Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang interstitial (celah di antara sel) atau
jaringan tubuh yang menimbulkan pembengkakan. Pada kondisi yang normal secara umum cairan
tubuh yang terdapat diluar sel akan disimpan di dalam dua ruangan yaitu pembuluh darah dan
ruang – ruang interstitial. Apabila terdapat gangguan pada keseimbangan pengaturan cairan
tubuh, maka cairan dapat berakumulasi berlebihan di dalam ruang interstitial sehingga
menimbulkan edema. Namun apabila cairan sangat berlebih maka kelebihan cairan adakalanya
dapat berkumpul di ruang ketiga yaitu rongga – rongga tubuh seperti perut dada dan rongga
perut.
kai edema
contoh penampakan edema pada kaki
peningkatan tekanan hidrosatik : tekanan hidrostatik merupakan tekanan cairan yang mengalir di
dalam pembuluh darah. Peningkatan tekanan hidrostatik seperti pada gagal jantung dan penyakit
liver akan menyebabkan adanya hambatan terhadap pada cairan yang mengalir di dalam pembuluh
darah, sehingga cairan cenderung untuk berpindah ke ruang interstitial.
penurunan tekanan onkotik plasma : tekanan onkotik merupakan tekanan yang mempertahankan
cairan tetap di pembuluh darah, tekanan ini dipengaruhi oleh albumin. Penurunan tekanan onkotik
akibat gangguan pembentukan albumin seperti pada penyakit liver atau kebocoran albumin seperti
pada gagal ginjal akan menyebabkan cairan cenderung untuk berpindah ke ruang interstitial.
obstruksi limfatik : hambatan pada aliran cairan limfa seperti pada tumor ganas stadium lanjut,
juga dapat menyebabkan cairan cenderung berpindah ke ruang interstitial
peradangan : pada peradangan baik akut maupun kronis dapat menyebabkan pelebaran pada celah
antar sel sehingga cairan akan lebih banyak terkumpul di ruang interstitial
Debby Fadhilah
3 years ago
Edema dapat terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya yaitu terjadinya
peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula menimbulkan perembesan cairan plasma darah
keluar dan masuk ke dalam ruang interstisium. Edema merupakan resiko pasca terjadinya kongesti
yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik. Secara umum terdapat empat mekanisme
terjadinya edema diantaranya yaitu: (a) peningkatan permeabilitas mikrovaskuler; (b) peningkatan
tekanan hidrostatik intravaskuler; (c) penurunan tekanan osmotik intravaskuler; dan (4) penurunan
aliran limfatik.
Peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler dapat disebabkan oleh peningkatan volume darah di
mikrovaskuler yang mengakibatkan peningkatan aliran aktif darah ke mikrovaskuler (hiperemia),
seperti yang terjadi pada peradangan akut. Peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler juga
dapat terjadi akibat dari akumulasi pasif darah (kongesti), hal ini sering disebabkan oleh kegagalan
jantung atau kompresi dari vena lokal atau terjadi obstruksi. Peningkatan volume mikrovaskuler
dan adanya tekanan menyebabkan peningkatan filtrasi dan mengurangi atau bahkan terjadi
penyerapan cairan kembali ke pembuluh darah. Ketika peningkatan tekanan hidrostatik
mempengaruhi sebahagian dari mikrovaskuler lokal, peristiwa ini disebut dengan edema lokal.
Pada kasus gagal jantung, kongesti dapat meningkatkan tekanan hidrostatik pada sistem vena
portal (gagal jantung kanan) yang dapat mengakibatkan terjadinya asites (Gambar 1), sedangkan
pada sistem vena pulmonary (gagal jantung kiri) menyebabkan edema paru-paru dan apabila
terjadi peningkatan hidrostatik pada kedua sistem vena (gagal jantung umum) akan menyebabkan
terjadinya edema umum. Edema umum dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi plasma
yang dapat mengaktifkan berbagai pengaturan volume respon dari kompensasi. Volume plasma
meningkat melalui retensi natrium disebabkan oleh aktivasi jalur renin-angiotensin-aldosteron dan
retensi air dimediasi oleh pelepasan hormon antidiuretik (ADH) diikuti dengan aktivasi volume
intravaskuler dan reseptor tekanan. Hasil dari volume intravaskuler yang berlebihan semakin
mempersulit pergerakan distribusi cairan yang diikuti dengan terjadinya gagal jantung.
Asites (hidroperitoneum) pada ruang peritoneum anjing. Cairan bewarna kekuningan terdapat
pada rongga peritoneum
Sumber: McGavin dan Zachary 2007
Gambar 1 Asites (hidroperitoneum) pada ruang peritoneum anjing. Cairan bewarna kekuningan
terdapat pada rongga peritoneum
3. Penurunan tekanan osmotik intravaskuler
Penurunan aliran limfatik dapat mengurangi kemampuan sistem limfatik untuk meneliminasi
kelebihan cairan yang biasanya terakumulasi dalam interstitium selama pertukaran cairan antar
plasma dan interstitium. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada pembuluh limfe oleh tumor atau
pembengkakan inflamasi, penyempitan pembuluh limfe akibat fibrosis atau penyumbatan internal
pembuluh limfe oleh trombus. Edema terjadi akibat dari kerusakan kemampuan limfatik dan
terlokalisir pada daerah yang terkena dampak akibat gangguan pada pembuluh limfe.
GEJALA
Edema tampak sebagai pembengkakan di atas kulit. Umumnya teraba kenyal, dapat disertai nyeri
ataupun tidak, dapat disertai demam ataupun tidak. Edema biasanya ditemui pada kaki (di atas
tulang kering dan di atas punggung kaki), perut, lengan, wajah, dan kelopak mata bagian atas.
Edema yang disertai rasa nyeri dan demam biasanya diakibatkan oleh infeksi. Edema yang disertai
warna kemerahan dan gatal biasanya diakibatkan oleh reaksi alergi. Edema pada gagal jantung
biasanya bersifat pitting, yakni jika kulit yang bengkak kita tekan maka kulit tidak akan langsung
kembali seperti semula melainkan akan meninggalkan bekas penenkanan.
PENGOBATAN
Prinsip pengobatan edema atau bengkak ialah mengobati penyakit yang mendasari terjadinya
edema.
Edema yang diakibatkan alergi kulit, gigitan serangga, atau memar akibat terbentur dapat
dikurangi dengan mengompres air hangat. Pemberian salep kulit pada infeksi kulit juga akan
mengurangi edema.
Pada edema akibat infeksi perlu diberikan antibiotik untuk penyebab infeksinya.
Pada edema akibat sumbatan pembuluh darah perlu dilakukan evaluasi berapa besar sumbatan
terjadi. Terkadang penderita cukup meminum obat agar sembuh, tetapi pada beberapa kasus
dibutuhkan tindakan operasi.
Pada edema akibat gagal jantung, penderita harus mengurangi asupan air dan mendapat terapi
untuk ‘menguras’ kelebihan air pada tubuh
Pada edema akibat gagal ginjal, perlu dilakukan evaluasi tingkat keparahan gagal ginjal. Pada
gagal ginjal tahap akhir, penderita harus mendapat terapi cuci darah.
Pada edema akibat gagal hati, perlu diobati penyakit hati/liver. Selain itu, sebagian besar penderita
membutuhkan asupan protein tambahan melalui infusan.