Laporan Akhir Operator
Laporan Akhir Operator
Aspal
* LIPI ~
c
Campuran
Beraspal
Hemat Agregat
dan Aspal
Dilarang mereproduksi atau memperbanyak seluruh atau sebagian
dari buku ini dalam bentuk atau cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.
© Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014
All Rights Reserved
Campuran
Beraspal
Hemat Agregat
dan Aspal
No no
LIPI Press
© 2017 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
ISBN 978-979-799-886-8
I. Aspal 2. Campuran Material
553.27
Diterbitkan oleh:
LIP! Press, anggota Ikapi
Jln. Gondangdia Lama 39, Menteng, Jakarta 10350
Telp: (021) 314 0228,314 6942. Faks.: (021) 314 4591
E-mail: press@mail.lipi.go.id
IJ LIP! Press
LIPI a @lipi_press
DAFTAR lSI
I. Pendahuluan 1
A. Perkerasan Jalan Beraspal dan Kinerjanya
B. Teknologi Perkerasan Beraspal yang Umumnya Digunakan
dan Persoalan yang Terjadi Selama Ini 6
C. Teknologi Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) sebagai Solusi 13
v
C. Pembuatan Rancangan Campuran Beraspal Dingin RAP
Menggunakan Aspal Emulsi 54
vii
Gambar 2.8 Hubungan antara Temperatur Menengah Kritis Benda
Uji setelah PAY dengan Penambahan Variasi Rejuvenile 37
Gambar 4.1 Hubungan antara Pengujian dan Kinerja Aspal 46
Gambar 5.1 Diagram Komponen-Komponen Campuran Beraspal 62
Gambar 5.2 Struktur Campuran Beraspal 62
Gambar 5.3 Alat Wheel Tracking Machine (WTM) 63
Gambar 5.4 Alat Beam Fatigue Apparatus (BFA) atau Four Point
Bending Apparatus 64
Gambar 5.5 Variasi Gradasi Campuran Rencana 73
Gambar 5.6 Variasi Proporsi dan Temperatur RAP terhadap
Penurunan Temperatur Pencampuran 74
Gambar 5.7 Hubungan antara Nilai Regangan Tarik dan Umur
Kelelahan (Cycles) Campuran Beraspal Panas
dengan dan tanpa RAP dengan Variasi Bahan Pengikat 85
Gambar 5.8 Gradasi Rencana Campuran Beraspal Dingin Aspal Cair
dengan RAP 88
Gambar 5.9 Gradasi Rencana Campuran Beraspal Dingin Aspal
Emulsi dengan RAP 91
ix
Tabel5.2 Penyebab dan Pengaruh Keawetan 67
Tabel5.3 Penyebab dan Pengaruh Kekedapan 68
Tabel5.4 Penyebab dan Pengaruh Kemudahan Dikerjakan 70
Tabel5.5 Penyebab dan Pengaruh Ketahanan Lelah 71
Tabel5.6 Penyebab dan Pengaruh Kekesatan 72
Tabel5.7 Proporsi RAP yang Diizinkan dan Komposisi Aspal Baru
Berdasarkan Temperatur Tinggi Kritis {Tc(T)} 76
Tabel5.8 Proporsi RAP yang Diizinkan dan Komposisi Aspal Baru
Berdasarkan Temperatur Menengah Kritis {Tc(M)} 77
Tabel5.9 Temperatur Pencampuran dan Pemadatan Aspal Baru
untuk 20% RAP dan 30% RAP 78
Tabel5.10 Sifat Campuran Beraspal Panas tanpa dan dengan 10%
RAP Bahan Pengikat Aspal Pen 60/70 80
Tabel5.11 Sifat Campuran Beraspal Panas dengan 20% RAP
dengan Bahan Pengikat Aspal Pen 60/70 Ditambah
Peremaja 81
Tabel5.12 Sifat Campuran Beraspal Panas dengan 30% RAP
dengan Bahan Pengikat Aspal Pen 60/70 Ditambah
Peremaja 82
Tabel5.13 Ketahanan Deformasi Campuran Beraspal Panas
dengan dan tanpa RAP dengan Variasi Bahan Pengikat 84
Tabel5.14 Hubungan antara Nilai Regangan Tarik dan Umur
Kelelahan (Cycles) untuk Campuran Beraspal Panas
dengan dan tanpa RAP dengan Variasi Bahan Pengikat 86
Tabel5.15 Sifat Aspal Cair Menguap Sedang (MC-250) 89
Tabel5.16 Sifat Campuran Beraspal Dingin Aspal Cair Mengikat
Sedang (MC-250) Menggunakan Variasi RAP 90
Tabel5.17 Sifat Aspal Emulsi 92
Tabel5.18 Sifat Campuran Beraspal Dingin Aspal Emulsi CSS-lh
Menggunakan Variasi RAP 95
Tabel6.1 Penghematan Bahan Baru Campuran Beraspal 98
Tabel6.2 Harga Bahan Campuran Beraspal untuk Wilayah
Jawa Barat 99
Tabel6.3 Biaya Pekerjaan dan Reduksi Biaya Campuran Beraspal
Panas 100
Tabel6.4 Harga Pekerjaan dan Reduksi Biaya Campuran Beraspal
Dingin Aspal Cair 101
Tabel6.5 Harga Pekerjaan dan Reduksi Biaya Campuran Beraspal
Dingin Aspal Emulsi 102
LIPI Press
xi
KATA PENGANTAR
xiii
Atas segala bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini, diucapkan banyak
terima kasih.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
menjadi acuan dalam menunjang program pemerintah dalam pem-
bangunan jalan dan jembatan.
Bandung,2017
Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Dr. Eng. lr. Herry Vaza, M. Eng. Sc.
XV
Selain itu, buku ini berisikan juga analisis bahan dan estimasi biaya
bahan, proses pencampuran dan penghamparan di lapangan, baik
untuk campuran beraspal panas maupun dalam campuran beraspal
dingin dengan aspal cair dan yang menggunakan aspal emulsi. Untuk
itu, dengan menyajikan kinerja teknologi campuran beraspal yang
memanfaatkan limbah dari hasil penggarukan lapis perkerasan
beraspal RAP dan hasil analisis reduksi bahan serta estimasi biayanya,
buku ini diharapkan dapat menjawab masalah keterbatasan aspal dan
agregat untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan penghargaan dan
terima kasih kepada berbagai pihak, terutama kepada rekan-rekan
peneliti yang mengabdikan dirinya di bidang bahan dan perkerasan
jalan, di Balai Litbang Perkerasan Jalan, Pusat Litbang Jalan dan
Jembatan, yang telah memberi masukan sehingga buku ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada
Dr. Eng. Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc., selaku Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan dan Jembatan, dan Prof. Dr. Ir. H. R. Anwar
Yamin, M.Sc., selaku Kepala Balai Litbang Perkerasan Jalan, Pusat
Litbang Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang telah
memfasilitasi dan mendorong penulis dalam menyelesaikan buku ini.
Penulis
Pendahuluan 3
menjadi penting pada daerah tikungan dan pada daerah
turunan, ketika kendaraan mengerem. Karakteristik kekuatan
bahan yang digunakan dalam lapis permukaan harus mampu
menahan semua tekanan terse but tanpa retak atau deformasi.
2) Pengaruh gesekan roda kendaraan, khususnya ketika meni-
kung, cenderung mengikis permukaan sehingga dapat ter-
jadi pengausan yang berpengaruh terhadap pengurangan
ketahanan gesekan (skid resistance) dari lapis permukaan.
Lapis permukaan menjadi licin saat basah dan bisa berbahaya.
Pengaruh lingkungan terhadap lapis permukaan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu pengaruh termal dan radiasi ultraviolet. Oleh
karena itu, lapis permukaan perlu memiliki sifat sebagai berikut:
1) Elastisitas dan tidak peka akibat perubahan temperatur.
2) Daya tahan yang baik terhadap radiasi ultraviolet tanpa
penuaan dini.
Pada umumnya, ada dua faktor yang hampir selalu menjadi
penyebab kerusakan lubang pada permukaan perkerasan, yaitu
air dan lalu lintas. Lalu lintas berat atau faktor-faktor lain dapat
membuat retak, yang memungkinkan air untuk meresap ke dalam
dasar jalan aspal sehingga daya dukung perkerasan menjadi
lemah. Pengaruh merugikan yang disebabkan oleh air pada
perkerasan jalan adalah sebagai berikut (AASHTO, 1993):
1) Air di permukaan as pal dapat mengurangi nilai modulus
campuran beraspal, dan kehilangan kekuatan tarik. Bilamana
permukaan aspal mengalami kejenuhan, itu dapat mengu-
rangi modulus aspal minimum sebesar 30%.
2) Kadar air yang bertambah pada agregat lapis fondasi atas dan
lapis fondasi bawah dapat menyebabkan hilangnya modulus
minimum sebesar 50%.
3) Pada lapisan asphalt treated base, nilai modulusnya dapat
berkurang minimum sebesar 30% dan meningkatkan
Pendahuluan 5
karena memerlukan biaya yang besar. Padahal, jaringan jalan
yang lama juga memerlukan biaya pemeliharaan agar umur
pelayanan jalan tersebut dapat dipertahankan sesuai dengan
umur rencana. Oleh karena itu, agar pelaksanaan pemeliharaan
dengan biaya yang lebih efektif dan efisien, khususnya untuk
rehabilitasi dan rekonstruksi, diperlukan teknologi perkerasan
beraspal yang murah, tetapi secara teknis memiliki kekuatan
minimal sama dengan teknologi perkerasan beraspal yang sudah
biasa digunakan.
2. Jenis Aspal
Secara garis besar, jenis-jenis campuran beraspal untuk perkerasan
jalan berdasarkan jenis bahan pengikat (aspal) yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 1.3. Adapun jenis-jenis aspal terdiri atas aspal
alam dan aspal buatan. Aspal buatan terdiri atas aspal keras, aspal
cair, dan aspal emulsi. Aspal emulsi terbagi lagi menjadi 3 jenis sesuai
dengan muatan listriknya, yaitu anionik, non-ionik, dan kationik.
Khusus untuk aspal cair dan aspal emulsi memiliki tiga tingkat
pemantapannya, yaitu cepat (rapid), sedang (medium), dan lambat
Campuran Beraspa l
(Dilihat dar i ba han pe ngikatnya)
Pendahuluan 7
(slow). Ilustrasi jenis-jenis aspal secara garis besar sesuai hagan alir
pada Gambar 1.4.
Sampai tahun 1990-an, produksi aspal kilang dilakukan di empat
unit kilang Pertamina, seperti tercantum dalam Tabel 1.1.
Berkaitan dengan jenis aspal yang diinginkan oleh PU (Bina
Marga), penggunaan blown asphalt tidak lagi populer sehingga unit
blowing di Wonokromo ditutup. Begitu pula, seiring dengan efisiensi
operasi kilang, produksi aspal di kilang Pangkalan Brandan dan Plaju
dihentikan. Saat ini, produksi aspal hanya dilakukan di unit kilang
Cilacap dengan kapasitas terpasang (setelah penambahan Unit Crude 2
dan beberapa kali upgrading) sebesar 720.000 ton per tahun. Realisasi
lifting aspal terbesar tercatat hanya berkisar pada 560.000 ton per
tahun. Perkembangan pembangunan wilayah ataupun pusat-pusat
I Aspa l I
I A s pa l A la m I I A s pa l B u ata n
: B at unn (R ock A:>phn h )
P lus t is (Trinida d )
)I
1 Ca ir ( Benn u d a L u k e A s p h alt)
I
I Aspa l K e ra s I I A s p al C a ir
I Asp a l E mul s i
I
A n io ni k Non - io n ik K a tion ik
3. Jenis Agregat
Sesuai dengan uraian sebelumnya, agregat yang digunakan untuk
campuran beraspal berkisar antara 90-95% terhadap berat total
campuran. Jenis agregat yang umum digunakan adalah agregat
(kasar dan halus) dan bahan pengisi atau filler (bila diperlukan).
Agregat dikenal sebagai batuan (rock), material granular, dan agregat
mineral. Agregat adalah material mineral keras, tidak berubah sifat,
dan digunakan sebagai bahan campuran beraspal menurut susunan
butir (gradasi). Contoh agregat adalah pasir, kerikil, terak besi (slag),
atau batu pecah. Karena agregat merupakan bagian terbesar campuran
beraspal dan mempunyai fungsi sebagai pemikul utama beban, kinerja
campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh mutu agregat. Pada
umumnya, agregat yang digunakan untuk campuran beraspal adalah
agregat hasil prosesan. Agregat hasil prosesan merupakan agregat
yang diperoleh melalui pemecahan dan penyaringan. Terdapat dua
sumber utama agregat hasil prosesan, yaitu kerikil dan fragmen batuan
atau batu-batu besar. Terdapat tiga alasan perlunya kerikil, yaitu
untuk mengubah tekstur permukaan butir dari halus menjadi kasar,
Pendahuluan 9
mengubah bentuk butir dari bulat menjadi bersudut, serta untuk
memperbaiki gradasi. Dalam hal fragmen batuan atau batu besar, tujuan
utama pemecahan adalah untuk memperkecil ukurannya menjadi
ukuran yang mudah ditangani. Namun, tujuan untuk mengubah
bentuk dan tekstur permukaan butir juga penting. Penyaringan bahan
setelah dipecah akan menghasilkan agregat yang mempunyai rentang
ukuran butir dan gradasi tertentu. Upaya untuk mempertahankan
gradasi merupakan tahapan penting dalam mendapatkan campuran
beraspal yang baik. Namun, karena pertimbangan biaya, agregat hasil
pemecahan sering langsung digunakan tanpa disaring. Pengendalian
yang saksama dan terus-menerus selama proses pemecahan sangatlah
penting karena akan menentukan keberhasilan dalam mendapatkan
agregat yang mutunya konsisten dan memenuhi syarat. Namun,
ketersediaan agregat yang memenuhi syarat dari tahun ke tahun
semakin sulit diperoleh.
Prosesan agregat untuk campuran beraspal sebelum dilakukan
pemecahan dan penyaringan adalah pembersihan bahan baku
batuan. Beberapa cara pembersihan dapat digunakan, antara lain
dengan pemisahan (scalping), pengerikan (scrubbing), atau pencucian
(dewatering), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5.
Metode pemisahan (scalping) untuk memisahkan batuan yang
kecil dan besar bertujuan untuk efisiensi alat dan mengurangi
masuknya lempung ke unit pemecah batu. Dengan penggunaan
scalping, kapasitas produksi alat pemecah batu dapat ditingkatkan
sampai dengan 15%. Pengerikan (scrubbing) dilakukan dalam suatu
alat pencuci yang prinsip kerjanya adalah melepaskan kotoran dan
lempung yang menempel pada pasir dan kerikil dengan cara me-
nyemprotkan air dan mengaduk-aduk. Setelah terlepas, kemudian
dilakukan penyaringan untuk memisahkan lempung tersebut dari
pasir dan kerikil. Pencucian (dewatering) dilakukan dengan cara
penyaringan basah menggunakan saringan yang dapat digetarkan
dengan frekuensi yang tinggi. Saringan terbuat dari bahan dengan
Pendahuluan 11
A G RE G AT 19· 25,4 mm
Pendahuluan 13
Penggunaan ulang campuran beraspal dari hasil kupasan
perkerasan lama tidak hanya berlaku untuk agregatnya, tetapi juga
untuk aspal yang menempel pada agregatnya. Dalam hal ini, aspal
masih mempunyai sifat adhesi sehingga dapat digunakan ulang pada
campuran beraspal yang baru. Campuran beraspal dapat didaur ulang
pada unit pencampur konvensional dengan sedikit dimodifikasi.
Pengujian di laboratorium dan di lapangan terhadap campuran
beraspal panas daur ulang menunjukkan bahwa campuran beraspal
panas daur ulang mempunyai sifat-sifat yang sekurang-kurangnya
sama dengan campuran beraspal yang menggunakan agregat baru.
Semua unit pencampur aspal di Minnesota dapat digunakan untuk
mencampur campuran beraspal hasil pengupasan garukan (reclaimed
asphalt pavement, RAP).
Berdasarkan Sumantri dkk. (2014), penggunaan metode daur
ulang untuk mengatasi permasalahan perbaikan jalan atau rekonstruksi
jalan dapat menghemat penggunaan aspal dan batuan, serta tidak
mengganggu atau merusak geometrik jalan akibat penumpukan lapisan
perkerasan yang terus-menerus. Teknologi daur ulang memberikan
beberapa manfaat, antara lain, untuk mengatasi keterbatasan bahan
perkerasan jalan (Subagio, 2009). Untuk itu, teknologi ini bersifat
efisien dan efektif serta dapat mengurangi penggunaan agregat dan
aspal baru sehingga nilai ekonomi bahan kupasan meningkat, hemat
energi, dan geometrik jalan dapat dipertahankan serta melestarikan
sumber daya alam.
Campuran beraspal bekas dapat 100% didaur ulang dan
merupakan bahan daur ulang paling besar di Amerika Serikat
sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap aspal dari
luar. Penggunaan RAP untuk campuran beraspal panas dapat lebih
ekonomis dibandingkan dengan biaya campuran beraspal panas yang
menggunakan agregat dan aspal baru, yaitu dapat menghemat sekitar
30% (NCHRP, 2001). Namun, menurut Xu, Huang, dan Qin (2014),
penggunaan RAP kurang dari 20% yang proses pencampurannya
Pendahuluan 15
Penggunaan RAP di Jepang adalah sekitar 47% pada perkerasan
jalan beraspal dan pada beberapa prefektur (provinsi) menggunakan
RAP rata-rata sekitar 50%. Berdasarkan hasil analisis kinerja perkerasan
pada ratusan proyek serta hasil eksperimen di laboratorium dan di
lapangan, penggunaan RAP dengan proporsi tinggi di Jepang telah
terbukti memberikan kinerja yang sama dengan campuran beraspal
panas yang menggunakan agregat baru (West & Copeland, 2015).
Pendahuluan 17
aspal untuk dilakukan proses pemecahan dan penyaringan, kemudian
pembuatan campurannya dilakukan di unit pencampur aspal sesuai
Gambar 1.10, Gambar 1.11, atau Gambar 1.12. Setelah dihasilkan dari
unit pencampur aspal, campuran beraspal dihamparkan lapis demi
lapis pada lokasi yang dikupas tersebut.
Buglwu.'>e bahan
Silo bahan
Pendahuluan 19
KARAKTERISTIK RAP
21
hasil yang memadai pada umumnya aspal dan agregat lama perlu
diperbaharui baik sifat-sifatnya maupun gradasinya (Novita dkk.,
2011). Selain itu, Qiu dkk. (2013) merekomendasikan penggunaan
aspal yang telah menua dapat direkonstruksi dengan menggunakan
bahan peremaja (rejuvenile).
Menurut hasil kajian yang telah dilakukan oleh Suaryana (2008),
pengaruh penambahan RAP pada campuran beraspal panas lapis
antara (AC-BC) tanpa menggunakan bahan peremaja adalah makin
banyak penggunaan RAP makin besar penurunan pada temperatur
campuran (lihat Tabel 2.1). Pengaruh RAP pada karakteristik
campuran sesuai Tabel 2.2 terlihat semakin banyak penggunaan RAP
serta dengan kadar semakin tinggi air maka nilai stabilitas Marshall
dan stabilitas dinamis menurun.
Pada buku ini, contoh bahan RAP bersumber dari 2 lokasi.
Contoh pertama dari Stocpile di PT Jasa Pelayanan Pemeliharaan,
yaitu hasil penggarukan atau pengupasan lapis permukaan perkerasan
jalan beraspal di daerah Bogar. Contoh kedua diambil dari daerah
Cikampek. Sifat fisik RAP yang bersumber dari dua lokasi itu disajikan
pada Tabel 2.3. Pada Tabel 2.3, kedua RAP tersebut mengalami
perubahan gradasi setelah dilakukan ekstraksi. Tingkat kekerasan
aspal RAP Cikampek lebih tinggi dibandingkan yang dari Bogar, yaitu
dicerminkan oleh nilai penetrasi RAP Cikampek hanya 10 dmm. Hal
demikian sejalan dengan nilai viskositasnya, yaitu viskositas aspal
RAP Cikampek lebih dari dua kali lipat viskositas aspal RAP Bogar.
Selain pengujian sifat fisik RAP, sifat reologi aspal RAP juga perlu
diketahui. Sifat reologi aspal RAP dari kedua sumber tersebut dapat
diperoleh dengan melakukan pengujian Dynamic Shear Rheometer
(DSR). Pengujian Dynamic DSR harus dilakukan terhadap benda
uji aspal RAP hasil ekstraksi dan benda uji aspal RAP hasil penuaan
menggunakan alat uji Rolling Thin-Film Oven (RTFO). Sifat reologi
aspal RAP dari kedua sumber hasil ekstraksi dan hasil penuaan
sesuai hasil pengujian dengan alat DSR disajikan pada Gambar 2.1
dan Gambar 2.2.
0% 2% 4% 6% 0% 2% 4% 6% 0% 2% 4% 6%
1. Temperatur 170,0 170,0 170,0 170,0 170,0 170,0 170,0 170,0 170,0 170,0 170,0 170,0
agregat; ·c
2. Temperatur 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0
RAP; ·c
3. Temperatur 155,0 155,0 155,0 155,0 155,0 155,0 155,0 155,0 155,0 155,0 155,0 155,0
aspal ; ·c
4. Temperatur
campuran
pada : (. C)
Awal 146,8 144,9 143,3 123,3 141,9 133,5 129,0 122,2 137,4 130,4 119,7 113,9
1 menit 146,8 144,9 143,3 123,3 141,9 133,5 128,9 122,2 137,4 130,4 118,3 113,9
2 menit 146,8 144,8 143,4 123,3 141,9 134,4 128,8 122,2 137,4 130,4 118,2 113,8
5 menit 146,8 144,6 143,4 122,0 142,1 134,1 128,6 121,9 137,4 130,3 117,2 112,4
/'::
Ol 10 menit 146,6 144,3 142,8 120,3 141,9 133,7 128,1 121,4 137,2 129,8 115,4 108,4
Cl
;<;"
15 menit 146,3 143,8 141,9 119,1 141,8 132,4 127,4 120,3 136,9 129,9 114,4 102,2
~
~ 30 men it 143,8 141,0 137,9 114,8 138,4 129,4 123,7 116,9 133,2 124,4 112,7 99,1
;;<.:
-o
~ 45 menit 138,5 135,1 132,4 109,6 132,7 123,6 119,9 112,4 126,9 119,3 106,7 97,1
60 men it 132,1 128,1 125,8 104,5 125,2 119,7 114,0 107,2 118,8 112,9 102,6 94,2
N
(;.l
Hasil Pengujian
RAP Bogor RAP Cikampek
No. Jenis Pengujian
Asli dari Hasil Asli dari Hasil
Lapangan Ekstraksi Lapangan Ekstraksi
1. Ana lisis saringan; %
berat lolos
1" 100,00 100,00
3/4" 85,63 100 95,83 100
1/2" 74,77 98,09 85,95 99,63
3/8" 68,47 95,13 74,07 98,22
No . 4 51,17 80,92 66,65 92,05
No. 8 35,49 59,96 47,02 77,30
No. 16 22,14 44,19 30,48 59,78
No. 30 12,62 33,94 10,01 44,90
No. SO 6,00 25,91 4,65 32,70
No . 100 2,52 19,85 1,96 24,74
No . 200 0,65 13,95 0,48 18,35
2. Kadar aspal; % 5,93 5,48
3. Kadar ai r;% 1,86 1,06
4. Penetrasi; dm m 22 10
5. Titik lembek; · c 66 76,8
6. Daktilitas; em 11,8 4,2
7. Be rat jen is 1,0584 1,0891
8. Titik nyala; · c 246 260
9. Viskos itas abso lut 3.781,9
pada 6o· c; Pa .s
10. Viskositas ki nematis 1.108,7 2.874,8
pada 13s· c ; eSt
11. Viskositas absol ut
pada 6o· c setelah
TFOT; Pa.s
Sumber: No no (2015 8 )
Karakteristik RAP 25
0 50 100 150 200 250 300
100
u 90
I IIII II' II Ill
' '
I
•
""8-
!:::!.
~
;:
70
80
~ H-+ 1 .+- J . H-+t1 111
0 9
R1= r
y= -7,446ln(x)+ 104,61
lll I 1++++
11+++-Hf++l+t+H 1 +-HI
""
::..:: 60
'&!
t>IJ
.Si 50
1-<
...E' 40 y 6,818ln(x)+83,687 I I
1-<
30
Ill I I I .
R2 =0,9994
''' ''
1
' '
G•fSin(delta); kPa
+ RAPCikampekHaruEksttaksi I RAPCikampekSetelahRTF'OT
Tabel 2.4 Temperatur Tinggi Kritis {TCITl} dan Temperatur Menengah Kritis
{TqM) untuk RAP dari Bogor dan Cikampek
Temperat ur Kritis (Tc); oc
Karakt eristik RAP
RAP Bogor RAP Cikamp ek
Temperatu r Ti nggi Kriti s {Tcr }:
- Hasil Ekstraksi 85,82 99,42
- Setelah RTFOT 82,53 84,16
Temperatur Me nenga h Kriti s {TCIMl} 82, 53 84,16
setelah RTFOT
Karakteristik RAP 27
B. Syarat-Syarat RAP untuk Bahan Perkerasan Beraspal
Beberapa negara di Eropa telah membatasi penggunaan RAP dalam
campuran beraspal berdasarkan kekerasan bitumennya (nilai penetrasi
dan atau nilai titik lembek) seperti disajikan pada Tabel 2.5 (Nono,
2015A). Pada Tabel2.5, terlihat bahwa pada umumnya RAP yang dapat
dimanfaatkan atau digunakan untuk campuran beraspal adalah yang
memiliki nilai penetrasi > 15 dmm dan titik lembeknya <70°C. Belgia
dan Francis masih mengizinkan penggunaan RAP yang memiliki nilai
penetrasi lebih rendah, yaitu berturut-turut >10 dmm dan >5 dmm.
Berdasarkan Copeland (20 11 ), RAP yang diperoleh dari lapangan
harus diproses terlebih dahulu sebelum digunakan. Cara mempro-
ses RAP mencakup beberapa tahap agar homogen atau konsisten
sehingga dapat digunakan dengan persentase yang banyak dan
campuran beraspal memiliki kualitas yang tinggi dan memenuhi
persyaratan. RAP hams dipecah agar ukuran butirnya sesuai dengan
yang diharapkan, kemudian disaring untuk memisahkan ukuran
butir RAP yang fraksi kasar dan halus serta yang berukuran besar
(oversize ) . Pemisahan RAP berdasarkan ukuran meningkatkan
kontrol dan mengurangi variabilitas. Sebelum proses pemecahan dan
penyaringan, RAP tersebut harus sudah diuji dan memiliki sifat yang
konsisten dan mungkin tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut.
Ilustrasi penimbunan RAP dari lapangan disajikan pada Gambar
label 2.5 Batasan Sifat Aspal RAP Hasil Pemulihan yang Direkomendasikan
untuk Daur Ulang
Sifat aspal RAP
Negara
Penetrasi (dmm) Titik lembek (•q
Prancis >5 <77
Belgia >10
lnggris >15
Jerman, lrlandia, Polandia, Portugal >15 <70
Slowakia <70
Karakteristik RAP 29
Sumber: Copeland (2011)
Gambar 2.4 Penimbunan RAP Fraksi Kasar Hasil Pemecahan
Karakteristik RAP 31
Tabel 2.7 Sifat Bahan Peremaja
Hasil Pengujian
No. Jenis Pengujian
MG Oll RejiRE
Karakteristik RAP 33
Tabel 2 .8 Sifat Fisik Bahan Pengikat Aspal Pe n 60/70 Dita mbah Varia s i MG , OLI , dan Rej IRE
w
-1>-
Hasil Pengujian
0
Ol
3 MG + Pen 60/70 Oll + Pen 60/70 RejiRE + Pen 60/70
"0
c
I
til 0 0 0
:l
IJJ
0
0
0 0 0 0 ""'
'0- ""'
'0- ""'
'0-
(1)
0
""'
........
""'0
........ 0 ""'
........
""'
........
0 ""'
'0- ""'
........ 1.0
c
1.0
c
1.0
cQ)
(J)
til No. Jenis Pengujian 1.0 1.0 1.0 1.0
0
1.0 Q) Q)
0 c 1.0 c c. c. c.
"0
c c c c
""'
Q) Q)
~ ........ c. c. Q) Q) Q)
'<I. '<I. '..,.
<I.
0 c.
Q)
c. c. c. co 1.0
I '..,.
- ~
1.0 '<I. <I. '<I. '<I. '..,.
<I. «?'! «?'! «?'!
(1)
3 cQ) co '<I. co 1.0 w w w
0'1 1.0 0'1
Ol c. c; c; c; «?'! «?'! «?'! Ill: Ill: Ill:
iii ~ ~ ~
::::;
0
::::;
0
::::;
0
~
Ill:
~
Ill:
:;.
Ill:
c.
"'
ct
'<I.
N
'..,.
<I. '<I.
1.0
'<I.
N
'..,.
<I. '<I. '<I. '..,.
<I. '<I.
1.0 N 1.0
1. Penetrasi pada 66 104 141 195 91 122 172 102 155 255
25' C, 100 g, 5 detik;
0,1mm
2. Viskositas absolut 211,1 75,9 68,9 40,1 107 93,5 72,6 89,5 75,3 59,9
pada 60' C; Pa .s
3. Vis kositas pada 380,4 305 250 215 350 300 255 330 275 225
135' C; eSt
4. Titik lembek; ' C 48,4 44,7 41,1 38,5 46,0 44,0 41,0 45,5 41,5 39,0
5. Daktilitas pada >140 >140 >140 >140 >140 >140 >140 >140 >140 >140
25 ' C, 5 em/ menit;
em
6. Titik nyala (COC); ' C 287 339 337 333 326 315 302 325 323 307
7. Kelarutan da lam 99,832 99,851 99,828 99,816 99,866 99,854 99,818 99,868 99,801 99,776
C2 HCI 3;%
Tabel2.9 Temperatur Kritis Bahan Pengikat As pal Pen 60/70 yang Ditambah
Vari asi MG, OLI da n RejiRE Hasil Pengujia n DSR
Fresh Setelah RTFOT Setelah PAV
Sumbe r: No no {2016A)
Karakteristik RAP 35
kritis {T c(T)· Berdasarkan Gambar 2 . 9,
penggunaan peremaja MG lebih sedikit dibandingkan ketiga peremaja
70.0 --------,------.,---------,--------.,.-------,--------,------,
I
I
You ~ J- , 4617x + 67 , 386 I
65.0 . R' ~ 0,9993 ... j
-~·
_ , . ' . I
:- : I
60.0
·. ·- ~ - "' ' ····l
~-
.
.:-, .
-1 i
I
55.0 "1
l ~ •·+ I
-~ -~· . I
I
50.0
0 2 4 6
Aspal Pen 60 + % Peremaja
• ou &RejiRE
70.0 -------------------------------------------------------------
. . . . . . '
2:
E=:" oY u ~ -I ,4079x + 63 ,922
u 65.0 ···········•········· · R' ~ 0,9735 + ...........;. ..........,... ·················:
t..,
~
·s. 60.0
I ' - ~: + ~: ·-
.-~ ~ - - ~ -. ~ - J. , - -=:. : :~6 - _ -_-_--_·_ '~.
~
""c
...
~
"...
"c.
E
55.0 ·····················!
"
E-
-~4i
50.0
0 2 4 6
Aspal Pen 60 + % Peremaja
& RejiRE
20.0
18.0
16.0
14.0
12.0
10.0
0 2 As pal P.lm 60 + % lleremaja 5 6 7
+ MG £ Rej [R£
Karakteristik RAP 37
SPESIFIKASI CAMPURAN BERASPAL
39
Tabel 3.1 Ketentuan Gradasi Agregat Campuran Lapis Permukaan Beraspal
Persen Berat lolos terhadap Total
Ukuran Ayakan
Agregat dalam Campuran
Y." {19 mm) 100
Yz" (12,5 mm) 9Q-100
3/8" {9,5 mm) 77- 90
No. 4 (4,75 mm) 53-69
No. 8 {2,36 mm) 33-53
No. 16 {1,18 mm) 21- 40
No. 30 {0,6 mm) 14-30
No . SO {0,3 mm) 9- 22
No. 100 {0,15 mm) 6- 15
No. 200 {0,075 mm) 4-10
lunak (misal: aspal Pen 80/100 atau aspal pen 60/70 dicampur dengan
bahan peremaja) .
Acuan yang digunakan untuk mengevaluasi campuran beraspal
panas dengan memanfaatkan RAP adalah
1) Sifat agregat dan gradasi agregat untuk campuran beraspal panas
dan campuran beraspal dingin mengacu pada Bah 3 Subbab A.
2) Aspal keras yang akan digunakan berupa aspal Pen 60/70 dan
untuk penggunaan RAP > 15% adalah aspal Pen 60/70 yang
dimodifikasi dengan bahan peremaja. Sifat aspal keras Pen 60/70
harus memenuhi Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan
Tahun 2010 Revisi-3 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2014),
seperti disajikan pada Tabel3.2.
3) Ketentuan campuran beraspal panas mengacu pada Spesifikasi
Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2010 Revisi-3
(Direktorat Jenderal Bina Marga, 2014), yaitu sesuai Tabel3 .3.
4) Persiapan benda uji untuk pengujian Marshall mengacu pada
ASTM D 6926-10 dan pengujian parameter Marshall sesuai SNI
2489:2014.
Keterangan:
1'1 Direksi Pekerjaan dapat menyetujui AASHTO T283-149 sebagai alternatif pengujian
kepekaan terhadap kadar air. Pengondisian beku eair tidak diperlukan . Nilai Indirect
Tensile Strength Retained (ITSR) minimum 80% pada Rongga dalam Campuran
(VIM) 7%±0,5%. Untuk mendapatkan VIM 7%±0,5%, buatlah benda uji Marshall
Persyaratan *
No. Jenis pengujian
Minimum Maksimum
1. Vi skositas pada 6o· c ; eSt 250 500
2. Titik nyala (COC); · c 66
3. Kada r air:% 0,2
4. Penyulingan :
Sulingan pada 225· c; % total isi 0 10
26o· c ; %total isi 15 55
315 · c;% total isi 60 87
Sisa penyulingan sampai 36o· c;% lsi 67
5. Kelarutan dalam TCE;% 99
6. Daktilitas; em 100
Tabel 3.6 Ketentuan Sifat Campuran Beraspal Dingin dengan Aspal Emu lsi
Sifat Campuran Persyaratan*
1. Stabil itas pada tempe ratur 22•c; kg Min. 2SO
2. Ke hilangan sta bilitas setelah vakum dan perendaman Maks . SO
(immersion); %
3. Penyelimutan agregat oleh aspal;% Min . SO
45
persentase penggunaan RAP, yaitu sesuai Tabel4.1. Adapun cara
pembuatan Grafik Pencampuran mengacu pada AASHTO M323
(2012).
Retak st ruktural
T = Tblend -(%RAPxTRAP)
baru (1- %RAP)
........................................ ( 1)
Keterangan:
T baru temperatur kritis (tinggi, menengah, dan
rendah) bahan pengikat aspal baru
Tblend temperatur kritis ( tinggi, menengah,
dan rendah) bahan pengikat aspal hasil
pencampuran (final desired)
% RAP = persentase RAP dalam desimal
TRAP temperatur kritis (tinggi, menengah, dan
rendah) bahan pengikat RAP hasil pemulihan
b) Menggunakan Persamaan 1 untuk temperatur kritis
(tinggi, menengah, dan rendah) secara berturut-turut
sifat bahan pengikat aspal baru yang dibutuhkan dapat
ditentukan.
2) Pencampuran dengan Bahan Pengikat Baru yang Diketahui.
Jika hasil akhir pencampuran kelas bahan pengikat, sifat
kelas bahan pengikat aspal baru, dan bahan pengikat RAP
hasil pemulihan diketahui, persentase RAP yang diizinkan
dapat ditentukan.
m = a(f-b-¥) ..................................................... (9 )
w
100
c) Massa aspal emulsi yang ditambahkan
Keterangan:
mm massa contoh RAP basah atau kering udara,
gram
mw massa air yang harus ditambahkan ke dalam
RAP sebelum dicampur dengan aspal emulsi,
gram
mae massa aspal emulsi yang ditambahkan, gram
a = massa kering contoh RAP, gram
b kadar air contoh RAP basah, %
Keterangan:
m 1w = massa air dalam campuran yang harus dihilangkan
atau diuapkan, gram
a massa kering contoh RAP, gram
f = kadar air contoh RAP pada saat pencampuran, %
massa kering contoh RAP
g kadar air contoh RAP pada saat pemadatan, % massa
kering contoh RAP
Contoh uji yang sudah dipadatkan sesuai AASHTO
T245-15 (2008) sebanyak 2x50 tumbukan atau 2x75 tum-
bukan, dibiarkan di dalam cetakan selama satu hari pada
temperatur ruang. Selanjutnya, dilakukan pengujian kepa-
datan untuk mendapatkan kadar air optimum pemadatan.
Kadar air optimum pemadatan adalah kadar air yang
memberikan nilai kepadatan tertinggi yang didapat dari
kurva hubungan antara kadar air dan kepadatan.
61
VOLUME VMA = volume rongga dalam
BERAT agregat
VMB = vo lum e padat
rr-t
UDARA=O VMM = volume campuran tanpa
[,
rongga
= volume rongga terisi aspal
l_j_ VFB
= volume aspa l efektif
"' t
VFB
~ VIM = volume rongga da lam
"'
"'
0
campuran
Keterangan:
CD Butir-butir agregat
@Aspa l efektif
® Rongga dalam campuran
@) Bagian agregat yang menyerap air (dan
aspal)
® Rongga/pori agregat yang terisi as pal
@ Rongga/pori agregat yang terisi air
(j) Volume agregat untuk berat jenis cura
@Volume agregat untuk be rat jeni s
efektif
®Volume agregat untuk be rat jenis semu
bergerak maju mundur melintas di atas benda uji yang dibuat berupa
lapisan perkerasan beraspal. Ketahanan suatu campuran perkerasan
beraspal panas terhadap Deformasi Permanen berupa alur (rutting),
dapat dievaluasi setelah benda uji dilalui sejumlah lintasan atau laju
deformasi (rate of deformation) dalam satuan mm/menit. Pengujian
ketahanan deformasi dengan alat Wheel Tracking Machine (WTM)
dilakukan pada temperatur tinggi kritis, yaitu pada 60°C.
Pengujian kelelahan pada perkerasan dengan campuran beraspal
panas dapat menggunakan alat Beam Fatigue Apparatus (BFA) atau
Four Point Bending Apparatus, seperti disajikan pada Gambar 5.4.
Kelelahan merupakan suatu fenomena timbulnya retak akibat beban
berulang yang terjadi karena pengulangan tegangan atau regangan
yang batasnya masih di bawah batas kekuatan campuran perkerasan
beraspal.
Konsep pengujian kelelahan dengan pembebanan empat titik
ini menggunakan kontrol regangan. Akan tetapi, besarnya regangan
ditentukan terlebih dahulu, kemudian regangan tersebut berusaha
dipertahankan dengan menyesuaikan nilai tegangannya. Kondisi
100
80
"'0
-..."'
0
....<
60
~ "' 40
..."'"'=
~ "' 20
0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00
Uku ran Saringan (mm)
- .,_ Spck BM Rev3 ......._, Grad. Atas --+-- Grad. Bawah - - . - • Grad. Tengah
Tabel5.7 Proporsi RAP yang Diizinkan dan Komposisi Aspal Baru Berdasarkan
Temperatur Tinggi Kritis {TC(Tl}
Aspal Baru = PG 58 RAP= 24,5 %
Komposisi Aspal Baru :
96,80 % Aspal Pen 60/70 + 3, 20 % MG
95,80 % Aspal Pen 60/70 + 4,20 % OLI
Tabel5.8 Proporsi RAP yang Diizinkan dan Komposisi Aspal Baru Berdasarkan
Temperatur Menengah Kritis {TC!MI}
Aspal Baru = PG 58 (16) RAP= 13,5 %
Tabel 5.9 Temperatur Pen campuran dan Pemadatan As pal Baru untuk 20%
RAP dan 30% RAP
Temperatu r (•C)
Proporsi RAP dan Aspa l Baru
Pencampu ran Pemadatan
20% RAP
Aspal baru dengan MG 139-145 128-133
Aspal baru dengan OLI 138- 144 126-131
Aspal baru denga n Reji RE 137- 142 126- 130
30% RAP
As pal baru denga n MG 137- 143 126- 131
Aspal baru dengan OLI 13 2-138 121-125
Aspal baru dengan Rej iRE 134-139 122-127
Gradasi
Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
Kadar aspal optimum; % 5,90 5,80 5,25 5,80 5,75 5,20
Kepadatan; ton/m 3 2,369 2,359 2,383 2,359 2,374 2,374
Rongga dalam agregat 16,8 16,9 15,8 17,1 16,3 16,1
(VMA); %
Rongga terisi aspal (VFB); 78,07 78,24 76,1 75,62 77,21 73,68
%
Rongga dalam campuran 3,63 3,63 2,95 4,12 3,66 4,21
(VIM) Marshall;%
Rongga dal am campuran 2,70 3,02 3,70 2,80 2,85 2,80
(VIM) PRO;%
Stabilitas; kg 1.145 1.141 1.080 1.141 1.140 1.070
Peleleh an; mm 3,39 3,29 3,33 3,62 3,52 3,46
Stabilitas sisa;% 97,9 93,10 98,7 91,8 95,3 90,5
co
~
00
N Tabel5.12 Sifat Campuran Beraspal Panas dengan 30% RAP dengan Bahan Pengikat Aspal Pen 60/70 Ditambah Peremaja
0 Hasil Pengujian
OJ
3
"0
c 8,9% MG + 91,1% Pen 12,1% OLI + 87,9% Pen 10,4% RejiRE + 89,6% Pen
tl1 Parameter Campuran 60/70 60/70 60/70
:::>
OJ Tipe Gradasi
CD
tl1
(/)
"0
Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
~
I Kadar aspal optimum ;% 5,80 5,40 5,10 5,75 5,40 5,15 5,90 5,55 5,30
CD
3 Kepadatan; ton/m 3 2,359 2,370 2,379 2,355 2,363 2,379 2,361 2,357 2,381
~
Rongga dalam agregat (VMA};% 17,0 16,2 15,7 17,1 16,4 16,0 17,1 16,7 15,9
Rongga teri si aspal (VFB};% 74,93 73,61 73,29 74,14 73,02 72,62 74,82 73,50 73,00
Rongga dalam campuran (VIM} 4,25 4,28 4,16 4,39 4,43 4,35 4,29 4,41 4,26
Ma rshall;%
Rongga dalam campuran (VIM} 2,70 2,55 2,40 2,60 2,70 2,40 2,20 2,49 2,50
PRD;%
Stabilitas; kg 1.050 927 944 1038 943 900 1.123 848 859
Pelelehan; mm 2,72 3,47 3,38 3,93 3,53 3,45 4,05 3,54 3,98
Stabilitas si sa;% 92,8 92,3 90,6 91,5 92,5 90,9 88,8 91,9 93,7
Sumber: Nona (2016A)
b. Ketahanan Deformasi Hasil Pengujian Wheel Tracking
Machine
Berdasarkan hasil pengujian ketahanan deformasi dengan alat Wheel
Tracking Machine (WTM), yaitu yang digambarkan dengan hubungan
antara nilai deformasi dan waktu, kecepatan deformasi dan stabilitas
dinamis, seperti disajikan pada Tabel 5.13. Pada Tabel 5.13, diperoleh
bahwa deformasi awal dan deformasi total yang paling tinggi adalah
untuk campuran beraspal panas tanpa RAP dengan bahan pengikat
aspal Pen 60/70 dan dengan 30% RAP dan bahan pengikat 12,1% OLI
+ 87,9% Pen 60/70). Adapun campuran beraspal panas yang memiliki
nilai stabilitas dinamis tinggi atau yang lebih tahan deformasi berturut-
turut adalah campuran beraspal panas 10% RAP dengan aspal Pen
60/70, campuran beraspal panas 20% RAP dan 30% RAP dengan aspal
baru yang menggunakan peremaja RejiRE (7,1% RejiRE + 92,9% Pen
60/70 dan 10,4% RejiRE + 89,6% Pen 60/70). Campuran beraspal
yang memiliki nilai stabilitas dinamis yang terendah adalah campuran
beraspal panas tanpa RAP dengan bahan pengikat aspal Pen 60/70
dan yang menggunakan 30% RAP dengan aspal baru (12,1% OLI +
87,9% Pen 60/70).
3
"0
c O%RAP 10% RAP 20% RAP 30%RAP
Cl
::J Bahan Pengikat
co Waktu
CD Lintasan 7,1% 12,1% 10,4% Satuan
Cl (men it) S,9%MG 8,3% OLI 8,9% MG
(/)
RejiRE OLI + RejiRE
"0
~
Pen Pen + 94,1% + 91,7% + 91,1%
+ 92,9% 87,9% +89,6%
I 60/70 60/70 Pen Pen Pen
CD Pen Pen Pen
3 60/70 60/70 60/70
60/70 60/70 60/70
~
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 mm
1 21 0,79 0,52 1,03 0,32 1,16 0,66 1,17 1,16 mm
5 105 1,57 1,24 1,56 0,79 1,74 1,19 1,91 1,69 mm
10 210 2,09 1,59 1,86 1,05 2,02 1,52 2,37 1,98 mm
15 315 2,48 1,83 2,06 1,26 2,21 1,72 2,71 2,15 mm
30 630 3,30 2,23 2,46 1,66 2,58 2,16 3,50 2,52 mm
45 945 3,88 2,49 2,75 1,96 2,82 2,49 4,14 2,75 mm
60 1260 4,35 2,69 2,97 2,19 3,00 2,78 4,71 2,95 mm
DO = Deformas i 2,47 1,89 2,09 1,27 2,28 1,62 2,43 2,15 mm
Awal
RD =Kecepatan 0,0313 0,0133 0,0147 0,0153 0,0120 0,0193 0,0380 0,0133 mm/
Deformasi me nit
DS =Stabilitas 1.340,4 3.150,0 2.863,6 2.739,1 3.500,0 2.172,4 1.105,3 3.150,0 lintasa n/
Dinamis mm
Sumber: Nona (2015 8 )
800
750
700
650
~
600
i 550
~
i 500
t'' 450
~
400 .................................. ............................. ........~ !':1 !? . ~ !.~ ...... ............... ............ ... ..
350
30 0 +-~
Regangan
Jenis Campuran Modulus Elastisitas
Tarik (11£)
Beraspal Panas Umur
(MPa) Kelelah-
an
Propor- Sa at Sa at
Bahan Rata- (Cycles)
si RAP Awal Peng- Awal Peng-
Pengikat Rata
(%) ujian ujian
0 Pen 60/70 400 399 2.851 1.424 37.550
501 500 2.820 1.405 2.830 13.780
600 601 2.820 1.383 4.630
10 Pen 60/70 400 401 3.139 1.560 37.770
500 500 2.902 1.448 2.941 17.880
600 600 2.781 1.388 10.530
20 5,9% MG + 500 500 3.428 1.708 23.820
94,1% Pen
599 599 3.293 1.643 3.366 12.700
60/70
701 699 3.376 1.675 3.700
8,3% OLI + 499 500 2.982 1.490 41.300
91,7% Pen
600 599 3.240 1.615 3.112 26.020
60/70
701 699 3.115 1.550 17.880
7,1% RejiRE 500 498 3.675 1.837 65.860
+ 92,9% Pen
601 599 3.808 1.899 3.605 21.140
60/70
701 700 3.332 1.664 7.450
30 8,9% MG + 501 499 1.059 520 25.010
91,1% Pen
598 600 1.130 559 1.112 13.360
60/70
702 698 1.147 570 12.780
12,1% OLI + 551 549 1.757 875 14.1120
87,9% Pen
651 651 1.519 758 1.577 52.390
60/70
699 701 1.454 723 37.640
10,4% 500 500 2.555 1.338 14.9620
RejiRE +
601 599 2.161 1.076 2.265 10.1110
89,6% Pen
60/70 701 699 2.078 1.036 49.680
Sumber: Nono (2015 8 )
100
90
c"' 80
0
-.."
~
..l
70
~ "' 60
c
~
."'
~ 50
40
30
20
10
0
0.01
r
0. 1
--- 10 100
Ukuran Saringan
Tabel5.16 Sifat Campuran Beraspal Dingin Aspal Cair Mengikat Sedang (MC-
250) Menggunakan Variasi RAP
Hasil Pengujian
Parameter Campuran Persyaratan*
100% RAP 70% RAP 50% RAP
Kadar aspal optimum; % 7,70 7,00 5,54
• Kadar residu MC-250; % 1,82 2,08 2,60
100
90
"'0 80
0
~
-."'....
...:I 70
60
c: 50
~
... 40
Q.; "' 30
20
10
0
0.01 0.1 10 100
Ukura n Saringan
Hasil Pengujian
Persya-
No Parameter 70% RAP SO% RAP
100% RAP Bogor rata n*
Bog or Bogor
1 Jumlah tumbukan 2x50 2x75 2x50 2x75 2x50 2x75
2 Kadar air penyelimutan ;% 10,0 10,0 11,0 11,0 12,0 12,0
3 Kadar air pemadatan; % 6,0 6,0 7,0 7,0 8,0 8,0
4 Kadar emu lsi;% 3,30 3,13 3,80 3,63 4,81 4,64
5 Kadar residu aspal emulsi; % 1,98 1,88 2,28 2,18 2,89 2,79
6 Kadar aspal RAP;% 5,52 5,52 4,62 4,62 2,81 2,81
7 Kadar aspal optimum; % 7,50 7,40 6,90 6,80 5,70 5,60
;:>;
Ill 3
8 Kepadatan ; gr/cm 2,064 2,118 2,067 2,120 2,072 2,125
til
~
CD 9 VIM Marshall ;% 7,50 7,00 7,10 6,60 6,30 5,80
-
:::l.
(/)
;<' 10 Stabilitas langsung; kg 481 640 435 597 344 513 >250
0
Ill 11 Stabilitas setelah vakum 100 mmHg, 1 jam ; kg 412 552 369 485 282 351
3
"0
c 12 Kehil angan stabilitas;% 14,3 13,7 15,3 18,8 18,0 31,5 Maks .
til 50
:::l
OJ
CD 13 Pelelehan ; mm 5,0 4,3 4,3 4,2 4,0 3,8
til
(/)
"0 Keterangan : * )Asphalt Institute (1989}
~
97
Tabel 6.1 Penghematan Bahan Baru Campuran Beraspal
Reduksi Bahan pada Variasi
Jenis Campuran Beraspal dan Penggunaan RAP (% terhadap Berat
Proporsi RAP Bahan)
Aspal Baru Agregat Baru
Campuran beraspal panas
O%RAP 0,00 0,00
10% RAP 10,31 9,41
20% RAP 21,37 18,81
30% RAP 32,05 28,22
Campuran beraspal dingin aspal cair
0% RAP 0,00 0,00
50% RAP 53,52 47,04
70% RAP 63,86 65,85
100% RAP 77,01 100,00
Campuran beraspal dingin aspal
emulsi
0% RAP 0,00 0,00
50% RAP 52,95 47,04
70% RAP 61,04 65,85
100% RAP 80,14 100,00
pengikat (aspal bam) disajikan pada Tabel 6.3. Pada Tabel 6.3,
terlihat bahwa penggunaan RAP pada campuran beraspal panas
dapat menghemat biaya, yaitu
a) Penggunaan 10% RAP dan aspal Pen 60/70 adalah sebesar
5,78%
b) Penggunaan 20% RAP dengan:
• 94,1% Aspal + 5,9% MG (MG-1) adalah sebesar 11,57%
• 91 ,7% Aspal + 8,3% OLI (OLI-1) adalah sebesar 6,20%
• 92,9% Aspal + 7,1% RejiRE (RejiRE-1) adalah sebesar
4,63%
c) Penggunaan 30% RAP dengan:
• 91,1% Aspal + 8,9% MG (MG-2) adalah sebesar 17,77%
• 87,9% Aspal + 12,1% OLI (OLI-2) adalah sebesar 10,30%
• 89,6% Aspal + 10,4% RejiRE (RejiRE-2) adalah sebesar
7,89%
Pada data tersebut, penghematan biaya pekerjaan campuran
beraspal panas tertinggi, baik yang menggunakan RAP sebanyak
20% maupun yang menggunakan RAP sebanyak 30% adalah yang
0 label 6.3 Biaya Pekerjaan dan Reduksi Biaya Campuran Beraspal Panas
0
0 I Besaran Biaya Campuran Beraspal Panas dengan Variasi RAP dan Variasi Bahan Pengikat
Q)
3 I
"0
c
O%RAP 10% RAP 20% RAP 30% RAP
Ql
::::J
Jenis Biaya
OJ
Cll AspaiPen AspaiPen AspaiPen Aspal Pen Aspal Pen AspaiPen
Ql AspaiPen Aspal Pen
60/70 + 60/70+ 60/70 + 60/70 + 60/70+ 60/70 +
I
(f)
"0 60/70 60/70
~ MG-1 OLI-1 RejiRE-1 MG-2 OLI-2 RejiRE-2
I
Cll
3 Total Biaya; 1.093 .650 1.030.400 967.150 1.025.800 1.043.050 899 .300 980.950 1.007.400
2:.
Rp/ton
Penurunan 63.250 126.500 67 .850 50.600 194.350 112.700 86.250
Biaya ; Rp/ton
Penurunan 5,78 11,57 6,20 4,63 17,77 10,30 7,89
Biaya; %/ton
menggunakan rejuvenile Minyak Goreng (MG). Hal ini dapat
dipahami karena proporsi penggunaannya paling sedikit serta
harganya paling murah dibandingkan rejuvenile lain.
2) Biaya Pekerjaan Campuran Beraspal Dingin Aspal Cair
Biaya untuk pekerjaan campuran beraspal dingin aspal emulsi
yang tanpa dan dengan menggunakan variasi RAP adalah disajikan
pada Tabel 6.4. Pada Tabel 6.4, terlihat bahwa penggunaan RAP
semakin banyak dapat menghemat biaya semakin tinggi, yaitu:
a) Penggunaan 50% RAP adalah sebesar 31,50%
b) Penggunaan 70% RAP adalah sebesar 36,60%
c) Penggunaan 100% RAP adalah sebesar 46,90%
3) Biaya Pekerjaan Campuran Beraspal Dingin Aspal Emulsi
Hasil analisis biaya untuk pekerjaan campuran beraspal dingin
aspal emulsi yang tanpa dan dengan menggunakan variasi
RAP disajikan pada Tabel 6.5. Pada Tabel 6.5, terlihat bahwa
penggunaan RAP pada campuran beraspal dingin emulsi dapat
menghemat biaya, yaitu:
a) Penggunaan 50% RAP adalah sebesar 37,10%
b) Penggunaan 70% RAP adalah sebesar 38,60%
c) Penggunaan 100% RAP adalah sebesar 59,80%
Tabel 6.4 Harga Pekerjaan dan Reduksi Biaya Campuran Beraspal Dingin
Aspal Cair
103
sisanya semakin rendah. Untuk itu, perlu memperhatikan gradasi RAP
yang akan digunakan. Bilamana gradasi RAP terlalu halus atau berada
di atas batas spesifikasi gradasi, sebaiknya dilakukan penggabungan
dengan agregat baru.
Penggunaan 100% RAP pada campuran beraspal dingin as pal
emulsi dapat meningkatkan nilai stabilitas, tetapi nilai pelelehan
dan stabilitas sisanya menurun serta makin keropos karena nilai
rongga dalam campuran meningkat. Untuk itu, penggunaan 100%
RAP yang gradasinya terlalu halus dan di luar batas persyaratan pada
campuran beraspal dingin dengan aspal emulsi bersifat kurang awet
atau durabilitas menurun, sedangkan penggunaan 70% RAP dan
50% RAP, meskipun masih menggunakan agregat baru, memiliki
durabilitas lebih baik yang ditunjukkan dengan nilai stabilitas setelah
vakum (stabilitas sisa) masih baik serta memiliki nilai pelelehan dan
rongga dalam campuran yang lebih kecil.
Penggunaan RAP pada campuran beraspal semakin banyak
pada campuran beraspal maka penghematan aspal baru dan agregat
baru semakin tinggi juga. Penghematan agregat baru sesuai dengan
jumlah agregat yang terkandung dalam RAP, sedangkan untuk
penghematan aspal baru tidak sesuai dengan penghematan agregat
baru. Hal demikian disebabkan oleh aspal baru masih diperlukan
untuk meremajakan aspal dari RAP dan atau melapisi tipis permukaan
butiran RAP agar dapat saling mengikat butiran ketika dipadatkan.
Selain itu, bilamana menggunakan agregat baru, aspal baru juga
terserap oleh agregat baru.
Hasil analisis biaya pekerjaan campuran beraspal panas yang
menggunakan RAP dan variasi bahan pengikat (aspal baru) dapat
menghemat biaya, yaitu
1) Penggunaan 10% RAP dan aspal Pen 60/70 sebesar 5,78%.
2) Penggunaan 20% RAP dengan rejuvenile MG sebesar 11,57%,
OLI sebesar 6,20%, dan dengan RejiRE sebesar 4,63%.
Penutup 105
DAFTAR PUSTAKA
107
Badan Standar Nasional. (2008). Spesifikasi aspal cair tipe penguapan sedang,
SNI 4799:2008. Jakarta: BSN.
- - · (2011). Spesifikasi aspal emulsi kationik, SNI 4798:2011, Jakarta.
- - - · (2014). Metode uji stabilitas dan pelelehan campuran beraspal panas
dengan menggunakan alat Marshall SNI 2489:2014. Jakarta: BSN
Chirspus, S. N., Zachary, A. G., & Stephen, M. M. (2013). Suitability of
reclaimed asphalt concrete as a cold mix surfacing material for low
volume roads. International Journal of Engineering and Advanced
Technology (IJEAT); ISSN: 2249-8958, Volume-3, Issue-2, December
2013.
Copeland, A. (2011). Reclaimed asphalt pavement in asphalt mixtures: State
of the practice, Report No. FHWA-HRT-11-021. U.S. Department of
Transportation, Federal Highway Administration. Washington, DC.
Direktorat Jenderal Bina Marga. (2014). Spesifikasi umum bidangjalan dan
jembatan tahun 2010 revisi 3. Jakarta.
Dony, A., Colin, J., Bruneau, D., Drouadaine, 1., & Navaro, J. (2012). Reclaimed
asphalt concretes with high recycling rates: Changes in reclaimed binder
properties according to rejuvenating agent. Elsevier, 175-181.
EAPA. (2005). Industry statement on the recycling of asphalt mixes amd use
of waste of asphalt pavements. Brussels, Belgium: European Asphalt
Pavement Association.
Esenwa, M., Davidson, J. K., Kucharek, A. S., & Moore, T. (2013). 100%
recycled asphalt paving, our experience. Ontario: Canadian Technical
Asphalt Association.
FHWA. (2001). Basic asphalt recycling manual. Federal Highway
Administration U.S. Department of Transportation. New York.
Hansen, K. R, & Copeland, A. (2015). Asphalt pavement industry survey
on recycled materials and warm-mix asphalt usage: 2014. Report No.
Information Series 138 (5th edition), National Asphalt Pavement
Association. Lanham, Maryland.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
(2016). Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum, Nomor: 28/PRT/M/2016. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
Lehtimaki, H. (2012). Rejuvenating RAP with light oil products and a new
mixing method for hot in-plant recycling. In Via 2012 Congress. Espoo:
Aalto University.
National Asphalt Pavement Association. (1996). Hot mix asphalt materials,
mixture design and construction second edition. Maryland: NAPA.
111
NCHRP National Cooperative Highway Research Program
p Persentase kadar residu aspal emulsi
Pa.s Pascal second
PAV Pressure Aging Vessel
Pb Persentase kadar residu aspal cair
Pen Penetration grade
PG Performance Grade (asphalt binder)
PRD Percentage Refusal Density
RAP Reclaimed Asphalt Pavement
RTFOT Rolling Thin Film Oven Test
RV Rotational Viscometer
sc Slow-Curing cutback asphalt
SF Saybol Furrol
SHRP Strategic Highway Research Program
ss Slow-Setting asphalt emulsion
SSD Saturated Surface Dry
Temperatur kritis (tinggi, menengah dan rendah) bahan
pengikat aspal baru
Tblcnd
Temperatur kritis (tinggi, menengah dan rendah) bahan
pengikat aspal basil pencampuran (final desired)
TCE Trichlor Ethylen
TC(M) Temperatur menengah kritis
TC(T)
Temperatur tinggi kritis
TC(R) Temperatur rendah kritis
TFOT Thin Film Oven Test
TRAP Temperatur kritis (tinggi, menengah dan rendah) bahan
pengikat RAP basil pemulihan
VIM Voids In Mix
VFB Voids Filled with Bitumen
VMA Voids in the Mineral Aggregate
AASHTO, 4, 26, 29, 33, 39, 41, 42, Bahan pengisi, 6, 9, 12, 67, 69, 70
45, 46, 47, 48, 58, 64, 74, 75, Bahan peremaja, 21, 23, 32, 33, 40,
107, 111 75, 79,87,88, 103,109
Agregat, v, vii, viii, 5, 6, 7, 9, 10, 11,
12, 13, 14, 15, 16,21,22,23,29, Campuran beraspal dingin, vii, 6,
31,39,40,41,42,43,44,49,50, 7, 15, 16,32,39,40,42,43,44,
51,52,53,54,55,61,62,65,66, 45, 54, 59, 72, 88, 89, 90, 91,
67,68,69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 92,93,95,97,98, 101,103,104,
78, 79, 80, 81, 82, 88, 90, 91, 105, 109
93,95,97, 98,99, 103,104,105 Campuran beraspal panas, vii, 6, 7,
Aspal baru, vii, 13, 14, 15, 29, 33, 12, 13, 14,15, 16,23,29,32,33,
35, 46, 47, 48, 50, 51, 75, 76, 39,40,45,49,61,62,63,66,67,
77, 78, 79, 80, 83, 87, 97, 98, 68,69,70,71,72,73,75, 78,79,
99, 103, 104, 112 83, 87, 88, 91, 97, 98, 9~ 103,
Aspal cair, vii, 7, 8, 32, 39, 42, 43, 104, 105, 108, 109
45, 50, 51, 52, 53, 54, 72, 88,
89, 97, 98, 99, 103, 105, 108, DSR, 25, 26, 33, 35, 46, 75, 111
109, 112
Aspal emulsi, vii, 7, 8, 15, 32, 39, 43, MG, 32, 33, 34, 35, 36, 76, 77, 78,
44,45,54,55,56,57,58,59,60, 81,82,84, 86,87,99, 100,1 01,
72,91,92,93,94,95,97,98,99, 104, 105, 111
101, 104, 105, 108, 112
Aspal keras, 6, 7, 40 OLI, 32, 33, 34, 35, 76, 77, 78, 81,
Aspal modifikasi, 6 82, 83, 84, 86, 87, 88, 99, 100,
Aspal Pen, 34, 35, 40, 41, 73, 76, 77, 104, 105
80,81,82,99,100
PAV, 33,35,37,112
Bahan pengikat baru, 33, 45, 75
113
Pelelehan, 41, 43, 50, 54, 61, 79, 80, Rejuvenile, vii, 23, 31, 32, 36, 37, 75,
81,82,91,93,94,95, 103,104, 76, 77, 99, 101, 104, 105
108 Reologi, 21, 25, 33
PG, 27, 45, 46, 75, 76, 77, 112 RTFO, 25, 26, 33, 35
RTFOT, 27, 35, 36, 112
RAP, vii, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21,
22,23,24,25,26,27,2 8,29,30, Stabilitas, 12, 23, 24, 41, 43, 44, 50,
31,32,33,39,40,42,4 3,44,45, 51,54,59,60,61,64,6 5,66,70,
46,47,48,49,50,51,5 2,53,54, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 87, 88,
55,56,57,58,59,60,6 1,72,73, 90,91,93,94,95,103, 104,108
74, 75, 76, 77, 78, 79,80,81,82,
83,84,85,87,88,89,9 0,91,92, VFB, 23, 41, 61, 62, 79, 80, 81, 82,
93,94,95,97,98,99, 100,101, 91, 112
102, 103, 104, 105, 108, 109, VIM, 23, 41, 42, 43, 61, 62, 72, 79,
110, 112 80,81,82,91,93,94,9 5, 112
RejiRE, vii, 32, 33, 34, 35, 76, 77, 78, VMA, 23, 41, 43, 61, 62, 79, 80, 81,
79,81,82,83,84,86,8 7,88,99, 82, 91, 112
100, 103, 105
115
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)