Anda di halaman 1dari 24

MODEL PEMBERDAYAAN PETERNAK AYAM UNTUK

KEMANDIRIAN USAHA
(STUDI KASUS : PETERNAK AYAM BANJARNEGARA)

Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Strata 1


Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Oleh:
BAGAS DAMAR PRASETYA
D 600.180.014

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

MODEL PEMBERDAYAAN PETERNAK AYAM UNTUK KEMANDIRIAN


USAHA
(STUDI KASUS : PETERNAK AYAM BANJARNEGARA)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:
BAGAS DAMAR PRASETYA
D 600 180 014

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen
Pembimbing

Dr. Ir Suranto, S.T., M.M., M.Si.


NIK 797

i
HALAMAN PENGESAHAN

MODEL PEMBERDAYAAN PETERNAK AYAM UNTUK KEMANDIRIAN


USAHA
(STUDI KASUS : PETERNAK AYAM BANJARNEGARA)

OLEH
BAGAS DAMAR PRASETYA
D 600 180 014

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Jumat, 30 September 2022
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Ir Suranto, S.T., M.M., M.Si.


(Ketua Dewan Penguji) ________________________
2. Ir. Muchlison Anis, S.T., M.T.
(Anggota I Dewan Penguji) ________________________
3. Ir. Ahmad Kholid Alghofari, S.T., M.T.
(Anggota II Dewan Penguji) ________________________

Dekan,

Rois Fatoni, S.T., M.Sc., Ph.D.


NIK. 892

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 13 Oktober 2022


Penulis

BAGAS DAMAR PRASETYA


D 600 180 014

iii
MODEL PEMBERDAYAAN PETERNAK AYAM UNTUK
KEMANDIRIAN USAHA
(STUDI KASUS : PETERNAK AYAM BANJARNEGARA)

Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor
dan merancang model pemberdayaan untuk kemandirian usaha. Manfaat dari
penelitian berupa usulan model pemberdayaan guna tercapainya kemandirian
usaha bagi peternak ayam plasma di Banjarnegara. Penelitian dilakukan pada
peternak ayam plasma di Banjarnegara. Pengambilan sampel menggunakan
metode simple random sampling atau dipilih secara acak, sampel yang
digunakan sebesar 100 responden. Metode yang digunakan pada penelitian ini
yaitu dengan pendekatan analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang
merupakan teknik statistik multivariate yang menganalisis hubungan antar
variabel. Variabel independen berupa kualitas sumber daya manusia, peranan
pemerintah dan stakeholder, motivasi peternak, dukungan sosial sekitar.
Variabel dependen berupa kemandirian usaha. Hasil penelitian yaitu kualitas
sumber daya manusia serta peranan pemerintah dan stakeholder berpengaruh
signifikan dan memiliki arah positif terhadap kemandirian usaha. Motivasi
peternak serta dukungan sosial sekitar memiliki arah positif tapi berpengaruh
tidak signifikan terhadap kemandirian usaha.
Kata Kunci: Pemberdayaan, peternak, ayam, kemandirian, SEM

Abstract
This study aims to identify the influence of these factors and design an
empowerment model for business independence. The benefit of the research
is a proposed model of empowerment in order to achieve business
independence for plasma chicken farmers in Banjarnegara. The research was
conducted on plasma chicken breeders in Banjarnegara. Sampling using
simple random sampling method or randomly selected, the sample used is
100 respondents. The method used in this study is the Structural Equation
Modeling (SEM) analysis approach, which is a multivariate statistical
technique that analyzes the relationship between variables. The independent
variables are the quality of human resources, the role of the government and
stakeholders, the motivation of farmers, and the surrounding social support.
The dependent variable is business independence. The results of the study are
the quality of human resources and the role of the government and
stakeholders have an effect and have a positive direction on business
independence. The motivation of farmers and the surrounding social support
has a positive direction but does not affect the independence of the business.
Keywords: Empowerment, breeders, chickens, independence, SEM

1. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak tentunya membuat kebutuhan
daging ayam yang banyak juga. Daging ayam merupakan salah satu makanan

1
penting guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh manusia. Banyaknya permintaan
daging ayam dan dengan perkembangan zaman mendorong orang-orang menjadi
peternak ayam pedaging dengan sistem kemitraan atau juga disebut peternak ayam
plasma karena dianggap lebih menguntungkan dibanding dengan sistem lain.
Semakin berkembangnya sektor peternakan ayam membuat hasil produksi ayam
yang tinggi. Data produksi daging ayam ras pedaging pada Indonesia pada tahun
2021 sebesar 3.426.042 ton (BPS, 2022). Jumlah produksi ayam pedaging yang
banyak terdapat peran dari peternak kecil, menengah, sampai peternak yang besar.
Sektor peternakan telah memberikan ruang tersendiri dalam menciptakan lapangan
pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan usaha (Suranto, 2020).
Berkembangnya sektor peternakan dengan baik maka akan membuat ekonomi negara
semakin baik.
Seiring berkembangnya sektor unggas di Indonesia juga terjadi di
Banjarnegara. Dunia peternakan tidak selalu berjalan lancar tapi terkadang ada
permasalahan. Peternak ayam plasma di Banjarnegara memiliki permasalahan
berupa: (a) Peternak masih sangat bergantung pada perusahaan mitra terkait pakan,
bibit, dan obat-obatan ternak, (b) Peternak belum selalu dapat mengambil keputusan
tepat terkait permasalahan ternak sendiri, (c) Keterampilan beternak masih rendah,
(d) Modal usaha yang masih terbatas. Umumnya peternak ayam plasma mempunyai
ketergantungan kepada perusahaan inti dalam hal bibit, pakan, obat-obatan, dan juga
memiliki kelemahan dan keterbatasan diantaranya adalah terbatasnya modal, skill
atau penguasaan teknis, akses terhadap pasar serta lemahnya kemampuan
memprediksi pasar yang sangat fluktuatif (Sirajuddin, 2013). Peternak sering kali
dihadapkan dengan kerentanan kesehatan ayam pedaging terhadap penyakit, oleh
karena itu peternak harus memiliki keterampilan yang baik dan pengambilan
keputusan yang tepat. Ayam ras pedaging mempunyai kerentanan terhadap penyakit-
penyakit dan cekaman yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan cuaca yang sangat
tidak menentu (Solikhatin, 2018).
Pemberdayaan yang baik merupakan solusi yang dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan para peternak ayam plasma di Banjarnegara.
Pemberdayaan ditunjukan oleh kemampuan dalam mengakses pasar yang luas
(Suranto, 2021). Semakin baik suatu kelompok dapat mengakses pasar maka

2
menandakan semakin baik juga pemberdayaan yang dilakukan. Pemberdayaan
diperlukan guna menuju kemandirian usaha bagi peternak ayam plasma.
Kemandirian biasanya ditandai dengan memiliki kemampuan untuk menentukan
nasib dirinya sendiri, memiliki jiwa yang kreatif, dan inisiatif, dapat mengatur
tingkah laku, memiliki sifat yang penuh tanggung jawab, mampu menahan diri,
dapat membuat keputusan sendiri, dan dapat mengatasi masalah tanpa pengaruh dari
orang lain (Asti, 2020). Kemandirian juga merupakan hasil dari pemberdayaan yang
dilakukan dengan baik. Penelitian terhadap peternak ayam plasma perlu dilakukan
karena: (a) Kebutuhan ayam yang banyak di masyarakat, (b) Peternakan ayam
plasma banyak menyerap tenaga kerja, (c) Bidang peternakan ayam dapat membantu
masyarakat yang bergerak di bidang pertanian.
Berdasarkan hal itu maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian model
pemberdayaan guna menuju kemandirian usaha bagi peternak ayam plasma di
Banjarnegara untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian usaha.
Model pemberdayaan ini dilakukan dengan metode SEM (Structural Equation
Modelling). Penelitian ini diharapkan mampu memberikan model sebagai acuan
menjalankan pemberdayaan peternak ayam plasma di Banjarnegara sebagai upaya
meningkatkan kemandirian usaha peternak.

2. METODE
Populasi merupakan sebuah kelompok yang akan dijadikan objek penelitian.
Sugiyono menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu (Jasmalinda, 2021).
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh peternak ayam plasma khususnya yang ada
di Banjarnegara. Peternak ayam plasma merupakan objek pada penelitian ini. Sampel
merupakan bagian dari populasi yang nantinya akan diambil untuk mewakili
populasi tersebut. Sugiyono menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
seluruh dan karakteristik dari populasi tersebut (Jasmalinda, 2021). Pengambilan
sampel dilakukan untuk mempermudah penelitian karena akan kesulitan jika diambil
seluruh anggota populasi. Penelitian ini menggunakan sampel dengan berjumlah 100
untuk memenuhi aturan PLS-SEM. Jumlah sampel pada PLS-SEM berkisar sebesar

3
30-100, model akan semakin baik jika jumlah sampel semakin besar (Haryono,
2016).
2.1 Variabel Penelitian
2.1.1 Variabel independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian dapat di lihat pada tabel 1.
Tabel 1 Variabel Independen
Variabel Indikator Kriteria indikator Simbol Sumber
Kualitas Kesehatan peternak Kondisi badan sehat SM1 (Amam, 2021)
Sumber Daya Kebugaran dalam SM2
Manusia beraktivitas
Kondisi mental stabil SM3
Kemampuan Lancar membaca SM4
berkomunikasi Mampu menyimak SM5
pembicaraan
Lancar dalam berbicara SM6
Pengetahuan peternak Berwawasan tentang SM7
ternak
Mudah menerima SM8
informasi
Gemar mencari SM9
informasi
Peranan Fasilitas Fasilitas kebutuhan PP1 (Irawan, 2015)
pemerintah modal
dan Pelatihan peternak PP2
stakeholder Bantuan alat ternak PP3
Regulasi Peraturan yang baik PP4
untuk peternak
Perlindungan peternak PP5
Pengawasan pada PP6
bidang peternakan
Motivasi Status sosial Dorongan mendapatkan MT1 (Suminah,
Peternak berpenghasilan yang 2017)
cukup
Dorongan mendapatkan MT2
kerja yang nyaman
Dorongan mendapatkan MT3
harga diri
Membangun jaringan Dorongan untuk MT4
berorganisasi
Dorongan menjalin MT5
hubungan yang baik
dengan kelompok
Dorongan agar MT6
dianggap keberadaanya
dalam kelompok
Berubah lebih baik Dorongan MT7
meningkatkan
keterampilan
Dorongan untuk terus MT8
belajar

4
Variabel Indikator Kriteria indikator Simbol Sumber
Dorongan selalu untuk MT9
mengasah kemampuan
Dukungan Dukungan Keluarga Keluarga memberikan DS1 (Suminah,
sosial sekitar perhatian 2017)
Keluarga memberikan DS2
rasa nyaman
Keluarga memberikan DS3
sarana dan bantuan
Dukungan Teman Teman memberikan DS4
saran yang baik
Teman memberikan DS5
bantuan informasi
Teman memberikan DS6
pertolongan

2.1.2 Variabel dependen


Variabel dependen yang digunakan pada penelitian dapat di lihat pada tabel 2.
Tabel 2 Variabel dependen
Variabel Indikator Kriteria indikator Simbol Sumber
Kemandirian Memenuhi Mampu memenuhi KM1 (Asti, 2020)
usaha kebutuhannya sendiri kebutuhan bibit dan
pakan sendiri
Mampu memenuhi KM2
kebutuhan obat dan
vitamin sendiri
Mampu memenuhi KM3
kebutuhan kandang
sendiri
Cakap mengambil Mampu mengambil KM4
keputusan tindakan yang tepat
untuk ternak yang
sakit
Mampu mengatasi KM5
permasalahan dengan
tepat
Mampu bertanggung KM6
jawab atas
keputusannya
Berdaya saing Memiliki fasilitas KM7
kandang yang baik
Memiliki hasil ternak KM8
baik
Memiliki lokasi KM9
kandang yang baik

2.2 Model Penelitian

5
Gambar 1 Model Penelitian
Gambar 1 menunjukan bahwa model terdiri dari 5 variabel laten yaitu
Kualitas Sumber Daya Manusia, Peranan Pemerintah dan stakeholder, Motivasi
peternak, Dukungan Sosial Sekitar, dan Kemandirian usaha. Terdapat 4 variabel
independen dan 1 variabel dependen. Model menggunakan indikator reflektif.
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementaran yang digunakan pada penelitian. Hipotesis
ini akan dibuktikan melalui hasil pengolahan data. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. H1 = Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh signifikan terhadap
Kemandirian usaha
b. H2 = Peranan Pemerintah dan stakeholder berpengaruh signifikan terhadap
Kemandirian usaha
c. H3 = Motivasi peternak berpengaruh signifikan terhadap Kemandirian usaha
d. H4 = Dukungan sosial sekitar berpengaruh signifikan terhadap Kemandirian usaha
2.4 Analisis Data
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan Partial Least Square
(PLS). Smartpls adalah salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
membuat model dan mengolah data Structural Equation Model (SEM) dengan

6
pendekatan PLS. Software ini dapat digunakan untuk model yang rumit. Smartpls
dapat mampu melakukan olah data walaupun menggunakan ukuran sampelnya kecil.
Smartpls dianjurkan ketika hanya memiliki jumlah sampel yang sedikit. SmartPLS
pada penelitian ini digunakan untuk uji outer model dan uji inner model.
2.4.1 Uji outer model
Uji outer model atau Confirmatory Factor Analysis (CFA) merupakan metode yang
digunakan pada model pengukuran. CFA bertujuan untuk mengevaluasi validitas dan
reliabilitas pada setiap konstruk atau variabel laten. Pengujian ini memiliki tahap
pemeriksaan berupa Convergent Validity, Descriminant Validity, Reliabilitas.
2.4.1.1 Uji Validitas
Alat ukur yang digunakan pada penelitian harus valid agar didapatkan hasil
pengukuran yang benar. Pengertian Validitas itu sendiri yaitu ukuran sejauh mana
indikator dapat dengan akurat mengukur apa yang hendak diukur (Haryono, 2016).
Ada dua macam validitas yaitu Convergent Validity dan Descriminant Validity. Uji
validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Loading factor (Convergent
Validity), Average Variance Extracted (Convergent Validity), Cross loading
(Descriminant Validity).
2.4.1.2 Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui alat ukur tersebut dapat menghasilkan
data yang konsisten ketika dalam waktu yang berbeda-beda. Uji reliabilitas
digunakan dalam mengukur konsistensi alat ukur ketika mengukur suatu konsep atau
juga digunakan dalam mengukur konsistensi responden dalam menjawab pertanyaan
dalam kuesioner penelitian. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan
Cronbach’s alpha dan Composite reliability.
2.4.2 Uji Inner model
Uji Inner model atau path analysis merupakan pengujian hipotesis yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh antar variabel. Uji inner model merupakan metode yang
digunakan model structural. Pada tahap ini melakukan analisis terhadap nilai nilai t
hitung dan p value. T hitung lebih besar dari nilai kritisnya maka variabel tersebut
signifikan atau memiliki hubungan dan jika nilai t hitung lebih kecil dari nilai
kritisnya maka variabel tersebut tidak signifikan atau tidak memiliki hubungan. P
value memiliki nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikan yang dipilih maka

7
variabel tersebut signifikan atau memiliki hubungan dan jika p value memiliki nilai
yang lebih besar dari tingkat signifikan yang dipilih maka variabel tersebut tidak
signifikan atau tidak memiliki hubungan (Haryono, 2016).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Uji outer model
Uji outer model atau Confirmatory Factor Analysis (CFA) merupakan metode yang
digunakan pada model pengukuran. CFA bertujuan untuk mengevaluasi validitas dan
reliabilitas pada setiap konstruk atau variabel laten. Pengujian ini memiliki tahap
pemeriksaan berupa Convergent Validity, Descriminant Validity, Reliabilitas.
3.1.1 Uji Validitas
3.1.1.1 Loading factor (Convergent Validity)
Loading factor adalah besarnya korelasi antar variabel laten dengan indikatornya.
Indikator yang memiliki loading factor yang tinggi menandakan memiliki banyak
kontribusi terhadap variabel latennya dan begitu pula sebaliknya. Indikator yang
memiliki loading factor yang tidak memenuhi batas minimal yang diterima biasanya
akan dihilangkan. Berikut merupakan output loading factor dari pengolahan data
pada SmartPLS pada Tabel 3.
Tabel 3 output loading factor 1
Dukungan Kemandirian Kualitas Motivasi Peranan pemerintah
sosial sekitar usaha SDM peternak dan stakeholder
DS1 0.843
DS2 0.923
DS3 0.871
DS4 0.919
DS5 0.905
DS6 0.866
KM1 0.257
KM2 0.072
KM3 0.897
KM4 0.852
KM5 0.802
KM6 0.687
KM7 0.765
KM8 0.81
KM9 0.698
MT1 0.409

8
Dukungan Kemandirian Kualitas Motivasi Peranan pemerintah
sosial sekitar usaha SDM peternak dan stakeholder
MT2 0.729
MT3 0.768
MT4 0.847
MT5 0.828
MT6 0.839
MT7 0.858
MT8 0.831
MT9 0.869
PP1 0.837
PP2 0.489
PP3 0.618
PP4 0.303
PP5 0.781
PP6 0.673
SM1 0.704
SM2 0.826
SM3 0.829
SM4 0.765
SM5 0.941
SM6 0.936
SM7 0.885
SM8 0.891
SM9 0.772

Berdasarkan nilai yang terdapat pada tabel 3 menunjukan masih terdapat nilai
dibawah 0,7 yaitu pada terletak di variabel kemandirian usaha pada KM1 sebesar
0,257, KM2 sebesar 0,072, KM6 sebesar 0,687, KM9 sebesar 0.698. Variabel
motivasi peternak pada MT1 sebesar 0,409. Variabel peranan pemerintah dan
stakeholder pada PP2 sebesar 0,489, PP3 sebesar 0,618, PP4 sebesar 0,303, PP6
sebesar 0,673. Nilai loading factor harus lebih besar dari 0.7 agar dapat dikatakan
valid (Trenggonowati, 2018). Indikator yang kurang dari 0,7 akan tidak diikut
sertakan dalam uji validitas selanjutnya karena dinyatakan tidak valid. Indikator yang
memiliki nilai lebih dari 0,7 maka indikator tersebut telah valid.
Uji validitas melalui loading factor dilakukan kembali setelah
menghilangkan nilai loading factor yang tidak valid secara satu per satu dari nilai
yang terkecil terlebih dahulu. Uji validitas dilakukan kembali sampai semua nilai
loading factor item indikator lebih dari 0,7. Berikut merupakan hasil output loading
factor kedua yang dapat di lihat pada tabel 4.

9
Tabel 4 output loading factor 2
Dukungan Kemandirian Kualitas Motivasi Peranan pemerintah
sosial sekitar usaha SDM peternak dan stakeholder
DS1 0.846
DS2 0.923
DS3 0.873
DS4 0.918
DS5 0.904
DS6 0.864
KM3 0.892
KM4 0.848
KM5 0.845
KM6 0.736
KM7 0.759
KM8 0.807
MT2 0.725
MT3 0.766
MT4 0.848
MT5 0.832
MT6 0.839
MT7 0.864
MT8 0.833
MT9 0.874
PP1 0.877
PP3 0.743
PP5 0.722
PP6 0.779
SM1 0.708
SM2 0.826
SM3 0.831
SM4 0.768
SM5 0.941
SM6 0.936
SM7 0.882
SM8 0.89
SM9 0.769

Berdasarkan nilai yang terdapat pada tabel 4 semua nilai lebih besar dari 0,7
setelah menghilangkan KM2, KM1, PP4, MT1, PP2, dan KM9. Nilai yang di atas 0,7
menunjukan alat ukur telah valid. Dapat disimpulkan semua item indikator yang
tersisa dapat dinyatakan valid, maka bisa dilanjutkan pada pengujian berikutnya.
3.1.1.2 Average Variance Extracted (Convergent Validity)

10
Nilai AVE adalah besarnya varian atau keragaman indikator yang dimiliki oleh
sebuah konstruk latennya. Jika semakin besar varian atau keragaman indikator yang
ada di dalam konstruk laten maka semakin besar juga representasi indikator terhadap
konstruk latennya (Haryono, 2016). Berikut merupakan output Average Variance
Extracted (AVE) dari pengolahan data pada SmartPLS pada tabel 5.
Tabel 5 output Average Variance Extracted

Average Variance Extracted (AVE)


Dukungan sosial sekitar 0.789
Kemandirian usaha 0.666
Kualitas SDM 0.71
Motivasi peternak 0.679
Peranan pemerintah dan 0.612
stakeholder
Berdasarkan tabel 5 didapatkan nilai AVE variabel Dukungan sosial sekitar
sebesar 0,789, Variabel Kemandirian usaha sebesar 0,666, Variabel Kualitas SDM
sebesar 0,71, Variabel Motivasi peternak sebesar 0,679, Variabel Peranan pemerintah
dan stakeholder sebesar 0,612. Nilai AVE yang baik minimal 0,5 maka nilai yang
dibawah 0,5 dapat dinyatakan tidak baik atau tidak valid (Haryono, 2016).
Berdasarkan tabel tersebut semua nilai variabel berada di atas 0.5 maka alat ukur
yang digunakan bisa dikatakan telah valid, maka dilanjutkan pada pengujian
selanjutnya.
3.1.1.3 Cross loading (Descriminant Validity)
Cross loading merupakan sebuah nilai yang berguna untuk mengetahui suatu
konstruk memiliki diskriminan yang memadai atau tidak, dengan cara
membandingkan korelasi antar indikator suatu konstruk dengan indikator konstruk
lainnya (Irwan, 2015). Nilai koefisien korelasi indikator konstruk asosiasinya harus
lebih besar dari pada konstruk lain (Trenggonowati, 2018). Berikut merupakan
output Cross loading dari pengolahan data pada SmartPLS pada tabel 6.
Tabel 6 output Cross Loading
Dukungan Kemandirian Kualitas Motivasi Peranan pemerintah
sosial sekitar usaha SDM peternak dan stakeholder
DS1 0.846 0.315 0.349 0.668 -0.081
DS2 0.923 0.41 0.337 0.74 -0.006
DS3 0.873 0.296 0.315 0.705 -0.044
DS4 0.918 0.494 0.378 0.617 0.188

11
DS5 0.904 0.483 0.32 0.578 0.216
DS6 0.864 0.482 0.363 0.608 0.205
KM3 0.32 0.892 0.498 0.292 0.299
KM4 0.276 0.848 0.438 0.24 0.441
KM5 0.35 0.845 0.49 0.351 0.381
KM6 0.409 0.736 0.46 0.462 0.16
KM7 0.481 0.759 0.407 0.46 0.265
KM8 0.499 0.807 0.519 0.48 0.279
MT2 0.505 0.268 0.288 0.725 -0.006
MT3 0.535 0.344 0.276 0.766 0.083
MT4 0.603 0.448 0.575 0.848 0.065
MT5 0.62 0.362 0.305 0.832 0.01
MT6 0.571 0.444 0.607 0.839 0.101
MT7 0.666 0.378 0.366 0.864 0.033
MT8 0.599 0.405 0.392 0.833 0.036
MT9 0.661 0.404 0.339 0.874 -0.003
PP1 0.055 0.359 0.185 0.021 0.877
PP3 0.086 0.276 0.166 0.03 0.743
PP5 0.131 0.258 0.175 0.077 0.722
PP6 0.105 0.262 0.19 0.042 0.779
SM1 0.022 0.185 0.708 0.158 0.141
SM2 0.372 0.489 0.826 0.45 0.202
SM3 0.291 0.427 0.831 0.382 0.203
SM4 0.356 0.419 0.768 0.488 0.01
SM5 0.346 0.558 0.941 0.417 0.283
SM6 0.318 0.528 0.936 0.397 0.276
SM7 0.358 0.551 0.882 0.48 0.188
SM8 0.355 0.577 0.89 0.458 0.24
SM9 0.367 0.455 0.769 0.381 0.118

Berdasarkan tabel 6 menunjukan semua nilai cross loading setiap item


indikator terhadap semua variabel. Dapat dikatakan valid jika korelasi item indikator
konstruk asosiasinya lebih besar dari pada konstruk lain. Berdasarkan tabel tersebut
semua korelasi indikator konstruk asosiasinya lebih besar dari pada konstruk lain
maka disimpulkan semua indikator telah valid.
3.1.2 Uji reliabilitas
3.1.2.1 Cronbach’s alpha
Cronbach’s alpha merupakan gambaran besarnya faktor keterkaitan suatu variabel
dengan variabel lainnya. Sekaran dan Bougi menyatakan bahwa uji Cronbach’s alpha
merupakan teknik pengujian keandalan kuesioner yang paling sering untuk

12
digunakan (Cahyaningrum, 2017). Berikut merupakan output Cronbach’s alpha dari
pengolahan data pada SmartPLS pada tabel 7.
Tabel 7 output Cronbach’s alpha

Cronbach's Alpha
Dukungan sosial sekitar 0.947
Kemandirian usaha 0.899
Kualitas SDM 0.948
Motivasi peternak 0.932
Peranan pemerintah dan stakeholder 0.788
Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa nilai cronbach’s alpha pada variabel
Dukungan sosial sekitar sebesar 0,947, Kemandirian usaha sebesar 0,899, Kualitas
SDM sebesar 0,948, Motivasi peternak sebesar 0,932, Peranan pemerintah dan
stakeholder sebesar 0,788. Nilai Cronbach’s Alpha harus ≥ 0,7 agar dapat dikatakan
reliabel (Haryono, 2016). Berdasarkan tabel tersebut maka semua variabel telah
memenuhi uji reliabilitas.
3.1.2.2 Composite reliability
Composite reliability (CR) merupakan bagian dari internal consistency reliability.
Composite reliability dapat menunjukkan taraf kepercayaan alat pengukur yang
digunakan di dalam penelitian (Irwan, 2015) Berikut merupakan output Composite
reliability dari pengolahan data pada SmartPLS pada tabel 8.
Tabel 8 output Composite reliability

Composite Reliability
Dukungan sosial sekitar 0.957
Kemandirian usaha 0.923
Kualitas SDM 0.956
Motivasi peternak 0.944
Peranan pemerintah dan stakeholder 0.863
Berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa nilai Composite reliability variabel
Dukungan sosial sekitar sebesar 0,957, Kemandirian usaha sebesar 0,923, Kualitas
SDM sebesar 0,956, Motivasi peternak sebesar 0,944, Peranan pemerintah dan
stakeholder sebesar 0,863. Nilai Composite reliability yang dapat diterima yaitu lebih
besar dari 7 agar dapat dikatakan reliabel (Haryono, 2016). Berdasarkan tabel
tersebut maka semua variabel dinyatakan telah reliabel.
3.2 Uji Inner model

13
Uji hubungan variabel atau uji signifikansi ditentukan dengan melihat nilai t
hitung dan p value. Uji ini digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat
tersebut benar atau salah. Berikut merupakan hasil output path coefficients di
SmartPLS pada tabel 9.
Tabel 9 output path coefficients
Original Sample Standard T Statistics P Values Keterangan
Sample Mean Deviation (|O/STDEV|)
(O) (M) (STDEV)
Dukungan sosial 0.228 0.22 0.138 1.652 0.099 Tidak
sekitar -> signifikan
Kemandirian usaha
Kualitas SDM -> 0.377 0.366 0.084 4.493 0 Signifikan
Kemandirian usaha
Motivasi peternak -> 0.106 0.123 0.15 0.71 0.478 Tidak
Kemandirian usaha Signifikan
Peranan pemerintah 0.256 0.267 0.066 3.86 0 Signifikan
dan stakeholder ->
Kemandirian usaha
Berdasarkan tabel 9 variabel yang memiliki pengaruh paling tinggi yaitu
variabel Kualitas SDM terhadap variabel kemandirian dilihat berdasarkan nilai T
statistik paling tinggi. Hipotesis penelitian dapat dinyatakan diterima apabila nilai P-
Values < 0,05 (Nasarudin, 2022). Hipotesis diterima jika Skor koefisien path atau
inner model yang ditunjukkan T hitung/T statistik harus diatas 1,96 untuk hipotesis
dua ekor (Kwistianus, 2015).
a. H1 = Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh signifikan terhadap
Kemandirian usaha
Berdasarkan hasil tabel 9 variabel Kualitas Sumber daya manusia terhadap
kemandirian usaha memiliki nilai T statistik sebesar 4,493, dapat diartikan 4,493 >
1,96 maka signifikan sehingga hipotesis pertama diterima. Sedangkan untuk nilai p
value sebesar 0,000, dapat diartikan 0,000 < 0,05 maka signifikan sehingga hipotesis
pertama diterima. Untuk original sample memiliki nilai positif 0,377, maka dapat
diartikan memiliki arah yang positif. Kesimpulannya hipotesis 1 diterima yaitu
kualitas sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap kemandirian usaha
dan memiliki arah yang positif . Hasil ini sama dengan penelitian (Hamid, 2015)
yang menyatakan Sumber daya manusia berpengaruh signifikan arahnya positif
terhadap kemandirian usaha. Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen
kunci dalam menjalankan sebuah usaha, maka dari itu tentunya kualitas yang ada

14
pada sumber daya manusia merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
peningkatan dalam kemandirian usaha.
b. H2 = Peranan Pemerintah dan stakeholder berpengaruh signifikan terhadap
Kemandirian usaha
Berdasarkan hasil tabel 9 variabel Peranan pemerintah dan stakeholder
terhadap kemandirian usaha memiliki nilai T statistik sebesar 3,86, dapat diartikan
3,86 > 1.96 maka signifikan sehingga hipotesis kedua diterima. Sedangkan untuk
nilai p value sebesar 0,000, dapat diartikan 0,000 < 0,05 maka signifikan sehingga
hipotesis kedua diterima. Untuk original sample memiliki nilai positif 0,256, maka
dapat diartikan memiliki arah yang positif. Kesimpulannya hipotesis 2 diterima yaitu
Peran pemerintah dan stakeholder berpengaruh signifikan terhadap kemandirian
usaha dan memiliki arah yang positif. Hasil ini sama dengan penelitian (Hamid,
2015) yang menyatakan Peran pemerintah berpengaruh signifikan dan arahnya
positif terhadap kemandirian usaha. Peraturan yang dibuat dengan baik serta fasilitas
yang tersedia dengan cukup akan membuat kenyamanan pelaku usaha, maka dari itu
peranan pemerintah dan stakeholder dalam membuat berbagai peraturan ataupun
menyediaka fasilitas yang baik akan dapat mempengaruhi kemandirian usaha.
c. H3 = Motivasi peternak berpengaruh signifikan terhadap Kemandirian usaha
Berdasarkan hasil tabel 9 variabel Motivasi peternak terhadap kemandirian
usaha memiliki nilai T statistik sebesar 0,71, dapat diartikan 0,71< 1,96 maka tidak
signifikan sehingga hipotesis ketiga ditolak. Sedangkan untuk nilai p value sebesar
0,478, dapat diartikan 0,478 > 0,05 maka tidak signifikan sehingga hipotesis ketiga
ditolak. Untuk original sample memiliki nilai positif 0,106, maka dapat diartikan
memiliki arah yang positif. Kesimpulannya hipotesis 3 ditolak yaitu motivasi
peternak berpengaruh tidak signifikan terhadap kemandirian usaha dan memiliki arah
yang positif. Hasil ini berbeda dengan penelitian (Suminah, 2017) yang menyatakan
Motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kemandirian. Motivasi merupakan
dorongan yang ada pada dalam diri yang sangat mudah berubah-berubah dengan
cepat, hal ini yang menyebabkan tidak terlalu ada pengaruhnya dengan kemandirian
usaha karena bisa saja seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi beberapa saat
kemudian motivasi yang dimiliki sudah rendah.
d. H4 = Dukungan sosial sekitar berpengaruh signifikan terhadap Kemandirian usaha

15
Berdasarkan hasil tabel 9 variabel Dukungan sosial sekitar terhadap
kemandirian usaha memiliki nilai T statistic sebesar 1,652, dapat diartikan 1,652 <
1,96 maka tidak signifikan sehingga hipotesis keempat ditolak. Sedangkan untuk
nilai p value sebesar 0,099, dapat diartikan 0,099 > 0,05 maka tidak signifikan
sehingga hipotesis keempat ditolak. Untuk original sample memiliki nilai positif
0,228 , maka dapat diartikan memiliki arah yang positif. Kesimpulannya hipotesis 4
ditolak yaitu dukungan sosial sekitar berpengaruh tidak signifikan terhadap
kemandirian dan memiliki arah yang positif. . Hasil ini berbeda dengan penelitian
(Suminah, 2017) yang menyatakan dukungan sosial berpengaruh positif signifikan
terhadap kemandirian. Dukungan sosial tidak terlalu berpengaruh terhadap
kemandirian usaha karena dukungan sosial yang diberikan orang lain mungkin saja
belum atau tidak dibutuhkan oleh seseorang karena dukungan yang diberikan
dianggap merupakan bukan kebutuhan yang diharapkan sehingga orang tersebut
tidak membutuhkannya, pemberian dukungan harus sesuai dengan apa yang
dibutuhkan individu tersebut.
3.3 Hasil Penelitian
Model pemberdayaan peternak ayam untuk kemandirian usaha yang telah dibuat ini
dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh berbagai pihak seperti perusahaan dibidang
ternak, ataupun dinas terkait di bidang peternakan ketika hendak melakukan program
pemberdayaan untuk meningkatkan kemandirian usaha kepada para peternak ayam
plasma. Kegiatan Pemberdayaan peternak ayam plasma perlu memiliki fokus yang
benar agar dapat berjalan dengan maksimal. Diketahui berdasarkan uji statistika yang
telah dilakukan terdapat 2 faktor utama yaitu faktor Kualitas sumber daya manusia
dan faktor Peranan pemerintah dan stakeholder yang berpengaruh signifikan terhadap
Kemandirian usaha bagi para peternak di Banjarnegara. Maka dari itu dua faktor
tersebut menjadi fokus utama yang perlu diperhatikan petugas pemberdayaan
peternak ayam plasma Banjarnegara agar dapat tercapainya kemandirian usaha.
Meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia dapat dilakukan agar dapat
meningkatkan pula kemandirian usaha bagi para peternak ayam plasma khususnya di
Banjarnegara. Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan melalui:
1. Memberi penyuluhan kesehatan bagi para peternak.
2. Memberi pelatihan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

16
3. Memberi pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan peternak.
Peningkatan peranan pemerintah dan stakeholder agar dapat meningkatkan
kemandirian usaha bagi peternak ayam plasma di Banjarnegara juga perlu dilakukan.
Peningkatan peranan pemerintah dan stakeholder dapat dilakukan dengan cara:
1. Memberi pendampingan kepada peternak agar mendapat fasilitas dari pemerintah
atau stakeholder.
2. Memberi pembinaan tentang regulasi dari pemerintah atau stakeholder.
Petugas yang melakukan pemberdayaan dengan cara melakukan penyuluhan,
pembinaan, pelatihan, pendampingan dengan baik maka akan dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia serta peranan pemerintah dan stakeholder sesuai
dengan yang direncanakan sehingga dapat tercapainya kemandirian usaha bagi
peternak ayam plasma Banjarnegara. Berdasarkan model yang telah dibuat, selain
dilakukan oleh petugas pemberdayaan, peningkatan kemandirian usaha juga dapat
dilakukan secara sendiri oleh peternak ayam plasma. Meningkatkan kemandirian
usaha dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas diri dengan cara peternak rajin
menjaga kesehatan diri sendiri dari berbagai macam penyakit yang mungkin timbul,
sering melakukan komunikasi dengan pihak lain yang ada dalam satu bidang yaitu
bidang peternakan, berinisiatif mencari sendiri informasi yang berkaitan tentang
ternak. Peternak ayam plasma juga dapat meminta ataupun memanfaatkan dengan
maksimal fasilitas dari pemerintah ataupun stakeholder, melakukan negosiasi atau
usulan terkait regulasi yang sedang berjalan atau akan dibuat agar semua pihak tidak
ada yang dirugikan. Hal-hal tersebut akan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
kemandirian usaha peternak.
Berdasarkan uji statistika motivasi peternak dan dukungan sosial sekitar
berpengaruh tidak signifikan terhadap kemandirian usaha peternak ayam plasma
Banjarnegara. Kedua hal tersebut tidak ada salahnya jika ikut ditingkatkan juga
walaupun tidak menjadi fokus utama karena tidak akan berpengaruh dengan
signifikan terhadap kemandirian usaha. Peternak perlu memiliki keinginan untuk
selalu menjadi lebih baik kedepannya, ingin untuk membangun jaringan yang luas,
ingin memiliki status sosial yang baik. Selain itu peternak perlu diberi dukungan
yang baik dari keluarga dan teman dalam menjalankan peternakannya. Perlunya ada
motivasi peternak dan dukungan sosial sekitar yang ada pada peternak ayam plasma

17
di Banjarnegara tentunya diharapkan bermanfaat untuk membantu meningkatkan
kemandirian usahanya.

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil pengolahan data menunjukan variabel kualitas sumber daya manusia serta
variabel peranan pemerintah dan stakeholder berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian usaha dan memiliki arah positif, berdasarkan hal tersebut maka semakin
baik kualitas sumber daya manusia serta semakin baik peranan pemerintah dan
stakeholder maka akan dapat meningkatkan kemandirian usaha dengan signifikan.
Selain itu hasil pengolahan data juga menunjukan variabel motivasi peternak serta
variabel dukungan sosial sekitar berpengaruh tidak signifikan terhadap kemandirian
usaha dan memiliki arah positif, berdasarkan hal tersebut maka semakin baik
motivasi peternak serta dukungan sekitar maka akan dapat meningkatkan
kemandirian usaha tetapi tidak signifikan.
4.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai
berikut: Penelitian selanjutnya dapat menambahkan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi kemandirian peternak supaya mendapatkan hasil yang lebih lengkap.
Memiliki fokus kepada faktor sumber daya manusia dan faktor peran pemerintah dan
stakeholder guna meningkatkan kemandirian merupakan hal yang baik tetapi petugas
pemberdayaan juga tidak boleh melupakan faktor lain yang mungkin juga penting
dalam sebuah pemberdayaan. Pada penelitian selanjutanya model bisa dikembangkan
lagi dengan menghubungkan lebih banyak lagi antar variabel yang mungkin dapat
berpengaruh signifikan terhadap variabel lain.

DAFTAR PUSTAKA
Amam, A. et al. (2021) ‘Pengaruh Sumber Daya Manusia Terhadap Aksesibilitas
Sumber Daya Usaha Ternak Sapi Potong Rakyat’, JITRO (Jurnal Ilmu dan
Teknologi Peternakan Tropis), 8(1), pp. 57–65. doi:
10.33772/jitro.v8i1.14118.
Asti, E. G., Widodo, W.- and Meidarti, T. (2020) ‘Pengaruh Modal Kerja Dan
Motivasi Berwirausaha Terhadap Kemandirian Usaha Para Peternak Jangkrik

18
Di Kota Depok’, Jurnal Pengembangan Wiraswasta, 22(01), pp. 47–56. doi:
10.33370/jpw.v22i01.359.
Badan Pusat Statistik (2022) Produksi Daging Ayam Ras Pedaging menurut
Provinsi, Jakarta: Badan Pusat statistik.
Cahyaningrum, B. N. and Wijayanti, A. W. (2017) ‘Faktor–Faktor Yang
Mempengaruhi Kesediaan Berbelanja Secara Online Pada Guru Sekolah
Dasar (Sd) Kabupaten Bantul’, JBTI : Jurnal Bisnis Teori dan Implementasi,
8(1), pp. 1–18. doi: 10.18196/bti.81079.
Hamid, M. and Widyayanti, E. R. (2015) ‘Model Pemberdayaan Usaha Mikro Dan
Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Usaha’, Jurnal Riset Manajemen, 2(1),
pp. 75–93. doi: 10.32477/jrm.v2i1.164.
Haryono, S. (2016) METODE SEM Untuk Penelitian Manajemen dengan AMOS
LISREL PLS, Luxima Metro Media. Edited by H. Mintardja. Bekasi:
Intermendia Personalia Utama.
Irawan, B., Sumarsono and Karno (2015) ‘Hubungan Antara Perilaku Petani, Peran
Pemerintah Penyediaan Saprodi, dan Kesadaran Budidaya Hutan Rakyat
Berkelanjutan di Kabupaten Pemalang’, Agromedia, 33(1), pp. 23–32.
Irwan and Adam, K. (2015) ‘Metode Partial Least Square (PLS) Dan Terapannya
(Studi Kasus: Analisis Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan PDAM Unit
Camming Kab. Bone)’, Teknosains, 9(1), pp. 53–68.
Jasmalinda (2021) ‘Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Motor Yahama Di Kabupaten Padang Pariaman’,
Jurnal Inovasi Penelitian, 1(10), pp. 2199–2206.
Kwistianus, H. and Devie (2015) ‘Pengaruh Servant Leadership Terhadap Employee
Empowerment, Organizational Culture Dan Competitive Advantage Pada
Universitas Di Surabaya’, Business Accounting Review, 3(2), pp. 201–210.
Available at: http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/akuntansi-
bisnis/article/view/3864%5Cnhttp://studentjournal.petra.ac.id/index.php/akun
tansi-bisnis/article/viewFile/3864/3468.
Nasarudin, Wanarno, W. W. and Kurniawan, M. p (2022) ‘Evaluasi Pengaruh
Website Media Pembelajaran Terhadap Kepuasan Pengguna Dengan PLS-
SEM Evaluation Of The Influence Of Learning Media Website On User
Satisfaction With PLS-SEM’, JURNAL SISFOTENIKA, 12(1), pp. 86–100.
Sirajuddin, S. N., Lestari, V. S. and Nizam, M. (2013) ‘Analisis Pendapatan Peternak
Ayam Ras Pedaging dengan Sistem Kemitraan Berbeda di Kecamatan
Tellusiattinge Kabupaten Bone’, Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 8(2), pp.
169–175. doi: 10.31186/jspi.id.8.2.169-175.
Solikhatin, E., Fanani, A. and Husein, M. S. (2018) ‘Jurnal Inovasi Penelitian’,
Jurnal Inovasi Penelitian, 2(3), pp. 71–76.
Suminah, S. et al. (2017) ‘Kemandirian Wanita Tani dalam Usaha Industri Pangan di
Solo Raya Jawa Tengah’, Jurnal Penyuluhan, 13(1), pp. 97–109. doi:
10.25015/penyuluhan.v13i1.14795.

19
Suranto and Pratiwi, A. (2020) ‘Empowerment Model of Poultry Plasma Group
Increasing Business Independence in The Pandemic Era Covid 19 (Chicken
Livestock Center, Sragen, Indonesia)’, International Journal of Management,
09(5), pp. 545–553. doi: 10.34218/IJM.11.9.2020.050.
Suranto, S. and Djunaidi, M. (2021) ‘Marketing Development Model of Goyor
Woven Fabric Increases Consumer Buying Interest in Pandemic Covid-19
Era: Study at Sragen Goyor Industry Center’, Jurnal Ilmiah Teknik Industri,
20(1), pp. 61–70. doi: 10.23917/jiti.v20i1.13920.
Trenggonowati, D. L. and Kulsum, K. (2018) ‘Analisis Faktor Optimalisasi Golden
Age Anak Usia Dini Studi Kasus Di Kota Cilegon’, Journal Industrial
Servicess, 4(1), pp. 48–56. doi: 10.36055/jiss.v4i1.4088.

20

Anda mungkin juga menyukai