Anda di halaman 1dari 5

Edema adalah penumpukan cairan dalam jaringan tubuh.

Edema paling
sering terjadi di kaki atau lengan. Namun, kondisi ini juga dapat terjadi di
bagian tubuh lainnya, seperti perut dan wajah.
Edema pada kasus ringan sering terjadi dan biasanya tidak berbahaya. Akan tetapi,
edema juga dapat menjadi tanda penyakit serius, seperti gagal jantung, serta gangguan
pada hati, ginjal, atau otak. Oleh karena itu, pemeriksaan ke dokter saat terjadi edema
sangat penting dilakukan untuk mencari tahu penyebab yang mendasarinya.

Penyebab Edema
Edema terjadi ketika cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya. Cairan
tersebut kemudian menumpuk dan membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.
Edema pada kasus yang ringan dapat terjadi akibat:

 Berdiri atau duduk yang terlalu lama

 Konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi secara berlebihan

 Perubahan hormon pada masa pramenstruasi

 Kehamilan, karena tubuh lebih banyak menahan garam dan air dari biasanya

Selain akibat kondisi-kondisi di atas, edema juga dapat terjadi karena kondisi yang
serius, yaitu:

1. Kekurangan protein albumin


Protein, termasuk albumin, berperan menjaga cairan tetap berada dalam pembuluh
darah. Kekurangan protein dalam darah dapat menyebabkan cairan di dalam pembuluh
darah keluar dan menumpuk sehingga menyebabkan edema.
Kondisi yang dapat menyebabkan kekurangan albumin antara
lain malnutrisi dan sirosis.

2. Reaksi alergi
Reaksi alergi, misalnya akibat gigitan serangga atau bulu hewan, dapat menyebabkan
edema. Hal ini terjadi karena respons tubuh terhadap alergen membuat cairan di dalam
pembuluh darah keluar ke area tersebut.

3. Kerusakan pembuluh darah vena pada kaki


Kondisi ini terjadi pada penyakit chronic venous insufficiency. Penyakit ini menimbulkan
gangguan pada pembuluh darah vena di kaki. Akibatnya, cairan di dalam aliran darah
menumpuk di pembuluh darah dan keluar ke jaringan sekitarnya.

4. Gagal jantung
Saat jantung mulai gagal berfungsi, salah satu atau kedua bilik jantung akan kehilangan
kemampuan memompa darah secara efektif. Akibatnya, cairan akan menumpuk secara
perlahan dan menimbulkan edema di kaki, paru-paru, atau perut.

5. Penyakit ginjal
Edema dapat terjadi akibat penyakit ginjal, khususnya sindrom nefrotik dan gagal ginjal
kronis. Hal tersebut terjadi karena cairan dalam tubuh tidak dapat dibuang melalui ginjal
yang rusak sehingga terjadi penumpukan. Edema yang disebabkan oleh penyakit ginjal,
dapat terjadi di kaki atau area sekitar mata.

6. Luka bakar
Luka bakar berat juga dapat menyebabkan edema. Hal ini terjadi karena luka bakar
bisa mengakibatkan kebocoran cairan ke jaringan di seluruh tubuh.

7. Infeksi
Sama halnya dengan luka bakar, infeksi berat, seperti selulitis atau COVID-19, juga
dapat menyebabkan kebocoran cairan ke jaringan pada bagian tubuh yang terinfeksi.

8. Gangguan sistem aliran getah bening


Sistem aliran getah bening berfungsi untuk membersihkan cairan berlebih dari jaringan.
Kerusakan pada sistem ini dapat menyebabkan kelenjar getah bening di suatu area
tubuh tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi penumpukan cairan.

9. Efek samping obat


Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping berupa edema. Contohnya
adalah obat antihipertensi, kortikosteroid, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS),
hormon estrogen, dan obat diabetes.
Selain penyebab di atas, edema juga dapat terjadi akibat gangguan pada otak, seperti
cedera kepala, tumor otak, infeksi otak, dan penyumbatan cairan di otak. Edema yang
disebabkan oleh gangguan pada otak hanya menimbulkan edema di bagian otak saja.

Faktor risiko edema


Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya edema, yaitu:

 Berjenis kelamin wanita

 Berusia lanjut (lansia)

 Memiliki berat badan berlebih

 Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat antihipertensi, obat antiinflamasi


nonsteroid (OAINS), atau obat diabetes

 Menderita penyakit kronis, seperti gagal jantung dan penyakit ginjal

 Baru menjalani operasi

Gejala Edema
Gejala yang dapat timbul akibat edema tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang
bengkak. Keluhan yang muncul dan dapat dirasakan oleh penderitanya berupa:

 Pembengkakan pada anggota tubuh yang terkena, seperti lengan atau kaki

 Kulit pada area yang terkena edema menjadi kencang dan mengkilap

 Timbul lubang seperti lesung pipit selama beberapa detik jika kulit pada area
edema ditekan

 Ukuran perut membesar

 Sesak napas dan batuk bila terjadi edema di paru-paru

 Sulit berjalan karena kaki terasa lebih berat akibat pembengkakan

Selain keluhan di atas, gejala lain juga dapat muncul akibat edema yang disebabkan
oleh peradangan. Beberapa gejalanya adalah demam, serta kulit kemerahan, nyeri,
atau keterbatasan gerak pada bagian yang mengalami edema.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala yang telah disebutkan di atas,
terutama jika gejala muncul setelah melakukan kegiatan yang membuat Anda duduk
atau berdiri dalam waktu lama, seperti melakukan perjalanan panjang.
Selain itu, Anda perlu segera ke dokter jika mengalami gejala edema, seperti:

 Sesak atau sulit bernapas


 Nyeri dada

 Batuk

Gejala di atas dapat menjadi tanda edema paru dan dapat berakibat fatal jika tidak
segera ditangani.
Anda juga disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter bila perut membesar,
mengalami edema kaki yang parah sehingga sulit berjalan, atau mengalami edema di
seluruh tubuh (edema anasarka).

Diagnosis Edema
Untuk mendiagnosis edema, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan
yang dialami, riwayat kesehatan, dan obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada area yang mengalami
pembengkakan, dilanjutkan dengan memeriksa kondisi hati, ginjal, dan jantung.
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan penyebab
edema, antara lain:

 Tes darah, untuk memeriksa fungsi ginjal, hati, dan kadar albumin

 Tes urine, untuk memeriksa adanya kadar protein dan darah pada urine

 Pemindaian dengan foto Rontgen, USG, MRI, untuk mendeteksi penyebab yang
mendasari terjadinya edema, seperti kerusakan pembuluh darah vena

 Ekokardiografi, untuk mendeteksi apakah edema terkait dengan gangguan pada


jantung, seperti gagal jantung

Pengobatan Edema
Pada kasus yang ringan, edema akan pulih dengan sendirinya dengan beristirahat.
Akan tetapi, pada kasus yang parah, dokter akan memberikan obat-obatan yang
jenisnya disesuaikan dengan penyebab, seperti:

 Obat antialergi, untuk mengatasi edema yang disebabkan oleh reaksi alergi

 Obat pengencer darah, untuk menangani edema akibat kerusakan pembuluh


darah

 Obat diuretik, untuk mengatasi edema yang terkait dengan gagal jantung atau
penyakit hati
Pada edema yang terjadi akibat efek samping obat, dokter dapat menyesuaikan jenis
dan dosis obat agar tidak menimbulkan edema pada penderita.
Selain metode pengobatan di atas, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
meredakan gejala dan membantu proses penyembuhan, yaitu:

 Tidak merokok

 Menurunkan berat badan jika memiliki berat badan berlebih

 Mengurangi konsumsi minuman beralkohol

 Tidak duduk atau berdiri terlalu lama

 Mengganjal kaki ketika sedang berbaring

 Berolahraga secara teratur, seperti berjalan atau berenang

 Mengurangi asupan garam dalam makanan

 Menggunakan stoking khusus untuk mencegah kaki bertambah bengkak

Komplikasi Edema
Jika tidak ditangani, edema dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:

 Sulit berjalan

 Nyeri yang bertambah parah

 Kaku

 Kulit meregang sehingga timbul gatal, rasa tidak nyaman, dan luka terbuka

 Infeksi di bagian yang mengalami pembengkakan

 Bekas luka di antara lapisan jaringan

 Penurunan elastisitas pembuluh darah, sendi, dan otot

Anda mungkin juga menyukai