Anda di halaman 1dari 24

RUU HALUAN IDEOLOGI

PANCASILA (HIP)
MENJADIKAN PANCASILA
REST IN PEACE (RIP)?

Oleh:
Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum.

Disampaikan dalam:
Kuliah Umum Online Uniol 4.0 Diponorogo,
Senin, 1 Juni 2020
PENGANTAR
▪ Sejak diwacanakan adanya sebuah HALUAN IDEOLOGI
PANCASILA (HIP), publik sudah meragukan tentang jenis
kelamin haluan itu. Haluan itu benar haluan atau sekedar
“halu” alias halusinasi untuk bernostalgia terhadap upaya
kembalinya pemaknaan lama dan usang terhadap
Pancasila?

▪ 4 kedudukan pokok Pancasila (pandangan hidup, ideologi


bangsa, dasar negara, kerangka berkehidupan mondial)
dalam RUU HIP hendak didistorsi menjadi satu saja yakni
sebagai IDEOLOGI.
PENGANTAR
▪ Cara ini merupakan langkah mengaburkan sendi pokok Pancasila
yaitu KETUHANAN YANG MAHA ESA. Bahkan, secara terang-
terangan RUU HIP menyebutkan bahwa sendi pokok Pancasila adalah
KEADILAN SOSIAL. Padahal Indonesia adalah negara bangsa yang
religius (national religious state) yaitu esensi kehidupan bangsa
negara ini religiusitas bukan keadilan sosial yang dapat bermakna
sekular bahkan ateis.

▪ Sebagai DASAR NEGARA, maka sendi dasarnya juga harus


Ketuhanan Yang Maha Esa bukan Keadilan Sosial. Banyak hal bersifat
distortif bahkan cenderung merusak keluhuran Pancasila dapat kita
temukan dalam RUU HIP ini. Apakah kita akan mendukung atau
menolak RUU HIP ini ketika telah mengetahui potensi besar terjadinya
distorsi terhadap Pancasila dan
UUD NRI 1945?
PEMBAHASAN
Ada beberapa kritik terhadap RUU HIP agar rakyat Indonesia
memahami beberapa kontroversi yang ada sehingga mampu
bersikap terhadap RUU Halu ini. Setidaknya ada 9 hal yang perlu
dicermati dalam konten RUU Halu ini:
1. Politik hukum yang cacat.
2. Fungsi HIP dan distorsi demokrasi Pancasila.
3. Pokok pikiran HIP: distorsi sila-sila Pancasila.
4. HIP mendistorsi fungsi RPJP dan RPJM.
5. Sendi pokok pancasila terdistorsi.
6. Ciri pokok Pancasila HIP mendistorsi keutuhan sila-sila Pancasila.
7. Mengapa tetiba ada konsep masyarakat Pancasila?
8. HIP terkesan menggantikan GBHN dan RPJP bahkan UUD NRI ‘45.
9. Ketiadaan ketentuan pidana dalam RUU HIP.
A. Politik Hukum yang Cacat
Hal ini dapat disimak dalam bagian konsiderans RUU HIP.

1. Bagian Konsiderans Menimbang:


Bahwa saat ini belum ada undang-undang sebagai landasan hukum
yang mengatur HIP untuk menjadi pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara.

➢ Jika bentuknya UU memang belum ada, perlu diingat bahwa UUD NRI 1945
adalah terjemahan langsung Pancasila sebagai Dasar Negara. Jadi, cukup dengan
UUD sebagai pedoman penyelenggaraan negara. Pun sudah ada Tap MPR No. VI
Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa yang mengatur pedoman
berbagai bidang kehidupan. Sudah komplit pengaturannya.

➢ Jadi, tinggal memerinci dalam peraturan per-UU-an terkait, tidak perlu ada
RUU Haluan Ideologi tersendiri karena justru mendistorsi UUD NRI 1945 dan Tap
MPR.
2. Bagian Konsiderans Mengingat :

1). Pasal 20 dan Pasal 21 UUD NRI 1945


2). Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
3). Tap MPR No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam
Rangka Demokrasi Ekonomi
4). Tap MPR No. V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan
Kesatuan Nasional
5). Tap MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa
6). Tap MPR No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan
7). Tap No. VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
8). Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria
dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Pada bagian ini ada beberapa peraturan per-UU-an pokok yang
harus menjadi rujukan sekaligus menjadi hirarki lebih tinggi dari
RUU HIP yaitu:

1. UUD NKRI secara utuh, bukan Pasal 20 dan 22 saja. Hal ini untuk
menunjukkan bahwa UU ini harus tunduk pada UUD, bukan sebaliknya.

2. Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sebagai tonggak sejarah keberlakuan UUD


1945 dan Pancasila yang murni dan konsekuen. Pancasila yang dimaksud
HIP ini tetap harus Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 yang tidak dapat diperas menjadi TRISILA apalagi EKASILA.

3. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Larangan Ideologi Komunisme dan


Marxisme-Leninisme. HIP adalah menyangkut ideologi, maka harus ada
sikap tegas terhadap ideologi lain khususnya Komunisme yang dianut oleh
PKI yang secara terang-terangan telah melakukan pemberontakan
terhadap NKRI.
B. Fungsi HIP dan Distorsi
Demokrasi Pancasila
❑ HIP adalah pedoman bagi cipta, rasa, karsa dan karya seluruh
bangsa Indonesia dalam mencapai keadilan dan kesejahteraan
sosial dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong untuk
mewujudkan tata masyarakat Indonesia adil makmur berdasarkan
ketuhanan, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan yang berkeadilan
sosial.

❑ Dalam ketentuan umum HIP disebutkan bahwa Demokrasi


Pancasila adalah demokrasi politik dan demokrasi ekonomi yang
berprinsip pada kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD NRI 1945 dan NKRI yang ber-
Bhineka Tunggal Ika.
❑ Fungsi ini menjadi tidak jelas dan mengalami distorsi karena
yang diatur dalam HIP sekadar demokrasi Pancasila di bidang
politik dan ekonomi. Bidang ideologi budaya, sosial, hankam
tidak secara spesifik dibicarakan. Pengaturan kedua bidang itu
terkesan seperti pengaturan di GBHN yang di masa Orde Baru
digunakan.

❑ Jika demikian, mengapa kita tidak menerapkan kembali GBHN


yang ditetapkan MPR? Dan mengapa HIP harus pula menjadi
UU? Bukankah lebih baik menjadi Ketetapan MPR sehingga
pembahasannya lebih komprehensif karena melibatkan seluruh
komponen bangsa, khususnya juga melibatkan DPD?
C. Pokok Pikiran HIP: Distorsi Sila-sila Pancasila
❖ Pasal3 (1) Pokok-pokok pikiran HIP memiliki prinsip dasar
yang meliputi: a. ketuhanan, b. kemanusiaan, c. kesatuan, d.
kerakyatan/demokrasi dan e. keadilan sosial.

❖ Pokok pikiran HIP ini mendistorsi sila-sila Pancasila karena


hanya menyebutkan kata dasarnya. Seharusnya prinsip dasar HIP
tetap sila-sila Pancasila yang utuh. Jadi harus: Ketuhanan Yang
Maha Esa. Mengapa? Karena ada konsep lain ketuhanan, yakni
ketuhanan yang berkebudayaan seperti konsep Ir. Soekarno. Juga
harus Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengapa? karena
ada kemanusiaan ala komunisme (memasung HAM) dan
liberalisme (pengutamaan HAM). Dan seterusnya. Pemerasan
sila dapat dimaknai secara berbeda.
D. HIP Mendistorsi fungsi RPJP dan RPJM
Haluan Ideologi Pancasila memiliki fungsi sebagai:
a. pedoman bagi Penyelenggara b. pedoman bagi Penyelenggara
Negara dalam menyusun dan Negara dalam menyusun dan
menetapkan perencanaan, menetapkan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan, serta evaluasi
tingkat kebijakan Pembangunan terhadap kebijakan pembangunan
Nasional, baik di tingkat pusat nasional di bidang politik, hukum,
maupun di daerah, untuk ekonomi, sosial, budaya, mental,
mewujudkan penyelenggaraan spiritual, pendidikan, pertahanan
pemerintahan negara yang dan keamanan yang berlandaskan
demokratis berdasarkan asas-asas pada ilmu pengetahuan dan
umum pemerintahan yang baik dan teknologi guna mewujudkan
mewujudkan mekanisme kontrol di masyarakat adil dan makmur yang
dalam kehidupan berbangsa dan berketuhanan
bernegara
➢ Kedua fungsi itu sebenarnya sudah diwadahi dalam
RPJP dan RPJM. Ini pekerjaan mubadzir khususnya
terkait dengan rincian tentang tata laksana
pembangunan di berbagai bidang dalam HIP. Semua
hal itu sudah diatur di dalam RPJP dan juga RPJM
2005 - 2025.

➢ Jika demikian, mengapa kita tidak kembali saja


menggunakan GBHN? Untuk hal ini harus kembali
kepada amandemen terhadap UUD NRI 1945 atau kita
perlu kembali kepada UUD 1945 yang asli.
E. Sendi Pokok Pancasila Terdistorsi

Dalam Pasal 6 (1) HIP disebutkan bahwa sendi pokok


Pancasila adalah keadilan sosial.

(2) Keadilan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berupa:
a. keadilan sosial dalam hubungan antara manusia
sebagai orang-perorangan terhadap sesama.
b. keadilan sosial dalam hubungan antara manusia
dengan masyarakat.
c. keadilan sosial dalam hubungan antara
penyelenggara negara dengan warga negara.
❑ Apakah kita lupa bahwa negara Indonesia adalah
berdasar atas KETUHANAN YANG MAHA ESA (Pasal 29
Ayat 1 UUD NRI 1945)? Artinya, sendi pokok negara
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian pula sendi
pokok Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
bukan Keadilan Sosial.

❑ Bila digambarkan secara piramidal, puncak Pancasila


itu bukan keadilan sosial melainkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Artinya, nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi esensi, sendi pokok, ruh dari keempat sila
lainnya. Menjadikan keadilan sosial sebagai sendi pokok
Pancasila dapat menyeret kita ke arah keadilan sosial ala
komunis (ateis) dan kapitalis (sekular). Apakah kita
mau mengarahkan kehidupan kita pada konsep
keadilan sosial kedua ideologi tersebut?
F. Ciri Pokok
Pancasila HIP Mendistorsi Keutuhan Sila-sila Pancasila

Dalam Pasal 7 RUU HIP disebutkan:

(1) Ciri pokok Pancasila adalah keadilan dan kesejahteraan sosial


dengan semangat kekeluargaan yang merupakan perpaduan
prinsip ketuhanan, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan/
demokrasi politik dan ekonomi dalam satu kesatuan.

(2) Ciri Pokok Pancasila berupa trisila, yaitu: sosio-nasionalisme,


sosio-demokrasi, serta ketuhanan yang berkebudayaan.

(3) Trisila sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


terkristalisasi dalam ekasila, yaitu gotong-royong.
▪ Siapa yang memeras Pancasila ▪ Lalu mengapa kita masih ber-halu
menjadi trisila dan ekasila? Ir. kepada memori pada awal tahun 1945
Soekarno-lah yang memeras ketika pembahasan dasar negara
Pancasila. Apakah disetujui oleh dilakukan? Katanya Pancasila sudah
BPUPKI dan Panitia 9 yang final, tetapi mengapa masih ditafsirkan
merumuskan Piagam Jakarta? bahkan sengaja mau diperas-peras
Jawabnya: Tidak! Terbukti hingga hingga menjadi ekasila, gotong royong?
Piagam Jakarta dan UUD NRI 1945, Gotong rotong macam apa? Ala
kelima sila tidak diperas menjadi komunis, ala liberalis, ala Pancasila yang
trisila hingga eka sila. seperti apa? Yang mendekati komunis,
yang sekuler? Atau akan dihidupkan
kembali Pancasila dengan aroma
NASAKOM (Nasionalisme Agama dan
Komunisme)? Untuk pemahaman
Pancasila yang utuh, Pancasila tidak
boleh diperas-peras.
G. Mengapa Tetiba Ada Konsep
Masyarakat Pancasila?
✓ Terkesan aneh ketika HIP ✓ Dalam Pasal 8 RUU HIP disebutkan
hanya bicara tentang bahwa Masyarakat Pancasila
kedudukan Pancasila sebagai menggambarkan suatu tata masyarakat
Pancasila yang:
ideologi, lantas bicara tentang
a. merdeka, bersatu, dan berdaulat,
konsep Masyarakat b. adil dan makmur,
Pancasila. Sejak awal, saya c. rakyatnya berkehidupan kebangsaan
tidak setuju dengan cara yang bebas,
BPIP mendistorsi kedudukan d. taat dan sadar hukum,
Pancasila hanya sebagai e. memiliki suatu Pemerintah NKRI yang
Ideologi. Mengingat ada 3 meliputi segala suku bangsa dan
kedudukan lain yaitu sebagai seluruh wilayah tumpah darah
pandangan hidup, dasar Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan
negara dan the margin of
bangsa, dan ikut melaksanakan
appreciation kehidupan ketertiban dunia berdasarkan
mondial. kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
✓ Sementara dalam Pasal 4 (c) HIP memiliki fungsi sebagai:
pedoman bagi setiap warga negara Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal ini berarti tidak konsisten antara
pembentukan masyarakat Pancasila dengan fungsi HIP yang hanya
sebagai pedoman WN dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
bukan kehidupan BERMASYARAKAT. Harus dibedakan antara bidang
kehidupan BERMASYARAKAT, BERBANGSA, BERNEGARA DAN
MONDIAL (INTERNASIONAL).

✓ Selanjutnya dalam Pasal 12 disebutkan bahwa:


(1) Tata Masyarakat Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
bertujuan membentuk manusia Pancasila.
(2) Manusia Pancasila sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi
gambaran manusia yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya, yang
sadar dan aktif memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan sosial
dengan semangat kekeluargaan, dan aktif bergotong royong untuk
mewujudkan suatu tata masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
(3) Gambaran manusia Pancasila sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memiliki ciri-ciri:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit, dan lain sebagainya.
c. menempatkan dan mengutamakan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
d. mengutamakan musyawarah mufakat dengan semangat kekeluargaan dalam setiap
pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama, yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral terhadap sesama manusia dan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
e. aktif melakukan kegiatan untuk mewujudkan kemajuan bersama yang berkeadilan
sosial.

➢ Gambaran Manusia Pancasila ini jauh lebih sederhana dari kandungan Tap
MPR No. II Tahun 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila, bahkan jauh dari amanah Tap MPR No.VI Tahun 2001 tentang Etika
Kehidupan Berbangsa. Lalu, apa kelebihan RUU HIP ini?
H. HIP Terkesan Menggantikan GBHN dan
RPJP Bahkan UUD NRI 1945
HALUAN IDEOLOGI PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN
PEMBANGUNAN NASIONAL

Dalam Pasal 19 disebutkan bahwa:


(1) Haluan Ideologi Pancasila merupakan pedoman bagi penyelenggara negara
dalam menyusun dan menetapkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kebijakan Pembangunan Nasional yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan
dan teknologi.
(2) Penyusunan dan penetapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan
pembangunan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib memastikan seluruh
kebijakan Pembangunan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada nilai-nilai Pancasila.
Selanjutnya Pasal 20 menyebutkan bahwa
Pembangunan Nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 bersifat: a. nasional, b. menyeluruh dan c.
terencana.
Kalimat dalam Pasal 19 dan 20 ini sangat kental dengan bahasa
GBHN, RPJP dan UUD NRI 1945. Apakah betul UU ini merupakan
UU Omnibus Law Ketatanegaraan sehingga UU berpotensi
"mengungguli" UUD NRI 1945? Artinya UUD harus tunduk pada
UU HIP ini. Kalau demikian maka hal ini merupakan kecelakaan
hukum. Apakah ketika MPR akan melakukan amandemen UUD
harus tunduk pada UU HIP yang seolah telah menjelma menjadi
Pancasila itu sendiri? Tidak pas bukan? Layakkah UUD tunduk
pada UU?
I. Ketiadaan Ketentuan Pidana
dalam RUU HIP
❖ Layaknya sebuah UU yang berfungsi sebagai PERINTAH dan LARANGAN dari
NEGARA kepada semua entitas negara, seharusnya RUU HIP juga memuat pasal
tentang Ketentuan Pidana sebagai sarana untuk memberikan THREAT
(ancaman) berupa SANKSI bagi pelanggar UU ini. Jika UU HIP tidak disertai
sanksi, UU ini hanya menjadi anjuran moral yang tidak memiliki daya paksa apa
pun bagi warga masyarakat, warga negara, pejabat negara, dan atau lembaga
pemerintahan. Sehingga RUU HIP tidak layak menjadi UU, melainkan lebih tepat
menjadi TAP MPR yang lebih memiliki kekuatan moral bagi penyelenggaraan
negara.

❖ Ataukah memang disengaja Ketentuan Pidana dalam RUU HIP ditiadakan


agar terkesan UU HIP memiliki kesetaraan dengan UUD NRI 1945? Jika
demikian, ini merupakan kecelakaan hukum yang harus dihindari.
KESIMPULAN
1. Politik Hukum RUU HIP tidak selaras dengan hakikat
pemahaman Pancasila yang utuh bahkan cenderung
terjadi distorsi teks sekaligus konteks sehingga berpotensi
menyimpang dari sendi pokok Pancasila yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa yang akan berakibat Indonesia semakin
memasuki kehidupan yang ateis dan sekular.

2. Duplikasi formulasi konten RUU HIP dengan RPJP,


GBHN dan bahkan UUD NRI 1945 menyebabkan
dorongan agar kita kembali kepada UUD NRI 1945 yang
asli sehingga GBHN dapat dihidupkan kembali. Jika
tidak, maka Indonesia akan terjerumus ke dalam
pengelolaan negara secara liberal,
atau sosialis dan sekular.
KESIMPULAN
3. Secara kasat mata, dapat 4. Berdasar analisis singkat ini.
kita simak bahwa RUU HIP disimpulkan bahwa RUU HIP
tidak menjadikan Ketetapan tidak layak ditetapkan sebagai
MPRS No. XXV / MPRS/ 1966 UU dan lebih tepat sebagai
dalam konsideran, dan Ketetapan MPR. Apalagi RUU
Pancasila diperas jadi Trisila, HIP ini juga kesulitan untuk
selanjutnya menjadi Ekasila. menentukan rumusan delik
Dikhawatirkan Pancasila secara berupa larangan yang diikuti
hakikat tidak ada lagi dan akan dengan pemberian sanksi
berakhir pada kembalinya pidana. Jangan sampai setelah
ideologi sosialis dan komunis. menjadi UU, HIP ini mandul
Hal ini patut diduga anggota karena tidak memiliki daya
DPR akan menghidupkan paksa keberlakuannya. Jadilah
kembali faham komunis di macan kertas saja.
NKRI.

Anda mungkin juga menyukai