Anda di halaman 1dari 4

Edema

Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel tubuh. Edema dapat
terjadi di seluruh bagian tubuh, namun yang paling jelas terlihat pada lengan atau
tungkai. Edema terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan
sekelilingnya. Cairan kemudian menumpuk sehingga membuat jaringan tubuh
menjadi bengkak.

Edema ringan tidak berbahaya, tetapi juga dapat menandakan kondisi yang lebih
serius, seperti gagal jantung, gangguan hati, ginjal, serta otak. Oleh karena itu
pemeriksaan ke dokter saat terjadi edema sangat penting guna mencari tahu
penyebabnya. Penanganan akan dilakukan berdasarkan penyebabnya.

Gejala Edema
Gejala yang tampak tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang bengkak. Edema
ringan karena peradangan bisa tidak menimbulkan gejala. Gejala yang muncul dan
dirasa oleh penderitanya berupa:

1. Anggota tubuh, misalnya lengan atau tungkai, menjadi bengkak.


2. Kulit area edema menjadi kencang dan mengkilap.
Jika kulit pada area edema ditekan, maka timbul lubang seperti lesung pipit selama
beberapa detik.
3. Ukuran perut membesar.
4. Sesak napas dan batuk bila terjadi edema di paru-paru.
5. Sulit berjalan karena tungkai terasa lebih berat akibat bengkak.
Edema kaki yang parah dapat mengganggu aliran darah sehingga menimbulkan borok
pada kulit.

Penyebab Edema
Edema terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya,
sehingga cairan menumpuk dan menjadi bengkak. Edema yang ringan biasanya
disebabkan karena berdiri atau duduk terlalu lama, terlalu banyak mengonsumsi
makanan dengan kadar garam tinggi, atau menjelang menstruasi dan selama
kehamilan bagi wanita.

Jaringan yang bengkak karena penumpukan cairan juga dapat terjadi karena penyakit
yang serius, di antaranya:
1. Kekurangan protein albumin. 
Protein, termasuk albumin, berperan menjaga cairan tetap berada dalam pembuluh
darah. Kekurangan protein dalam darah dapat menyebabkan cairan di dalam
pembuluh darah keluar dan menumpuk, sehingga menimbulkan edema. Contohnya
pada penyakit sindrom nefrotik.

2. Reaksi alergi. 
Edema terjadi karena respons tubuh terhadap alergen, di mana cairan di dalam
pembuluh darah keluar ke area tersebut.
Kerusakan pembuluh darah vena pada tungkai. Kondisi ini terjadi pada penyakit
insufisiensi vena kronis yang menyebabkan pembuluh darah vena tungkai terganggu,
sehinga cairan dalam aliran darah menumpuk pada pembuluh darah tungkai dan
keluar ke jaringan sekitarnya.
3. Gagal jantung. Saat jantung mulai gagal berfungsi, satu atau kedua bilik organ
tersebut mulai kehilangan kemampuan memompa darah secara efektif, sehingga
cairan akan menumpuk secara perlahan dan menimbulkan edema pada tungkai, paru-
paru, atau perut.
4. Penyakit ginjal. Edema dapat muncul karena cairan tidak dapat dibuang melalui
ginjal. Edema dapat terjadi pada tungkai dan sekitar mata.
Gangguan pada otak. Cedera kepala, tumor otak, infeksi otak, atau hambatan cairan
pada otak dapat menyebabkan edema otak.
5. Luka Bakar. Luka bakar berat juga menyebabkan kebocoran cairan ke jaringan di
seluruh tubuh. Sama halnya dengan luka bakar, infeksi berat juga dapat menyebabkan
kebocoran cairan.
6. Gangguan sistem aliran getah bening. Sistem aliran getah bening berfungsi untuk
membersihkan cairan berlebih dari jaringan, Kerusakan sistem ini dapat menyebabkan
cairan bertumpuk.
7. Efek samping obat. Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping berupa
edema. Contohnya adalah obat antihipertensi, kortikosteroid, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), hormon estrogen, dan obat diabetes.
8. Pada beberapa kasus, edema terjadi tanpa diketahui penyebabnya secara jelas
(edema idiopati). Edema seperti ini banyak terjadi pada wanita, dan dapat bertambah
parah seiring usia menua.

Pengobatan Edema
Penanganan dilakukan sesuai penyebab edema. Kasus yang ringan akan pulih dengan
sendirinya. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi gejala edema, yaitu:
1. Menurunkan berat badan jika memiliki berat badan berlebih. Banyak penderita
edema memiliki berat badan berlebih. Dengan menurunkan berat badan secara
bertahap, maka kondisi edema dapat membaik.
2. Menghindari posisi duduk atau berdiri terlalu lama.
3. Mengganjal kaki ketika sedang berbaring.
4. Berolahraga secara teratur, seperti berjalan atau berenang.
5. Mengurangi asupan garam dalam makanan. Garam dapat meningkatkan
penumpukkan cairan dan memperburuk kondisi edema.
6. Menggunakan stoking khusus untuk mencegah tungkai bertambah bengkak.
Untuk edema yang lebih parah, penanganan dilakukan dengan obat. Edema yang
disebabkan alergi, maka penderita dapat mengonsumsi obat antialergi untuk
mengatasi anggota tubuh yang bengkak. Sedangkan edema karena kerusakan
pembuluh darah akibat gumpalan darah, dapat diatasi dengan obat pengencer darah.
Sementara edema tungkai yang berkaitan dengan gagal jantung atau penyakit hati,
maka dokter memberi obat diuretik untuk meningkatkan frekuensi buang air kecil.
Dengan demikian, cairan dapat kembali mengalir dalam pembuluh darah
Jika edema terjadi karena efek samping konsumsi obat, maka dokter dapat
menyesuaikan pemberian obat sehingga tidak menimbulkan edema pada penderita.
Selain mengurangi edema, pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya
merupakan pengobatan utama, agak edema tidak terus terbentuk.

Hal yang penting dilakukan untuk mencegah dan mengatasi edema adalah melakukan
perubahan pola hidup dan pola makan menjadi lebih sehat, terutama dengan
menghindari makanan yang mengandung garam berlebih.
Beragam Faktor yang Menjadi Penyebab Edema
Pada kasus yang ringan, edema sering kali terjadi akibat terlalu lama duduk atau
berdiri, cedera ringan, terlalu banyak konsumsi garam, gejala sindrom premenstruasi,
dan kehamilan.
Namun, selain berbagai penyebab tersebut, edema juga bisa menjadi pertanda adanya
kondisi medis yang lebih serius. Beberapa penyakit dan kondisi yang dapat
menyebabkan edema meliputi:

 Gagal jantung kongestif


 Penyakit liver, misalnya sirosis
 Infeksi
 Reaksi alergi yang parah
 Penyumbatan pembuluh darah
 Penyakit ginjal
 Gangguan pada aliran cairan getah bening (sistem limfatik)
 Kekurangan protein atau malnutrisi energi protein

Edema dapat pula terjadi akibat efek samping obat-obatan dalam jangka panjang,
seperti obat tekanan darah tinggi, obat antiinflamasi nonsteroid, obat kortikosteroid,
obat estrogen, dan obat diabetes.
Karena bisa bisa disebabkan oleh banyak hal, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke
dokter saat mengalami edema, khususnya jika edema tersebut tak kunjung hilang. Hal
ini penting dilakukan agar dokter dapat memastikan penyebab edema yang Anda
alami dan memberikan penanganan yang tepat.

Mengenali Cara Penanganan Edema


Untuk menangani edema, dokter dapat memberikan beberapa jenis penanganan, di
antaranya:

1. Pembatasan asupan cairan


Tujuan utama penanganan edema adalah untuk menghilangkan cairan yang
menumpuk di jaringan tubuh. Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan penderita
untuk membatasi asupan cairan atau mengurangi minum air putih.
Dokter juga akan menyarankan penderita edema untuk mengurangi asupan garam
dalam makanan atau minuman. Terlalu banyak garam dalam tubuh dapat
meningkatkan penumpukan cairan dan memperparah pembengkakan.

2. Pemberian obat-obatan
Untuk mengeluarkan cairan berlebih yang menumpuk dalam tubuh penderita, dokter
dapat memberikan obat diuretik. Obat ini berfungsi untuk membuang garam dan
cairan berlebih dari dalam tubuh melalui urine. Obat diuretik bisa diberikan pada
edema akibat penyakit tertentu, misalnya gagal jantung dan edema paru.

3. Pemberian albumin
Kekurangan protein albumin (hipoalbuminemia) di dalam darah juga dapat
menyebabkan edema. Protein ini membantu menahan garam dan cairan di dalam
pembuluh darah agar tidak bocor ke jaringan tubuh.
Untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah penderita edema, dokter biasanya
akan menyarankan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein, misalnya daging,
ikan, telur, susu, keju, dan kacang-kacangan.
Selain dari makanan, dokter juga dapat meningkatkan kadar albumin dengan
memberikan suplemen albumin atau cairan infus yang mengandung albumin.

Anda mungkin juga menyukai