Anda di halaman 1dari 16

PEMANFAATAN DAUN MINT UNTUK MASKER WAJAH

Disusun untuk memenuhi tugas Karya Tulis Ilmiah Muatan Lokal (Riset)

Disusun Oleh :
Annisa Rizka Dewi 0053996307
Salma Amara Nursandrina 0066178855
Khusnul Khotimah 0052370912
Muhammad Nabil Makarim 0059266579
Jurusan MIPA kelas X MIPA 5

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA BANJARMASIN


Jl. Pramuka Komp. Semanda 2 No.28 RT.20, Kel. Sungai Lulut, Kec.
Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan 70653
November 2021
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul karya tulis : Kandungan Daun Mint Untuk Jerawat


2. Ketua pelaksana kegiatan
a. Nama lengkap : Annisa Rizka Dewi
b. NIS : 0053996307
c. Sekolah : MAN 2 Kota Banjarmasin
d. Alamat rumah dan No
Alamat Rumah : Jln.Veteran km 5,5 no.17 Rt.04 Rw.01
Telpon/HP : +62 811-5117-626
e. Alamat e-mail : annisarizka.d@gmail.com
3. Anggota pelaksana : 1. Annisa Rizka Dewi
Kegiatan/penulis 2. Salma Amara Nursandrina
3. Khusnul Khotimah
4. Muhammmad Nabil Makarim
4. Guru pembimbing
a. Nama lengkap dan gelar : Jamiatur Rasyidah,S.Si
b. NIP :
c. Alamat rumah dan No
Telpon/HP : +62 877-7039-1225

Banjarmasin, 26 November 2021

Menyetujui

Guru Pembimbing Ketua Pelaksana Kegiatan

Jamiatur Rasyidah S.Si Annisa Rizka Dewi

( ) ( )
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS KARYA TULIS ILMIAH

Kami yang menandatangani Surat Pernyataan ini :

Annisa Rizka Dewi 0053996307


Salma Amara Nursandrina 0066178855
Khusnul Khotimah 0052370912
Muhammad Nabil Makarim 0059266579

1.Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tuliskan benar-benar bersumber dari kegiatan
yang telah saya lakukan :
 Penulis telah melakukan mini riset,wawancara,penyebaran angket,dokumentasi
berkaitan dengan kandungan daun mint
 Topik yang diambil dalam penelitian
 Tempat dilaksanakan penelitian
2.Naskah Karya Tulis Ilmiah Ini belum pernah diterbitkan / dipublikasikan
3.Naskah ini belum pernah diikut sertakan dalam perlobaaan / kompetisi Karya Tulis Ilmiah

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran untuk dapat digunakan untuk
menyelesaikan tugas mulok.

Banjarmasin, 26 November 2021

Mengetahui,
Kepala Madrasah Guru Pembimbing Ketua Tim Peneliti

______________ _______________ _______________


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok mata pelajaran Muatan lokal (Riset), dengan judul “KANDUNGAN
DAUN MINT UNTUK JERAWAT”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada guru kami yaitu Ibu Jamiatur Rasyidah, S.Si, selaku pembimbing dan pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan, Amiin Ya Robbal’ Alamiin.

Banjarmasin, November 2021

Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Jerawat pada kulit bisa menyerang siapa saja, tetapi sering diidentikkan dengan masa
puber. Pasalnya, sebagian besar remaja berusia 10–13 tahun alias yang tengah mengalami
pubertas kerap memiliki masalah kulit yang satu ini. Risiko jerawat saat pubertas semakin
meningkat pada orang yang memiliki kulit berminyak dan jarang membersihkan kulit. Ini alasan
pubertas bisa sebabkan jerawat, beserta cara mengatasinya.

Pada masa pubertas, terjadi perubahan kondisi pada hormon tubuh. Sebelumnya perlu
diketahui, perubahan hormon menjadi salah satu penyebab munculnya jerawat pada permukaan
kulit. Saat masa puber, aktivitas hormon testosteron di dalam tubuh meningkat. Hal itu kemudian
menyebabkan kelenjar minyak menghasilkan sebum dalam jumlah lebih banyak dari yang
dibutuhkan kulit, dan memicu munculnya jerawat.

Pada dasarnya, ada empat kondisi yang bisa menyebabkan munculnya jerawat di
kulit.Produksi sebum berlebih, yaitu zat yang diproduksi oleh kelenjar minyak. Sebum
diproduksi untuk mencegah kulit kering, tetapi saat zat ini diproduksi berlebihan bisa memicu
timbulnya jerawat. Perubahan hormon, termasuk yang terjadi pada remaja. Produksi hormon
yang berlebih, misalnya testosteron dan androgen bisa menjadi penyebab jerawat. Ada sumbatan
pada folikel rambut. Kondisi ini biasanya terjadi oleh campuran sel kulit mati dan sebum. Infeksi
bakteri. Jerawat juga bisa terjadi karena bakteri Propionibacterium acnes. Bakteri ini bisa
berkembang dan menyumbat folikel rambut, sehingga memicu peradangan. 

Masa pubertas dan jerawat menjadi dua hal yang seakan tidak bisa dipisahkan. Namun
umumnya, masalah jerawat pada remaja akan hilang dengan sendirinya pada awal usia 20 tahun.
Pada beberapa kasus, jerawat bisa bertahan lebih lama, terutama pada wanita dan orang yang
memiliki kondisi kulit berminyak. Sebab, kulit berminyak menjadi salah satu penyebab jerawat
bisa dengan mudah muncul.

Daun mint merupakan tanaman, yang biasanya sebagai aromaterapi, dan memilikik
banyak manfaat yang baik untuk kesehatan. Daun mint bisa diolah menjadi bubuk, yang
digunakan sebagai penyedap masakan, atau dijadikan kreasi minuman.
Daun mint memiliki kandungan mentol, methone, menthyl acetate dan limonene. Daun
mint juga memiliki kandungan beta pinene dan beta caryophyllene, yang sangat baik dan
bermanfaat untuk kesehatan tubuh, mulut hingga wajah.
Manfaat daun mint yang pertama, yaitu membantu mengatasi masalah kulit berjerawat,
yang membantu mempercepat mengeringkan jerawat. Daun mint memiliki sensasi dingin dan
pedas, jika dikonsumsi pada sebuah makanan dan minuman. Namun daun mint yang terkandung
dalam skincare juga bisa memberikan sensasi dingin di kulit.
Daun mint memiliki kandungan salicylic acid, yang bisa membantu mengurangi gatal dan
iritasi, yang disebabkan karena jerawat. Daun mint juga memiliki kandungan vitamin A, yang
bisa membantu mengontrol minyak berlebih pada wajah, yang bisa menjadi penyebab jerawat.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut.
1) Bagaimana cara mengolah masker dari daun mint
2) Bagaimana dampak yang dihasilkan dari penggunaan masker daun mint

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1) Mengetahui pengaruh masker daun mint dan madu terhadap kecerahan kulit wajah.
2) Mengetahui cara pemakaian masker daun mint

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi penulis, membantu mengetahui manfaat daun mint dalam mengurangi jerawat
2) Bagi sekolah, sebagai bahan referensi untuk siswa-siswi SMA/MA khususnya siswa-
siswi MAN 2 Banjarmasin
3) Bagi masyarakat, membantu mengatasi masalah jerawat terutama pada remaja dengan
menggunakan daun mint.

1.5 Batasan Masalah


Dalam pengujian ini dibatasi masalah sebagai berikut
1) Jenis kulit wajah yang diteliti hanya terbatas pada kulit normal, kering dan berminyak.
2) Pengujian menggunakan bahan dasar / utama yang digunakan dalam penilitian ini, yaitu
daun mint dan madu sebagai pelengkap.
3) Campuran antara daun mint dan madu yang berupa masker yang akan di teliti
pengaruhnya apabila diaplikasikan pada kulit wajah sehingga dapat di lihat tingkat
kecerahan kulit wajah sebelum dan sesudah perlakuan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Mint

2.1.1 Penjelasan Umum Daun Mint

Daun mint yang memiliki nama ilmiah mentha piperita L.(Lamiaceae) merupakan tanaman
herba yang memiliki tinggi 30-90 cm. Memiliki batang yang tegak dan bercabang, serta bagian
atas yang selalu berbentuk persegi empat. Tanaman ini juga mempunyai daun berlawanan, dan
berbentuk petiolate, ovaleoblong(oblong-lanset), bergigi serta berwarna hijau tua pada
permukaan atas. Bunga pada tanaman daun mint memiliki warna keunguan, setiap bunga
menunjukkan kelopak berbentuk tabung dengan 5 gerigi tajam, berbulu, dan tidak teratur, 4-
sumbing corolla, 4 benang sari pendek, sebuah ovarium 4-bersel berakhir dengan stigma terpecah
dua (Azizah, 2013).

2.1.2 Kandungan Pada Daun Mint

Dalam daun mint terkandung senyawa mentol, menton, isomenton, piperiton dan mentil
asetat, dimana kandungan mentol merupakan yang paling dominan (Sastrohamidjojo, 2018).
Unsur utama dari daun peppermint adalah minyak atsiri(0,5-4%), yang mengandung mentol(30-
55%) dan menthone(14-32%). Mentol terjadi kebanyakan dalam bentuk bebas alcohol, dengan
jumlah antara (3-5%) asetat dan valerat ester. Monoterpen lain yang hadir termasuk isomenthone
(2-10%), 1,8-cineole(6- 14%), a-pinene(1,0-1,5%), b-pinene(1-2%), limonene(1-5%),
neomenthol(2,5-3,5%) dan menthofuran(1-9%)( Anshori, 2010).

2.1.3 Manfaat Daun Mint


Daun mint merupakan salah satu tanaman yang memiliki cukup banyak manfaat bagi
kesehatan dan kecantikan kulit. (Katrine, 2018) menyatakan daun mint mengandung bahan-
bahan kimia yang dapat menghilangkan jerawat dan mempunyai sifat antibacterial. Salah satu
bahan aktif yang dikenal ampuh untuk menghilangkan jerawat yaitu minyak atsiri. Kandungan
minyak atsiri tersebut selain mengandung antioksidan juga bersifat anti inflamasi(anti
radang) sehingga dapat meredakan jerawat(Eiska, R 2021). Selain itu daun mint juga
mengandung vitamin C yang baik untuk kulit. Kandungan vitamin C yg terdapat dalam daun
mint bermanfaat sebagai antioksidan dan membantu menyamarkan bekas jerawat (Katrine,
2018).

2.2 Madu
2.1.1 Definisi madu
Madu adalah bahan alami yang memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh lebah dari nektar atau
sari bunga atau cairan yang berasal dari bagian-bagian tanaman hidup yang dikumpulkan, diubah
dan diikat dengan senyawa tertentu oleh lebah kemudian disimpan pada sarang yang berbentuk
heksagonal (Al Fady, 2015). Madu merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki rasa
manis dan kental yang berwarna emas sampai coklat gelap dengan kandungan gula yang tinggi
serta lemak rendah (Wulansari, 2018)

Dibidang kedokteran, madu mendapatkan perhatian untuk digunakan sebagai agen antibakteri
dalam perawatan ulserasi, luka, dan infeksi lain akibat luka bakar maupun luka lainnya.
Efektivitas dalam mengatasi infeksi dan mempercepat proses penyembuhan disebabkan oleh
adanya aktivitas antibakteri yang terdapat pada madu. Aktivitas antibakteri madu terjadi karena
adanya hidrogen peroksida, flavonoid, dan konsentrasi gula hipertonik. Hidrogen peroksida
dibentuk di dalam madu oleh aktivitas enzim glucose oxide yang memperoduksi asam glukonat
dan hidrogen peroksida dari glukosa. Enzim ini akan aktif apabila madu diencerkan. Hidrogen
peroksida yang terbentuk akan terakumulasi dalam medium biakan yang akan menginhibisi
pertumbuhan bakteri (Suranto, 2008).

2.1.2 Jenis Madu


Madu berdasarkan sumber bunga (nektar) dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Madu monofloral Madu monofloral berasal dari satu jenis nektar atau didominasi oleh satu
nektar, misal madu randu dan madu kelengkeng.
2) Madu multifloral Madu multifloral adalah madu yang berasal dari berbagai jenis tanaman
sebagai contoh madu hutan dari lebah yang mendapatkan nektar dari berbagi jenis tanaman.
Madu berdasarkan asal nektarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1) Madu Flora adalah madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Yang berasal dari satu jenis
bunga disebut madu monoflora, yang berasal dari aneka ragam bunga disebut madu polyfloral.
Madu polyfloral dihasilkan dari beberapa jenis tanaman dari nektar bunga.
2) Madu Ekstraflora Madu Ekstraflora adalah madu yang dihasilkan dari nektar di luar bunga
seperti daun, cabang atau batang tanaman.
3) Madu Embun Madu Embun adalah madu yang dihasilkan dai cairan hasil suksesi serangga
yang meletakkan gulanya pada tanaman, kemudian dikumpulkan oleh lebah madu dan disimpan
dalam sarang madu (Wulansari, 2018).

2.1.3 Komposisi dan kandungan madu hutan

Madu hutan adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber
nektar. Madu hutan tersusun atas 17,1% air; 82,4% karbohidrat total; 0,5% protein; asam amino;
vitamin dan mineral (Al fady, 2015). Madu hutan mengandung banyak mineral seperti natrium,
kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor dan kalium. Vitamin-vitamin yang terdapat dalam
madu adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam
pantotenat, biotin, asam folat, dan vitamin K. Enzim yang penting dalam madu hutan adalah
enzim diastase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase. Enzim diastase adalah
enzim yang mengubah karbohidrat komplek (polisakarida) menjadi karbohidrat yang sederhana
(monosakarida). Enzim invertase adalah enzim yang memecah molekul sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa. Enzim oksidase adalah enzim yang membantu oksidasi glukosa menjadi asam
peroksida. Enzim peroksidase melakukan proses oksidasi metabolisme. Semua zat tersebut
berguna bagi proses metabolisme tubuh (Suranto, 2008 ).
Madu hutan memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan rendah lemak. Kandungan
gula dalam madu hutan mencapai 80% dan dari gula tersebut 85% berupa fruktosa dan glukosa.
Asam utama yang terdapat dalam madu hutan adalah asam glutamat. Sementara itu, asam
organik yang terdapat dalam madu hutan adalah asam asetat, asam butirat, format, suksinat,
glikolat, malat, proglutamat, sitrat, dan piruvat (Suranto, 2008). Komposisi kimia madu hutan
dapat dilihat pada tabel berikut
Komposisi Kimia Madu Hutan per 100 gram (Suranto,
2008)
No. Komposisi Jumlah
1 Kalori 328 kal
2 Kadar Air 17,2 g
3 Protein 0,5 g
4 Karbohidrat 82,4 g
5 Abu 0,2 g
6 Tembaga 4,4-9,2 mg
7 Fosfor 1,9-6,3 mg
8 Besi 0,06-1,5 mg
9 Mangan 0,02-0,4 mg
10 Magnesium 1,2-3,5 mg
11 Thiamin 0,1 mg
12 Riboflavin 0,02 mg
13 Protein 0,5 g
14 Niasin 0,20 mg
15 Lemak 0,1 g
16 pH 3,9
17 Asam Total 43,1 mg

2.1.4 Manfaat madu hutan


Madu hutan terkenal di dunia kesehatan karena banyak mengandung manfaat (khasiat)
diantaranya yaitu:
1) Pengganti gula Madu hutan bisa dijadikan untuk pengganti gula karena madu hutan lebih
menyehatkan dibanding gula yang ada dipasaran. Untuk meningkatkan rasa manisnya, bisa
menambahkan susu pada madu hutan. Campuran susu dan madu hutan ini dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh manusia (Sakri, 2015).
2) Mudah dicerna Madu hutan mudah dicerna oleh perut yang paling sensitif sekalipun karena
molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain (fruktosa menjadi glukosa) (Sakri,
2015).
3) Sumber vitamin dan mineral Madu hutan mengandung berbagai vitamin dan mineral. Jenis
vitamin dan mineral dan kuantitas mereka tergantung pada jenis bunga yang digunakan untuk
pemeliharaan lebah. Umumnya madu hutan mengandung vitamin C, kalsium, dan zat besi (Sakri,
2015).
4) Sebagai penyembuhan Luka Pemberian madu hutan pada proses penyembuhan luka karena
karena kemampuannya dalam proses pembersihan infeksi yang cepat, debridemen luka, menekan
peradangan dan meminimalkan jaringan parut, serta angiogenesis, granulasi jaringan,
pertumbuhan epitel. Madu hutan efektif untuk menyembuhkan luka karena tidak menyebabkan
iritasi, tidak beracun, steril, bersifat bakterisida dan banyak mengandung nutrisi (Wulansari,
2018)

2.3 Kulit
2.1.1 Definisi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan merupakan alat tubuh yang terberat dan
terluas ukurannya, yaitu kirakira 15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5 m 2.
Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur,
seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh serta memiliki variasi mengenai lembut, tipis,
dan tebalnya. Rata-rata tebal kulit 1-2m. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan
kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit merupakan organ yang vital dan esensial
serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Djuanda, 2007).

2.1.2 Anatomi Kulit


Kulit merupakan organ yang tersusun dari 4 jaringan dasar (Sonny, 2013):
1. Kulit mempunyai berbagai jenis epitel, terutama epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk. Penbuluh darah pada dermisnya dilapisi oleh endotel. Kelenjar- kelenjar kulit
merupakan kelenjar epitelial.
2. Terdapat beberapa jenis jaringan ikat, seperti serat-serat kolagen dan elastin, dan sel-sel
lemak pada dermis.
3.Jaringan otot dapat ditemukan pada dermis. Contoh, jaringan otot polos, yaitu otot
penegak rambut (m. arrector pili) dan pada dinding pembuluh darah, sedangkan jaringan otot
bercorak terdapat pada otot-otot ekspresi wajah.
4. Jaringan saraf sebagai reseptor sensoris yang dapat ditemukan pada kulit berupa ujung
saraf bebas dan berbagai badan akhir saraf. Contoh, badan Meissner dan badan Pacini.

2.4 Jerawat
2.4.1 Definisi Jerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit yang umum terjadi pada remaja berusia 16-19 tahun,
bahkan dapat berlanjut hingga usia 30 tahun. Walaupun jerawat tidak mengancam jiwa, namun
dapat memengaruhi kualitas hidup dengan memberikan efek psikologis. Faktor utama yang
terlibat dalam pembentukan jerawat adalah peningkatan produksi sebum, peluruhan
keratinosit, pertumbuhan bakteri dan inflamasi (Fissy et al, 2014).
Jerawat adalah bentuk ruam pada bagian kelenjar minyak di kulit bermula dari
timbulnya komedo dan berkembang menjadi inflamasi yang menyebabkan papula dan pustula
kemerahan. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh ploriferasi Propionibacterium acnes yang
menyerang netrofil pada kelenjar minyak. Bakteri ini menghasilkan asam lemak bebas yang
kemudian menembus dermis dan menginduksi inflamasi. Secara alami, inflamasi akan sembuh
dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, namun kejadian ini
akan sangat mengganggu baik secara estetis bahkan secara medis pada kejadian infeksi yang
lebih parah (Dreno et al, 2001).

2.4.2 Gejala Jerawat


Jerawat ditandai dengan munculnya beberapa gejala umum, seperti:

 Benjolan berwarna kemerahan atau kuning (karena mengandung nanah).


 Benjolan kecil (papul) yang muncul di atas kulit.
 Sensasi panas atau terbakar akibat adanya peradangan.
 Timbul rasa gatal pada benjolan.
 Jerawat juga rentan mengalami peradangan apabila kamu sering menyentuhnya atau bahkan
dipecahkan secara paksa. Jerawat yang mengalami peradangan rentan mengalami kondisi
berikut:
 Pustula, yaitu benjolan kecil yang di ujungnya terdapat nanah.
 Papula, yaitu benjolan kecil kemerahan yang disertai nyeri.
 Nodul, yaitu benjolan keras yang terbentuk di bawah permukaan kulit dan dapat disertai nyeri.
 Kista, yaitu benjolan besar yang terbentuk di bawah permukaan kulit yang berisi nanah dan
disertai nyeri.

2.4.3 Penyebab Jerawat


Beberapa kondisi yang memicu munculnya jerawat, antara lain:

 Produksi sebum berlebih, yaitu zat yang diproduksi oleh kelenjar minyak untuk
mencegah kulit kering.
 Sumbatan pada folikel rambut oleh campuran sel kulit mati dan sebum.
 Bakteri jenis Propionibacterium acnes yang berkembang, menyumbat folikel rambut,
serta menyebabkan peradangan.
 Faktor genetik atau keturunan. Kamu bisa mengalami jerawat jika salah satu
orangtua memiliki masalah jerawat.
 Folikel yang tersumbat bisa membengkak dan membentuk komedo putih atau
komedo hitam jika terpapar dengan dunia luar. Kondisi tersebut jangan dianggap
remeh. Sebab, bisa berkembang menjadi pustula, papula, nodul, atau bahkan kista,
apabila terkontaminasi oleh bakteri kulit.
 Hormon, yaitu saat aktivitas hormon androgen berlebih atau saat terjadi perubahan
hormon saat masa menstruasi.
 Penggunaan kosmetik yang tidak selalu dapat ditoleransi oleh kulit setiap orang.
 Stres memengaruhi gaya hidup seseorang, termasuk dalam pola makan yang dapat
memicu jerawat.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini bertempat di rumah Annisa Rizka Dewi, Jln.Veteran km 5,5 no.17 Rt.04
Rw.01, Kelurahan Sungai Lulut Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin, berlangsung
dari tanggal 14 April sampai dengan 20 April 2022.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


3.2.1 Alat yang digunakan
1. Sendok Makan
Sendok makan digunakan sebagai alat untuk mengaduk madu dan daun mint, serta
mengukur banyaknya madu yang akan digunakan

2. Mangkok Kecil
Mangkok digunakan untuk tempat membuat masker daun mint

3. Timbangan digital
Timbangan digital digunakan untuk mengukur massa dari daun mint yang dibutuhkan
dalam penelitian

4. Buku Tulis
Buku tulis digunakan sebagai media mencatat perkembangan serta hasil penelitian

5. Pulpen
Pulpen digunakan sebagai media mencatat perkembangan serta hasil penelitian

3.2.2 Bahan yang digunakan


1. Daun Mint
Daun mint digunakan sebagai bahan utama dalam membuat masker daun mint
2. Madu
Madu digunakan sebagai bahan tambahan yang dapat menambah manfaat dari
masker daunt mint

3.3 Prosedur Penelitian

1. Menyiapkan alat dan bahan yang tercantum diatas


2. Membersihkan mangkok dan sendok makan yang akan digunakan
3. Membersihkan daun mint menggunakan air hingga bersih dan dikeringkan
menggunakan tisu
4. Mengukur massa daun mint yang akan digunakan yaitu sebanyak 3 gram
5. Memasukan daun mint ke dalam mangkok
6. Menambahkan madu sebanyak 1 sendok makan ke dalam mangkok
7. Menghaluskan bahan-bahan yang ada didalam mangkok menggunakan sendok hingga
tercampur rata
8. Mengoleskan masker yang telah selesai dibuat ke area yang terdapat jerawat dan
didiamkan selama 15 menit
9. Membilas area yang sudah dioleskan masker
10. Mengamati reaksi dari kulit berjerawat yang telah diolesi dengan masker
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengujian

4.2 Analisa Data

https://eprints.umm.ac.id/46846/3/BAB%20II.pdf

https://www.fimela.com/lifestyle/read/4281326/manfaat-bubuk-peppermint-untuk-kesehatan-
hingga-menghilangkan-jerawat
BAB V
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai