Anda di halaman 1dari 16

IKHLAS DAN SEDERHANA

 Surat Al-Furqon: 67

‫ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﳇ ﳈ ﳉ ﳊ ﳋ ﳌ ﳍ ﳎ ﳏ ﳐ ﳑ ﳒ ﱠ‬

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak


berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian.

Mutiara Kalam Ilahi:

 Jangan berlebihan dalam menggunakan harta benda yang kita punya.


Biasa sajalah, ambil sikap pertengahan.

 Termasuk sikap hamba dari Allah Ta’ala adalah mereka yang tepat dalam
membelanjakan hartanya, tidak terlalu berlebihan, juga tidak pula kikir.

 Bersyukurlah ketika Allah Ta’ala berikan kelapangan harta. Sebaliknya


bersabarlah jika Allah Ta’ala uji kita dengan kekurangan

 Surat Al-A’raf: 31

‫ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱂ ﱃ ﱄ ﱅ ﱆ ﱇ ﱈ ﱉ ﱊ ﱋ ﱌﱍ ﱎ ﱏ ﱐ ﱑ ﱒ ﱠ‬

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)


mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Mutiara Kalam Ilahi:


 Seorang mu’min ketika akan beribadah menghadap Allah Ta’ala, maka
hendaklah ia mengenakan busana yang baik dan sopan.

 Namun demikian, kita juga harus bersikap sederhana. Jangan berlebihan


dalam makan, minum dan berpakaian.

 Berdo’alah setiap akan mengenakan pakaian terutama pakaian baru,


agar Allah Ta’ala beri keberkahan pada rizqi-Nya tersebut

 Surat Al-Bayyinah: 5

‫ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﲬ ﲭ ﲮ ﲯ ﲰ ﲱ ﲲ ﲳ ﱠ‬

Dan tidaklah kalian diperintahkan kecuali hanya untuk beribadah dengan


ikhlas

Mutiara Kalam Ilahi:

 Ikhlas itu… kita hadapkan wajah hanya untuk Allah semata

 Ikhlas itu… kita sajikan ibadah hanya karena ridho-Nya

 Ikhlas itu… ketika pujian manusia tidak bernilai


 Ikhlas itu… bahkan tidak disebut namanya dalam surat Al-Ikhlash

 Hadits pertama

ِ ‫َما َم َالَ اََد ِم ٌّي وعاء شرا ِم ْن بَطْنِ ِه بِ َحس‬


،َ‫ فإن كان َّلَ َم َحالَة‬،‫ب اب ِن َاد َم لَُقْي َمات يقمن صلبه‬ ْ
.‫ َو ثُلُث لِ َشَرابِِه َوثُلُث لِنَ َف ِس ِه‬،‫فَثُلُث لِطَ َع ِام ِه‬
Tidaklah seorang anak Adam dapat memenuhi suatu wadah dengan
kejelekan kecuali perutnya. Cukuplah bagi anak Adam suapan makanan
yang memuat tulang punggungnya tegak. Jika tidak dapat mengalahkan
nafsunya maka sebaiknya dia mengisi sepertiga untuk makannya, sepertiga
untuk minumnya, dan sepertiga untuk nafasnya (HR Imam Ahmad, Tirmidzi,
dan Ibnu Majah )

Cahaya Sunnah Nabi:

 Arti dari makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya yaitu


makanan dan minuman yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh kita, seperti mengandung protein dan vitamin.

 Hal ini menuntut kita untuk menyeleksi jenis makanan yang dibutuhkan.
Disamping itu, perlu diperhatikan juga makanan dan minuman yang
harganya lumrah dan terjangkau oleh daya beli kita, tetapi layak untuk
dimakan dan tidak membahayakan kita, baik dalam urusan ukhrawi
maupun duniawi.

 Sunnah dalam makan dan minum adalah dengan membagi lambung kita,
sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk
nafas kita.

 Hadits kedua

‫ت ِه ْجَرتُهُ إِلَى اللَّ ِه َوَر ُسولِِه فَ ِه ْجَرتُهُ إِلَى اللَّ ِه‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ف‬
ْ َ ْ َ َ ََ َ ْ ‫ى‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ئ‬ ِ
‫ر‬ ‫ام‬ ‫ل‬ِ ‫ك‬ُ ِ
‫ل‬‫و‬َ
ِ
‫ة‬ ‫ي‬
َِّ‫الن‬ ِ
‫ب‬ ‫ال‬
ُ ‫م‬
َ ‫َع‬
ْ ‫األ‬
ْ ‫ا‬ ‫م‬
َ َّ
‫ن‬ ِ‫إ‬
‫اجَر إِلَْي ِه‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ى‬ ‫ل‬
َ ِ
‫إ‬ ‫ه‬ ‫ت‬‫ر‬ ‫ج‬ ِ
‫ه‬ ‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫و‬
َّ‫ز‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫َة‬‫أ‬
‫ر‬ ‫ام‬ ِ
‫و‬ َ
‫أ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫يب‬ ‫ص‬ِ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ن‬
ْ ‫لد‬ ‫ه‬ ‫ت‬‫ر‬ ‫ج‬ ِ
‫ه‬ ‫ت‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ِ
‫ه‬ ِ
‫ول‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫و‬
َ َ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ََ َ ْ َ ُ ُ َ ُ ُ ُ َ ْ ْ ْ َ َ ُ ََ
Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai
niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya
karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya
itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cahaya Sunnah Nabi:

 Ibadah itu urusan hati, dan Allah Maha Tahu tentang isi hati. Niat itu
tidak ada seorangpun yang tahu, tetapi Allah tidak bisa ditipu

 Ibadah itu bergantung niat, diterima atau tidak di hadapanNya terletak


pada seberapa keikhlasan pelakunya

 Setiap perkara dalam agama mesti disertai niat. Urusan dunia bisa
berpahala manakala diniatkan untuk beribadah

 Hadits ketiga

ِ ‫إِ َّن الْب َذاََة ِمن ْاليم‬


‫ان‬ َْ َ َ

Sesungguhnya hidup sederhana termasuk cabang dari iman

Cahaya Sunnah Nabi:

 Iman itu bercabang-cabang sesuai tingkatannya. Puncak tertinggi adalah


pengakuan tiada rabb selain-Nya
 Kesederhanaan merupakan bagian dari iman, karena kesederhanaan
merupakan amalan hati yang diwujudkan dalam tampilan lahiriah

 Hiduplah sederhana agar tidak berat hisab kita nanti. Yakinlah bahwa
setiap harta sesekali tidak akan luput dari perhitungan Mahsyar.

 Ibrah dalam Sepenggal Kisah-1

Rasul pun Tidur Beralas Tikar Kasar

Saat Umar Bin Khattab Radhiallahu ‘Anhu memasuki kamar Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam ia bercerita:

“Aku lalu segera masuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam


yang sedang berbaring di atas sebuah tikar. Aku duduk di dekatnya lalu
beliau menurunkan kain sarungnya dan tidak ada sesuatu lain yang
menutupi beliau selain kain itu. Terlihatlah tikar telah meninggalkan bekas di
tubuh beliau. Kemudian aku melayangkan pandangan ke sekitar kamar
beliau.

Tiba-tiba aku melihat segenggam gandum kira-kira seberat satu sha‘ dan
daun penyamak kulit di salah satu sudut kamar serta sehelai kulit binatang
yang belum sempurna disamak. Seketika kedua mataku meneteskan air
mata tanpa dapat kutahan”.

Rasulullah bertanya: “Apakah yang membuatmu menangis, wahai putra


Khathab?”

Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, bagaimana aku tidak menangis, tikar itu
telah membekas di pinggangmu dan tempat ini aku tidak melihat yang lain
dari apa yang telah aku lihat. Sementara kaisar Romawi dan raja Persia
bergelimang buah-buahan dan sungai-sungai sedangkan engkau adalah
utusan Allah dan hamba pilihan-Nya hanya berada dalam sebuah kamar
pengasingan seperti ini”.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu bersabda: “Wahai putra


Khathab, apakah kamu tidak rela, jika akhirat menjadi bagian kita dan dunia
menjadi bagian mereka?”. Aku menjawab: “Tentu saja aku rela…”.

Rasul Biasa Dalam Keadaan Lapar

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu katanya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi


Wasallam pada suatu hari atau suatu malam keluar, kemudian tiba-tiba
bertemu dengan Abu Bakar dan Umar ra, lalu beliau bertanya: “Apakah
yang menyebabkan engkau berdua keluar ini?”

Keduanya menjawab: “Karena lapar ya Rasulullah”. Beliau lalu bersabda:


“Adapun saya, demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman
kekuasaanNya, sesungguhnya yang menyebabkan saya keluar ini adalah
sesuatu yang juga menyebabkan engkau berdua keluar itu -yakni sama-
sama lapar-, Ayolah pergi.”

Keduanya pergi bersama beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu


mendatangi seorang lelaki dari kaum Anshar, tiba-tiba lelaki itu tidak sedang
di rumahnya.

Ketika istrinya melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu berkata:


“Marhaban wa ahlan. Selamat datang di rumah ini dan harap mendapatkan
keluarga yang baik”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu bertanya:
“Di mana Fulan -suamimu?”. Istrinya menjawab: “Ia pergi mencari air tawar
untuk kita.”. Tiba-tiba di saat itu orang Anshar -suaminya itu- datang. Ia
melihat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan kedua orang
sahabatnya, kemudian berkata: “Alhamdulillah. Tiada seorangpun yang
pada hari ini mempunyai tamu-tamu yang lebih mulia daripada saya
sendiri”.

Orang itu lalu pergi kemudian datang lagi menemui tamu-tamunya itu
dengan membawa sebuah batang kurma -berlobang- berisikan kurma
berwarna, kurma kering dan kurma basah. Iapun berkata: “Silahkanlah
makan.”. Selanjutnya ia mengambil pisau, lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda: “Jangan menyembelih yang mengandung air susu.”.
Orang Anshar itu lalu menyembelih untuk tamu-tamunya itu, kemudian
mereka makan kambing itu, juga kurma dari batang kurma tadi serta minum
pulalah mereka.

Setelah semuanya itu kenyang dan segar -tidak kehausan- lalu Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Demi Zat yang jiwaku ada di dalam
genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya engkau semua akan ditanya dari
kenikmatan yang engkau semua rasakan ini pada hari kiamat. Engkau
semua dikeluarkan dari rumahmu oleh kelaparan. Kemudian engkau semua
tidak kembali sehingga engkau semua memperoleh kenikmatan ini”.

 Ibrah dalam Sepenggal Kisah-2

Fatimah Dan Penggilingan Gandum

Ayahnya adalah makhluk Allah Ta’ala yang terbaik, Muhammad bin Abdullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam . Ibunya adalah Ummul Mukminin, Khadijah
binti Khuwailid Radhiallahu ‘Anha, salah satu dari empat wanita penghulu
surga. Suaminya adalah Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, salah satu dari
sepuluh orang Amirul Mukminin yang dijanjikan masuk surga. Dua putranya
adalah pemuka pemuda-pemudi surga yakni Hasan ra dan Husain
Radhiallahu ‘Anhuma. Pamannya adalah pemuka para syuhada bergelar
singa Allah dan Rasul-Nya, Hamzah bin Abdul Muttalib Radhiallahu ‘Anhu.
Fatimah bergelar Az-Zahra sebab wajahnya senantiasa cerah laksana
sekuntum bunga. Kunyah-nya adalah Ummu Abiha sebab ia begitu mirip
dengan sang ayah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Terlahir di tengah masyarakat jahiliyah yang malu dengan kelahiran anak
perempuan, Rasulullah begitu gembira menerima putrinya. Madrasahnya di
rumah kenabian. Ia berguru langsung pada Sang Murabbi sepanjang zaman.
Fatimah kecil menjelma menjadi seorang muslimah yang taat pada Tuhan-
Nya. Ketika bundanya tiada, ia menggantikan peran sebagai penyokong
habis-habisan dakwah sang ayah.
Pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib
Menginjak usia 15 tahun, Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib setelah
sebelumnya lamaran Abu Bakar dan Umar untuknya ditolak oleh sang ayah.
Bersama Ali, Fatimah turut menjalani hidup dalam kemiskinan, kelaparan,
keletihan, dan derita kehidupan. Bahkan mahar tak seberapa dari Ali, ia
hadiahkan kembali padanya.

Fatimah rela tinggal di rumah suaminya yang tak memiliki perabot. Hanya
terdapat kulit biri-biri sebagai alas tidur, bantal berisi sabut tamar,
penggiling gandum, ayakan, dan sekantung susu. Letaknya pun jauh dari
kediaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Ketika Rasulullah menikahkan Fatimah, yang beliau persiapkan adalah


tempat tidur yang sudah koyak, bantal kulit berisi serat, bejana air dari kulit
untuk minum, dan botol.
Fatimah dan pembantu rumah tangga

Semua urusan rumah tangga diurus sendiri oleh Fatimah. Ia mengurus anak-
anak, menggiling biji-biji gandum lalu mengayaknya untuk membuat adonan
roti. Sedangkan sejak kecil Fatimah sakit-sakitan. Badannya pun kurus
karenanya. Ia merasa kelelahan hingga tangannya pecah-pecah akibat
terkena alat penumbuk gandum.

Suatu ketika, Fatimah mendatangi kediaman sang ayah. Kebetulan, sang


ayah mendapatkan seorang budak perempuan. Fatimah berpesan pada
Aisyah Radhiallahu ‘Anha tentang keinginannya mendapatkan pembantu di
rumahnya. Aisyah pun menyampaikannya. Namun bagaimana jawaban
Rasulullah?

Beliau mendatangi putrinya, dan berkata dengan perasaan haru: “Maukah


kalian kuberi tahu sesuatu yang lebih baik dari yang kamu minta? Bila
hendak naik pembaringan, maka bertakbirlah 33 kali, bertasbihlah 33 kali,
dan bertahmidlah 33 kali. semuanya itu lebih baik daripada seorang
pembantu”.

Sejak saat itu, Ali dan Fatimah mengamalkan dzikir tersebut hingga akhir
hayat. Tak pernah lagi Fatimah meminta pembantu. Tak lagi ia mengeluh
atas keletihan yang menderanya. Padahal sebagai putri Rasulullah, bisa saja
Fatimah ngotot minta pelayan. Toh, siapa yang berani menolak jika
Rasulullah memerintahkan seorang budak untuk membantu Fatimah?

Semestinya Kita Malu pada Sayyidah Fatimah


Setiap ibu dan muslimah mestinya faham bahwa para shahabiyah adalah
uswatun hasanah. Kisah Fatimah adalah tauladan mulia tentang perjuangan
dan kebersahajaan. Penolakan Rasulullah atas permintaannya adalah bukti
kasih sayang seorang ayah yang menginginkan anaknya menempati derajat
mulia di sisi-Nya. Sementara Fatimah sendiri adalah anak sekaligus
muslimah yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Asalkan Allah dan Rasul-
Nya ridha, bergeraklah ia meski bersusah payah sekali pun.
Dibanding sayyidah Fatimah, alangkah nyaman hidup kita sekarang. Tak
perlu repot-repot menggiling biji gandum, swalayan bertebaran menyajikan
aneka roti yang kita inginkan.

Siapalah di antara kita yang masih tidur beralaskan tikar yang koyak? Kasur
kapas pun kini terlalu sederhana.

Tak perlu repot-repot mencuci gunungan baju kotor, mesin cuci dijual
dengan harga yang terjangkau.

Pilihan lain? Laundry berdiri di mana-mana, lengkap dengan jasa setrika.

Yang tak sempat masak? Catering di mana-mana. Tinggal calling, pesanan


pun datang. warung-warung makan pun bersebaran, tinggal pilih mana yang
sesuai selera.

Tapi, mengapa kita masih sering mengeluh?

“Ah, bosan banget hidup gini-gini terus ngurus rumah. Kapan keluarnya?
Bisa jamuran gue lama-lama.”

“Andai saja gaji suamiku lebih besar, hidupku tak akan semalang ini.
Mupeng liat temen-teman pada rutin nge-mall”

“Pusyiiiinggg! Pembantu mudik, jadi rempong deh. Susah amir jadi wanita!”

Yang di kantor pun mengeluh.


“Hadeh, dasar Kabid tukang nyuruh. Satu belum kelar, tugas dah ditambahin
lagi! Tugas mulu tugas mulu, kapan naik gaji?!”

Ada lagi

“Duh, gak enak banget kerja di sana. Temenku pada resek, tukang gosip,
nyebelin bla bla bla …!”

Yang putus cinta, tak kalah nestapa. Hampir tiap menit status Facebook ter-
update dengan kata-kata menyayat seolah dunia runtuh tanpa kinasih. Ia
kabarkan pada penghuni jagat maya jika hatinya tengah dirambah gundah
gulana lir kepedihan Romeo kehilangan Julianya.
Terkadang hidup kita rasakan sedemikian berat. Ujian datang silih berganti.
Air mata menjadi teman setia. Hidup kita, berkalang derita.

Benarkah? Mari kita bertanya pada nurani, lebih beratkah daripada derita
sayyidah Fatimah? Lebih beratkah daripada perjuangan para shahabiyah?
Jika mereka sanggup menjalani hidup yang sedemikian berat, maka
merekalah tauladan kita. Kekuatan, keteguhan, kebersahajaan, dan segala
kebaikan mereka adalah guru abadi sepanjang zaman.

Selama nafas masih di badan, hidup tak akan lepas dari masalah. Masalah
berat ataukah tidak, tergantung bagaimana kita memandangnya. Marilah
berkaca pada sayyidah Fatimah.

Ketika beban hidup dipandang sebagai jalan menuju surga atau jalan bagi
Allah untuk menaikkan derajat seorang hamba, maka ia tak lagi terasa berat.
Kelelahan dan kemiskinan tak berat dirasa manakala tergantikan dengan
dzikir yang kelak menjadikan mereka orang-orang yang kaya di surga. Bagi
sayyidah Fatimah yang berjiwa besar, derita yang berat dipandangnya
ringan dibanding pahala yang diraupnya.

Di mata orang-orang besar masalah besar terlihat kecil. Dan di mata orang-
orang kecil, masalah kecil menjadi besar. Kita, pilih yang mana?

 Ibrah dalam Sepenggal Kisah-3


Kesederhanaan Khalifah Umar

Ketika menerima utusa dari negara-negara di Jazirah Arab yang pernah


ditaklukkan, Khalifah Umar bin Khattab menyambutnya dengan
mengenakan jubah satu-satunya yang lusuh dan banyak sekali terdapat
tambalan di jubah tersebut. Jumlah tambalan yang ada pada jubah tersebut
ada sebanyak dua belas.

Sebagai pengganti Khalifah Abu Bakar, mestinya Khalifah Umar bin Khattab
mendapatkan gaji yang lebih besar dibandingkan Abu Bakar. Sebab wilayah
kekhalifahan Islam semakin luas, sehingga semakin banyak pula tugas dan
kewajiban Khalifah Umar. Selain itu, rakyatnya pun semakin makmur. Tetapi
yang diherankan, Khalifah Umar malah meminta penerimaan gajinya sama
dengan yang diterima oleh Abu Bakar selama menjabat sebagai khalifah.

Para sahabat merasa iba dan prihatin atas sikap dan kesederhanaan Khalifah
Umar bin Khattab. Beberapa kali mereka mengusulkan agar Khalifah Umar
mau menerima gaji yang sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya,
namun usulan tersebut selalu ditolaknya.

"Mengapa kalian selalu memaksaku untuk menerima gaji yang melebihi dari
kebutuhanku?". Kata Khalifah Umar.
"Ketahuilah, meskipun Rasulullah diampunkan dosanya yang telah lewat
dan yang akan datang, namun beliau tetap memilih hidup sederhana, tetapi
semangat dalam beribadahnya tetap tinggi. Apalagi Aku?"

Itulah Khalifah Umar bin Khattab yang terkenal dengan kezuhudannya.


Meski dia sebagai kepala negara atau Amirul Mukminin, dia tidak tergiur
oleh gemerlapnya harta benda. Jangankan untuk korupsi, mengambil yang
menjadi haknya saja ia enggan melakukannya.

Karena jubah yang dikenakan selalu itu saja, maka para sahabat
mengusulkan agar Khalifah Umar mengganti jubah yang lusuh dan penuh
tambalan itu dengan yang baru. Hal itu merupakan pertimbangan para
sahabat yaitu demi menjaga kewibawaan seorang Amirul Mukminin.

Untuk itu, para sahabat bersepakat menunjuk Ali bin Abi Thalib mewakili
mereka agar menyampaikan usulan tersebut. Mengingat Ali adalah menantu
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Ketika usulan tersebut disampaikan kepada Ali, Ali menolak dengan halus
permintaan para sahabat: "Aku tidak berani menyampaikan usulan kalian.
Mengapa kalian tidak temui saja para istri Rasulullah. Merekalah para
Ummul Mukminin, jadi lebih pantas untuk menyampaikannya".

Setelah mendapatkan jawaban dari Ali, para sahabat pun menemui Aisyah,
istri baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Mereka pun
mengutarakan maksud kedatangan mereka. Setelah mendengarkan usulan
para sahabat, akhirnya Aisyah pun bersedia menyampaikan maksud para
sahabat kepada Khalifah Umar. Dengan disertai salah seorang sahabat,
Aisyah pun menemui Khalifah Umar.
"Bolehkah aku menyampaikan sesuatu kepadamu, wahai Amirul
Mukminin?". Kata Aisyah.

"Silahkan" . Jawab Khalifah Umar.

"Khalifah Umar, Anda adalah seorang pemimpin negara. Anda mewarisi


kekayaan Kaisar Romawi dan Persi. Pada saat Anda menerima utusan
bangsa Arab, Anda mengenakan jubah yang lusuh itu, bagaimana jika Anda
mengganti jubah yang Anda kenakan dengan yang baru agar tampak
anggun dan berwibawa sebagai Khalifah. Bukankah Allah telah
melimpahkan harta yang berlebihan di hadapan Anda?"

Belum sampai Aisyah menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Khalifah Umar


menangis.

"Demi Allah, aku bertanya kepadamu. Pernahkah Rasulullah merasa


kenyang karena makan roti mewah selama berhari-hari dalam hidupnya?".
Tanya Khalifah Umar.

"Tidak pernah". Jawab Aisyah.

"Pernahkah Rasulullah minta diberi hidangan makanan yang enak-enak dan


pakaian yang bagus-bagus?"

"Belum pernah" jawab Aisyah.

"Wahai istri Rasulullah, jika kalian tidak pernah menyaksikan Rasulullah


makan dan berpakaian serba mewah, lalu mengapa kalian berdua datang
mengusulkan agar aku hidup mewah sepeninggal beliau?"

Demikianlah kesederhanaan yang dimiliki oleh Khalifah Umar. Bukan karena


tidak menyukai akan penampilan yang bagus dan terlihat wibawa di depan
orang lain sebagai seorang Amirul Mukminin, tetapi karena Khalifah Umar
tidak pernah sekalipun melihat Rasulullah sebagai tauladannya berpakaian
dan hidup dalam kemewahan sepanjang hidupnya.

 Essay Calon Pemimpin


1) Diantara santri dengan alasan penampilan modis dan trendy memakai
pakaian yang beragam modelnya dan mengikuti trend dan branded/merk
terkenal yang harganya sangat mahal. Hal itu sering kali mengundang rasa
iri dan cemburu pada diri santri lain. Membeli pakaian bukan karena
kebutuhan namun hanya menurut gaya hidup. Bagaimana pendapat
Antum mengenai hal ini?
2) Ketika ada santri mendapat kiriman paket yang “wah”, keinginan santri
lain juga seperti itu. Kadang ketika ada kesempatan menelpon ia
sampaikan keinginannya kepada orang tua. Ternyata pada saat itu orang
tuanya tidak menuruti karena sedang banyak kebutuhan uang untuk
keperluan lain. Seandainya Antum dalam posisi tersebut bagaimana sikap
Antum?
3) Menurut Antum besaran uang saku yang ditetapkan oleh Pesantren saat
ini bagaimana? Sudah cukup?
4) Tuliskan bagaimana kebiasaan Antum sebelum masuk ALS, baik di rumah
atau di sekolah terkait besarnya uang saku yang diberikan oleh orang tua
setiap harinya? Berapa besarnya? Dibelanjakan apa saja?

 Aktifitas Calon Pemimpin


1) Buatlah daftar pengeluaran selama seminggu tentang apa saja yang
sudah Antum belanjakan. Catatlah setiap pembelian di kantin atau
pengeluaran untuk keperluan yang lain!
2) Buatlah sebuah kalimat motivasi, baik yang berisi tentang pentingnya
menanamkan nilai keikhlasan dalam menuntut ilmu. Silahkan ambil dari
sumber dalil atau kata mutiara para ulama’!

Anda mungkin juga menyukai