Anda di halaman 1dari 105

LITERATURE REVIEW: HUBUNGAN ANTARA

PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN


PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KELUARGA
BERENCANA (KB)

Skripsi
Diajukan guna memenuhi sebagai syarat
memperoleh derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Disusun Oleh :
Sri Aulia Purnama Sari
1610912320048

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
BANJARBARU

Juli, 2020
iii
ABSTRAK

LITERATURE REVIEW: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP


DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT
KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA (KB)

Sri Aulia Purnama Sari

Alat kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara (Reversible) dan permanen (Irreversible). Menurut World Health
Organization (WHO) 2014, penggunaan kontrasepsi telah meningkat dibanyak bagian
dunia, terutama Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Jumlah
penggunaan alat kontrasepsi Indonesia tahun 2008 merupakan jumlah terendah di Asia
Tenggara sebesar 61%, kemudian diikuti Vietnam 78% dan Filipina 79%, dan Thailand
sebesar 80%, sedangkan Total Fertility Rate (TFR) Indonesia 2,6. Berdasarkan data
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Indonesia pada
tahun 2018 tercatat sebanyak 23.361.189 peserta KB aktif dan sebanyak 13.632.536
peserta yang tidak ikut KB. Sedangkan pada Provinsi Kalimantan Selatan didapatkan data
pada tahun 2018 tercatat sebanyak 499.850 peserta KB aktif dan sebanyak 191.425
peserta yang tidak mengikuti KB.Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan hubungan
pengetahuan, sikap, dan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi
keluarga berencana (KB). Penelitian ini menggunakan metode systematic
literature review (SLR) terhadap 10 artikel penelitian yang berkaitan. Sumber
data yang digunakan pada penelitian ini yaitu artikel penelitian terdahulu yang
dikumpulkan full text nya melalui database Google Scholar, Portal Garuda dan
Doaj.org. Hasil penelitian menunjukkan persentasi artikel penelitian yang sejalan
dengan teori untuk variabel pengetahuan (88,89%), sikap (100%) dan dukungan
suami (80%) yang menyatakan memiliki hubungan dengan penggunaan alat
kontrasepsi keluarga berencana (KB). Hal ini dikarenakan adanya kesesuaian
antara hasil penelitian terdahulu dengan aspek teoritis.

Kata-kata kunci: Alat kontrasepsi, pengetahuan, sikap, dukungan suami

iv
ABSTRACT
LITERATURE REVIEW: THE RELATIONSHIP BETWEEN
KNOWLEDGE,ATTITUDES, AND SUPPORT OF HUSBAND BY
CONTRACEPTIVE USAGE KELUARGA BERENCANA (KB)
Sri Aulia Purnama Sari
Contraception is an attempt to prevent pregnancy. These efforts can be both
Reversible and Irreversible. According to the World Health Organization (WHO)
2014, contraceptive use has increased in many parts of the world, especially Asia
and Latin America and the lowest is in Sub-Saharan Africa. The number of
contraceptives used in Indonesia in 2008 was the lowest in South east Asia at
61%, followed by Vietnam with 78% and the Philippines 79%, and Thailand at
80%, while Indonesia's Total Fertility Rate (TFR) was 2.6. Based on data from
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Indonesia in
2018 recorded 23,361,189 active family planning participants and 13,632,536
participants who did not participate in family planning. Where as in South
Kalimantan Province, data was obtained that in 2018 there were 499,850 active
family planning participants and 191,425 participants who did not participate in
family planning. The purpose of this paper is to explain the relationship between
knowledge, attitudes, and support of husbands with the use of family planning
contraceptives (KB). This study uses the systematic literature review (SLR)
method of 10 related research articles. Sources of data used in this study are
previous research articles that were collected in full text through the Google
Scholar database, Garuda Portal and Doaj.org. The results showed the
percentage of research articles that were in line with the theory for the variables
of knowledge (88.89%), attitude (100%) and husband's support (80%) which
stated that they had a relationship with the use of family planning contraceptives
(KB). This is because there is an agreement between the results of previous
research and theoretical aspects.
Keywords: Contraception, knowledge, attitude, support of husband

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“LITERATURE REVIEW: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN,

SIKAP DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT

KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA (KB)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagai syarat guna memperoleh

derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat Banjarbaru. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

Dr. Iwan Aflanie, dr., M.Kes., Sp.F, SH selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat.

Fauzie Rahman, SKM,MPH selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Kedua Dosen Pembimbing, Dr. Meitria Syahadatina Noor, dr., M.Kesdan

Nur Laily, SKM, M.Kesyang berkenan memberikan saran dan arahan dalam

penyelesaian skripsi ini.

Kedua Dosen Penguji, Fahrini Yulidasari, SKM, MPH dan Fauzie Rahman,

SKM, MPHyang memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi

semakin baik.

vi
Perwakilan Badan Kepependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) Provinsi Kalimantan Selatan yang telah memberikan izin permintaan

data kepada peneliti.

Kepada kedua orang tua saya yang selalu mendoakan keberhasilan dan

memberikan semangat,motivasi serta pendanaan demi kesuksesan serta

keselamatan dalam menempuh pendidikan.

Para sahabat-sahabat saya dan teman di Keluarga Besar Program Studi

Kesehatan Masyarakat angkatan 2016atas sumbangan pikiran, bantuan serta

semangat yang telah diberikan.

Penulis berharap Allah SWTselalu menyertai agar membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian skripsi

ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi kemajuan kesehatan dan

dunia ilmu pengetahuan.

Banjarbaru, Agustus 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ···························································· i


HALAMAN PENGESAHAN ·················································· ii
HALAMAN PERNYATAAN ·················································· iii
ABSTRAK ········································································ iv
ABSTRACT ········································································ v
KATA PENGANTAR ··························································· vi
DAFTAR ISI ······································································ viii
DAFTAR TABEL ································································ x
DAFTAR GAMBAR ···························································· xi
DAFTAR LAMPIRAN ·························································· xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Keluarga Berencana (KB)..................................... 8
B. Konsep Perilaku................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.................................................................. 43
B. Sumber Data......................................................................... 43
C. Kriteria Pemilihan (Inklusi dan Eksklusi)............................ 43
D. Prosedur Pengumpulan Data................................................ 44
E. Analisis Kualitas Data......................................................... 46
F. Sintesis Data........................................................................ 56
G. Jadwal Studi Penelitian/ Studi Literature............................ 62
H. Rencana Penelitian/ Studi Literature................................... 62

viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Sintesis Data·············································· 63
B. Pembahasan ····················································· 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan························································ 81
B. Saran ······························································· 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Sumber Penelusuran Artikel Penelitian atau Jurnal ·················· 45


3.2 Analisis Kualitas Data Menggunakan PICOT (Population,
Intervention, Compare, Outcome dan Time)··························· 48
3.3 Sintesis Data Literature Review ········································· 57
4.1 Hasil Sintesis Data ························································ 63

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Prosedur Pengumpulan Literature ······································ 46

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Provinsi Kalimantan


Selatan Tahun 2018

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alat kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya

itu dapat bersifat sementara (Reversible) dan permanen (Irreversible). Jenis

kontrasepsi yang tersedia berdasarkan kandungannya antara lain adalah

kontrasepsi hormonal (pil, suntikan, implant dan akhir-akhir ini baru

diperkenalkan IUD-mirena). Selain itu ada kontrasepsi non-hormonal (kondom,

IUD-TCu, dan metode kontrasepsi mantap). Sedangkan menurut lama

efektifitasnya kontrasepsi dapat dibagi dalam MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah susuk (implant), IUD, MOP

(Medis Operasi Pria) dan MOW (Medis Operasi Wanita) dan Non MKJP yaitu

kondom, pil, suntik dan metode lainnya (1).

Menurut World Health Organization (WHO) 2014, penggunaan kontrasepsi

telah meningkat dibanyak bagian dunia, terutama Asia dan Amerika Latin dan

terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah

meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun

2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan

penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat dari 60,9% menjadi

61,6%, sedangkan Amerika Latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi

67,0% (2).

1
2

Jumlah penggunaan alat kontrasepsi Indonesia tahun 2008 merupakan

jumlah terendah di Asia Tenggara sebesar 61%, kemudian diikuti Vietnam 78%

dan Filipina 79%, dan Thailand sebesar 80%, sedangkan Total Fertility Rate

(TFR) Indonesia 2,6. Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN), Indonesia pada tahun 2018tercatat sebanyak

23.361.189 peserta Kb aktif dan sebanyak 13.632.536 peserta yang tidak ikut KB.

Sedangkan pada Provinsi Kalimantan Selatan didapatkan data pada tahun 2018

tercatat sebanyak 499.850 peserta KB aktif dan sebanyak 191.425 peserta yang

tidak mengikuti KB (3, 4).

Dalam hal ini berarti jika penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana

(KB) rendah dapat berdampak pada fertilitas yang akan mendorong jumlah

persalinan dan tentunya akan berpengaruh pada laju pertumbuhan penduduk.

Selain mempengaruhi pertumbuhan penduduk, jumlah persalinan yang tinggi

berisiko meningkatkan angka kematian ibu. Program KB juga ditujukan untuk

mengendalikan kelompok “4 terlalu” (terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering

dan terlalu tua untuk hamil) yang merupakan salah satu diantara berbagai

penyebab tidak langsung kematian ibu. Selain itu, laju pertumbuhan penduduk

yang tidak dapat dikendalikan mengakibatkan banyak dampak terhadap penduduk

yaitu menderita kekurangan makanan dan gizi sehingga mengakibatkan tingkat

kesehatan memburuk, mempunyai pendidikan yang rendah dan banyak penduduk

yang pengangguran (5, 6).

Faktor-faktor yang menyebabkan PUS tidak menjadi peserta KB adalah

pelayanan KB yang masih kurang berkualitas, keterbatasan alat kontrasepsi,


3

penyampaian konseling maupun KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) belum

dilaksanakan dengan baik, hambatan budaya, kelompok wanita yang sudah tidak

ingin anak lagi tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (unmet need), dan

kelompok hard core yaitu kelompok wanita yang tidak mau menggunakan alat

kontrasepsi baik pada saat ini maupun pada waktu yang akan datang. Menurut

teori Lawrence W. Green ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

seseorang dalam berperilaku sehat yaitu dipengaruhi oleh 3 faktor utama, faktor

predisposisi (pre-disposing factor) seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai,

persepsi, motivasi dan status demografi. Faktor pemungkin (enabling factor)

seperti keterampilan dan sumber daya. Yang terakhir faktor penguat (reinforcing

factor) seperti dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, media massa dan

teman sebaya (7, 8).

Berdasarkan penelitian Zuraidah (2017), mengatakan bahwa pengetahuan

yang baik tentang metode kontrasepsi akan menyebabkan sikap positif terhadap

metode dan niat untuk menggunakannya. Pengetahuan dapat mempengaruhi

seseorang untuk ber KB dan pengetahuan yang rendah dapat membuat seseorang

tidak ingin menggunakan KB. Menurut Notoadmodjo (2003) yang dikutip dalam

Zuraidah (2017), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni: penglihatan,

pendengaran, penciuman rasa dan bau. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (9).

Pengetahuan akseptor KB sangat erat kaitannya terhadap pemilihan alat


4

kontrasepsi, karena dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap metode

kontrasepsi tertentu akan merubah cara pandang akseptor dalam menentukan

kontrasepsi yang paling sesuai dan efektif digunakan, sehingga membuat

pengguna KB lebih nyaman terhadap kontrasepsi tersebut dan dengan

pengetahuan yang baik akan alat kontrasepsi dapat menghindari kesalahan dalam

pemilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai bagi pengguna itu sendiri. Karena

semakin baik pengetahuan responden, maka tingkat kesadaran responden untuk

menggunakan MKJP semakin tinggi (10).

Faktor lain yang juga memiliki hubungan dengan penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB) yaitu sikap. Berdasarkan penelitian

sebelumnya oleh Dompas dkk (2016), mengatakan bahwa terdapat hubungan

antara sikap dengan pemanfaatan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB), dalam

penelitian ini paling banyak didapatkan sikap positif. Sikap merupakan reaksi atau

respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek

yang mempunyai berbagai tingkatan yaitu menerima (receiving), merespons

(responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible) (11).

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Wahyuningsih dan Fatmawati

(2019), salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan KB yaitu adanya faktor

penguat (reinforcing factors) seperti adanya dukungan sosial, dukungan suami,

dukungan orang tua, dukungan tokoh masyarakat, dukungan petugas kesehatan,

dukungan kader kesehatan dan berbagai bentuk dukungan lainnya. Penelitian lain

oleh Tampubolon dan Tarigan (2018) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara pengetahuan, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan dengan


5

penggunaan kontrasepsi. Dukungan suami adalah adanya keberadaan, kesediaan,

kepedulian, menghargai dan memberikan kasih sayang. Dukungan suami adalah

upaya yang diberikan oleh suami baik dalam bentuk mental, fisik maupun sosial.

(12, 13, 14).

Berdasarkan dari prevalensi masih adanya pasangan usia subur (PUS) yang

tidak menggunakan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB), maka perlu suatu

literature review untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang berhubungan

dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB).

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pengetahuan pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB)?

2. Bagaimana sikap pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB)?

3. Bagaimana dukungan dari suami kepada pasangan usia subur (PUS) dalam

penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB)?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari literature review ini adalah untuk menjelaskan hubungan

pengetahuan, sikap dan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi

keluarga berencana (KB).


6

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB).

b. Menganalisis hubungan antara sikap dengan penggunaan alat kontrasepsi

keluarga berencana (KB).

c. Menganalisis hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB).

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sebagai masukan atau informasi yang dapat meningkatkan kerjasama

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran (PSKM FK ULM)

dengan instansi terkait melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang

meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam upaya

meningkatkan cakupan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB).

Serta diharapkan tulisan ini menjadi sumber referensi informasi mengenai alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB).

2. Manfaat Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa kesehatan

masyarakat sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB), dan dapat memberikan tambahan informasi

bagi masyarakat khususnya mengenai pentingnya memilih alat kontrasepsi

keluarga berencana (KB) yang efektif dan efisien. Serta diharapkan dapat
7

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penggunaan alat kontrasepsi keluarga

berencana (KB).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Keluarga Berencana (KB)

1. Definisi Program Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana (KB) dalam istilah inggris disebut dengan family

planning atau birth control ada juga yang menyebutnya dengan planning

parenthood.Menurut WHO (World Health Organization).KB adalah tindakan

yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-

objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga (15).

Keluarga Berencana (KB) adalah usaha peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,

pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (16).

Undang-undang nomor 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dengan tujuan mewujudkan

penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, melalui upaya

pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian. Pengendalian

kuantitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lingkungan hidup baik yang

berupa daya dukung alam maupun daya tampung lingkungan serta kondisi

8
9

perkembangan sosial, ekonomi dan budaya, sehingga dalam perkembangannya,

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga didasarkan pada asas

perikemanusiaan (17).

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana (KB) di Indonesia

diarahkan untuk menjaga kelangsungan pemakaian alat/cara keluarga berencana

(KB). Indikator penting untuk mengukur kualitas pemakaian alat/cara keluarga

berencana (KB) adalah tingkat putus pakai. Satu wanita dapat memakai alat/cara

keluarga berencana (KB) lebih dari 1 episode atau penggunaan alat/cara keluarga

berencana (KB) dalam waktu 5 tahun. Lama pemakaian kontrasepsi tergantung

tujuan si pengguna apakah untuk menjarangkan kelahiran maupun mengakhiri

kesuburan(18, 19).

Untuk metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP) merupakan kontrasepsi

yang jangka waktu menggunakannya lebih dari 2 tahun untuk cara yang efektif

dan efisien. Sedangkan tujuan untuk menjarangkan kehamilan sebaiknya

digunakan lebih dari 3 tahun. MJKP juga digunakan ibu apabila sudah tidak ingin

menambah anak kembali. Selain itu jarak kehamilan yang baik bagi ibu untuk

hamil kembali yang paling ideal dapat dihitung sejak setelah ibu melahirkan

hingga akan memasuki masa hamil selanjutnya yaitu 2-5 tahun. Secara umum

29% wanita yang mulai memakai alat/cara KB dalam 5 tahun, berhenti memakai

alat/cara KB itu dalam waktu 12 bulan setelah mulai memakai. Alasan berhenti

memakai dapat dikarenakan metode gagal, ingin hamil, merasakan efek samping

atau masalah kesehatan, ingin metode yang lebih efektif, akses terbatas, merasa

biaya terlalu mahal dan tidak nyaman digunakan (18, 19).


10

Dalam upaya meningkatkan pelayanan di bidang Keluarga Berencana,

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional juga telah menetapkan Peraturan

Kepala BKKBN Nomor 55/HK-010/B5/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota, untuk

dapat memperhatikan potensi dan kemampuan masing-masing daerah, dan dengan

tetap mempertimbangkan kebutuhan ber-Keluarga Berencana masyarakat di

daerah (17).

2. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)

Berdasarkan pengertian KB dan masalah-masalah yang ditimbulkan dari

beberapa faktor, maka program KB mempunyai beberapa tujuan yang dipandang

akan membawa kemaslahatan dan mencegah kemudaratan, baik bagi keluarga

yang bersangkutan maupun bagi negara yang mengalami masalah kependudukan.

Khususnya di Indonesia, program KB bertujuan untuk (15):

a. Tujuan demografis, yaitu upaya penurunan tingkat pertumbuhanpenduduk

sebanyak 50%.

b. Tujuan normatif, yaitu menciptakan suatu norma ketengah-tengah masyarakat

agar timbul kecenderungan untuk menyukai keluarga kecil dengan motto

“dua anak lebih baik, tiga orang stop, lelakiperempuan sama saja” sehingga

melembaga dan merasa bangga dengan jumlah keluarga yang relatif kecil

yaitu Catur Warga atau Panca Warga.

Selain itu kebijakan program keluarga berencana bertujuan untuk (5):

a. Mengatur kehamilan yang diinginkan;

b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak;
11

c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan

pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;

d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktik keluarga

berencana; dan

e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak

kehamilan.

Program Keluarga Berencana tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan

laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga meningkatkan kualitas keluarga

maupun individu-individu sehingga dapat tercipta keluarga yang memiliki jumlah

anak yang ideal, sehat, sejahtera, berpendidikan, berketahanan, serta terpenuhi

hak-hak reproduksinya (20).

3. Strategi Program Keluarga Berencana (KB)

Dalam mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera, mengikuti

program Keluarga Berencana merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan

tersebut. Dengan mengikuti salah satu metode kontrasepsi yang ditawarkan, maka

dari sinilah sebuah keluarga telah berjalan menuju sebuah keluarga yang

berkualitas. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran Program Keluarga

Berencana (KB) Nasional, Strategi yang ditempuh mengacu kepada strategi

nasional yang telah ditetapkan, yaitu (21):

a. Prinsipitegrasi merupakan prinsip yang saling mendukung dalam upaya untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

b. Prinsip desentralisasi merupakan prinsip untuk meningkatkan kualitas SDM

pengelola program daerah.


12

c. Prinsip pemberdayaan merupakan prinsip untuk mengoptimalkan potensi

yang ada dimasyarakat dalam rangka mendukung pelaksanaan program yang

berdayaguna dan berhasil guna.

d. Prinsip kemitraan merupakan prinsip untuk menjalin kerjasama secara efektif

dan efisien, saling menguntungkan diantara pihak-pihak yang terkait.

e. Prinsip segmentasi sasaran merupakan strategi yang dilaksanakan dalam

rangka meningkatkan optimalisasi, efesiensi, dan efetifitas program.

4. Sasaran Program Keluarga Berencana (KB)

Sasaran Program Keluarga Berencana dijabarkan sebagai berikut(3):

a. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk.

b. Menurunkan angka kelahiran total.

c. Meningkatkan PUS (Pasangan Usia Subur) yang tidak ingin punya anak

lagidan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya.

d. Meningkatkan peserta KB laki-laki.

e. Meningkatkan pengguna metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan

efisien.

f. Meningkatkan rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21

tahun.

g. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

h. Meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I yang

aktif 
dalam usaha ekonomi produktif.

i. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan Program


Keluarga Berencana.
13

5. Pasangan Usia Subur (PUS)

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes, 2014) yang dikutip dalam

Ambarwati (2018), pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang

saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi ataupun tidak. PUS berkisar

antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup

matang dalam segala hal termasuk sistem reproduksi. PUS adalah sepadang suami

istri dimana usia istri antara 15-49 tahun, dan pasangan suami istri yang berusia

kurang dari 15 tahun setelah menikah atau istri berusia lebih dari 49 tahun tetapi

belum menopause (14).

6. Alat Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau melawan

dan “Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma

yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah

pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan. Namun tidak

semua metode kontrasepsi memberikan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap

pencegahan kehamilan. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan

efektif bagi semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan

kecocokan individual bagi setiap klien (5, 22).

Secara umum, menurut BKKBN tahun 2011, persyaratan metode

kontrasepsi adalah (5):

1) Aman

Artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.


14

2) Berdaya guna

Jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan. Ada

beberapa komponen dalam menentukan keefektifan dari suatu metode

kontrasepsi. Diantaranya adalah keefektifan teoritis dan keefektifan praktis.

a) Keefektifan teoritis yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk

mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara

tersebut digunakan secara terus menerus dan sesuai dengan petunjuk yang

diberikan tanpa kelalaian.

b) Sedangkan keefektifan praktis adalah keefektifan yang terlihat dalam

kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar, meliputi segala

sesuatu yang mempengaruhi pemakaian seperti kesalahan, penghentian,

kelalaian, dan lain-lain.

3) Dapat diterima bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan

budaya di masyarakat.

Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni penerimaan awal dan

penerimaan lanjut. Penerimaan awal tergantung pada bagaimana motivasi dan

persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh

banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial ekonomi, agama, sifat

yang ada pada alat kontrasepsi dan faktor daerah (desa/ kota).

4) Harga terjangkau oleh masyarakat

Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali

kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.


15

7. Jenis-Jenis Kontrasepsi

a. Berdasarkan kandungannya, jenis kontrasepsi terbagi menjadi (5):

1) Kontrasepsi hormonal, seperti pil, suntikan, implant, IUD-mirena, dan LNG-

IUS.

2) Kontrasepsi non hormonal seperti kondom, IUD-Tcu, MOW, dan MOP

b. Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dibagi menjadi (5):

1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/ implant, IUD, MOP

serta MOW

2) Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP)

Yang termasuk metode ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode lain selain

yang disebutkan dalam MJKP.

8. Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana (KB)

a. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

MJKP adalah metode kontrasepsi yang dikenal efektif karena dapat

memberikan perlindungan dari risiko kehamilan untuk jangka waktu sampai

sepuluh tahun yang terdiri dari Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode

Operasi Pria (MOP), serta Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Sedangkan

implan atau yang dikenal dengan susuk KB merupakan alat kontrasepsi bawah

kulit dengan masa berlaku tiga tahun (5).

Alat kontrasepsi yang termasuk dalam MKJP adalah (5):


16

1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ Intra Uterine Device (IUD)/ Sprial

Spiral atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang dalam bahasa

Inggris disebut intra uterine device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang

dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari plastik halus dan fleksibel (polietilin).

Spiral merupakan metode KB yang sangat efektif dan aman. Memiliki efektivitas

penggunaan hingga 10 tahun, tergantung dengan jenisnya. AKDR dapat terpasang

sampai masa menopause tanpa menimbulkan kekhawatiran mengenai kelanjutan

efektivitasnya. AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan atau

kembalinya kesuburan berlangsung cepat (21, 23, 24).

Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi (25):

a) Bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7,

Marguies, Spring Cooil, Multiload, Nova-T dan lainnya.

b) Bentuk tertutup (closed device), misalnya Ota ring, Antigon, Grafenberg

ring, Hall-stone ring dan lain-lain.

a) Keuntungan

1) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap

risiko kehamilan

2) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran

3) Kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut/ dibuka

4) Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam

jangka panjang

5) Tidak mengganggu hubungan pasangan suami istri

6) Tidak terpengaruh “faktor lupa” dari pemakai


17

7) Tidak ada efek samping hormonal

8) Tidak mengganggu laktasi

9) Tidak berinteraksi dengan obat-obatan.

b) Kerugian

Dapat terjadi perdarahan, nyeri, peny radang panggul (PRP) dan

memerlukan intervensi medis. Pada bentuk tertutup, bila terjadi dislokasi ke

dalam rongga perut maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan

masuknya usus ke dalam lubang atau cincin, dan kemudian terjadilah ileus (25).

c) Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi AKDR efektif jangka panjang. Kontraindikasi antara lain (25):

1) Wanita yang mempunyai infeksi pelvis

2) Wanita yang sedang menderita penyakit hubungan seksual (PHS, AIDS,

Gonore, Klamidia) atau selama 3 bulan terakhir

3) Wanita dengan banyak partner

4) Wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya

(ovarium, endometirum)

5) Wanita dengan penyakit trofoblast (Mola, Kariokasinoma) atau TBC

kandungan.

2. Implant/ AKBK/ Susuk KB

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau lebih dikenal dengan istilah

susuk KB (implant) adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul kecil yang ditanam

dibawah kulit. Efektif digunakan untuk mencegah kehamilan sampai dengan 3

hingga 5 tahun, tergantung jenisnya. Aman bagi hampir semua wanita yang
18

menggunakan, namun harus segera dilepas apabila sudah habis batas waktu

penggunaannya (5).

a) Keuntungan

Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah

pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi dan biaya) ringan (26).

b) Kerugian

1) Susuk KB atau implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan

yang terlatih

2) Sering timbul perubahan pola haid

3) Akseptor tidak dapat menghentikan implan sekehendaknya sendiri

4) Menimbulkan depresi dan perubahan mood

5) Rambut rontok

6) Adanya jaringan parut kecil pada bekas insisi pemasangan implan

c) Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi susuk KB/ implant diantaranya (26):

1) Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka panjang yang

lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR

2) Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB mengandung estrogen, yaitu

pada wanita yang menderita tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen.

Misalnya pada miometrium, tumor akan membesar apabila kadar estrogen

meningkat

Kontraindikasi susuk KB/ implant, yaitu (26):

1) Kehamilan atau diduga hamil


19

2) Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya

3) Tromboflebitis aktif atau penyakit tromo-emboli

4) Penyakit hati akut

5) Tumor hati jinak atau ganas

6) Karsinoma payudara atau tersangka karsinoma payudara

7) Tumor atau neoplasma ginekologi

8) Penyakit jantung, hipertensi dan diabetes melitus.

3. Metode Operasi Pria (MOP)

MOP merupakan metode kontrasepsi dengan tindakan operasi kecil pada

saluran vas differens pria. Aman bagi hampir semua pria dan tidak mempengaruhi

kemampuan seksual. Metode ini bersifat permanen walaupun melalui

perkembangan teknologi kedokteran dapat disambung kembali, namun tidak

dilanjurkan bagi pasangan usia subur (PUS) yang masih menginginkan punya

anak (5).

a) Keuntungan

1) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja dan dimana

saja

2) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan

3) Hasil yang diperoleh (efektifitas) hampir 100%

4) Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat

5) Bila pasangan suami istri, oleh karena sesuatu sebab ingin mendapatkan

keturunan lagi, kedua ujung vas deferens dapat disambung kembali (operasi

rekanalisasi) (27).
20

b) Kerugian

1) Diperlukan suatu tindakan operatif, harus dilakukan pembedahan dan harus

menunggu sel mani menjadi negatif

2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi

3) Kontrasepsi mantap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua

spermatozoa yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat

oklusi vas deferens dikeluarkan

4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin

bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem

reproduksi pria (27).

c) Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi MOP yaitu MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas

dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan

pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

Kontraindikasi MOP yaitu (27):

1) Infeksi kulit lokal, misalnya scabies

2) Infeksi traktus genetalia

3) Kelainan skrotum dan sekitarnya:

4) Varicocele, yaitu pembesaran vena di dalam skrotum

5) Hydrocele besar (penumpukan cairan)

6) Hernia inguinalis, yaitu prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di

atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup

yang bersifat kongenital


21

7) Orchiopexy, yairu fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum

8) Luka parut bekas operasi hernia

9) Skrotum yang sangat tebal

10) Penyakit sistemik:

a) Penyakit-penyakit perdarahan

b) Diabetes mellitus

c) Penyakit jantung koroner yang baru

11) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

4. Metode Operasi Wanita (MOW)

MOW merupakan metode kontrasepsi dengan cara melakukan tindakan

operasi. Ibu masih tetap bisa menstruasi, tidak ada efek samping dalam jangka

panjang. Metode ini tidak mudah dikembalikan ke semula dan bersifat permanen

sehingga hanya dilanjurkan bagi yang sudah tidak menginginkan anak lagi (5).

a) Keuntungan

Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam

suasana alami. Tidak ada efek samping dan perubahan dalam hasrat seksual, dapat

dilakukan pada perempuan diatas 26 tahun, tidak mempengaruhi air susu ibu

(ASI), perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan

seumur hidup dan tidak mempengaruhi atau mengganggu kehidupan suami istri

(21, 28).

b) Kerugian

Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat

dipulihkan kembali, klien dapat menyesal dikemudian hari, resiko komplikasi


22

kecil meningkat apabila digunakan anastesi umum, rasa sakit atau

ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan, tidak melindungi diri

dari IMS (28).

c) Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut (28):

1) Indikasi medis umum adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi

lebih berat bila wanita ini hamil lagi

2) Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis, pulmonum, penyakit

jantung dan sebagainya

3) Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofernia (psikosis), sering

menderita psikosa nifas dan lain-lain

4) Indikasi medis obstetric yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio

sesarea yang berulang, histerektomi obstetri

5) Indikasi medis ginekologik pada waktu melakukan operasi ginekologik

dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi

6) Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial yang

sekarang ini terasa bertambah berat

7) Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu,

misalnya umur ibu 30 tahun dengan anak hidup 4, maka hasil perkaliannya

adala 120

8) Mengikuti rumus 100 umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4

orang, umur ibu 30 tahun keatas dengan anak hidup 3 orang, umur ibu 35

tahun keatas dengan anak hidup 2 orang.


23

Kontraindikasi dalam melakukan MOW yaitu dibagi 2 yang meliputi

indikasi mutlak dan indikasi relatif. Kontraindikasi mutlak meliputi (28):

1) Peradangan dalam rongga panggul

2) Peradangan liang senggama

3) Kavum duaglas tidak bebas

4) Ada perlekatan.

Kontraindikasi relatif meliputi:

1) Obesitas berlebihan

2) Bekas laparotomi.

b. Non metode kontrasepsi jangka panjang (Non MKJP)

1. Pil KB/ Pil Kontrasepsi

Pil KB kadalah kontrasepsi oral hormonal yang diminum secara rutin setiap

hari untuk mencegah kehamilan. Hormon yang terkandung di dalam pil KB, yaitu

hormon estrogen dan progesteron, adalah hormon yang sama yang di produksi

oleh tubuh wanita. Meminum pil KB secara teratur akan membantu menstabilkan

level kedua hormon di dalam tubuh. Kedua hal tersebut yang membantu dalam

pencegahan kehamilan (5).

a) Keuntungan

1) Efektifitasnya tinggi, dapat dipercaya jika diminum sesuai pakainya

2) Pemakai pil dapat hamil lagi, bila mana dikehendaki kesuburan dapat kembali

dengan cepat

3) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri

4) Siklus haid menjadi teratur


24

5) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea)

6) Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai untuk

memancing kesuburan

7) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur

8) Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda (26).

b) Kerugian

Harus rutin minum setiap hari, high failure efek samping bervariasi mulai

dari efek samping ringan seperti berupa mual muntah, pertambahan berat badan,

perdarahan tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbul

jerawat, alopesia dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini berlangsung pada

bulan-bulan pertama pemakaian pil. Efek samping berat yaitu dapat terjadi

trombo-embolisme, mungkin karena terjadi peningkatan aktifitas faktor-faktor

pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung. Memungkinkan

timbulnya karsinoma servik uteri, menurut penelitian-penelitian yang dipercaya di

luar negeri, dikatakan bahwa tidak diperoleh hubungan yang bermakna antara

pemakaian pil dengan kanker serviks maupun dengan displasia serviks (25, 26).

c) Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi pil KB yaitu menunda, menjarangkan kehamilan serta siklus haid

tidak teratur. Kontraindikasi pil KB yaitu tidak dianjurkan bagi perempuan hamil,

menyusui eksklusif, perdarahan, hepatitis, jantung, stroke, kencing manis, kanker

payudara dan wanita yang tidak menggunakan pil secara teratur tiap hari (26).
25

2. Suntik

Kontrasepsi suntik (injeksi) adalah cara untuk mencegah kehamilan dengan

melalui suntikan hormonal. Metode kontrasepsi suntik merupakan metode

kontrasepsi yang paling banyak digunakan, terutama metode kontrasepsi suntik

tiga bulan. Secara umum, suntikan KB bekerja untuk mengentalkan lendir rahim

sehingga sulit ditembus oleh sperma, Selain itu, suntikan KB juga membantu

mencegah sel telur menempel di dinding rahim sehingga kehamilan dapat

dihindari (29).

a) Jenis kontrasepsi suntikan

1) Golongan progestin seperti depo-provera, depo geston, depo progestin

diberikan setiap tiga bulan sejak suntikan pertama dan noristerat diberikan

setiap dua bulan untuk suntikan pertama sampai dengan suntikan keempat,

suntikan kelima dan selanjutnya diberikan setiap tiga bulan sekali.

2) Golongan progestin dengan campuran estrogen propionot yaitu cyclofem

diberikan setiap bulan sekali.

b) Keuntungan

1) Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu

2) Tingkat efektifitasnya tinggi

3) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas

4) Pengawasan medis yang ringan

5) Dapat dipakai – diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca

menstruasi

6) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi


26

7) Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan

mendapatkan menstruasi.

c) Kerugian

1) Terjadinya perubahan pada pola haid yang tidak teratur, pendarahan, bercak,

spoting

2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan

3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan

4) Efektifitas berkurang apabila digunakan bersamaan dengan obat-obatan

epilepsi

5) Terhambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian

d) Indikasi dan Kontra indikasi

Indikasi suntikan KB kurun sehat (jangka panjang), tua (mengakhiri) dan

menyusui. Kontra indikasi suntikan KB tidak boleh dipakai oleh ibu yang

menderita kanker payudara dan kanker alat kelamin, ibu yang menderita

perdarahan pervaginam, ibu yang diduga hamil, ikterus, penyakit hati akut, tumor

jinak, diabetes militus, epilepsi atau tuberkulosis, hipertensi dan depresi (26).

3. Kondom

a) Macam-macam kondom, yaitu (28):

1) Kulit cirinya: terbuat dari membran usus biri-biri, tidak meregang atau

mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi

sensitifitas selama senggama, lebih mahal dari jumlahnya <1% dari semua

jenis kondom.

2) Lateks: paling banyak dipakai, murah dan elastis.


27

3) Plastik: saling tipis, juga menghantarkan panas tubuh, lebih mahal dari

kondom lateks.

b) Keuntungan

Melindungi dari penyakit AIDS dan penyakit yang ditularkan melalui

hubungan seksual lainnya. Keuntungan lain dari kondom dapat dibeli secara bebas

di apotik dan mudah digunakan, kondom juga memperkecil penularan penyakit

kelamin (28).

c) Kerugian

Kegagalan kondom bisa terjadi bila kondom bocor atau robek, pemakaian

kurang teliti mematuhi petunjuk cara pemakaiannya (28).

d) Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi kondom yaitu menunda kehamilan dan risiko penyakit menular

seksual. Kontraindikasi kondom yaitu alergi, dapat terjadi infeksi ringan pada

vagina, dan dapat menyebabkan keputihan yang banyak dan amat berbau pada

wanita (28).

B. Konsep Perilaku

Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku pada

pandangan biologi merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari

manusia itu sendiri. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan

organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Secara umum
28

dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan merupakan penentu dari

perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia (5, 8).

1. Perilaku Kesehatan

Untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau

upaya yang dilakukan kepada faktor perilaku sangat penting dan strategis,

mengingat pengaruh yang ditimbulkannya. Berdasarkan berbagai hasil penelitian

dan literatur, didapatkan bahwa perilaku masyarakat yang erat kaitannya dengan

upaya peningkatan pengetahuan masyarakat terbentuk melalui kegiatan

pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah proses yang menjembatani

gap antara informasi kesehatan dengan perilaku kesehatan (5).

Menurut Lawrence W. Green, faktor yang menyebabkan perilaku kesehatan

dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu predisposisi (pre-disposing factors),

pemungkin (enabling factors) dan penguat (reinforcing factors). Masing-masing

faktor memiliki tipe yang berbeda dalam mempengaruhi perilaku (5).

a) Faktor Predisposisi (pre-disposing factors)

Fakor predisposisi (pre-disposing factors), adalah faktor yang mendahului

perilaku yang menjadi dasar pemikiran atau motivasi untuk dilakukannya

perilaku. Faktor ini diantaranya adalah sikap, pengetahuan, kepercayaan, nilai,

persepsi, dan lainnya yang berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok

untuk melakukan tindakan atau perilaku. Faktor lain yang termasuk faktor

predisposisi yaitu faktorsosiodemografi seperti umur, jenis kelamin, pendidikan,

pendapatan, pekerjaan, status sosial dan jumlah anggota keluarga (8).


29

1) Sikap

Sikap merupakan salah satu dari yang samar namun merupakan kata yang

sering digunakan dalam kamus ilmu perilaku. Mucchielli menggambarkan sikap

sebagai “sebuah kecenderungan dalam pikiran atau perasaan yang konstan ke arah

suatu kategori tertentu dari seseorang, suatu objek atau situasi”. Kirscht

menyatakan bahwa sikap mempresentasikan sebuah koleksi dari kepercayaan

yang selalu dimasukkan dalam suatu aspek evaluasi; sikap selalu dapat dinilai

dalam istilah baik-buruk atau positif-negatif. Dua konsep kunci dalam sikap

adalah yang pertama yaitu sikap merupakan sesuatu perasaan cukup konstan yang

langsung terhadap suatu objek (seseorang, perilaku, situasi, atau ide) dan kedua

yaitu yang melekat pada struktur sebuah sikap adalah evaluasi, dimensi baik-

buruk (5).

Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan

fisik dan tanggapan pikiran terhadapsuatu keadaan atau suatu objek. Sikap

merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan dan aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (8).

Selain itu, beberapa ahli mendefinisikan sikap sebagai berikut yang dikutip

dalam Sutarjo (2014) (30):


30

a. Fishbein, mendefinisikan sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari

untuk merespons segala konsisten terhadap suatu objek

b. Trow, mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional

dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow lebih

menekankan kesiapan mental atau emosional sebagai suatu objek

c. Menurut Popham, sikap sebenarnya hanya sebagian dari ranah afektif yang

didalamnya mencakup perilaku seperti perasaan, minat, emosi dan sikap.

d. Menurut Katz dan Stotland, memandang sikap sebagai kombinasi dari yang

pertama yaitu reaksi atau respons kognitif (respons perceptual dan pernyataan

mengenai apa yang diyakini). Kedua yaitu respon afektif (respons pernyataan

perasaan yang menyangkut aspek emosional) dan ketiga yaitu respon konatif

(respons berupa kecenderungan perilaku tertentu sesuai dengan dorongan

hati).

2) Pengetahuan

Sebuah peningkatan dalam pengetahuan tidak selalu menyebabkan

perubahan perilaku. Beberapa macam pengetahuan kesehatan mungkin

dibutuhkan sebelum terjadinya suatu perilaku kesehatan pribadi. Akan tetapi,

perilaku sehat mungkin tidak terjadi kecuali jika seseorang menerima isyarat yang

cukup kuat untuk memotivasi dirinya untuk bertindak sesuai dengan

pengetahuannya. Pengetahuan adalah kesan di dalam pemikiran manusia sebagai

hasil penggunaan panca indra yang berbeda dengan kepercayaan, takhayul, dan

penerangan-penerangan yang keliru. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.


31

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (8).

3) Kepercayaan

Kepercayaan adalah sebuah keyakinan bahwa suatu fenomena atau suatu

objek adalah benar atau nyata. Agama/ keyakinan, kepercayaan, dan kebenaran

adalah kata-kata yang digunakan untuk menyatakan atau mengartikan

kepercayaan. Kepercayaan adalah seseorang yang mempunyai atau meyakini

suatu kepercayaan tertentu akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi

suatu penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatannya (5, 8).

4) Nilai

Nilai-nilai atau norma yang berlaku akan membentuk perilaku yang sesuai

dengan nilai-nilai atau norma yang telah melekat pada diri seseorang. Nilai,

kebudayaan, perspektif turun temurun terhadap akibat dari hal yang dilakukan

orang lain. Nilai dipelihara oleh kelompok dalam suatu suku dan generasi dimana

orang-orang memiliki kesamaan sejarah dan identitas secara geografis. Nilai

merupakan sebuah dasar pembenaran pada tindakan seseorang dalam syarat etika

atau moral. Nilai menjadi pondasi yang benar dan yang salah, dimensi baik dan

buruk dari pandangan orang-orang kepada perilaku tertentu (5,8).

5) Persepsi

Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri individu terhadap

stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan proses pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu


32

sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang menyeluruh

dalam diri individu. Oleh karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan

dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan

obyek. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan sekitarnya dan

juga keadaan dirinya. Orang yang mempunyai persepsi yang baik tentang sesuatu

cenderung akan berperilaku sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (8).

6) Motivasi

Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsikyang

merangsang perilaku tertentu dan respon intrinsik yang menampakkanperilaku

manusia. Motivasi yaitu dorongan/ menggerakkan, sebagai suatu perangsang dari

dalam, suatu gerak hati yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu.

Motivasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran, misalnya

ibu membawa balita ke posyandu karena ibu tersebut sadar bahwa dengan

membawa balita ke posyandu maka balita akan mendapatkan pelayanan kesehatan

seperti imunisasi dan pelayanan kesehatan untuk balita lainnya sedangkan

motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu

(31).

7) Status demografi / sosiodemografi

Faktor lain yang termasuk faktor predisposisi yaitu faktor status demografi.

Status demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan masyarakat seperti

pendidikan.
33

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupanya

yang dapat digunakan untuk mendapatkaninformasi sehingga meningkatkan

kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan memudahkan

seseorang menerima informasidan berdampak pada pengetahuan. Pengetahuan

adalah yang mendasari seseorang dalam bersikap dan kemudian dalam melakukan

tindakan. Kemudian, pengetahuan, sikap, dan tindakan yang sejalan tersebut akan

membentuk perilaku (32).

b) Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku. Hal ini berupa lingkungan

fisik, sarana kesehatan atau sumber-sumber khusus yang mendukung, dan

keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan. Faktor pemungkin adalah

keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan suatu perilaku

kesehatan (5).

1) Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran dan ide

dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi

lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Ada juga pengertian lain yang mendefinisikan bahwa skill adalah suatu
34

kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan ke dalam praktik sehingga

tercapai hasil kerja yang diinginkan. Jika disimpulkan, skill berati kemampuan

untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat (8).

2) Sumber daya

Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau

unsurtertentu dalam kehidupan. Sumber daya yang dimaksud dalam faktor ini

seperti fasilitas pelayanan kesehatan, manajemen, sekolah, balai pengobatan yang

terjangkau atau sumber daya lain yang serupa. Faktor pemungkin juga

menyinggung kemudahan dalam mencapai sumber daya. Biaya, jarak,

ketersediaan transportasi juga termasuk ke dalam faktor pemungkin (5, 8).

Selain itu, sebuah organisasi tentunya memerlukan sumber daya untuk

mencapai tujuannya. Sumber daya tersebut dapat berupa diantaranya terdiri atas

sumber daya alam, sumber daya finansial, sumber daya manusia, sumber daya

ilmu pengetahuan dan sumber daya teknologi. Diantara sumber daya tersebut,

sumber daya terpenting adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia kini

makin berperan besar bagi kesuksesan suatu organisasi (32).

c) Faktor Penguat (reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat

seseorang dalam berperilaku kesehatan. Faktor penguat merupakan faktor yang

menentukan apakah perilaku kesehatan didukung. Sumber penguatan akan

berubah-ubah tergantung dari tujuan dan jenis program. Dalam program

pendidikan kesehatan kerja, faktor penguat misalnya diberikan oleh rekan kerja,

pengawas, serikat kepemimpinan, serta keluarga. Dalam program pendidikan


35

kesehatan di sekolah, faktor penguat mungkin diberikan oleh teman sebaya, guru,

staf sekolah, serta orang tua. Secara umum, faktor penguat yang terdiri dari

variabel dukungan masyarakat, tokoh masyarakat, serta pemerintah sangat

bergantung dari sarana dan jenis program yang dilaksanakan. Oleh karena itu,

pembuat program harus berhati-hati dalam memperkirakan faktor penguat. Hal ini

dimaksudkan untuk memastikan bahwa peserta program memiliki peluang untuk

mendapatkan dukungan selama proses perubahan perilaku. Faktor yang termasuk

dalam faktor penguat antara lain dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan,

media massa dan teman sebaya (5, 8)

1) Dukungan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai perilaku sehat

masyarakat, maka hasrus dimulai pada masing-masing tatanan keluarga. Keluarga

merupakan orang-orang yang paling pertama dan paling sering berinteraksi satu

sama lain. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarganya. Dukungan keluarga memilki empat tipe, yaitu

dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan instrument, dan

dukungan penghargaan/penilaiaan (33).

a. Dukungan informasional berupa pemberian nasehat, saran dan feed back atau

umpan baling tentang apa yang sedang atau sudah dilakukan oleh seseorang,

misalnya seperti pemberian informasi tentang penyakit yang diderita oleh

keluarganya.

b. Dukungan emosional merupakan jenis dukungan yang diberikan keluarga

dalam memberikan kasih sayang, perhatian dan empati.


36

c. Dukungan instrument seperti dukungan ekonomi dan perawatan kesehatan

yang diterapkan oleh keluarganya. Dukungan penilaian merupakan dukungan

dalam memberikan umpan balik dan penghargaan dengan menunjukkan

respon positif, yaitu dorongan terhadap perasaan ataupun gagasan

Tingkat dukungan sosial yang lebih besar terutama dukungan dari pasangan

dan anggota keluarga lainnya. Menurut Rodin dan Salovey dalam Pertiwi (2015),

perkawinan dan keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling

penting. Dalam hal ini dukungan suami atau istri adalah adanya keberadaan,

kesediaan, kepedulian, menghargai dan memberikan kasih sayang. Dukungan

suami atau istri adalah upaya yang diberikan oleh suami atau istri baik dalam

bentuk mental, fisik maupun sosial (14, 34).

d. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan dari tenaga kesehatan profesional merupakan faktor lain yang

dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Pelayanan yang baik dari petugas dapat

menyebabkan berperilaku positif. Perilaku petugas yang ramah dan segera

mengobati pasien tanpa menunggu lama-lama, serta penderita diberi penjelasan

tentang obat yang diberikan dan pentingnya makan obat yang teratur. Peran serta

dukungan petugas kesehatan sangatlah besar bagi penderita, dimana petugas

kesehatan adalah pengelola penderita sebab petugas adalah yang paling sering

berinteraksi, sehingga pemahaman terhadap konsisi fisik maupun psikis menjadi

lebih baik dan dapat mempengaruhi rasa percaya dan menerima kehadiran petugas

kesehatan dapat ditumbuhkan dalam diri penderita dengan baik (35).


37

e. Media massa

Media adalah saluran atau alat yang dipakai sumber untuk menyampaikan

pesan pada sasaran. Media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat

komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Adapun

yang termasuk media massa adalah surat kabar, telivisi, majalah, radio dan

internet (8).

f. Teman sebaya

Teman sebaya adalah orang-orang yang memiliki usia atau tingkat

kematangan yang kurang lebih sama. Teman sebaya memberikan dukungan yang

kuat pada seseorang, baik secara individu maupun secara kelompok, memberikan

seseorang perasaan memiliki dan kekuatan serta kekuasaan. Salah satu fungsi dari

teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi tentang dunia di luar

keluarga.Hal-hal ini menunjukkan bahwa perilaku seseorang biasanya dipengaruhi

atau didukung oleh hal dan orang-orang yang dianggap penting disektor

kehidupan mereka (31).

2. Hubungan antara Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Keluarga Berencana (KB)

Program Keluarga Berencana di Indonesia telah diakui secara nasional dan

internasional sebagai salah satu program yang telah berhasil dalam menurunkan

angka fertilitas secara nyata. Pengetahuan adalah penentu yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan juga dapat membentuk suatu

keyakinan tersebut. Perilaku seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi sangat

dipengaruhi oleh niat atau intention seseorang itu sendiri. Menurut Ajzen dan
38

Fishbein (1975), hampir setiap perilaku manusia didahului oleh adanya intensi

untuk berperilaku. Oleh karena itu intension berperilaku menunjukkan

probabilitas subjektif seseorang untuk menampilkan suatu tingkah laku. Intensi

berperilaku adalah niat untuk mencoba menampilkan suatu perilaku yang pasti.

Intensi merupakan penyebab terdekat terjadinya perilaku yang nampak. Intensi

mengatur perilaku hingga pada waktu dan kesempatan yang tepat akan

mengubahnya menjadi suatu tindakan (36, 37).

Menurut Dewi dan Notobroto (2015) pendidikan merupakan faktor yang

sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya

suatu hal, termasuk dalam pemilihan metode kontrasepsi. Faktor pendidikan juga

menentukan dalam pola pengambilan keputusan dan penerima informasi, semakin

berpendidikan seseorang maka keputusan yang diambil akan semakin baik.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan seseorang dapat

berpengaruh terhadap sikap, persepsi, motivasi kemantapan dan perilaku

seseorang (7).

Menurut Indrawati dan Mahmudah (2015) pertimbangan akseptor dalam

menentukan pilihan jenis kontrasepsi tidak hanya karena terbatasnya metode yang

tersedia, tetapi juga kurangnya pengetahuan tentang kesesuaian alat kontrasepsi

dengan tujuan penggunaan (kebutuhan), persyaratan dan keamanan metode

kontrasepsi tersebut, tempat pelayanan dan kontraindikasi alat kontrasepsi yang

bersangkutan. Pemahaman keluarga tentang kesehatan reproduksi termasuk

pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pendapatan,

pengetahuan, serta tingkat pemahaman kesehatan reproduksi (10).


39

Adanya informasi tentang KB berkontribusi terhadap peningkatan

pengetahuan serta terbentuknya tindakan untuk ikut serta menjadi akseptor KB.

Sejalan dengan penelitian Ernawati (2016) yang mengemukakan bahwa pasangan

usia subur (PUS) yang pengetahuaannya kurang cenderung hanya berpartisipasi

secara tidak langsung dalam ber-KB. Pengetahuan yang baik mengenai pengertian

KB, tujuan ber-KB, jenis alat kontrasepsi, metode alat kontrasepsi serta sumber

pelayanan KB dapat meningkatkan partisipasi pasangan usia subur dalam ber-KB

(38).

3. Hubungan antara Sikap dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Keluarga Berencana (KB)

Menurut Green (1981), konsep kunci dalam sikap ada dua yaitu sikap

merupakan sesuatu perasaan cukup konstan yang langsung terhadap suatu objek

(seseorang, perilaku, situasi atau ide); dan yang melekat pada struktur sebuah

sikap adalah evaluasi dan dimensi baik-buruk. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek. Seperti sikap setuju atau tidaknya mereka terhadap informasi alat

kontrasepsi dan KB, pengertian alat kontrasepsi dan manfaatnya, serta hal lain

yang berkaitan dengan kontrasepsi. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat

manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek attau issue (5, 39).

Kepesertaan keluarga berencana seseorang akan sangat ditentukan oleh

niatnya untuk mengikuti program keluarga berencana, niatan untuk ber-KB

ditentukan juga oleh sikap dan norma subyektif seseorang, sementara itu sikap

dan norma subyektif akan ditentukan oleh keyakinannya atas akibat dari
40

melaksanakan program keluarga berencana. Menurut teori ini bahwa seseorang

yang belum yakin akan manfaat keluarga berencana maka kemungkinan kecil

untuk mengikuti program keluarga berencana, sehingga untuk memotivasi

seseorang agar mengikuti keluarga berencana maka terlebih dahulu petugas

kesehatan melakukan suatu pendekatan kepada masyarakat sebagai kelompok

sasaran (40).

Sikap terhadap program KB merupakan dasar utama bagi timbulnya

kesediaan untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam kegiatan program keluarga

berencana. Sikap atau dapat diartikan suatu persepsi yang juga merupakan salah

satu faktor penting pembentuk perilaku. Pasangan usia subur (PUS) dengan

persepsi positif terhadap alat kontrasepsi maka akan berpartisipasi tinggi untuk

menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan pasangan usia subur (PUS) yang

berpersepsi negatif. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus, dengan sikap positif maka akan muncul tindakan positif

terhadap manfaat tentang KB maka sikap untuk ber-KB akan meningkat (38,41).

Sikap positif kecenderungan tindakannya adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk

menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Sikap yang

dimaksud disini adalah sikap mengenai KB. Aspek sikap yang diukur adalah

sikap positif terhadap KB dan sikap negatif terhadap KB. Indikator sikap terhadap

KB yaitu seperti sikap dukungan terhadap program KB yang diselenggarakan oleh

pemerintah, sikap terhadap keputusan untuk melakukan KB, sikap dalam memilih

metode kontrasepsi dan sikap terhadap efek samping metode kontrasepsi (41).
41

4. Hubungan Dukungan Suamidengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Keluarga Berencana (KB)

Pemberian dorongan dalam bentuk motivasi dari individu satu ke individu

lainnya disebut dukungan. Dukungan sosial adalah pemberian kenyamanan baik

secara fisik maupun psikologis untuk orang lain yang merupakan anggota dalam

suatu kelompok berdasarkan kepentingan bersama. Salah satu dukungan sosial

meliputi dukungan suami atau istri maupun berasal dari orang terdekat keluarga

(14).

Dukungan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat

berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita sebagai istri

secara khusus, dan didalam keluarga secara umum. Budaya menjadikan pria

kepala keluarga yang masih di anut sebagian pola keluarga didunia menjadikan

preferensi suami terhadap fertilitas dan pandangan serta pengetahuannya terhadap

program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan didalam keluarga untuk

menggunakan alat atau cara KB tertentu. Hal ini disebabkan karena suami

merupakan orang terdekat serta panutan akseptor KB (13).

Dukungan suami dapat diungkapkan seperti penghargaan kepada istri

melalui rasa simpati, berminat terhadap istri, bersikap toleran terhadap

kelemahan-kelemahan istri, menunjukkan kehangatan dan rasa tenang atau suka

tanpa syarat dan juga mencoba membantu istri dalam menghadapi suatu

permasalahan. suami maupun istri dalam kehidupan berkeluarga harus dapat

menerima dan memberikan kepercayaan dan saling mendukung (42).

Dukungan pasangan usia subur (PUS) yang rendah dalam program keluarga
42

berencana dapat di pengaruhi juga oleh pengetahuan dan sikap pasangan usia

subur (PUS) tentang penggunaan alat kontrasepsi karena salah satu yang

menentukan sikap seseorang adalah pengetahuan yang ia miliki. Seorang suami

yang memiliki pengetahuan baik tentang program keluarga berencana akan

memiliki sikap yang lebih positif daripada suami yang tidak mendapatkan

pengetahuan tentang program keluarga berencana. Kurangnya informasi yang

diperoleh suami dapat menyebabkan kurangnya suami memberi dukungan untuk

menggunakan alat kontrasepsi kepada istri atau suami hanya memberi dukungan

pemilihan alat kontrasepsi hanya secara umum (43).

Sejalan dengan penelitian Huda, dkk (2016), menyatakan ada hubungan

antara dukungan suami yang dirasakan ibu dengan perilaku penggunaan alat

kontrasepsi. Dukungan suami sangat dibutuhkan dalam menjalankan program

keluarga berencana, keputusan suami dalam mengizinkan istri merupakan

pedoman utama untuk menggunakan alat kontrasepsi. Dukungan suami sangat

berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidaknya

wanita usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi (41).

Menurut BKKBN (2011) dikutip dalam Rahayu, dkk (2018) , dukungan

suami sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam ber KB karena

kenyataan yang terjadi di masyarakat apabila suami tidak mengijinkan atau tidak

mendukung hanya sedikit ibu yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi

tersebut (44).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Penilitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau kajian literature

(literature review) dengan desain penelitian yang digunakan adalah systematic

literatur review (SLR) yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan tinjauan

pustaka sistematis yaitu metode penelitian untuk mengidentifikasi, menilai dan

menginterpretasikan seluruh temuan-temuan pada topik peneltian untuk

menjawab pertanyaan penelitian (45).

B. Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari penelitian-

penelitian sebelumnya. Data tersebut berupa buku dan laporan primer atau hasil

yang terdapat dalam artikel publikasi ilmiah atau jurnal nasional maupun jurnal

internasional (tercetak dan/ ataupun non cetak yang didapatkan secara online yang

dapat diakses melalui google scholar, portal garuda atau doaj.org).

C. Kriteria Pemilihan (Inklusi)

Kriteria pemilihan literatur meliputi kriteria inklusi, diantaranya sebagai

berikut:

1. Jurnal nasional atau jurnal internasional dengan tahun publikasi maksimal 10

tahun terakhir (2011-2020), original artikel penelitian dan dapat di download

full text.

43
44

2. Penelitian yang diambil dalam literature review ini adalah penelitian deskiptif

atau penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study

3. Populasi penelitian adalah pasangan usia subur (PUS), khususnya perempuan

yang sudah menikah atau memiliki pasangan.

4. Hasil ukur yang ditelaah pada penelusuran ilmiah literatur adalah hubungan

ataupun pengaruh dari variabel bebas dengan variabel terikat.

5. Tema isi jurnal mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB).

D. Prosedur Pengumpulan Literature

Penelusuran artikel dilakukan dengan search engine, diantaranya yaitu

Google Scholar, Portal Garuda dan Doaj.org. Kata kunci yang digunakan dalam

pengumpulan jurnal adalah hubungan faktor pengetahuan, sikap dan dukungan

suami dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB). Artikel atau

jurnal disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang selanjutnya diambil

untuk dianalisis. Kriteria artikel atau jurnal yang terpilih untuk review adalah

artikel atau jurnal yang didalamnya terdapat tema faktor yang berhubungan

dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB).

Assesment kelayakan, didapatkan 10 artikel atau jurnal yang di inklusi

karena sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Adapun sumber dari

penelusuran artikel atau jurnal dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
45

Tabel 3.1 Sumber Penelurusan Artikel Penelitian atau Jurnal

No Judul Artikel Penelitian/ Jurnal Sumber


Faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan
pasangan usia subur (PUS) dengan penggunaan alat
1. Google Scholar
kontrasepsi di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali
Kabupaten Bandung
Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan
keluarga dengan keikutsertaan pasangan usia subur
2. Google Scholar
(PUS) dalam ber-KB di wilayah kerja Puskesmas
Purwosari Kota Surakarta
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
3. penggunaan alat kontrasepsi pada wanita usia subur di Portal Garuda
Puskesmas Jombang-Kota Tangerang Selatan
Faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat
4. kontrasepsi pada pasangan usia subur di Desa Lohbener Portal Garuda
Kabupaten Indramayu
Faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan PUS
5. Google Scholar
dalam ber-KB
Faktor-faktor yang berhubungan dengan minat pasangan
6. usia subur dalam mengikuti program KB di Desa Google Scholar
Jaraksari Kabupaten Wonosobo
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
7. metode kontrasepsi pada pasangan usia subur di Google Scholar
Rowosari
Hubungan pengetahuan dan sikap dengan pemakaian
8. alat kontrasepsi pada PUS di Puskesmas Comoro Dili Google Scholar
Timor Leste
Hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia subur
9. Google Scholar
(WUS) dengan pemakaian alat kontrasepsi
Family planning knowledge, attitude and practice
10. Doaj.org
among married couples in Jimma Zone, Ethiopia

Sedangkan prosedur pengumpulan literature dapat dilihat pada gambar 3.1

berikut:
46

Identification 936 artikel dari Google Scholar, Portal Garuda dan


Doaj.org

Screening
936 jurnal di lakukan 496 jurnal di ekslusi
screening

Eligibility 440 jurnal di lakukan 430 jurnal di ekslusi


assessment untuk karena duplikasi dan
kelayakan tidak sesuai dengan
kriteria inklusi

Include 10 jurnal full text


dilakukan review

Gambar 3.1 Prosedur Pengumpulan Literature

E. Analisis Kualitas Data

Metode yang digunakan dalam menilai kualitas literature pada penelitian ini

yaitu menggunakan Duffy’s Research Appraisal Checklist Approach. Basis data

yang diterbitkan dari semua basis data yang dicari, kemudian disaring untuk

mencari kelayakan dan relevansi berdasarkan judul, abstrak dan kriteria inklusi.

Alur penyeleksian artikel ditampilkan dalam bentuk bagan, kemudian disajikan

dalam bentuk tabel menggunakan PICOT (Population, Intervention, Compare,

Outcome dan Time) (45).

1. P untuk Patient, Population, Problem

Kata- kata ini mewakili pasien, populasi dan masalah yang diangkat dalam

karya tulis ilmiah.


47

2. I untuk Intervention, Prognostic Factor, atau Exposure

Kata ini mewakili intervensi, faktor prognostik atau paparan yang akan

diangkat dalam karya ilmiah.

3. C untuk Comparison atau Intervention(jika ada atau dibutuhkan)

Kata ini mewakili perbandingan atau intervensi yang ingin dibandingkan

dengan intervensi atau paparan pada karya ilmiah yang akan ditulis.

4. O untuk Outcome yang ingin diukur atau ingin dicapai

Kata ini mewakili target apa yang ingin dicapai dari suatu penelitian

misalnya pengaruh atau perbaikan dari suatu kondisi atau penyakit tertentu.

5. T untuk Time

Kata ini mewakili time frame atau kerangka waktu yang digunakan.

Berikut tabel analisis kualitas data dengan menggunakan PICOT

(Population, Intervention, Compare, Outcome, Time) dapat dilihat dibawah ini:


Tabel 3.2Hasil Analisis Kualitas Data Menggunakan PICOT (Population, Intervention, Compare, Outcome, Time)

No Judul Population Intervention Compare Outcome Time


1. Faktor-faktor yang Populasi dalam Pada penelitian ini - Hasil penelitian Pada penelitian ini
berhubungan dengan penelitian ini adalah menggunakan menunjukkan: tidak disebutkan
keikutsertaan pasangan semua pasangan usia kuesioner sebagai - Pada variabel waktu pelaksanaan
usia subur (PUS) dengan subur yang berusia 15- instrumen. pendidikan (p=0,000), penelitian.
penggunaan alat 49 tahun yang masih yang artinya terdapat
kontrasepsi di Desa mendapatkan haid di pengaruh antara
Alamendah Kecamatan Desa Alamendah pendidikan dengan
Rancabali Kabupaten Kecamatan Rancabali partisipasi KB pada
Bandung Kabupaten Bandung. PUS).
Sedangkan jumlah - Pengetahuan
sampel yang diambil (p=0,000) yang artinya
dengan menggunakan terdapat pengaruh
perhitungan rumus antara pengetahuan
Slovin dengan derajat dengan partisipasi KB
kepercayaan 95% pada PUS).
sehingga hasil sebesar - Peran PLKB
288 responden. (p=0,000), yang
artinya terdapat
pengaruh antaraperan
PLKB dengan
partisipasi KB pada
PUS.
- Umur (p=0,482), yang
artinya tidak terdapat
pengaruh antara umur
dengan partisipasi KB
pada PUS.
- Pekerjaan (p=1,000),
yang artinya tidak
terdapat pengaruh

48
49

antara pekerjaan
dengan partsipasi KB
pada PUS.
- Pada variabel
dukungan suami
seluruh PUS
mendukung pasangan
untuk ber-KB maka
hasil statistik tidak
dapat dinilai dan
dinyatakan constan.
2. Hubungan pengetahuan, Populasi dalam Pada penelitian ini - Hasil penelitian Waktu penelitian
sikap dan dukungan penelitian ini adalah menggunakan menunjukkan: dilaksanakan pada
keluarga dengan 3.099 pasangan usia kuesioner sebagai - Ada hubungan antara bulan Juli 2015.
keikutsertaan pasangan subur (PUS) dengan instrumen. pengetahuan (p=0,001)
usia subur (PUS) dalam jumlah sampel dengan keikutsertaan
ber-KB di wilayah kerja sebanyak 80 orang. pasangan usia subur
Puskesmas Purwosari dalam ber-KB.
Kota Surakarta - Ada hubungan antara
sikap (p=0,003)
dengan keikutsertaan
pasangan usia subur
dalam ber-KB.
- Ada hubungan antara
dukungan keluarga
(p=0,016) dengan
keikutsertaan pasangan
usia subur dalam ber-
KB.
3. Faktor-faktor yang Populasi pada Alat yang digunakan - Hasil penelitian Pada penelitian ini
berhubungan dengan penelitian ini adalah adalah berupa didapatkan bahwa: tidak disebutkan
perilaku penggunaan alat pasangan usia kuesioner yang - Terdapat hubungan waktu pelaksanaan
50

kontrasepsi pada wanita subur(PUS) wanita ditanyakan kepada antara variabel penelitian.
usia subur di Puskesmas yang menggunakan alat responden untuk dilihat pengetahuan (p=0,019)
Jombang-Kota kontrasepsi di kesimpulan di akhir dengan perilaku
Tangerang Selatan Puskesmas Jombang- penelitian setelah penggunaan alat
Tangerang Selatan pengolahan data kontrasepsi.
yang berjumlah 8.512 kuesioner. - Terdapat hubungan
orang. antara sikap (p=0,034)
Sampel dipilih dengan perilaku
berdasarkan penggunaan alat
kebetulan/insidental kontrasepsi.
yang bertemu dengan - Terdapat hubungan
peneliti ditempat antara dukungan suami
penelitian dan dapat (p=0,000) dengan
digunakan sebagai perilaku penggunaan
sampel penelitian yang alat kontrasepsi.
berjumlah sebanyak 95 - Terdapat hubungan
orang. antara peran tenaga
kesehatan (p=0,009)
dengan perilaku
penggunaan alat
kontrasepsi.
- Tidak terdapat
hubungan antara umur
(p= 0,282) dengan
perilaku penggunaan
alat kontrasepsi.
- Tidak terdapat
hubungan antara
kelengkapan sarana
prasarana (p=0,347)
dengan perilaku
penggunaan alat
51

kontrasepsi.
4. Faktor yang Populasi dalam Instrumen - Berdasarkan hasil uji Penelitian
berhubungan dengan penelitian yaitu semua pengumpulan data regersi logistik, dilakukan pada
penggunaan alat wanita pasangan usia primer menggunakan diketahui: bulan Agustus-
kontrasepsi pada subur (PUS) yang kuesioner sebagai - Ada hubungan September tahun
pasangan usia subur di berusia 15-49 tahun proses wawancara yang dukungan suami 2018.
Desa Lohbener dan berstatus menikah sebelumnya responden (p=0,000; CI: 4,229-
Kabupaten Indramayu di desa Lohbener telah diberi penjelasan 70,362) dengan
Kabupaten Indramayu. dan telah penggunaan alat
Sedangkan sampel menandatangani kontrasepsi pada ibu
penelitian ini sebagian pernyataan persetujuan PUS.
dari wanita pasangan mengikuti penelitian. - Ada hubungan
usia subu (PUS) yang pengetahuan (p=0,000;
berusia 15-49 tahun CI: 3,012-34,233)
dan berstatus menikah. dengan penggunaan
alat kontrasepsi pada
ibu PUS..
- Tidak ada hubungan
status pekerjaan
(p=0,577; CI: 0,214-
15,902) dengan
penggunaan alat
kontrasepsi pada ibu
PUS.
- Tidak ada hubungan
paritas (p=0,319; CI:
0,193-1,710) dengan
penggunaan alat
kontrasepsi pada ibu
PUS.
- Tidak ada hubungan
akses pelayanan
52

keluarga berencana
(p=0,984; CI: 0,315-
3,250) dengan
penggunaan alat
kontrasepsi pada PUS.
5. Faktor yang Populasi dalam Pengumpulan data - Hasil penelitian Waktu yang
berhubungan dengan penelitian ini adalah primer menggunakan menunjukkan: diperlukan dalam
keikutsertaan PUS dalam seluruh pasangan usia kusioner. - Terdapat hubungan penelitian ini adalah
ber-KB subur (PUS) di Desa antara variabel mulai bulan
Taraha dari Januari- pengetahuan (p=0,000) Januari-September
September 2018 dengan keikutsertaan 2018.
dengan 2 dusun PUS dalam ber-KB.
sebanyak 102 PUS. - Terdapat hubungan
Sedangkan sampe antara sikap (p=0,010)
berjumlah 81 PUS dengan keikutsertaan
yang didapatkan dari PUS dalam ber-KB.
hasil perhitungan - Terdapat hubungan
menggunakan rumus budaya (p=0,000)
Slovin. dengan keikutsertaan
PUS dalam ber-KB.
6. Faktor-faktor yang Populasi dalam Pengumpulan data - Hasil penelitian Pada penelitian ini
berhubungan dengan penelitian ini seluruh primer menggunakan menunjukkan: tidak disebutkan
minat pasangan usia suur PUS yang ada di Desa kusioner. - Ada hubungan antara waktu pelaksanaan
dalam mengikuti Jaraksari, Kabupaten variabel pengetahuan penelitian.
program KB di Desa Wonosobo yakni (p=0,000; CC=0,39)
Jaraksari Kabupaten berjumalh 1.903 PUS. terhadap minat PUS
Wonosobo. Sedangkan mengikuti program
pengambilan sampel KB.
sebanyak 162 - Ada hubungan antara
responden yang pendidikan (p=0,020;
didapatkan CC=0,26) terhadap
menggunakan rumus minat PUS mengikuti
53

Lemeshow. program KB
- Ada hubungan
antaradukungan suami
(p=0,000; CC=0,43)
terhadap minat PUS
mengikuti program
KB.
- Sedangkan variabel
status ekonomi tidak
berhubungan
(p=0,258) terhadap
minat PUS mengikuti
program KB..
7. Faktor-faktor yang Populasi dalam Data dikumpulkan - Hasil penilitian Penelitian
berhubungan dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode menunjukkan: dilaksanakan pada
penggunaan metode pasangan usia subur di wawancara dengan - Terdapat hubungan periode Agustus
kontrasepsi pada Kelurahan Rowosari instrumen berupa yang signifikan antara 2017.
pasangan usia subur di yang memenuhi kriteria kuesioner. sikap (p=0,000)
Rowosari inklusi dan eksklusi. dengan penggunaan
Kriteria inklusi pada metode kontrasepsi
penelitian ini adalah pada pasangan usia
wanita usia 15-49 subur.
tahun dari pasangan - Terdapat hubungan
usia subur dan yang sifnifikan antara
bertempat tinggal di perilaku (p=0,000)
Kelurahan Rowosari. dengan penggunaan
Sedangkan kriteria metode kontrasepsi
eksklusi penelitian ini pada pasangan usia
adalah responden subur.
pindah di luar - Terdapat hubungan
Kelurahan Rowosari, yang signifikan antara
menderita sakit berat dukungan suami
54

sehingga tidak dapat (p=0,001) dengan


diwawancarai. penggunaan metode
Besar sampel yang kontrasepsi pada
digunakan adalah 96 pasangan usia subur.
responden . - Tidak terdapat
hubungan yang
signifikan antara
tingkat pendidikan
(p=0,059) dengan
penggunaan metode
kontrasepsi pada
pasangan usia subur
- Tidak terdapat
hubungan yang
signifikan antara
tingkat pengetahuan
(p=0,225) dengan
penggunaan metode
kontrasepsi pada
pasangan usia subur.
8. Hubungan pengetahuan Populasi pada Data dikumpulkam - Hasil penelitian Data dikumpulkan
dan sikap dengan penelitian ini adalah melalui kusioner self- menunjukkan bahwa: selama 3 bulan di
pemakaian alat sebanyak 1.638 wanita administered, namun - Terdapat hubungan wilayah Kerja
kontrasepsi pada PUS di PUS. bagi responden yang bermakna antara Puskesmas Comoro
Puskesmas Comoro Dili Sampel dalam buta huruf peneliti pengetahuan (p=0,006) Dili Timor Leste.
Timor Leste penelitian ini sebanyak membantu pengisian dengan pemakaian alat
83 wanita PUS yang kuesioner. kontrasepsi pada PUS.
memenuhi kriteria - Terdapat hubungan
imklusi yaitu bertempat bermakna antara sikap
tinggal di wilayah (p=0,017) dengan
Puskesmas Comoro pemakaian alat
Dili Timor Lester dan kontrasepsi pada PUS.
55

sudah menjadi
akseptor.
9. Hubungan pengetahuan Populasi pada Data yang digunakan - Hasil penelitian yaitu: Pada penelitian ini
dan sikap wanita usia penelitian ini adalah adalah data primer - Pengetahuan pasangan tidak disebutkan
subur dengan pemakaian seluruh pasangan usia yang dikumpulkan usia subur tentang alat waktu pelaksanaan
alat kontrasepsi subur (PUS) khususnya dengan menggunakan kontrasepsi yang penelitian.
wanita di Keluarahan kuesioner kepada 100 termasuk dalam
Kaliawi sebanyak pasangan usia subur. kategori kurang (12%),
2.100 orang. kategori cukup (31%)
Sedangkan besar dan kategori baik
sampel yang akan (57%).
diteliti adalah 96 orang. - Sedangkan sikap
pasangan usia subur
terhadap alat
kontrasepsi yang
termasuk dalam
kategori negatif (43%)
dan kategori positif
(57%).
- Terdapat hubungan
yang bermakna antara
pengetahuan pasangan
usia subur (p=0,008)
dengan pemakaian alat
kontrasepsi.
- Terdapat hubungan
yang bermakna antara
sikap (p=0,002)
pasangan usia subur
dengan pemakaian alat
kontrasepsi.
56

10. Family planning Populasi penelitian ini Pengumpulan data - Bedasarkan hasil Pada penelitian ini
knowledge, attitude and terdiri dari pasangan yaitu: regresi logistik tidak disebutkan
practice among married (wanita dan suaminya) Data kuantitatif diketahui bahwa: waktu pelaksanaan
couples in Jimma Zone, yang menikah secara berdasarkan kuesioner - Pendidikan formal penelitian.
Ethiopia resmi, hidup bersama semi-structured merupakan faktor yang
lebih dari enam tahun diseganiulasi dengan berhubungan dengan
di daerah penelitian. data kualitatif yang pengetahuan yang
Dimana para istri dikumpulkan selama lebih baik tentang
berusia 15-49 tahun focus group metode kontrasepsi
(kelompok usia discussions (FGD). (aOR=2,07, p= 0,001)
reproduksi) tetapi tidak - Sedangkan sikap yang
hamil pada saat survei. positif terhadap
Sedangkan besar keluarga berencana
sampel sebnyak 854 adalah: being a man
dengan desain multi- (aOR =1,67; p
stage sampling. =0,021), young age
(aOR= 0,97; p= 0,001)
dan being literate
(aOR= 1,89; p=0,002).

F. Sintesis Data

Sintesis data bertujuan untuk mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk

menjawab tujuan penelitian. Hasil sintesis data yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3Sintesis DataLiterature Review

No Nama Penulis Tahun Judul Metode Ringkasan Hasil atau Temuan


Terbit
57

No Nama Penulis Tahun Judul Metode Ringkasan Hasil atau Temuan


Terbit
1. Agustina Ida Pratiwi 2019 Faktor-faktor yang Desain dalam penelitian ini adalah Hasil penelitian menyimpulkan adanya
berhubungan dengan analitik dengan pendekatan cross hubungan antara variabel pengetahuan
keikutsertaan pasangan sectional study. (p=0,000), pendidikan (p=0,000) dan
usia subur (PUS) dengan Teknik sampling yang digunakan peran PLKB (p=0,000) dengan
penggunaan alat dalam penelitian ini adalah simple keikutsertaan pasangan usia subur (PUS)
kontrasepsi di Desa random sampling dengan pengundian dengan penggunaan alat kontrasepsi di
Alamendah Kecamatan populasi secara acak sehingga setiap Desa Alamendah Kecamatan Rancabali
Rancabali Kabupaten anggota dalam populasi memiliki Kabupaten Bandung.
Bandung kesempatan yang sama. Sedangkan, antara variabel pekerjaan
Analisis data menggunakan program (p=1,000), usia (p=0,482) dan dukungan
SPSS versi 25 dan teknik analisis Chi suami tidak berhubungan dengan
Square. keikutsertaan pasangan usia subur (PUS)
dengan penggunaan alat kontrasepsi di
Desa Alamendah Kecamatan Rancabali
Kabupaten Bandung.
2. Ahmad Nasrulloh 2015 Hubungan pengetahuan, Penelitian ini menggunakan metode Hasil penelitian menyimpulkan dari hasil
sikap dan dukungan survei analitik dengan pendekatan uji statistik menunjukkan ada hubungan
keluarga dengan cross sectional. antara pengetahuan (p=0,001; RP= 3,17;
keikutsertaan pasangan Pengambilan sampel menggunakan 95% CI: 1,56-6,44), sikap (p= 0,003;
usia subur (PUS) dalam cluster sampling. RP= 2,80; 95% CI: 1,40-5,58) dan
ber-KB di wilayah kerja Analisis data menggunakan Chi dukungan keluarga (p= 0,016; RP= 2,34;
Puskesmas Purwosari Kota Square. 95% CI: 1,19-4,60) dengan keikutsertaan
Surakarta pasangan usia subur dalam ber-KB
diwilayah kerja Puskesmas Purwosari
Kota Surakarta.
3. Andari Nurul Huda, 2016 Faktor-faktor yang Penelitian ini menggunakan metode Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu
Laksmono Widagdo, berhubungan dengan penelitian kuantitatif dengan variabel yang berhubungan pada
Bagoes Widjanarko perilaku penggunaan alat pendekatan cross sectional. penelitian ini adalah pengetahuan ibu
kontrasepsi pada wanita Teknik pengambilan sampel dengan mengenai keluarga berencana (p= 0,019),
usia subur di Puskesmas cara sampling insidental. . sikap ibu terhadap keluarga berencana
58

No Nama Penulis Tahun Judul Metode Ringkasan Hasil atau Temuan


Terbit
Jombang-Kota Tangerang Uji statistik yang digunakan adalah (p= 0,034), dukungan suami yang
Selatan Chi Square untuk mengetahui dirasakan ibu (p= 0,000) dan peran
hubungan variabel bebas dan variabel tenaga kesehatan (p= 0,009) dengan
terikat. perilaku penggunaan alat kontrasepsi
pada wanita usia subur di Puskesmas
Jombang-Kota Tangerang Selatan.
Sedangkan variabel umur (p= 0,282) dan
kelengkapan sarana prasarana (p= 0,347)
tidak memiliki hubungan dengan
perilaku penggunaan alat kontrasepsi
pada wanita usia subur di Puskesmas
Jombang-Kota Tangerang Selatan.
4. Hairil Akbar 2018 Faktor yang berhubungan Penelitian ini merupakan penelitian Hasil penelitian didapatkan faktor yang
dengan penggunaan alat analitik observasional dengan desain berhubungan dengan penggunaan alat
kontrasepsi pada pasangan penelitian menggunakan cross kontrasepsi pada pasangan usia subur di
usia subur di Desa sectional study. Desa Lohbener Kabupaten Indramayu
Lohbener Kabupaten Teknik pengambilan sampel yaitu dukungan suami (p= 0,000; 95%
Indramayu menggunakan simple random CI: 4,229-70,362) dan pengetahuan
sampling. (p=0,000; 95% CI: 3,012-34,233).
Data yang terkumpul dianalisis Sedangkan faktor yang tidak
menggunakan aplikasi software SPSS berhubungan yaitu status pekerjaan (p=
dengan uji regresi logistik dengan 0,577; 95% CI: 0,214-15,902), paritas
nilai keyakinan 95% dan tingkat (p= 0,319; 95% CI: 0,193-1,710) dan
kemaknaan (alfa) 0,05. akses pelayanan keluarga berencana (p=
0,984; 95% CI: 0,315-3,250) dengan
penggunaan alat kontrasepsi di Desa
Lohbener Kabupaten Indramayu.
5. Hasanah Pratiwi 2019 Faktor yang berhubungan Jenis penelitian ini merupakan Hasil penelitian menunjukkan faktor
Harahap dengan keikutsertaan PUS penelitian survei analitik dengan pengetahuan (p= 0,001), sikap (p= 0,003)
dalam ber-KB rancangan penelitian melalui dan budaya (p= 0,016) berhubungan
59

No Nama Penulis Tahun Judul Metode Ringkasan Hasil atau Temuan


Terbit
pendekatan cross sectional. dengan keikutsertaan PUS dalam ber-KB
Pengambilan sampel menggunakan di Desa Taraha Kecamatan Mandrehe
teknik stratified random sampling. Utara Kabupaten Nias Barat.
Data dianalisis dengan melakukan uji
analisis Chi Square.
6. Intan Khairunnisa 2018 Faktor-faktor yang Jenis penelitian yang digunakan Hasil penelitian menunjukkan ada
berhubungan dengan minat adalah penelitian observasional, hubungan antara variabel pengetahuan
pasangan usia suur dalam dengan rancangan penelitian cross (p= 0,000; Nilai CC: 0,361), pendidikan
mengikuti program KB di sectional. (p= 0.000; Nilai CC: 0,270) dan
Desa Jaraksari Kabupaten Teknik uji statistik menggunakan uji dukungan suami (p= 0,000; Nilai CC:
Wonosobo Chi Square. 0,405) terhadap minat PUS mengikuti
program KB di Desa Jaraksari,
Kabupaten Wonosobo.
Sedangkan variabel status ekonomi (p=
0,290) tidak berhubungan terhadap minat
PUS mengikuti program KB di Desa
Jaraksari, Kabupaten Wonosobo.
7. Jessa Kris Dayanti, 2018 Faktor-faktor yang Jenis penelitian adalah penelitian Kesimpulan dari penelitian yaitu
Budi Palarto Soeharto, berhubungan dengan kuantitatif dengan pendekatan cross sebagian besar responden menggunakan
Dea Amarilisa Adespin penggunaan metode sectional. kontrasepsi. Tingkat pendidikan(p=
kontrasepsi pada pasangan Teknik analisis yang digunakan 0,059) dan tingkat pengetahuan(p=
usia subur di Rowosari analisis univariat dan bivariat (uji Chi 0,225) tidak memiliki hubungan yang
Square dan uji Fisher) signifikan dengan penggunaan metode
kontrasepsi pada pasangan usia subur di
Rowosari.
Sedangkan sikap (p= 0,000) , perilaku
(0,000) dan dukungan suami (p= 0,001)
memiliki hubungan yang signifikan
dengan penggunaan metode kontrasepsi
pada pasangan usia subut di Rowosari.
60

No Nama Penulis Tahun Judul Metode Ringkasan Hasil atau Temuan


Terbit
8. Marilia Juvi Goncalves, 2014 Hubungan pengetahuan Rancangan yang digunakan dalam Simpulan dari penelitian ini adalah
N.L.P Suariyani, N.T dan sikap dengan penelitian ini adalah analitik cross antara pengetahuan ibu terhadap KB (p=
Suryadhi pemakaian alat kontrasepsi sectional. 0,006; RP= 1,537) dan sikap ibu
pada PUS di Puskesmas Sampel diambil dengan metode acak terhadap KB (p= 0,017; RP= 4,102)
Comoro Dili Timor Leste sistematik dari jumlah populasi. berhubungan dengan penggunaan KB di
Analisis dilakukan secara univariat Puskesmas Comoro Kabupaten Dili
dan bivariat dengan uji Chi Square Timor Leste.
tingkat kemaknaan 95%.
9. Nirma Lidia Sari 2019 Hubungan pengetahuan Desain penelitian ini adalah Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
dan sikap wanita usia penelitian deskriptif korelasional terdapat hubungan yang signifikan antara
subur dengan pemakaian dengan pendekatan cross sectional. pengetahuan wanita usia subur (nilai χ2
alat kontrasepsi Pemilihan sampel pada penelitian hitung = 9,685 >χ2 tabel = 5,99 dan nilai
dilakukan secara proportional p value = 0,008 < 0,05) dengan
random sampling. pemakaian alat kontrasepsi.
Analisis data menggunakan uji Chi Serta terdapat hubungan yang signifikan
Square. antara sikap wanita usia subur (nilai χ2
hitung = 9,362 >χ2 tabel = 3,84 dan nilai
p value = 0,002 < 0,05) dengan
pemakaian alat kontrasepsi.
10. Tizta Tilahun, Gily 2013 Family planning Dalam penelitian ini terdiri dari dua Kesimpulan dari penelitian ini
Coene, Stanley knowledge, attitude and bagian kuantitatif dan kualitatif. menunjukkan bahwa pengetahuan (aOR=
Luchters, Wondwosen practice among married Pengambilan sampel menggunakan 2,07, p= <0,001) memiliki hubungan
Kassahun, Els Leye, couples in Jimma Zone, desain multi-stage sampling. dengan keluarga berencana di Jimma
Marleen Temmerman, Ethiopia Analisis data menggunakan regresi Zone, Ethiopia.
Olivier Degomme logistik. Serta sikap yang positif terhadap
keluarga berencana adalah: being a man
(aOR =1,67; p =0,021), young age
(aOR= 0,97; p= 0,001) dan being literate
(aOR= 1,89; p=0,002).
62

G. Jadwal Penelitian/ Studi Literature

Literature review ini dilakukan di Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru pada bulan Juli

2020.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Hasil Sintesis Data

Bedasarkan hasil sintesis data penelitian sebelumnya maka diperoleh

hubungan antara pengetahuan, sikap dan dukungan suami dengan penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB) yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil Sintesis Data

Nama Peneliti Judul Desain Subyek Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian Penelitian
Agustina Ida Faktor-faktor Cross 288 responden - Distribusi frekuensi responden
Pratiwi/ 2019 yang sectional pasangan usia berdasarkan partisipasi dalam
berhubungan subur berusia ber-KB dalam penelitian ini,
dengan 15-49 tahun tertingi pada responden yang
keikutsertaan yang masih menggunakan KB yaitu
pasangan usia mendapatkan sebanyak 210 responden
subur (PUS) haid. (72,9%) dan sisanya 78
dengan responden (27,1) tidak
penggunaan menggunakan KB.
alat kontrasepsi Hasil uji statistik dalam
di Desa penelitian ini menunjukkan:
Alamendah - Terdapat pengaruh pendidikan
Kecamatan pasangan usia subur dengan
Rancabali partisipasi KB pada PUS. Hasil
Kabupaten uji Chi Square diperoleh nilai
Bandung signifikansi (p-value = 0,000).
- Terdapat pengaruh tingkat
pengetahuan pasangan usia
subur dengan partisipasi KB
pada PUS. Hasil uji Chi Square
diperoleh nilai signifikansi (p-
value = 0,000).
- Pada variabel pekerjaan tidak
terdapat pengaruh pekerjaan
dengan partisipasi KB pada
PUS. Hasil uji Chi Square
diperoleh nilai signifikansi (p-
value= 0,382).
- Pada variabel dukungan suami
menunjukkan bahwa semua
pasangan usia subur mendukung
pasangannya untuk
menggunakan KB. Untuk
responden yang mendapatkan

63
64

dukungan dan ber-KB berjumlah


210 responden (72,9%) dan 78
responden tidak KB (27,1%).
Dari hasil seluruh PUS
mendukung pasangan untuk ber-
KB, maka hasil uji Chi Square
tidak dapat dinilai dan
dinyatakan constan.
- Pada variabel PLKB, terdapat
pengaruh tersedianya akses
pelayanan KB pada pasangan
usia subur dengan pastisipasi
KB pada PUS. Hasil uji Chi
Square diperoleh nilai
siginifikansi (p-value=0,000).
Ahmad Hubungan Cross 80 orang - Distribusi frekuensi berdasarkan
Nasrulloh/ 2015 pengetahuan, sectional pasangan usia keikutsertaan responden dalam
sikap dan subur (PUS) ber-KB, lebih dari separuh
dukungan responden mengikuti program
keluarga KB, yakni sebesar 58 orang
dengan (72,5%), sementara 22 orang
keikutsertaan (27,5%) tidak mengikuti
pasangan usia program KB.
subur (PUS) Hasil uji statistik dalam
dalam ber-KB penelitian ini menunjukkan:
di wilayah - Ada hubungan antara
kerja pengetahuan dengan
Puskesmas keikutsertaan pasangan usia
Purwosari Kota subur (PUS) dalam ber-KB.
Surakarta Hasil uji Chi Square didapatkan
nilai p= 0,001. Selain itu
diketahui juga nilai Rasio
Prvalens (RP) sebesar 3,17
(95% CI: 1,56-6,44). Yang
artinya responden yang
mempunyai pengetahuan tidak
baik tentang program KB,
memiliki risiko 3,17 kali lebih
besar untuk tidak ber-KB
dibandingkan dengan responden
yang berpengetahuan baik.
- Ada hubungan antara sikap
dengan keikutsertaan pasangan
usia subur (PUS) dalam ber-KB.
Hasil uji Chi Square didapatkan
nilai p= 0,003.Selain itu
diketahui juga nilai Rasio
Prvalens (RP) sebesar 2,80
(95% CI: 1,40-5,58). Yang
artinya responden yang
mempunyai sikap negatif
tentang program KB, memiliki
risiko 2,8 kali lebih besar untuk
tidak ber-KB dibandingkan
dengan responden yang
65

mempunyai sikap positif.


- Ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan keikutsertaan
pasangan usia subur (PUS)
dalam ber-KB. Hasil uji Chi
Square didapatkan nilai p=
0,016. Selain itu diketahui juga
nilai Rasio Prvalens (RP)
sebesar 2,34 (95% CI: 1,19-
4,60). Yang artinya responden
yang memiliki dukungan tidak
baik terhadap program KB,
memiliki risiko 2,34 kali lebih
besar untuk tidak ber-KB
dibandingkan dengan responden
yang memiliki dukungan baik
terhadap program KB.
Andari Nurul Faktor-faktor Cross 95 orang Hasil uji statistik dalam
Huda, yang sectional pasangan usia penelitian ini menunjukkan:
Laksmono berhubungan subur yang - Tidak ada hubungan antara umur
Widagdo, dengan menggunakan dengan perilaku penggunaan alat
Bagoes perilaku alat kontrasepsi. Hasil uji Chi
Widjanarko/ penggunaan kontrasepsi di Square didapatkan nilai
2016 alat kontrasepsi Puskesmas p=0,282.
pada wanita Jombang- - Ada hubungan antara
usia subur di Tangerang pengetahuan dengan perilaku
Puskesmas Selatan. penggunaan alat kontrasepsi.
Jombang-Kota Hasil uji Chi Square didapatkan
Tangerang nilai p=0,019.
Selatan - Ada hubungan antara sikap
dengan perilaku penggunaan alat
kontrasepsi. Hasil uji Chi
Square didapatkan nilai
p=0,034.
- Tidak ada hubungan antara
kelengkapan sarana prasarana
dengan perilaku penggunaan alat
kontrasepsi. Hasil uji Chi
Square didapatkan nilai
p=0,347.
- Ada hubungan antara dukungan
suami yang dirasakan ibu
dengan perilaku penggunaan alat
kontrasepsi. Hasil uji Chi
Square didapatkan nilai
p=0,000.
- Ada hubungan antara peran
tenaga kesehatan dengan
perilaku penggunaan alat
kontrasepsi. Hasil uji Chi
Square didapatkan nilai
p=0,009.
Hairil Akbar/ Faktor yang Cross 89 orang - Distribusi frekuensi responden
2018 berhubungan sectional wanita berdasarkan penggunaan alat
dengan pasangan usia kontrasepsi dalam penelitian ini
66

penggunaan subur (PUS) yaitu sebanyak 73 (82,03%)


alat kontrasepsi yang berusia responden menggunakan alat
pada pasangan 15-49 tahun kontrasepsi, sementara yang
usia subur di dan berstatus tidak menggunakan alat
Desa Lohbener menikah. kontrasepsi sebanyak 16
Kabupaten responden (17,97%).
Indramayu Hasil uji statistik dalam
penelitian ini menunjukkan:
- Tidak ada hubungan antara status
pekerjaan dengan penggunaan
alat kontrasepsi pada pasangan
usia subur. Berdasarkan hasil uji
regresi logistik didapatkan nila p
value = 0,577; 95% CI: 0,214-
15,902.
- Tidak ada hubungan antara
paritas dengan penggunaan alat
kontrasepsi pada pasangan usia
subur. Berdasarkan hasil uji
regresi logistik didapatkan nilai
p value = 0,319; 95% CI: 0,193-
1,710).
- Ada hubungan antara dukungan
suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi pada pasangan usia
subur. Berdasarkan hasil uji
regresi logistik didapatkan nila p
value = 0,000; 95% CI: 4,229-
70,362.
- Tidak ada hubungan antara akses
pelayanan keluarga berencana
dengan penggunaan alat
kontrasepsi pada pasangan usia
subur. Berdasarkan hasil uji
regresi logistik didapatkan nila p
value = 0,984; 95% CI: 0,315-
3,250.
- Ada hubungan antara
pengetahuan dengan
penggunaan alat kontrasepsi
pada pasangan usia subur.
Berdasarkan hasil uji regresi
logistik didapatkan nilaip value
= 0,000; 95% CI: 3,012-34,233.
Hasanah Faktor yang Cross 81 orang - Distribusi frekuensi responden
Pratiwi berhubungan sectional pasangan usia berdasarkan keikutsertaan PUS
Harahap/ 2019 dengan subur di Desa dalam ber-KB dalam penelitian
keikutsertaan Taraha. ini yaitu sebanyak 29 orang
PUS dalam ber- (35,80%) merupakan akseptor
KB KB, dan sebanyak 52 orang
(64,20%) bukan akseptor KB.
Hasil uji statistik dalam
penelitian ini menunjukkan:
- Ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan
67

keikutsertaan PUS dalam ber-


KB. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p-value 0,000.
- Ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan
keikutsertaan PUS dalam ber-
KB. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p-value 0,010.
- Ada hubungan yang signifikan
antara budaya dengan
keikutsertaan PUS dalam ber-
KB. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p-value 0,000.
Intan Faktor-faktor Cross 162 responden - Distribusi frekuensi responden
Khairunnisa/ yang sectional PUS yang ada berdasarkan minat KB dalam
2018 berhubungan di Desa penelitian ini, yaitu sebanyak
dengan minat Jaraksari, 135 responden (84,4%) berminat
pasangan usia Kabupaten mengikuti program KB,
suur dalam Wonosobo. sedangkan yang tidak berminat
mengikuti sebanyak 25 orang (15,6%).
program KB di Hasil uji statistik dalam
Desa Jaraksari penelitian ini menunjukkan:
Kabupaten - Terdapat hubungan pengetahuan
Wonosobo terhadap minat PUS mengikuti
program KB. Hasil statistik
diperoleh nilai p value 0,000 dan
nilai CC adalah 0,361 yang
menunjukkan adanya keeratan
hubungan adalah lemah (0,20-
0,39).
- Terdapat hubungan dukungan
suami terhadap minat PUS
mengikuti program KB. Hasil
statistik diperoleh nilai p value
0,000 dan nilai CC adalah 0,405
yang menunjukkan adanya
keeratan hubungan yakni cukup
kuat (0,40-0,59).
- Terdapat hubungan pendidikan
terhadap minat PUS mengikuti
program KB. Hasil statistik
diperoleh nilai p value 0,000 dan
nilai CC adalah 0,270 yang
menunjukkan adanya keeratan
hubungan adalah lemah (0,20-
0,39).
- Tidak terdapat hubungan status
ekonomi terhadap minat PUS
mengikuti program KB. Hasil
statistik diperoleh nilai p value
0,290.
Jessa Kris Faktor-faktor Cross 96 responden - Distribusi frekunsi responden
Dayanti, Budi yang sectional pasangan usia berdasarkan penggunaan metode
Palarto berhubungan subur. kontrasepsi dalam penelitian ini
Soeharto, Dea dengan yaitu sebanyak 79 orang
68

Amarilisa penggunaan (82,29%) menggunakan


Adespin/ 2018 metode kontrasepsi, sedangkan yang
kontrasepsi tidak menggunakan kontrasepsi
pada pasangan sebanyak 17 orang (17,71).
usia subur di Hasil uji statistik dalam
Rowosari penelitian ini menunjukkan:
- Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat
pendidikan dengan penggunaan
metode kontrasepsi. Hasil
analisis Chi Square didapatkan
nilai p=0,059.
- Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan
penggunaan metode kontrasepsi.
Hasil analisis Chi Square
didapatkan nilai p=0,225.
- Terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap dengan
penggunaan metode kontrasepsi.
Hasil analisis Chi Square
didapatkan nilai p=0,000.
- Terdapat hubungan yang
signifikan antara perilaku
dengan penggunaan metode
kontrasepsi. Hasil analisis Chi
Square didapatkan nilai
p=0,000.
- Terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan
suami dengan penggunaan
metode kontrasepsi. Hasil
analisis Chi Square didapatkan
nilai p=0,001.
Marilia Juvi Hubungan Cross 83 wanita - Distribusi frekuensi responden
Goncalves, pengetahuan sectional pasangan usia berdasarkan pemakaian alat
N.L.P dan sikap subur kontrasepsi dalam penelitian ini
Suariyani, N.T dengan yaitu sebanyak 31 orang
Suryadhi/ 2014 pemakaian alat (37,35%) memakai alat
kontrasepsi kontrasepsi, dan sebanyak 52
pada PUS di orang yang tidak memakai alat
Puskesmas kontrasepsi (62,65%).
Comoro Dili Hasil uji statistik dalam
Timor Leste penelitian ini menunjukan:
- Ada hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan pemakaian
alat kontrasepsi. Berdasarkan
hasil uji statistik dengan Chi
Square didapatkan nilai p=0,006
dan nilai Ratio Prevalen (RP) =
1,537.
- Ada hubungan bermakna antara
sikap dengan pemakaian alat
kontrasepsi. Berdasarkan hasil
69

uji statistik dengan Chi Square


didapatkan nilai p=0,017 dan
nilai Ratio Prevalen (RP) =
4,102.
Nirma Lidia Hubungan Cross 96 orang - Distribusi frekuensi responden
Sari/ 2019 pengetahuan sectional wanita berdasarkan pemakaian alat
dan sikap pasangan usia kontrasepsi dalam penelitian ini
wanita usia subur (PUS). yaitu sebanyak 83 responden
subur dengan (83%) memakai alat kontrasepsi,
pemakaian alat sedangkan 17 responden (17%)
kontrasepsi tidak memakai alat kontrasepsi.
Hasil uji statistik dalam
penelitian ini menunjukkan:
- Terdapat hubungan antara
pengetahuan wanita usia subur
dengan pemakaian alat
kontrasepsi. Hasil uji statistik
dengan Chi Square diperoleh
nilai χ2 hitung = 9,685 >χ2 tabel
= 5,99 dan nilai p value = 0,008
< 0,05.
- Terdapat hubungan antara sikap
wanita usia subur dengan
pemakaian alat kontrasepsi.
Hasil uji statistik dengan Chi
Square diperoleh nilai χ2 hitung
= 9,362 >χ2 tabel = 3,84 dan
nilai p value = 0,002 < 0,05.
Tizta Tilahun, Family Cross 854 responden - Hasil penelitian menunjukkan
Gily Coene, planning sectional pasangan usia bahwa pada variabel
Stanley knowledge, subur (wanita pengetahuan, faktor yang paling
Luchters, attitude and dan berhubungan adalah pendidikan
Wondwosen practice among suaminya), formal. Berdasarkan dari hasil
Kassahun, Els married yang istrinya uji regresi logistik diperoleh
Leye, Marleen couples in berusia 15-49 nilai (aOR=2,07, p= 0,001).
Temmerman, Jimma Zone, tahun. - Hasil penelitian menunjukkan
Olivier Ethiopia bahwa pada variabel sikap,
Degomme/ faktor yang paling berhubungan
2013 adalah being a man,young age
dan being literate . Berdasarkan
dari hasil uji regresi logistik
diperoleh nilai untuk variabel
being a man (aOR=1,67, p=
0,021), young age (aOR= 0,97,
p= 0,001) dan being
literate(aOR= 1,89, p=0,002).

Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dikumpulkan dan dianalisa,

diketahui bahwa pada variabel pengetahuan, 9 jurnal penelitian yang dijadikan

sampel yang meneliti variabel tersebut terdapat 8 jurnal penelitian menyatakan

ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga


70

berencana (KB) dan 1 jurnal penelitian yang menyatakan tidak adanya hubungan

pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB). Hasil

penelitian yang menyatakan pengetahuan berhubungan dengan penggunaan alat

kontrasepsi ditemukan dalam penelitian Tilahun, dkk (2013), Goncalves, dkk

(2014), penelitian Nasrulloh (2015), penelitian Huda, dkk (2016), penelitian

Khairunnisa (2018), penelitian Akbar (2018), penelitian Pratiwi (2019), penelitian

Harahap (2019) dan penelitian Sari (2019). Sedangkan hasil penelitian yang

menyatakan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB) ditemukan pada penelitian Dayanti, dkk

(2018).

Kemudian pada variabel sikap, 7 jurnal penelitian yang dijadikan sampel

yang meniliti variabel tersebut menyatakan ada hubungan antara sikap dengan

penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB). Hasil penelitian yang

menyatakan sikap berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga

berencana (KB) ditemukan dalam penelitian Tilahun, dkk (2013), penelitian

Goncalves, dkk (2014), penelitian Nasrulloh (2015), penelitian Huda, dkk (2016),

penelitian Dayanti, dkk (2018), penelitian Harahap (2019) dan penelitian Sari

(2019).

Sedangkan pada variabel dukungan suami, 5 jurnal penelitian yang

dijadikan sampel yang meneliti variabel tersebut,terdapat 4 jurnal penelitian

menyatakan ada hubungan antara sikap dengan penggunaan alat kontasepsi

keluarga berencana (KB) dan 1 jurnal penelitian menyatakan tidak ada hubungan

antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana


71

(KB). Hasil penelitian yang menyatakan dukungan suami berhubungan dengan

penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) ditemukan dalam penelitian

Huda, dkk (2016), penelitian Khairunnisa (2018), penelitian Dayanti, dkk (2018)

dan penelitian Akbar (2018). Sedangkan hasil penelitian yang menyatakan tidak

terdapat hubungan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga

berencana (KB) ditemukan dalam penelitian Pratiwi (2019).

F. Pembahasan

Teori yang digunakan untuk menjelaskan mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) ialah

teori perilaku oleh Lawrence W. Green (1980). Menurut Lawrence W. Green

faktor yang menyebabkan perilaku kesehatan dikelompokkan menjadi tiga faktor

yaitu faktor predisposisi (pre-disposing factors), faktor pemungkin (enabling

factors) dan faktor penguat (reinforcing factors).Faktor predisposisi diantaranya

adalah sikap, pengetahuan, kepercayaan, nilai, persepsi dan lainnya yang

berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk melakukan tindakan

atau perilaku. Faktor lain yang termasuk faktor predisposisi yaitu faktor

sosiodemografi seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pekerjaan,

status sosial dan jumlah anggota keluarga (5,8).

Sedangkan yang termasuk dalam faktor pemungkin hal ini berupa

lingkungan fisik, sarana kesehatan atau sumber-sumber khusus yang mendukung,

dan keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan. Faktor pemungkin adalah

keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan suatu perilaku

kesehatan. Sedangkan faktor penguat merupakan faktor yang menentukan apakah


72

perilaku kesehatan didukung. Faktor yang termasuk dalam faktor penguat antara

lain dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, media massa dan teman

sebaya (5,8).

1. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Keluarga

Berencana (KB)

Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dikumpulkan dan dianalisa,

diketahui 9 jurnal penelitian yang dijadikan sampel penelitian, terdapat 8 jurnal

penelitian menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB). Hal ini sejalan dengan teori perilaku yang

dikemukakan oleh Lawrence Green (1980), bahwa pengetahuan merupakan salah

satu faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi suatu perilaku kesehatan,

dalam hal ini pengetahuan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi

keluarga berencana (KB). Tetapi, masih ada jurnal penelitian yang menyatakan

tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi

keluarga berencana (KB).

Menurut hasil penelitian Akbar (2018) ada hubungan antara pengetahuan

dengan penggunaan alat kontrasepsi pada ibu PUS dengan nilai p value= 0,000

atau nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan mereka yang memiliki

pengetahuan yang lebih tinggi, dapat memilih alat kontrasepsi yang baik dan

sesuai. Berdasarkan hasil penelitian Nasrulloh (2015) responden dengan

pengetahuan yang tidak baik tentang program KB, memiliki risiko 3,17 kali lebih

besar untuk tidak ber-KB. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan ber-

KB yakni sebanyak 46 orang (83,6%), sedangkan respoonden yang memiliki


73

pengetahuan tidak baik dan tidak ber-KB sebanyak 13 orang (52%). Responden

dengan pengetahuan baik akan cenderung ikut berpartisipasi dalam program KB

dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan tidak baik (46, 47).

Hal penelitian yang disebutkan diatas sejalan dengan penelitian lain yang

dilakukan Pratiwi (2019) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh tingkat

pengetahuan pasangan usia subur dengan partisipasi KB pada PUS (p=0,001).

hasil penelitian menunjukkan bahwa pada responden berpengetahuan cukup

terdapat 207 responden (80,9%) ber-KB dan 49 responden (19,1%) tidak ber-KB.

Selanjutnya pada responden berpengetahuan kurang terdapat 3 responden (9,4%)

ber-KB dan 29 responden (90,6%) tidak ber-KB. Mereka yang memiliki

pengetahuan yang lebih tinggi, dapat lebih memilih alat kontrasepsi yang lebih

baik dan sesuai. Pengetahuan responden tentang KB merupakan pemahaman

responden tentang pengertian KB, macam, fungsi dan kegunaan KB, serta efek

samping KB. Menurut Kusumaningrum (2009) dalam Akbar (2019), pengetahuan

dapat mempengaruhi seseorang untuk ber KB dan pengetahuan yang rendah dapat

membuat seseorang tidak ingin menggunakan KB (46, 48).

Selain dari penelitian-penelitian yang disebutkan diatas, penelitian oleh

Goncalves, dkk (2014) menyatakan bahwa ditemukan hubungan bermakna antara

pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi (p= 0,006). Dalam penelitian ini

dikatakan bahwa kurangnya pengetahuan responden dalam pemakaian alat

kontrasepsi menjadi salah satu pemicu banyaknya responden yang tidak memakai

alat kontrasepsi. Hal ini terkait dengan pendidikan responden yang berpendidikan

lebih rendah dari SLTA masih cukup banyak yaitu 38%, sehingga tingkat
74

pengetahuan yang dimiliki oleh sebagian responden cenderung masih kurang.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, yang berdampak pada

peningkatan pengetahuan. Hal ini juga dikatakan dalam penelitian oleh Tilahun,

dkk (2013), yang menyatakan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan

pemakaian alat kontrasepsi (p=0,001). Dalam penelitian ini dikatakan bahwa

pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan

pengetahuan yang lebih baik tentang metode kontrasepsi (aOR=2,07, p=0,001).

Pengetahuan yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran keluarga untuk

menggunakan alat kontrasepsi (50, 51).

Begitu pula dengan hasil penelitian Huda, dkk (2016) mengatakan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan responden dengan perilaku penggunaan alat

kontrasepsi dengan nilai p didapatkan sebesar 0,019. Perilaku kurang dalam

penggunaan alat kontrasepsi banyak ditemukan pada kelompok pengetahuan

mengenai keluarga berencana yang kurang sebesar 53,7%. Selain itu, penelitian

oleh Khairunnisa (2018) juga menyatakan terdapat hubungan pengetahuan

terhadap minat pasangan usia subur (PUS) mengikuti program KB (p=0,000 <

0,05). Dalam penelitian ini persentase responden yang memiliki pengetahuan

tinggi tentang Program KB sebesar 63,6% yakni 103 responden yang diketahui

melalui jawaban benar dalam menjawab kuesioner. Hal tersebut menunjukkan

bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik, cenderung berminat dalam

mengikuti program KB (36, 41).

Kemudian hasil penelitian oleh Harahap (2019) juga mengatakan ada

hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan pasangan usia subur (PUS)


75

dalam ber-KB dengan nilai p=0,001. Menurut asumsi peneliti terhadap hubungan

pengetahuan dengan keikutertaan PUS dalam ber-KB merupakan faktor yang

menentukan PUS dalam ikut ber-KB. Banyak PUS yang berpengetahuan kurang

dapat dilihat dari jawaban responden yang mengatakan karena banyak PUS tidak

mengetahui bahwa keluarga berencana adalah mengatur jumlah, jarak dan usia

ideal melahirkan anak, dan Sasaran KB adalah PUS yang bertujuan untuk

menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara

berkelanjutan. PUS hanya banyak mengetahui bahwa keluarga berencana

merupakan salah satu program pengendalian penduduk,ini sebabkan karena

kurangnya sumber informasi yang didapatkan, serta kurangnya promosi kesehatan

dari pemerintah yang terkait (2).

Sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang disebutkan diatas,

penelitian oleh Sari (2019) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi dengan nilai p value=0,008. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden dengan kategori baik

57%, kategori cukup 31% dan kategori kurang 12%. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain; Pertama faktor usia, usia dapat

mempengaruhi seseorang dalam kesiapan belajar dan menerima informasi baru.

Kedua pendidikan, dimana pendidikan mempengaruhi proses belajar. Makin

tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut menerima informasi.

Ketiga faktor pekerjaan, orang yang bekerja akan lebih banyak teman dan tempat

untuk bertukar pengalaman dan informasi sehingga pengetahuannya pun

bertambah. Semakin banyak mendengar tentang informasi tersebut maka


76

pengetahuannya akan semakin baik. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (52).

Berbeda dengan hasil penelitian oleh Dayanti, dkk (2018) yang menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

dengan penggunaan metode kontrasepsi pada pasangan usia subur. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan yang baik

sebanyak 63 responden, yang menggunakan metode kontrasepsi sebanyak 54

responden dan 9 responden tidak menggunakan. Sedangkan responden dengan

pengetahuan kurang sebanyak 33 responden, 25 responden diantaranya

menggunakan metode kontrasepsi sedangkan 8 responden tidak menggunakan

metode kontrasepsi. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai faktor yang

mempengaruhi pengetahuan responden sehingga penelitian ini menghasilkan

hubungan yang tidak signifikan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan

metode kontrasepsi. Diantaranya seperti keterpajanan informasi melalui media,

kontak dengan petugas lapangan KB maupun petugas kesehatan lainnya serta

dengan tokoh agama, guru dan anggota kelompok perempuan berpengaruh dalam

tingkat pengetahuan seseorang mengenai KB sehingga memiliki pengaruh yang

cukup besar dalam penggunaan metode kontrasepsi (49).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan tentang KB merupakan salah satu

aspek penting ke arah pemahaman terhadap pentingnya peran serta suami dan istri

dalam program KB dan dapat berpengaruh terhadap perilkau suami dan istri untuk

berperan serta dalam program KB. Menurut W.J.S Poerwordaminto, pengetahuan


77

merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir

dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan yang masyarakat

peroleh dari hasil belajar, berkomunikasi dengan orang lain, media eletronik,

media cetak dan pengalaman.Tingkat pengetahuan mengenai konsep keluarga

berencana mendukung tingkat orang lain untuk menggunakan kontrasepsi (2).

Berdasarkan hasil telaah jurnal yang meneliti pada variabel pengetahuan,

didapatkan 8 (88,89%) hasil penelitian menunjukkan pengetahuan berhubungan

dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) dan terdapat 1

(11,11%) jurnal penelitian yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak

berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB).

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah penentu yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan juga dapat

membentuk suatu keyakinan tersebut. Dengan pengetahuan pasangan usia subur

(PUS) tentang program KB yang semakin baik dapat menyebabkan semakin baik

pula minat partisipasi dalam mengikuti program KB.

2. Hubungan antara Sikap dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Keluarga

Berencana (KB).

Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dikumpulkan dan dianalisa,

diketahui 7 jurnal penelitian yang dijadikan sampel penelitian menyatakan ada

hubungan antara sikap dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana

(KB). Hal ini sejalan dengan teori perilaku yang dikemukakan oleh Lawrence

Green (1980), bahwa sikap merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat
78

mempengaruhi suatu perilaku kesehatan, dalam hal ini sikap berhubungan dengan

penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB).

Menurut hasil penelitian Huda, dkk (2016) ada hubungan antara sikap

dengan perilaku penggunaan alat kontrasepsi dengan hasil uji Chi Square

diperoleh nilai p value= 0,034. Perilaku kurang dalam penggunaan alat

kontrasepsi banyak ditemukan pada kelompok sikap ibu terhadap keluarga

berencana (KB) yang tidak mendukung sebesar 57,1% dibandingkan dengan

kelompok sikap ibu terhadap keluarga berencana (KB) yang mendukung yaitu

sebesar 31,3%. Sikap terhadap program keluarga berencana (KB) merupakan

dasar utama bagi timbulnya kesediaan untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam

kegiatan program keluarga berencana (KB).Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Goncalves (2014) menunjukkan bahwa ibu yang bersikap setuju berpeluang 4,1

kalidalam pemakaian alat kontrasepsi dibandingkan dengan ibu yang bersikap

tidak setuju. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kecenderungan sikap tidak

setuju sebesar 88,9%, secara lebih rinci adalah: sebanyak 68,7% responden tidak

setuju pendapat pemerintah tentang 2 anak lebih baik, sebanyak 80,7%

menganggap bahwa KB bertentangan dengan agama dan sebanyak 54,2% tidak

setuju mengenai efektivitas alat kontrasepsi dalam mencegah kehamilan hingga

99,2% sampai 99,9%. Kecenderungan pengetahuan yang kurang berkaitan dengan

sikap responden yang lebih banyak tidak setuju dengan penggunaan KB (41, 51).

Hasil penelitian yang disebutkan diatas sejalan dengan penelitian lain oleh

Sari (2019), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap wanita

pasangan usia subur (PUS) dengan pemakaian alat kontrasepsi (p=0,000). Hasil
79

penelitian menunjukkan bahwa wanita pasangan usia subur (PUS) yang memiliki

sikap positif terhadap pemakaian alat kontrasepsi sebanyak 57 orang (57%)

sedangkan sikap negatif sebanyak 43 orang (43%). Hal ini mengindikasikan

bahwa dalam pelaksanaan KB masih banyak wanita pasangan usia subur (PUS)

yang acuh tak acuh terhadap keluarga berencana (KB) (52).

Sejalan dengan penelitian yang disebutkan sebelumnya, penelitian oleh

Nasrulloh (2015) menyatakan ada hubungan antara sikap responden dengan

keikutsertaan ber-KB dengan nilai p=0,003. Dalam penelitian ini sikap dikaitkan

erat dengan pengetahuan, dikatakan bahwa responden dengan pengetahuan baik

akan cenderung ikut berpastisipasi dalam program KB dibandingkan dengan

responden yang memiliki pengetahuan tidak baik. Selain itu, penelitian oleh

Tilahun, dkk (2013) juga mengatakan bahwa sikap berhubungan dengan

penggunaan alat kontrasepsi. Pada penelitian ini didapatkan bahwa sikap positif

dpengaruhi oleh beberapa hal diantaranya being a man (aOR =1,67; p =0,021),

young age (aOR= 0,97; p= 0,001) dan being literate (aOR= 1,89; p=0,002) (47,

50).

Begitu pula penelitian oleh Dayanti, dkk (2018), mengatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan penggunaan metode

kontrasepsi pada pasangan usia subur dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05).

Responden yang memiliki sikap setuju yaitu mendukung dan memilih

menggunakan metode kontrasepsi, disebabkan responden tersebut memiliki

kondisi emosional, psikologi atau kepercayaan positif terhadap metode

kontrasepsi. Hal ini sejalan dengan penelitian Harahap (2019), ada hubungan
80

antara sikap dengan keikutsertaan pasangan usia subur (PUS) dalam ber-KB

dengan nilai p=0,010. Dalam penelitian ini dikatakan sikap seseorang dipengaruhi

oleh aspek pengetahuan yang berisikan aspek positif dan negatif dari suatu hal (2,

49).

Sikap seseorang dipengaruhi oleh aspek pengetahuan yang berisikan aspek

positif dan negatif dari suatu hal. Apabila seeorang melihat program KB lebih

banyak aspek yang positif daripada aspek yang negatif, dan aspek positif itu lebih

penting dari aspek yang negatif maka akan tumbuh sikap yang positif terhadap

program KB. Sebaliknya apabila seseorang melihat program KB lebih banyak

aspek negatifnya dibandingkan dengan aspek positif maka sikap negatiflah yang

akan muncul. Sehingga dari analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

tingginya tingkat pengetahuan responden mengenai program KB dapat

menimbulkan tumbunya sikap positif responden untuk ikut berpartisipasi dalam

program KB (2, 47).

Sikap setuju dikarenakan adanya pola respon yang terlebih dahulu ada

melalui proses internalisasi dari pemaparan pengetahuan yang sistematis, yaitu

adanya kesadaran, ketertarikan, pertimbangan, mencoba dan bertanggung jawab

terhadap terhadap proses yang dipilih dalam hal ini pemakaian kontrasepsi. Sikap

setuju yaitu mendukung dan memilih menggunakan metode kontrasepsi,

disebabkan responden memiliki kondisi emosional, psikologi atau kepercayaan

positif terhadap metode kontrasepsi. Sikap seseorang ditentukan oleh reaksi

emosional atau kepercayaan mengenai apa yang dianggap benar tentang suatu

objek termasuk pemilihan penggunaan metode kontrasepsi (49, 51).


81

Berdasarkan hasil telaah jurnal yang meneliti pada variabel sikap,

didapatkan hasil studi dari 7 jurnal penelitian sebanyak 7 jurnal penelitian tersebut

(100%) menunjukkan sikap berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi

keluarga berencana (KB) dan tidak ditemukan pada jurnal penelitian yang

dijadikan sebagai sampel dalam literature review ini menyatakan bahwa sikap

tidak berhubungan dengan pengunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB).

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sikap yang positif dipengaruhi pula

dengan pengetahuan responden. Jika responden mendapatkan informasi atau

pengetahuan yang baik dan positif tentang program KB maka akan muncul sikap

positif dan minat untuk mengunakan alat kontrasepsi KB.

3. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Keluarga

Berencana (KB)

Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dikumpulkan dan dianalisa,

diketahui 5 jurnal penelitian yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 4 jurnal

penelitian menyatakan ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan

alat kontrasepsi keluarga berencana (KB). Hal ini sejalan dengan teori perilaku

yang dikemukakan oleh Lawrence Green (1980), bahwa dukungan keluarga

merupakan salah satu faktor penguat (reinforcinf factors) yang dapat

mempengaruhi suatu perilaku kesehatan, dalam hal ini dukungan keluarga

tersebut ialah dukungan dari pasangan atau suami yang berhubungan dengan

penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB). Tetapi terdapat pula1

jurnal penelitian yang menyatakan tidak adanya hubungan antara dukungan suami

dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB).


82

Menurut hasil penelitian Khairunnisa (2018) menyatakan bahwa terdapat

hubungan dukungan suami terhadap minat PUS mengikuti program KB dengan

nilai p value = 0,000 dengan nilai Contingency Coefficient (CC) adalah 0,45 yang

menunjukkanhubungan keeratan yang terjadi yakni hubungan cukup kuat (0,40-

0,59). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 162 responden, diperoleh

hasil 84 responden didukung suami untuk mengikuti program KB (51,9%), dan 78

responden tidak didukung untuk mengikuti program KB (48,1%). Sedangkan

responden yang mendaoat dukungan suami dan berminat mengikuti program KB

yakni sebanyak 84 responden (51,9%). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan

suami berpengaruh terhadap minat responden mengikuti program KB. Bentuk

dukungan suami dalam penelitian ini yakni dukungan informasi, dukungan

emosional dan dukungan tindakan (36).

Hal ini sejalan dengan pendapat dari penelitian yang dilakukan Dayanti, dkk

(2018) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan suami

dengan penggunaan metode kontrasepsi pada pasangan usia subur dengan p

value= 0,001 dan nilai r yang diperoleh dari uji kolerasi sebesar 0,322 sehingga

dapat disimpulkan bahwa dukungan suami berhubungan dengan metode

kontrasepsi pada pasangan usia subur dengan korelasi yang cukup kuat. Karena

nilai korelasinya positif, artinya semakin banyak suami yang mendukung maka

akan semakin banyak yang menggunakan metode kontrasepsi. Didapatkan bahwa

sebanyak 52 responden memiliki suami yang mendukung dalam penggunaan

metode kontrasepsi, 49 responden diantaranya menggunakan metode kontrasepsi

sedangkan 3 responden tidak menggunakan. Sedangkan sebanyak 44 responden


83

memiliki suami yang tidak mendukung, 30 responden diantaranya menggunakan

metode kontrasepsi dan sisanya 14 responden tidak menggunakan metode

kontrasepsi (49).

Sejalan dengan penelitian-penelitian yang telah disebutkan sebelumnya,

penelitian oleh Huda, dkk (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

dukungan suami dengan perilaku penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai

p=0,000. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

perilaku kurang dalam penggunaan alat kontrasepsi banya ditemukan pada

kelompok suami yang tidak mendukung sebesar 87,5%. Sejalan dengan penelitian

oleh Akbar (2018), menyatakan adanya hubungan dukungan suami dengan

penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai p value=0,000. Pada penelitian ini

dukungan yang mayoritas diperoleh responden adalah dukungan dari suami.

Dimana dukungan dari suami oleh ibu sangatlah penting. Dalam hal ini suami

berperan juga untuk menentukan alat kontrasepsi apa yang akan digunakan oleh

PUS dan berapa lama PUS menggunakan alat kontrasepsi. Jadi, hal tersebut

berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi, dimana dukungan sangatlah

penting untuk memutuskan sesuatu (41, 46).

Namun, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2019)

yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemakaian alat kontrasepsi. Dari hasil yang didapat karena seluruh PUS

mendukung pasangan untuk ber-KB, maka hasil uji Chi Square tidak dapat dinilai

dan dinyatakan constan. Responden yang mendapatkan dukungan dari suami dan

ber-KB berjumlah 210 responden (72,9%) sedangkan 78 responden tidak ber-KB


84

(27,1%). Pria dan wanita sebagai pasangan suami istri mempunyai tanggung

jawab yang sama terhadap penggunaan kontrasepsi. Sehingga pemilihan

kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan pasangan suami istri. Dengan demikian

suami dan istri harus saling mendukung dalam penggunaan kontrasepsi karena

keluarga berencana dan kesehatan reproduksi bukan hanya tanggung jawab pria

atau wanita saja (48).

Dalam keluarga suami mempunyai peranan penting yakni sebagai kepala

keluarga. Suami mempunyai hak untuk setuju ataupun tidak setuju dengan apa

yang dilakukan istri. Kecuali jika sang istri memberikan penjelasan atau alasan

yang tepat mengenai apa yang dilakukannya sehingga suami mengerti. Dukungan

suami sangat dibutuhkan dalam menjalan program keluarga berencana, keputusan

suami dalam mengizinkan istri merupakan pedoman utama untuk menggunakan

alat kontrasepsi. Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan

keputusan menggunakan atau tidaknya wanita usia subur untuk menggunakan alat

kontrasepsi (41,48).

Keputusan bersama dalam suatu keluarga itu sangat penting, untuk dapat

menentukan pemakaian kontrasepsi. Maka seorang istri dalam hal ini selalu

memberitahu suami jika sang istri ingin menggunakan kontrasepsi, sehingga

timbul rasa kepercayaan dan kesepakatan antara pasangan suami istri. Selain itu,

hal ini dapat menggambarkan bahwa dalam sebuah keluarga sudah lebih paham

manfaat program KB yang diterima dari informasi yang tersalurkan dengan baik

pada pasangan suami istri (46).


85

Berdasarkan hasil telaah jurnal yang meneliti pada variabel dukungan

suami, didapatkan hasil studi dari 5 jurnal penelitiansebanyak 4 jurnal penelitian

(80%) menunjukkan dukungan suami berhubungan dengan penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB) dan terdapat 1 jurnal penelitian (20%) yang

menyatakan bahwa dukungan suami tidak berhubungan dengan penggunaan alat

kontrasepsi keluarga berencana (KB). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa

semakin besar dukungan dari suami untuk ibu maka semakin besar pula miniat

ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi. Dukungan suami dirasakan sangat perlu

dan penting dalam pengambilan suatu keputusan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

G. Kesimpulan

Dari studi literature review pada 10 jurnal penelitian sebelumnya maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari 9 jurnal penelitian yang meneliti variabel pengetahuan, diketahui

persentase jurnal penelitian yang menyatakan faktor pengetahuan

berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB)

sebanyak 8 jurnal penelitian (88,89%). Sedangkan yang menyatakan faktor

pengetahuan tidak berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga

berencana (KB) sebanyak 1 jurnal penelitian (11,11%).

2. Dari 7 jurnal penelitian yang meneliti variabel sikap, diketahui persentase

jurnal penelitian yang menyatakan faktor sikap berhubungan dengan

penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) sebanyak 7 jurnal

penelitian (100%).

3. Dari 5 jurnal penelitian yang meneliti variabel dukungan suami, diketahui

persentase jurnal penelitian yang menyatakan faktor dukungan suami

berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB)

sebanyak 4 jurnal penelitian (80%). Sedangkan yang menyatakan faktor

pengetahuan tidak berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga

berencana (KB) sebanyak 1 jurnal penelitian (20%).

81
82

H. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengembangkan dan

mengetahui lebih jelas mengenai mekanisme kausalitas faktor-faktor yang

berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB).

2. Perlu adanya upaya promosi dan preventif dari petugas kesehatan ataupun

petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) melalui pemberian informasi

baik dengan penyuluhan ataupun konseling sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan serta minat pasangan usia subur untuk ikut serta dalam program

keluarga berencana (KB).

3. Untuk pasangan usia subur (PUS) dapat lebih meningkatkan pengetahuan

tentang keluarga berencana (KB) melalui sumber-sumber pengetahuan, selain

dari petugas PLKB atau tenaga kesehatan, dapat melalui media massa dan

media elektronik.

4. Pasangan usia subur (PUS) yang ingin mengikuti program KB disarankan

agar dapat datang beserta pasangan atau suami ke pelayanan kesehatan

sehingga suami juga mendapatkan informasi mengenai program KB,

kemudian suami dapat mengikuti konseling, sehingga pasangan usia subur

dapat memilih berdiskusi dan saling mendukung terkait metode kontrasepsi

yang ingin digunakan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Christiani C., Wahyuningsih CD., Martono B. Faktor-faktor yang


mempengaruhi pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
Provinsi Jawa Tengah.E-Journal Serat Activa, 2015; 3(2): 74-84.

2. Harahap HP. Faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan PUS dalam ber-
KB. Jurnal Bidan Cerdas, 2019; 2(1): 7-14.

3. Mufdillah, Kanthi A.Dukungan suami terhadap kejadian drop out bagi


akseptor keluarga berencana (KB) di Desa dan Kota di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal MUSAWA, 2016; 15(1): 1-11.

4. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Data dan


informasi 2018; (online), (https://www.bkkbn.go.id/, diakses pada 25 oktober
2019).

5. Alfiah ID., Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode


kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres
tahun 2015. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2015.

6. Sari YNI., Abidin UW., Ningsih S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


minat ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 2019; 5(1): 47-59.

7. Dewi PHC, Notobroto HB. Rendahnya keikutsertaan pengguna metode


kontrasepsi jangka panjang pada pasanganusiasubur. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, 2015; 3(1): 66-72.

8. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmudan seni. Jakarta: RinekaCipta;


2010.

9. Zuraidah. Pengaruh pengetahuan terhadap persepsi istri dalam penggunaan


KB non hormonal. Jurnal Bidan “Midwife Journal”, 2017; 3(1): 1-8.

10. Mahmudah LTN, Indrawati F.Analisis faktor yang berhubungan dengan


pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP) pada akseptor KB
wanita di KecamatanBanyubiruKabupaten Semarang. Unnes Journal of
Public Health, 2015; 2(2): 76-85.

11. Dompas R., Kusmiyati, Losu FN. Pengetahuan dan sikap pasangan usia subur
dengan pemanfaatan kontrasepsi keluarga berencana. Jurnal Ilmiah Bidan,
2016; 4(2): 92-96.
12. Wahyuningsih D., Fatmawati. Hubungan antara kader dengan minat
penggunaan alat kontrasepsi IUD pada PUS di Desa Sukorejo Kecamatan
Gurah Kabupaten Kediri. Jurnal Nusantara Medika, 2019; 3(2): 1-10.

13. Tampubolon IL dan Tarigan J. Hubungan pengetahuan, dukungan suami dan


petugas kesehatan dengan penggunaan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
pada pasangan usia subur di lingkungan II Kelurahan Nelayan Indah
Kecamatan Medan Labuhan. Jurnal Bidan Komunitas, 2018; 1(2): 59-66.

14. Ambarwati N. Hubungan dukungan suami dan gaya hidup dengan status gizi
pada akseptor KB suntik di wilayah kerja Puskesmas Gading Surabaya.
Skripsi. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, 2018.

15. Fauzi. Keluarga berencana perspektif islam dalam bingkai ke Indonesiaan.


Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi, 2017; 3(1): 1-
24.

16. Soleha S. Studi tentang dampak program keluarga berencana di Desa Bangun
Mulya Kabupaten Penajam Paser Utara. E-Journal Ilmu Pemerintahan, 2016;
4(1): 39-52.

17. Riyanti, Agnes W., Alma L. Ketentuan tentang standar pelayanan minimal
bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera berdasarkan asas peri
kemanusiaan dan hak asasi manusia. SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan,
2016; 2(2): 204-216.

18. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat


Statistik, Kementerian Kesehatan. Survei demografi dan kesehatan Indonesia
2017. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2018.

19. Kusuma N. Hubungan antara metode dan lama pemakaian dengan keluhan
kesehatan subyektif pada akseptor. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2016; 4(2):
164-175.

20. Elidasari N, Adyatma S, Arisanty D. Faktor-faktor pemilihan penggunaan


jeni alat kontrasepsi keluarga miskin di Kelurahan Kelayan Timur Kecamatan
Banjarmasin Selatan. Jurnal Pendidikan Geografi, 2016; 3(3): 24-35.

21. Pratiwi DR. Komunikasi kesehatan dan perilaku akseptor KB mantab (studi
kasus pengaruh komunikasi kesehatan oleh PLKB terhadap perilaku akseptor
KB mantab MOP di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta).
Jurnal Komunitas, 2018; 4(1): 1-10.
22. Nurmayanti DR, Ramie A, Herawati. Kepercayaan akseptor KB wanita
dengan pemilihan metode kontrasepsi di Desa Lok Besar wilayah kerja
Puskesmas Birayang Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Duna Keperawatan,
2017; 5(2): 121-128.

23. Sari MD. Kajian tentang pengetahuan ibu dalam penggunaan kontrasepsi
spiral di Desa Pematang Limau. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 2015; 2(2): 98-102.

24. Aldriana N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat


kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di wilayah kerja Puskesmas Kabun
Kabupaten Rokan Hulu tahun 2013. Jurnal Maternity and Neonatal, 2013;
1(3): 112-122.

25. Pertiwi KR, dr. Metode kontrasepsi. Jurdik Biologi. Yogyakarta: Fakultas
Matematika dan IPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2017.

26. Yulianti F. Asuhan kebidanan keluarga berencana pada calon akseptor kb


implan jadena pada ny. N P2 Ah2 Ab0 umur 25 tahun di RSUD DR. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Karya Tulis Ilmiah. Purwokerto:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2013.

27. Budi SP. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan akseptor


terhadap metode kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Paguyangan
Kabupaten Brebes. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 2015.

28. Hargiani R. Hubungan pengetahuan akseptor tentang metode kontrasepsi


jangka panjang (MJKP) dengan keikutsertaan MJKP di Puskesmas Tegal
Timur. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 2016.

29. Yulidasari F, Lahdimawan A, Rosadi D. Hubungan pengetahuan ibu dan


pekerjaan ibu dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Jurnal Berkala Kesehatan,
2015; 1(1): 33-36.

30. Sutarjo, AS. 2014. Pembelajaran nilai karakter. Jakarta: Rajawali Pers.

31. Green L. Health Education planning a diagnostik approach. John Hopkins:


Mayfield Publishing Co, 1980.

32. Brawijaya H, Ainy A, Rahmiwati A. Analisis karakteristik budaya organisasi


di wilayah kerja Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Kota Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2016; 7(3): 156-167
33. Budiman Arif,dkk. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat pasien
yang diterapi dengan temoxifen setelah operasi kanker payudara.
JurnalKeperawatan, 2013; 2(1): 20-24.

34. Pertiwi I. Hubungan dukungan pasangan dan efikasi diri dengan kepatuhan
menjalani pengobatan pada penderita diabetes mellitus tipe II. Naskah
Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.

35. Novian A. Kepatuhan diit pasien hipertensi. JurnalKesmas, 2013;9(1):100-


105.

36. Khairunnisa I. Faktor-faktor yang berhubungan dengan minat pasangan usia


subur dalam mengikuti program KB di Desa Jaraksari Kabupaten Wonosobo.
Publikasi Ilmiah. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2018.

37. Ajzen dan Fishbein. 1975. Understanding attitudes and predicting social
behavior. New Jersey: Prentice Hall.

38. Ernawati B, Lumbantoruan M, Purba AET. Hubungan pengetahuan, sikap


dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria mengikuti KB. Jurnal Health of
Studies, 2018; 3(2): 36-46.

39. Sutanti H. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan pemilihan kontrasepsi


IUD pada wanita usia subur di Desa Sepanjang wilayah kerja Puskesmas
Sepanjang Kabupaten Banyuwangi tahun 2013. Skripsi. Kediri: Universitas
Kadiri, 2013.

40. Mulyati SB. Hubungan behaviour intention tentang perilaku pemakaian alat
kontrasepsi dengan status kepesertaan dalam keluarga berencana. Jurnal
Keperawatan & Kebidanan, 2017; 5-10.

41. Huda AN, Widagdo L, Widjanarko B. Faktor-faktor yang berhubungan


dengan perilaku penggunaan alat kontrasepsi pada wanita usia subur di
Puskesmas Jombang-Kota Tangerang Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
2016; 4(1): 2356-3346).

42. Mufdillah dan Aryekti K. Dukungan suami terhadap kejadian drop out bagi
askeptor keluarga berencana (KB) di Desa dan Kota di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Musawa, 2016; 15(1): 103-113.

43. Setiasih S, Widjanarko B, Istiarti T. Analisis faktor-faktor yang


mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada
wanitapasangan usia subur (PUS) di Kabupaten Kendal tahun 2013. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia, 2016; 11(2): 32-46.
44. Rahayu AP, Lestari N, Rahma DI. Hubungan dukungan suami dengan
penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur. Jurnal Medika Karya
Ilmiah Kesehatan, 2018; 3(1): 1-12.

45. Arifin S, dkk. Pedoman penulisan skripsi pada kondisi tanggap darurat.
Banjarbaru: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat, 2020.

46. Akbar H. Faktor-yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi pada


pasangan usia subur di Desa Lohbener Kabupaten Indramayu. Gema
Wiralodra, 2018; 9(2): 165-182.

47. Nasrulloh A. Hubungan antara pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga


dengan keikutsertaan pasangan usia subur (PUS) dalam ber-KB di wilayah
kerja Puskesmas Purwosari Kota Surakarta. Artikel Penelitian. Surakarta:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, 2015.

48. Pratiwi AI. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pasangan


usia subur (PUS) dengan penggunaan alat kontrasepsi di Desa Alamendah
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung. Jurnal Kebidanan, 2019; 8(1): 1-
11.

49. Dayanti JK, Soeharto BP, Adespin DA. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan metode kontrasepsi pada pasangan usia subur di
Rowosari. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 2018; 7(2): 1049-1062.

50. Tilahun T, dkk. Family planning knowledge, attitude and practice among
married couples in Jimma Zone, Ethiopia. Plos One, 2013; 8(4): 1-8.

51. Goncalves MJ, Suariyani NLP, Suryadhi NT. Hubungan pengetahuan dan
sikap dengan pemakaian alat kontrasepsi pada PUS di Puskesmas Comoro
Dili Timor Leste. Public Health and Preventive Medicine Archive, 2014;
2(1): 51-58.

52. Sari NL. Hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia subur (WUS) dengan
pemakaian alat kontrasepsi. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, 2019;
VII(1): 41-47.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Provinsi
Kalimantan Sela Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai