Edema pada kasus ringan sering terjadi dan biasanya tidak berbahaya. Akan tetapi, edema
juga dapat menjadi tanda penyakit serius, seperti gagal jantung, serta gangguan pada hati,
ginjal, atau otak. Oleh karena itu, pemeriksaan ke dokter saat terjadi edema sangat penting
dilakukan untuk mencari tahu penyebab yang mendasarinya.
Penyebab Edema
Edema terjadi ketika cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya. Cairan
tersebut kemudian menumpuk dan membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.
Selain akibat kondisi-kondisi di atas, edema juga dapat terjadi karena kondisi yang serius,
yaitu:
Protein, termasuk albumin, berperan menjaga cairan tetap berada dalam pembuluh darah.
Kekurangan protein dalam darah dapat menyebabkan cairan di dalam pembuluh darah keluar
dan menumpuk sehingga menyebabkan edema.
Kondisi yang dapat menyebabkan kekurangan albumin antara lain malnutrisi dan sirosis.
2. Reaksi alergi
Reaksi alergi, misalnya akibat gigitan serangga atau bulu hewan, dapat menyebabkan edema.
Hal ini terjadi karena respons tubuh terhadap alergen membuat cairan di dalam pembuluh
darah keluar ke area tersebut.
Kondisi ini terjadi pada penyakit chronic venous insufficiency. Penyakit ini menimbulkan
gangguan pada pembuluh darah vena di kaki. Akibatnya, cairan di dalam aliran darah
menumpuk di pembuluh darah dan keluar ke jaringan sekitarnya.
4. Gagal jantung
Saat jantung mulai gagal berfungsi, salah satu atau kedua bilik jantung akan kehilangan
kemampuan memompa darah secara efektif. Akibatnya, cairan akan menumpuk secara
perlahan dan menimbulkan edema di kaki, paru-paru, atau perut.
5. Penyakit ginjal
Edema dapat terjadi akibat penyakit ginjal, khususnya sindrom nefrotik dan gagal ginjal
kronis. Hal tersebut terjadi karena cairan dalam tubuh tidak dapat dibuang melalui ginjal yang
rusak sehingga terjadi penumpukan. Edema yang disebabkan oleh penyakit ginjal, dapat
terjadi di kaki atau area sekitar mata.
6. Luka bakar
Luka bakar berat juga dapat menyebabkan edema. Hal ini terjadi karena luka bakar bisa
mengakibatkan kebocoran cairan ke jaringan di seluruh tubuh.
7. Infeksi
Sama halnya dengan luka bakar, infeksi berat, seperti selulitis atau COVID-19, juga dapat
menyebabkan kebocoran cairan ke jaringan pada bagian tubuh yang terinfeksi.
Sistem aliran getah bening berfungsi untuk membersihkan cairan berlebih dari jaringan.
Kerusakan pada sistem ini dapat menyebabkan kelenjar getah bening di suatu area tubuh
tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi penumpukan cairan.
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping berupa edema. Contohnya adalah obat
antihipertensi, kortikosteroid, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), hormon estrogen, dan
obat diabetes.
Selain penyebab di atas, edema juga dapat terjadi akibat gangguan pada otak, seperti cedera
kepala, tumor otak, infeksi otak, dan penyumbatan cairan di otak. Edema yang disebabkan
oleh gangguan pada otak hanya menimbulkan edema di bagian otak saja.
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya edema, yaitu:
Gejala Edema
Gejala yang dapat timbul akibat edema tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang
bengkak. Keluhan yang muncul dan dapat dirasakan oleh penderitanya berupa:
Pembengkakan pada anggota tubuh yang terkena, seperti lengan atau kaki
Kulit pada area yang terkena edema menjadi kencang dan mengkilap
Timbul lubang seperti lesung pipit selama beberapa detik jika kulit pada area edema
ditekan
Ukuran perut membesar
Sesak napas dan batuk bila terjadi edema di paru-paru
Sulit berjalan karena kaki terasa lebih berat akibat pembengkakan
Selain keluhan di atas, gejala lain juga dapat muncul akibat edema yang disebabkan oleh
peradangan. Beberapa gejalanya adalah demam, serta kulit kemerahan, nyeri, atau
keterbatasan gerak pada bagian yang mengalami edema.
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala yang telah disebutkan di atas,
terutama jika gejala muncul setelah melakukan kegiatan yang membuat Anda duduk atau
berdiri dalam waktu lama, seperti melakukan perjalanan panjang.