t < 0,005, maka H0 ditolak

5. Pengaruh hipotesis kelima

Pengaruh lingkungan kerja pada mahasiswa akuntansi terhadap

pemilihan karir akuntan publik.

H0 : Lingkungan kerja tidak berpengaruh signifika pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Hı : Lingkungan kerja berpengaruh signifikan pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.


Dengan criteria pengujian:

Jika sig.t > 0,005, maka H0 diterima

Jika sig.t < 0,005, maka H0 ditolak

6. Perumusan hipotesis keenam

Pengaruh pertimbangan pasar kerja pada mahasiswa akuntansi

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

H0 : Pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh signifika pada

mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Cirebon terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Hı : Pertimbangan pasar kerja berpengaruh signifikan pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Dengan criteria pengujian:

Jika sig.t > 0,005, maka H0 diterima

Jika sig.t < 0,005, maka H0 ditolak

7. Perumusan hipotesis ketujuh

Pengaruh pencapaian akademik pada mahasiswa akuntansi terhadap

pemilihan karir akuntan publik.


H0 : Pencapaian akademik tidak berpengaruh signifika pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Hı : Pencapaian akademik berpengaruh signifikan pada mahasiswa

akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Cirebon

terhadap pemilihan karir akuntan publik.

Dengan criteria pengujian:

Jika sig.t > 0,005, maka H0 diterima

Jika sig.t < 0,005, maka H0 ditolak


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis yaitu pada mahasiswa akuntansi semester 3,

5 dan 7 sebanyak 45 mahasiswa.

Adapun karakteristik subyek penelitian dapat dijelaskan dalam pendistribusian

menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Table 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)

Laki-laki 20 28,1

Perempuan 25 71,9

Jumlah 45 100

Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2016


B. Analisis Data

Table 4.2

Statistik Deskriptif

Variabel N Kisaran Kisaran Rata- rata Standar


Teoritis Aktual Deviasi
Gaji 45 3 - 15 4 - 10 7.16 1.526

Pelatihan Profesional 45 4 - 20 12 - 17 13.69 1.355

Pengakuan Profesional 45 4 - 20 10 - 19 15.53 1.685

Nilai-nilai Sosial 45 6 - 30 15 - 25 19.06 2.368

Lingkungan Kerja 45 7 - 35 17 - 29 22.44 2.435

Pertimbangan Pasar Kerja 45 2 - 10 2-8 6.78 1.263

Pencapaian Akademik 45 1-5 2-5 4.25 0.803

Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2016

Pada table 4.2 menunjukan bahwa responden yang menjawab pada variabel

gaji diperoleh skor dengan rat-rata sebesar 7.16. Variabel pelatihan propesional

diperoleh skor dengan rata-rata sebesar 13.69. Variabel pengakuan propesional

diperoleh skor dengan rata-rata sebesar 15.53. Variabel nilai-nilai social diperoleh

skor dengan rata-rata sebesar 19.06. Variabel lingkungan kerja diperoleh skor dengan

rata-rata sebesar 22.44. Variabel pertimbangan pasar kerja diperoleh skor dengan

rata-rata sebesar 6.78. Variabel pencapaian akademik diperoleh skor dengan rata-rata

sebesar 4.25.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan pengolahan data untuk pengujian hipotesis, retlebih

dilakukan dua macam pengujian, yaitu uji validitas dan realibilitas. Ketepatan

pengujian tersebut, pengujian variabel penelitian tidak akan mengenai sasaran

apabila data yang dipakai adalah data yang tidak valid dan reliable.

a. Uji Validitas

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsinya.

Suatu instrument pengukuran dikatakan memiliki nilai validitas yang tinggi

apabila mampu memberikan hasil ukujran yang yng sesuai dengan maksud

dilakukannya penelitian tersebut. Hasil perhitungan validitas pada kuesioner

penelitian ini dapat dilihat dan disajikan pada table 4.3 dibwah ini:

Table 4.3

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas

Nilai
Nomer Item Keterangan
r hitung r tabel

Variabel Gaji

1 0.775 0.3.49 Valid

2 0.792 0.349 Valid

3 0.788 0.349 Valid


Variabel Pelatihan Profesional

1 0.822 0.349 Valid

2 0.874 0.349 Valid

3 0.856 0.349 Valid

4 0.823 0.349 Valid

Variabel Pengakuan Profesional

1 0.797 0.349 Valid

2 0.855 0.349 Valid

3 0.699 0.349 Valid

4 0.690 0.349 Valid

Variabel Nilai-nilai Sosial

1 0.663 0.349 Valid

2 0.649 0.349 Valid

3 0.692 0.349 Valid

4 0.623 0.349 Valid

5 0.649 0.349 Valid

6 0.847 0.349 Valid

Variabel Lingkungan Kerja

1 0.925 0.349 Valid

2 0.845 0.349 Valid

3 0.874 0.349 Valid


4 0.836 0.349 Valid

5 0.925 0.349 Valid

6 0.845 0.349 Valid

7 0.847 0.349 Valid

Variabel Pertimbangan Pasar Kerja

1 0.840 0.349 Valid

2 0.865 0.349 Valid

Variabel Pencapaian Akademik

1 0.623 0.349 Valid

2 0.649 0.349 Valid

Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2016

Pada table 4.3 dapat disimpulkan bahwa semua item dari variabel gaji,

pelatihan professional, pelatihan professional, nilai-nilai social, lingkungan kerja,

pertimbangan pasar kerja, pencapaian akademik adalah signifikan, sebab r hitung ≥ r tabel .

Dengan demikian, semua item pernyataan angket dapat dikatakan valid dan dapat

digunakan untuk analisis data berikutnya.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana instrument penelitian

tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Semakin tinggi reliabilitas, maka

semakin tinggi tingkat tingkat kemantapan hasil pengukuran dan


perhitungannya menggunakan SPSS. Untuk mengukur reliabilitas digunakan

nilai cronbach alpha yang mengukur interval penggunaan instrument tersebut.

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai

Croanbach’ Alpha > 0.60. Reliabilitas setiap variabel dapat dilihat pada table

4.4 dibawah ini:

Table 4.4

Rekapitulasi Hasil Reliabilitas

Aspek Nilai Cronbach Alpha Status

Gaji/Penghargaan finansial 0.652 Reliabel

Pelatihan Profesional 0.864 Reliabel

Pengakuan Profesional 0.733 Reliabel

Nilai-nilai Sosial 0.769 Reliabel

Lingkungan Kerja 0.942 Reliabel

Pertimbangan Pasar Kerja 0.623 Reliabel

Pencapaian Akademik 0.632 Reliabel

Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2016

Hasil uji reliable pada table 4.4 yang dilakukan dengan bantuan

program SPSS didapat bahwa variabel gaji, pelatihan professional, pengakuan

professional, nilai-nilai social, lingkungan kerja,, pertimbangan pasar kerja


dan pencapaian akademik memiliki nilai Croanbach Alpha > 0.60 sehingga

dapat disimpulkan bahwa semua variabel tersebut reliable.

2. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Batas krisis untuk uji normalitas adalah apabila nilai Asymp.Sig (2

tailed) lebih dari a.

Table 4.5

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smimov test

Standardized Residual

N 32
Normal parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .87988269
Most Extreme Differences Absolute .210

Positive .106
Negative -.210
Kolmogorov-Smirnov Z 1.189

Asymp. Sig. (2-tailed) .118


a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data

Dari analisis menggunakan SPPS for Window 17.0 di dapat nilai

Asmp.Sig. (2-tailed) (0.118) > α = 5% (0.05) oleh karena itu distribusi data

normal, dan artinya asumsi normalitas dalam analisis ini terpenuhi.


b. Uji Mutikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel

bebas (independen) dalam regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi antara variabel bebas. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).

Table 4.6

Hasil Uji Multikolineritas

Coefficientsᵅ

Collinearity Statistick

Model Tolerance VIF


1 gaji atau penghargaan finansial .898 1.114

pelatihan professional .448 2.232

pengakuan professional .639 1.565

nilai-nilai social .661 1.514

lingkungan kerja .688 1.454

pertimbangan pasar kerja .679 1.472

pencapaian akademik .369 2.712

a. Dependent variable: pemilihan karir menjadi akuntan public

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa setiap variabel independen memiliki nilai

Variance Inflation Factor (VIF) berada sekitar 1 sampai 10, demikian juga hasil
tolerance value lebih dari 0,10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

masalah multikolinearitas antar variabel independen.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan kepengamatan

lain. Pengujian ini menggunakan grafik Scatterplot atau nilai prediksi variabel

terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dengan menggunakan

ScatterPlot, suatu heteroskedastisitas diketahui dengan melihat sebaran plot data.

Ketika pada grafik terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola

teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi

heteroskedastisitas.

Table 4.7

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsᵅ
Unstandardizer Standardizer
coefficients coefficients
Model
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .906 1.339 .677 .505
gaji atau penghargaan finansial .068 .266
.050 1.350 .190
pelatihan professional -.076
.080 -.267 -.947 .348
pengakuan professional
-.051
.027 .054 -.221 .716 .353
nilai-nilai social
lingkungan kerja -.018 .038 .165 -508 .481
pertimbangan pasar kerja
-.020 .036 -.114 -.285 .616
pencapaian akademik
.027 .070 .491 1.598 .123

a. Dependent Variabel: ABRESID

Berdasarkan table 4.7 menunjukan bahwa variabel bebas memiliki

signifikansi diatas 5%atau lebih dari 0.50, sehingga dpat disimpulkan bahwa

semua variabel bebas tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Linearitas

Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui bahwa modal yang diuji

merupakan model linear. Untuk menguji model linearitas adalah dengan

menggunakan MWD test. Dengan menggunakan MWD test ini, model dikatakan

linear jika n9ilai sigt-t untuk Z1 lebih dari α = 5%.

Table 4.8

Hasil Uji Linearitas

Coefficientsᵅ
Unstandardizer Standardizer
Coefficients coefficients
Model
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .906 1.339 .677 .505
gaji atau penghargaan finansial .068 .266
.050 1.350 .190
pelatihan professional -.076
.080 -.267 -.947 .348
pengakuan professional
-.051
.027 .054 -.221 .716 .353
nilai-nilai social -.018 .038 .165 -508 .481
lingkungan kerja
-.020 .036 -.114 -.285 .616
pertimbangan pasar kerja
.0425 1.584 .040 .268 .791
pencapaian akademik

a. Dependent Variabel: pemilihan karir menjadi akuntan publik

Dari analisis mengunakan SPSS for Windows 17.0 dapat diketahui bahwa

nilai sig-t untuk Z1 = 0.791 lebih dari α = 5%. Oleh karena itu model linear.

3. Analisi Regresi Linier Berganda

a. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen, maka digunakanlah koefisien.

Dalam penelitian ini, nilai koefisien determinasi yang dipakai adalah nilai

adjusted R square. Table berikut ini menyajikan nilai koefisien determinasi

dari model penelitian.

Tabel 4.9

Nilai R dan Koefisien Determinasi

Model Summary

Adjusted R Std. error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .762ᵅ .580 .457 .757


a. Predictors: (Constant), gaji atau penghargaan finansial, pelatihan professional,
pengakuan professional, nilai-nilai social, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja,
pencapaian akademik
Hasil uji koefisien determinasi dari tabel 4.9 menunjukkan nilai R sebesar

0.457, artinya korelasi antara variabel penghargaan finansial, pelatihan

profesional, pengakuan profesional, lingkungan kerja, nilai-nilai sosial,

pertimbangan pasar kerja dan pencapaian akademik terhadap variabel pemilihan

karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi sebesar 0.457. Hal ini

menunjukkan keeratan hubungan dari variabel independen terhadap variabel

dependen karena nilai R mendekati satu. Selanjutnya, hasil uji tersebut juga

menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar 0.457, artinya persentase sumbangan

pengaruh variabel penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan

profesional, lingkungan kerja, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja dan

personalitas terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa

akuntansi adalah sebesar 65,9%, sedangkan sisanya sebesar 34,1% dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

b. Uji serentak (Uji F)

Setelah dilakukan pengujian untuk Koefisien Determinasi, maka akan

dilakukan pengujian apakah semua variabel independent yang dimasukkan

dalam model mumpunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel

dependen. Uji yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji-F. berikut

merupakan hasil perhitungan Uji-F:


Tabel 4.10

Uji F

ANOVAᵇ

Model Sum of Square Df Mean Square F Sig.


1 Regresi 18.975 7 2.711 4.734 .002ᵅ

Residual 13.744 24 .457

Total 32.719 31

a. Predictors: (Constant), gaji atau penghargaan finansial, pelatihan professional,


pengakuan professional, nilai-nilai social, lingkungan kerja, pertimbangan pasar
kerja, pencapaian akademik
b. Dependen Variabel pemilihan karir menjadi akuntan publik

Tabel 4.10 menunjukan bahwa F hitung adalah sebesar 4.734 dengan

taraf probabilitas sebesar 0.002. karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05,

maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pemilihan karir

akuntan atau dapat dikatakan gaji, pelatihan professional, pengakuan

professional, nilai-nilai kerja, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan

pencapaian akademik secara bersama-saama berpengaruh terhadap pemilihan

karir akuntan public.

c. Uji Parsial (Uji t)


Untuk mengidentifikasi koefisienvariabel bebas (independen) dapat

menggunakan unstandardierdizet coefficients maupun standardized

coefficients

Tabel 4.11

Uji t

Coefficientsᵅ
Unstandardizer Standardizer
Coefficients coefficients
Model
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .906 1.339 .677 .505
gaji atau penghargaan finansial .068 .266
.050 1.350 .190
pelatihan professional -.076
.080 -.267 -.947 .348
pengakuan professional
-.051
.027 .054 -.221 .716 .353
nilai-nilai social

lingkungan kerja -.018 .038 .165 -508 .481

pertimbangan pasar kerja -.020 .036 -.114 -.285 .616


pencapaian akademik .040
-.590 .279 -2177 .045

a. Dependent Variabel: pemilihan karir menjadi akuntan public

Hasil t-hitung pada tabel 4.11, maka dapat dijelaskan pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:

1. Variabel penghargaan finansial (X1) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar

dari nilai t-tabel (2,258 > 1,911) dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05
(0,014 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel penghargaan finansial

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan

publik oleh mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain, hipotesis (H1) diterima.

2. Variabel pelatihan profesional (X2) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar

dari nilai t-tabel (2,375 > 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari

0,05 (0,020 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pelatihan profesional

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan

publik oleh mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain, hipotesis (H2) diterima.

3. Variabel pengakuan profesional (X3) memiliki nilai t-hitung yang lebih kecil

dari nilai t-tabel (0,163 < 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih besar dari

0,05 (0,872 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengakuan

profesional secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi atau dengan

kata lain, hipotesis (H3) ditolak.

4. Variabel lingkungan kerja (X4) memiliki nilai t-hitung yang lebih kecil dari

nilai t-tabel (0,498 < 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih besar dari 0,05

(0,620 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja secara

parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir

sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain,

hipotesis (H4) ditolak.

5. Variabel nilai-nilai sosial (X5) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar dari

nilai t-tabel (4,239 > 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel nilai-nilai sosial secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik

oleh mahasiswa atau dengan kata lain, hipotesis (H5) diterima.

6. Variabel pertimbangan pasar kerja (X6) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar

dari nilai t-tabel (2,711 > 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari

0,05 (0,008 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertimbangan pasar

kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai

akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain, hipotesis (H6)

diterima.

7. Variabel pencapaian akademik (X7) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar

dari nilai tabel (2,375 > 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05

(0,020 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel personalitas secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh

mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain, hipotesis (H7) diterima.

C. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa akuntansi memilih

karir akuntan hanya dipengaruhi dipengaruhi oleh adanya variabel gaji atau

penghargaan finansial, pelatihan kerja, pengakuan professional, nilai-nilai social,

lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan pencapaian akademik tidak

mempengaruhi mahasiswa akuntasi dalam memilih karir maenjadi akuntan

public.
1. Gaji atau Penghargaan Finansial

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel

penghargaan finansial (X1) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar dari nilai t

tabel (2,258 > 1,911) dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (0,014 <

0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa variabel penghargaan finansial secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan

publik oleh mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain, hipotesis (H1)

diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wijayanti (2001) dan Aprilyan (2011) yang menunjukkan bahwa penghargaan

finansial merupakan variabel yang di pertimbangkan dan berpengaruh dalam

pemilihan karir akuntan publik. Mahasiswa akuntansi yang memilih karir

menjadi akuntan publik lebih mengharapkan penghargaan finansial/gaji

jangka panjang, gaji awal yang lebih tinggi dan kenaikan penghargaan

finansial yang cepat. Berkarir di Kantor Akuntan Publik dapat menghasilkan

pendapatan yang tinggi atau besar dan bervariasi dibandingkan dengan

pendapatan yang diperoleh dari karir yang lain, karena semakin besar

perusahaan atau klien yang menggunakan jasa akuntan publik, pendapatan

yang diterima akan semakin tinggi.

2. Pelatihan Profesional

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel

pelatihan profesional (X2) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar dari nilai t-
tabel (2,375 > 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (0,020 <

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pelatihan profesional secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan

publik oleh mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain, hipotesis (H2)

diterima.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Stolle (1976) dan Aprilyan (2011), yang mana pelatihan profesional

dipertimbangkan oleh mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik.

Menurut hasil penelitian Stolle (1976) menunjukkan bahwa, mahasiswa

tingkat IV beranggapan akuntan publik lebih memerlukan pelatihan kerja dan

lingkungan kerjanya lebih variatif, karena lingkungan kerja yang lebih variatif

ini maka perlu pelatihan kerja yang lebih banyak daripada karir sebagai

akuntan perusahaan. Mahasiswa akuntansi yang memilih karir menjadi

akuntan publik menganggap perlu untuk melakukan pelatihan kerja karena

untuk menjadi seorang akuntan publik yang dapat melaksanakan pekerjaan

audit dengan baik, tidak cukup hanya dengan bekal pendidikan formal semata

tetapi juga harus ditunjang oleh pengalaman praktek di lapangan dengan jam

kerja yang memadai.

3. Pengakuan Profesional

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel

pengakuan profesional (X3) memiliki nilai t-hitung yang lebih kecil dari nilai
t tabel(0,163 < 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (0,872

> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengakuan profesional secara

parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir

sebagaiakuntan publik oleh mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain,

hipotesis (H3) ditolak.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sembiring (2009)

yang menyatakan bahwa pengakuan profesional berpengaruh terhadap minat

menjadi akuntan publik. Rahayu et al. (2003) mengungkapkan bahwa

mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik menganggap bahwa profesi

yang mereka pilih akan memberikan banyak kesempatan untuk berkembang.

Namun hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wijayanti (2001)

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir mahasiswa

akuntansi. Diantara faktor-faktor yang diteliti salah satunya adalah pengakuan

profesional, dimana pengakuan profesional, tidak dipertimbangkan mahasiswa

akuntansi dalam memilih karir, termasuk pemilhan karir menjadi akuntan

publik.

4. Nilai-nilai Sosial

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel nilai-

nilai sosial (X4) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar dari nilai t-tabel

(4,239 > 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 <

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel nilai-nilai sosial secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh

mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain, hipotesis (H4) diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang diakukan oleh

Stolle (1976), yang menunjukkan, bahwa nilai-nilai sosial yang ditunjukkan

sebagai faktor yang menampakkan kemampuan seseorang pada

masyarakatnya, atau dengan kata lain nilai sesorang dari sudut pandang orang-

orang lain di lingkungannya. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

nilai social dipertimbangkan dalam memilih karir termasuk pemilihan karir

menjadi akuntan publik. Nilai-nilai sosial berhubungan dengan kemampuan

seseorang di masyarakat atau nilai seseorang yang dilihat dari sudut pandang

orang-orang dilingkungannya (Rahayu et al., 2003). Mahasiswa akuntansi

yang memilih karir sebagai akuntan publik mengharapkan dengan

ditugaskannya seorang akuntan publik di berbagai tempat dan perusahaan

memiliki ciri dan kondisi yang berbeda maka bisa menambah pengetahuannya

di bidang selain akuntansi karena interaksi yang dilakukan tidak hanya dengan

sesama akuntan, pengalaman kerja yang didapatkan juga semakin bervariasi

dan terbukanya kesempatan dipromosikan atau mempromosikan jasanya

sebagai akuntan publik.

5. Lingkungan Kerja

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel

lingkungan kerja (X5) memiliki nilai t-hitung yang lebih kecil dari nilai t-

tabel (0,498 < 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (0,620
> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja secara parsial

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir sebagai

akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain, hipotesis

(H5) ditolak.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa secara parsial, lingkungan

kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan karir menjadi

akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi. Mahasiswa akuntansi yang

memilih karirmenjadi akuntan publik menganggap segala sesuatu yang akan

terjadi didalam lingkungan kerja akuntan publik pada saat ia bekerja nanti

merupakan suatu pengorbanan yang harus dihadapi dan bagi mahasiswa

akuntansi tersebut penghargaan atau kepuasan yang akan ia dapatkan nanti

lebih besar daripada pengorbanan yang ia hadapi. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penilitian Aprilyan (2011), namun berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wijayanti (2001) yang menunjukkan bahwa lingkungan kerja,

dipertimbangkan dalam pemilihan profesi mahasiswa terutama pada sifat

pekerjaan rutin dan pekerjaan cepat diselesaikan.

6. Pertimbangan Pasar Kerja

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel

pertimbangan pasar kerja (X6) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar dari

nilai ttabel (2,711 > 1,911), dan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05

(0,008 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertimbangan pasar kerja
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai

akuntan public oleh mahasiswa akuntansi atau dengan kata lain, hipotesis

(H6) diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Felton et al. (1994) yang menjelaskan bahwa pertimbangan pasar kerja

merupakan factor yang mempengaruhi mahasiswa untuk memilih berprofesi

sebagai akuntan publik. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Jadongan (2004) yang mengungkapkan bahwa

pertimbangan pasar kerja tidak dipertimbangkan dalam pemilihan profesi

akuntan publik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir menjadi akuntan

public, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh mahasiswa akuntansi

yang memilih karir sebagai akuntan public terdapat factor gaji, pelatihan

professional, pengakuan professional dan pencapaian akademik. Sedangkan


untuk fakyor nilai-nilai social, lingkungan kerja dan pertimbangan pasar kerja

tidak terdapat pengaruh.

B. Keterbatasan Penelitian

Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian,

sehingga kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan data yang dikumpulkan

melalui kuesioner.

2. Responden yang digunakan dalam penelitian ini hanya mahasiswa Jurusan

Akuntansi, sehingga hasil kurang dapat digeneralisasi secara luas.

C. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk penelitian yang akan datang sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah ruang lingkup

penelitian dengan mengambil sampel mahasiswa akuntansi dari perguruan

tinggi negeri dan swasta yang lain.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan penelitian ini

dengan juga meneliti faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pemilihan

karir sebagai akuntan publik yang tidak diteliti oleh peneliti. Di samping itu
juga menambah metode lain di luar kuesioner untuk mengatasi kelemahan-

kelemahan yang mungkin terdapat pada metode kuesioner.

3. Bagi akademisi, guna meningkatakan mutu lulusan sebagai pekerja yang siap

pakai, perlu diupayakan keseragaman kurikulum dengan memberikan mata

kuliah konsentrasi lebih dini kepada para mahasiswa sehingga mereka punya

visi yang lebih baik dalam menentukan profesi apa yang akan digelutinya

selepas kuliah nanti.

Anda mungkin juga menyukai