Teori Akuntansi Positiv
Teori Akuntansi Positiv
1. Abstract
2. Pendahuluan
Tahun 90an merupakan decade yang penuh dengan perubahan mendalam. Menjelang
pergantian abad yang sekaligus pergantian millennium, dunia akuntansi telah mengalami
perubahan yang signifikan dalam riset akuntansi dan pendidikan. Terjadinya pergeseran dari
teori akuntansi normative yang berusah memberi anjuran mengenai praktik akuntansi yang
seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian informasi keuangan ke arah
pendekatan teori positif yang mencoba menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai
bentuk seperti keadaannya sekarang.
Teori normative mulai dipertanyakn kembali relevansinya terutama pada pertengahan tahun
1960-an, dengan munculnya hipotesis pasar modal efisien yang berpengaruh besar pada
berbagai penelitian akuntamsi, mulai muncul gagasan yang berlawanan dengan konsep teori
normative, yang menyatakan bahwa pasar modal tidak menyesatkan secara sistematis oleh
metode atau teknik akuntansi. Watts dan Zimmerman (1986) mengembangkan pendekatan
yang berakar pada positivism. Pendekatan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman
bertujuan untuk menjelaskan mengenai pentingnya penelitian empiris untuk menjustifikasi
berbagai metode atau praktik akuntansi yang sekarang berlaku dengan pendekatan
deskriptif. Pendekatan positif ini juga diharapkan dapat memberi dasar untuk penelitian
empiris yang mendalam dalm bidang teori
Sebelum munculnya teori akuntansi positif, penelitian akuntansi normatif telah menjadi
tradisi penelitian yang dominan dalam riset-riset akuntansi saat itu. Ahli teori akuntansi
normatif telah disibukkan dengan pengembangan prinsip-prinsip akuntansi dimana perhatian
utama dari para peneliti ini adalah masalah pengakuan dan pengukuran dalam akuntansi.
Pertanyaan yang umumnya muncul dikalangan para peneliti dengan pendekatan akuntansi
normative adalah apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan. Sedangkan pertanyaan-
pertanyaan dalam teori akuntansi positif lebih berhubungan dengan “apa” dan “mengapa”.
Sehingga, sebagai misal ketika para akuntan sedang membahas sebuah dasar pengukuran
dalam akuntansi, pendekatan normative akan menanyakan dasar pengukuran apa yang
“seharusnya” digunakan dalam akuntansi, sedangkan pendekatan positif akan menanyakan
model pengukuran yang bagaimana yang lebih tepat digunakan oleh para akuntan supaya
informasi akuntansi lebih berguna bagi para penggunanya. Sehingga kemunculan teori
akuntansi positif (PAT) sebagai kritik atas kelemahan – kelemahan yang ada pada teori
akuntansi normatif tersebut, dimana Watts dan Zimmerman (1979) bermaksud membangun
teori akuntansi positif yang diharapkan bisa menjelaskan bagaimana peran teori dalam
menentukan standar akauntansi dan bagaimana arah penelitian di bidang akuntansi akan
berubah seiring dengan perubahan hal-hal yang mendasarinya.
Selanjutnya, satu dasawarsa kemudian yaitu di tahun 1990 Watts dan Zimmerman (1990)
kembali mengeluarkan tulisan yang berjudul “Positive Accounting Theory: A Ten Years
Perspective” yang juga terbit dalam The Accounting Review. Tulisan tersebut bertujuan
untuk: (1) untuk menyampaikan perspektif tentang evolusi dan keadaan teori akuntansi
positif saat itu dan untuk meringkas bukti keteraturan empiris sistematis dalam akuntansi;
(2) mengevaluasi metode penelitian yang digunakan untuk mendokumentasikan keteraturan
empiris dimana tulisan tersebut membahas kritik terhadap konsep teori akuntansi positif; (3)
memberikan pandangan tentang arah masa depan literatur akuntansi positif.
Dengan perkembangan-perkembangan di atas, bisa disimpulkan bahwa tujuan dari teori
akuntansi adalah untuk menyediakan seperangkat prinsip dan hubungan yang diobservasi
mengenai praktik akuntansi di sebuah negara untuk menjelaskan dan memprediksi operasi
sebuah perusahaan. Dengan kata lain, dalam prinsip dan metode teori akuntansi positif harus
dapat memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan praktik
akuntansi, seperti unit laba akuntansi melalui metode yang dapat diterima oleh kalangan
praktisi. Selanjutnya, melalui berbagai penelitian di bidang akuntansi, teori akuntansi positif
harus dapat diuji dari masa ke masa, baik melalui penalaran deduktif maupun induktif.
Ahmadi (2011) dan Bazrafshan dan Talebnia (2016) menjelaskan bahwa teori akuntansi
positif didasarkan pada kerangka konseptual yang telah ditetapkan dalam konten
eksperimental
Dengan demikian, PAT merupakan perubahan besar dalam paradigma penelitian akuntansi.
Watts dan Zimmerman (1986) telah berusaha melegitimasi dan mempromosikan PAT,
dimana PAT mempunyai kesamaan pandangan tentang konsep-konsep teori dalam sains
secara umum. Sehingga Watts dan Zimmerman (1986) telah mengutip berbagai filosofi
penulis-penulis di sains secara umum, khususnya yang berasal dari ilmu penhetahuan alam
untuk menegaskan bahwa pandangan mereka tentang teori adalah sama dengan yang ada
dalam sains secara umum, yang sekaligus digunakan untuk menonjolkan kelebihan-
kelebihan PAT dibandingkan dengan teori normatif.
3. Kajian Literatur
a. Perkembangan Teori Akuntansi Positif
Perkembangan PAT dimulai dengan adanya kritik dan koreksi beberapa asumsi yang
mendasari konsep-konsep akuntansi normatif selama akhir periode 1960-an. Terdapat
dua kelompok penelitian yang dilakukan saat itu. Kelompok penelitian pertama (Ball &
Brown, 1968; Beaver et al., 1980; McNichols & Manegold, 1983 dan lain-lain) meneliti
hubungan antara angka laba akuntansi dan harga saham. Hasil penelitian-penelitian
tersebut menunjukkan bahwa angka-angka akuntansi mencerminkan beberapa faktor,
seperti arus kas dan risiko yang relevan dengan penilaian saham. Menurut Watts dan
Zimmerman (1986), temuan-temuan dari penelitian tersebut mampu memberikan koreksi
atas kelemahan klaim dalam literatur akuntansi normatif yang menyatakan bahwa angka
laba akuntansi tidak berarti karena dihitung dengan menggunakan basis penilaian ganda.
Sedangkan kelompok penelitian kedua studi (Kaplan & Roll, 1972; Biddle & Lindahl,
1982, dan sebagainya) berusaha untuk membedakan antara dua hipotesis yang saling
bertentangan, yaitu hipotesis tanpa efek (no-effects hypothesis) dan hipotesis mekanistik.
Bukti empiris yang ditemukan dalam kelompok penelitian-penelitian kedua masih saling
bertentangan dan tidak berhasil membedakan dua hipotesis yang saling bertentangan
tersebut
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori
normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran
untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatifterlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya
pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):
a. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena
didasarkan 'pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji
keabsahannya secara empiris.
b. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara
individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
c. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi
sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal.
Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada
mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat
dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien. Selanjutnya Watt &
Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi
dalam pendekatan normatifterlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang
kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman
mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empirik dan
menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau
mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari. Apabila teori
normatif menunjukkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu berdasar premis, norma
atau standar, teori positifberusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan
mengujinya secara empirik (Godfrey et.a1,1997 dalam Anis dan Imam,2003). Penjelasan
atau prediksi dilakukan menurut kesesuaiannya dengan observasi dengan dunia nyata.
Aliran positif merupakan perspektif yang dikenal luas oleh kalangan akademisi saat ini.
Aliran ini pertama kali diperkenalkan di Universitas Chichago, kemudian meluas ke
beberapa Universitas lainnya di Amerika Serikat seperti Rochester, Barkley, Stanford,
UCLA, NY (Rasyid,1997). Teori akuntansi positif mempunyai suatu kepercayaan bahwa
realita sosial berada secara independen dari manusia yang memiliki sifat atau esensi
tersendiri. Hal ini mengakibatkan fenomena empiris terpisah dari penelitian. Dengan
demikian validitas ilmiah dari dunia empiric diuji melalui observasi. Di dalam filsafat
ilmu pengujian empiris ini dinyatakan dalam 2 cara (Chua,1986 dalam Imam,2000),
yaitu :
a. Dalam pandangan aliran positivis ada teori dan seperangkat pernyataan hasil
observasi independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi
kebenaran teori. Jurnal Akuntansi & Auditing 85 Volume 01/ No. 01/
Nopember7304
b. Dalam pandangan Popperian karena pernyataan hasil observasi merupakan teori
dependent dan fallible, maka teori-teori ilmiah tidak dapat dibuktikan
kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk ditolak (falsified).
Aliran positif beranggapan bahwa antara kekuasaan dan politik sebagai sesuatu yang
tetap dan sistem sosial dalam organisasi terdiri dari fenomena empiris konkrit dan bebas
nilai (tidak tergantung) pada manajer dan karyawan yang bekerja didalamnya
(Machintosh,1994 dalam Nur Indriantoro,1999). Kemudian Positivist menganggap
dirinya sebagai pengamat yang netral, obyektif dan bebas nilai dari fenomena akuntansi
yang diamati (Nur Indriantoro,1999). Teori akuntansi positif juga dibangun berdasarkan
asumsi —asumsi tentang the nature of human society. Diasumsikan bahwa manusia
selalu menentukan tujuan terlebih dahulu sebelum memilih untuk melakukan suatu aksi.
Dalam hal ini manusia memiliki "a single superordinate goal" yaitu "utility
maximization"' asumsi ini muncul dalam teori agensi akuntansi.
Menurut teori ini seorang agen (manajer) akan selalu menyukai untuk bekerja sedikit
dari pada banyak, sementara pemilik (principal) berharap memaksimumkan
pengembalian investasinya. Sistem ekonomi kapitalis merupakan landasan yang kuat
untuk berkembangnya akuntansi positif. Rasyid (1997) menyatakan bahwa hubungan
antara teori dan praktek dalam akuntansi positif dengan adanya suatu means-end
dichotomy, yaitu keterpisahan antara dunia teori dan praktek. Asumsi ini akibat logis
dari asumsi ontologis (asumsi tentang obyek penelitian) yaitu pertanyaan tentang
keberadaan suatu obyek penelitian dan realita sosial. Peneliti harus dapat meyakinkan
dirinya tentang keberadaan sesuatu yang sedang dipelajari atau diteliti, apakah real ita
sosial yang akan diteliti merupakan suatu obyek yang konkrit atau merupakan suatu
konsep (Gaffikin,1989,1998)
Implikasinya dalam dunia akuntansi adalah bahwa akuntansi dan akuntan menyediakan
informasi seefisien dan seefektif mungkin, sementara bagaimana manajer
menggunakannya tidaklah menjadi perhatian akuntan dan akuntansi. Sejauh ini aliran
positif selalu berupaya melakukan riset akuntansi dengan cara mengevaluasi hubungan
antar variabel dengan hasil yang menyatakan signifikansi antar variabel tersebut. Oleh
karena itu dalam evaluasi dan anal isisnya aliran positif sangat mengandalkan
penggunaan alat statistik. Semua kasus diupayakan untuk melihat dan disederhanakan
menjadi rumusan statistik, akibatnya sering peneliti merasa kebingungan dengan hasil
penelitian yang diperoleh karena semua permasalahan disederhanakan dengan rumusan
statistik.
Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan
akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986)
a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan
penjelasan spesifik.
b. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi
c. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan akuntansi.
e. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi
serta penjelasan terhadap fenomena
4. Pembahasan
Riset akuntansi positif pertama kali diketahui dilakukan oleh William H. Beaver (1968)
dengan terbitnya artikel yang berjudul “The Information Content of Annual Earnings
Announcements” (Jensen, 1976: 4, 8). Selanjutnya teori akuntansi positif diakui
kemunculannya ketika Watts dan Zimmerman mempublikasikan artikelnya yang berjudul
“Towards a Positive Theory of The Determination of Accounting Standard” pada tahun
1978. Artikel tersebut telah menjadikan teori akuntansi positif sebagai paradigma riset
akuntansi yang dominan yang berbasis empiris kualitatif dan dapat digunakan untuk
menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari
model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari. Dalam hal ini teori
akuntansi positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya
secara empirik (Godfrey, el al, 1997 dalam Ghozali dan Anis, 2007). Penjelasan atau
prediksi dilakukan menurut kesesuaiannya dengan observasi dengan dunia nyata.
Aliran positif merupakan perspektif yang dikenal luas oleh kalangan akademisi. Aliran ini
pertama kali dikenalkan di Universitas Chichago, kemudian meluas ke beberapa universitas
lainnya di Amerika Serikat, seperti Rochester, Barkley, Stanford, UCLA, NY (Rasyid, 1997:
13-21). Tujuan teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to explain) dan
memprediksi (to predict) praktik akuntansi. Penjelasan berarti memberikan alasan-alasan
terhadap praktik yang diamati. Misalnya, teori akuntansi positif berusaha menjelaskan
mengapa perusahaan tetap menggunakan akuntansi cost historis dan mengapa perusahaan
tertentu mengubah teknik akuntansi mereka. Sedangkan prediksi terhadap praktik akuntansi
berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati. Kehadiran teori akuntansi
positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan akuntansi. Adapun
kontribusi teori akuntansi positif terhadap pengembangan akuntansi adalah menghasilkan
pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik terhadap pola
tersebut, memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi, menunjukkan peran
utama contracting cost dalam teori akuntansi, menjelaskan mengapa akuntansi digunakan
dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan-pilihan akuntansi, mendorong riset
yang relevan dimana akuntansi menekankan pada prediksi dan penjelasan terhadap
fenomena akuntansi.
Dorongan terbesar dari teori akuntansi positif dalam akuntansi adalah untuk menjelaskan (to
explain) dan meramalkan (to predict) pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya
dan manfaat dari pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai
individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi. Teori akuntansi positif didasarkan pada
adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur adalah rasional dan
bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan mereka yang secara langsung
berhubungan dengan kompensasi mereka, dan tentunya kesejahteraan mereka pula. Pilihan
atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok tersebut bergantung pada
perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur akuntansi alternatif dengan cara
demikian untuk memaksimalkan kegunaan mereka.