Anda di halaman 1dari 10

METODE SEISMIK

RAY TRACING REFRAKSI

Disusun Oleh:
SEKMAWATI
R1A120056

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
15/12/2021

1|KOMPUTASI GEOFISIKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
Bidang seismik saat ini menjadi bidang ilmu yang sangat penting karena
pemanfaatannya yang digunakan dalam beragai bidang. Seismik secara umum dibagi
menjadi lima bagian besar yaitu seismotektonik/seismologi yang mempelajari gempa
bumi, seismovulkanik yang mempelajari gunungapi, seismik eksplorasi pantul/ seismik
refleksi untuk mencari minyak dan gas, seismik bias untuk eksplorasi dangkal dan
mikroseismik untuk mengetahui kondisi amplifikasi tanah suatu daerah. Seismik bias/
seismik refraksi menjadi salah satu kajian seismik yang sering dipelajari karena
memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Berikut keunggulan dan kelemahan
seismik refraksi:
1. Kekurangan seismik refraksi
a. Dalam pengukuran yang regional , Seismik refraksi membutuhkan offset yang
lebih lebar.
b. Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan gelombang meningkat sebagai
fungsi kedalaman.
c. Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisan-lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki dip dan topografi.
d. Seismik bias hanya menggunakan waktu tiba sebagai fungsi jarak (offset)
2. Kelebihan seismik refraksi
a. Pengamatan refraksi membutuhkan cakupan lokasi sumber dan penerima
yang sempit, sehingga relatif murah dalam pengambilan datanya.
b. Prosesing refraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering untuk
memperkuat sinyal first break yang dibaca.
c. Karena pengambilan data dan lokasi yang cukup kecil, maka pengembangan
model untuk interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan seperti metode
geofisika lainnya.

Berdasarkan kekurangan dan kelebihan diatas maka seismik refraksi biasanya


digunakan dalam survei water table, bidang keteknikan, survei lapisan lapuk di dekat
permukaan, dan koreksi lapisan dekat permukaan pada survei sismik refleksi. Data
digunakan adalah waktu tiba gelombang pertama kali ( first arrival time) yang selalu
berupa gelombang P. Metode ini digunakan dengan asumsi bahwa; (1) Medium bumi
dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan
2|Page
kecepatan yang berbeda-beda, (2) Makin bertambah kedalamannya, batuan lapisan
akan semakin kompak, (3) Panjang gelombang seismik kuarang dari ketebalan lapisan
bumi. Hal ini memungkinkan setiap lapisan yang memenuhi syarat tersebut akan dapat
terdeteksi, (4) Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga
mematuhi hukum-hukum dasar lintasan sinar (Hukum Snellius), (5) Pada bidang batas
antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan kecepatan pada lapisan di
bawahnya dan (6) Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman
(Sismanto, 2002).

Dalam survei seismik refraksi dangkal, hal-hal yang perlu dipertimbangkan


adalah overburden yang kering, overburden yang basah dan lapuk, serta bedrock yang
fresh. Dalam survei seismik refraksi dangkal sangat sulit membuat rumusan kedalaman
bidang batas lapisan yang lebih dari 3 buah. Pada lapisan overburden yang kering
terkadang kecepatan gelombang P bisa lebih lambat dari 350 m/s dan sekali mencapai

800 m/s. Pada bed rock yang fresh umumnya kecepatan gelombang P lebih dari 2500

m/s tetapi apabila bed rock merupakan transisi lapisan lapuk (tidak benar-benar fresh)
kecepatan gelombang P bisa lebih rendah dari 2000 m/s.

Seismik refraksi merupakan salah satu jenis metode seismik yang memanfaatkan
sifat pembiasan gelombang seismik untuk mengkarakterisasi permukaan. Seimik
refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk menjalar
pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai jarak tertentu.
Penjalaran gelombang tersebut dapat ditelusuri dari jejak sinar ( ray tracing) yang
melewati lapisan-lapisan pada kedalaman zi dengan kecepatan v serta sudut.

3|Page
θc 90 θc 1
sin =sin =¿ sin =
V1 V2 V1 V2

h
cos ( θ c )
T 1=
V1

X 2 X−( X 1 + X 3 ) X−2 h tan ⁡(θc )


T 1= = =
V2 V2 V2

h
cos ( θc )
T 3=
V1

Travel time untuk gelombang refraksi kritis (Tc) dapat dihitung dengan
menjumlahkan waktu yang dibutuhkan oleh tiga segmen lintasan, yaitu: lintasan yang
bergerak ke bawah melalui lapisan 1 (T1), lintasan yang bergerak lurus (horizontal)
sepanjang bagian atas (top) lapisan 2 (T2) dan lintasan yang kembali ke permukaan
melalui lapisan 1 (T3).

4|Page
B. TUJUAN

Materi yang akan disampaikan pada topik ini adalah desain model ray tracing
dan kurva travel time seismik refraksi (seismik bias) kritis. Tujuan capaian
pembelajaran pada materi ini adalah
1. Mendesain simulasi jejak gelombang (ray tracing) dari sumber ke receiver
(geohone) berdasarkan konsep seismik refraksi kritis (critically refracted).
2. Menghitung waktu yang dibutuhkan (travel time) gelombang seismik refraksi
(seismic bias) kritis.
3. Menunjukkan bahwa grafik T vs X untuk seismic refraksi berbentuk garis lurus
dengan slope = 1/V2 (V2 adalah kecepatan seismik ada lapisan ke dua).

5|Page
C. KODE-KODE PEMROGRAMAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum acara ke enam mata kuliah Komputasi Geofisika berjudul seismik refraksi,
para praktikan diminta menyelesaikan tiga tujuan praktikum untuk memenuhi
kelulusan acara ini.
Setelah memasukkan kode program dan melakukan plotting diperoleh grafik dan
hasil running yang sesuai. Pada setiap komen (%) dimasukkan nilai besaran yang
diperlukan.

% Pemodelan Tomografi Seismik Refraksi


% Desain data Sintetik Travel Time
clear all; clc;
nx = 100; % Jumlah blok dalam arah horizontal
ny = 2; % Jumlah blok dalam arah vertikal
bly = 20; % Dimensi dalam arah vertikal
x = [ 0 5 1000]; % Mendifnisikan skala sumbu horizontal
y = [0 5 40]; % Mendifinisikan skala sumbu vertikal

% Membuat konfigurasi geometri sumber dan receiver


ys = [0];
ns = length(ys);
xs = 10;
xr = [300:60:1000];
nr = length(xr);
yr = zeros(1,nr); % receiver

% Mendefinisikan kecepatan pada setiap blok


% jumlah blok = nx*ny
v1 = 400;
v2 = 820;
V1 = v1*ones(1,nx);

6|Page
V2 = v2*ones(1,nx);
V = [V1 V2];
velo = reshape (V,nx,ny);

figure (1)
a = subplot(211);
imagesc(x,-y,velo');
shading('flat');
colormap(cool);
title('Ray Tracing pada true Model');
xlabel ('Jarak (m)');
ylabel ('Kedelaman(m)');
axis xy;
axis ([min(x) max(x) -max(y) min(y)]);
hold on
colorbar('vert');
ve1 = reshape(V',1,ny*nx);
hold on
h = bly;
for m = 1:ns
plot(xs(m),-ys(m),'*k');
hold on
for k = 1:nr
plot(xr(k),-yr(k),'ok');
hold on
plot(xr(k),-yr(k),'ok');
hold on
end
end

7|Page
for m = 1:ns
plot(xs(m),-ys(m),'*k');
hold on
for k = 1:nr
plot(xr(k),-yr(k),'ok');
hold on
plot(xr(k),-yr(k),'ok');
hold on
mk = (m-1)*nr+k;
tetaC = asind(v1/v2);
X(mk) = xr(k)-xs(m);
X1 (mk) = h*tand(tetaC);
X3 (mk) = h*tand(tetaC);
X2 (mk) = X(mk)-(X1(mk)+X3(mk));
P = h/cosd(tetaC);
T1 (mk) = P/v1;
T2 (mk) = (X(mk)-2*h*tand(tetaC))/v2;
T3 (mk) = T1(mk);
Tr (mk) = T1(mk) + T2(mk) + T3(mk);
xray = [xs(m) xs(m)+X1(mk) xr(k)-X3(mk) xr(k)];
yray = [ys(m) h h yr(k)];
plot(xray,-yray,'r');
hold on;
drawnow;
end
end

% PLOT GRAFIK T-X


x = X; t = Tr;
b =subplot(212);
plot (x,t,'-or');

8|Page
% slope =(t(NR)-T(1))/(X(NR)-X(1))
title('Grafik T-X');
xlabel ('X');
ylabel ('Tr');

9|Page
D. KESIMPULAN
1. Desain simulasi jejek glombang (ray tracing) sudah bisa di jalankan dari sumber
ke receiver (geophone) berdasarkan konsep seismic refraksi kritis (critically
refracted).
2. Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang
untuk menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada
berbagai jarak tertentu. Penjalaran gelombang tersebut dapat ditelusuri dari
jejak sinar (ray tracing) yang melewati lapisan-lapisan pada kedalaman zi dengan
kecepatan v serta sudut.
3. Grafik T Vs X seismik refaksi berbentuk garis lurus dengan slop = 1/V2 (V2
adalah kecepatan seismik pada lapisan kedua).

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai