Draft Final Dokumen RUED
Draft Final Dokumen RUED
JAYAPURA, 2022
i
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh
pemangku kepentingan energi di Provinsi Papua yang telah berperan baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Dokumen RUED Provinsi
Papua ini. Akhir kata adalah menjadi harapan penyusun agar laporan ini menjadi
acuan bermanfaat bagi para pihak yang berkepentingan dalam pengaturan
pengelolaan energi yang berkelanjutan di Provinsi Papua.
Konsultan Penyusun
ii
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR Ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Ruang Lingkup 3
1.3. Aspek Regulasi 3
1.4. Keterkaitan RUED – P dengan Perencanaan 6
Pembangunan Daerah
1.5. Istilah dalam RUED – P 8
1.6. Sistematika RUED 10
iii
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
BAB V PENUTUP 66
iv
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
DAFTAR TABEL
v
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
DAFTAR GAMBAR
vi
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
bersifat lintas sektor untuk mencapai sasaran kebijakan energi di tingkat Provinsi
dengan mengutamakan pemanfaatan energi setempat. Penyusunan RUED juga
harus memperhatikan inklusifitas daerah, sebagaimana diatur dalam UU Nomor
2 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, serta kewenangan yang
diberikan sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun
2021 tentang Kewenangan dan Kelembagaan Pelaksanaan Kebijakan Otonomi
Khusus Provinsi Papua.
Secara umum pemakaian energi saat ini terus meningkat secara pesat sejalan
dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
teknologi. Pertumbuhan ekonomi Papua di masa datang diproyeksikan sebagai
hasil dari pembangunan hijau, yaitu pertumbuhan ekonomi yang kuat, namun
juga ramah lingkungan, serta inklusif secara sosial dan budaya. Pemanfaatan
energi saat ini sebagian besar masih berasal dari energi fosil, yaitu: minyak bumi,
gas bumi dan batu bara, sedangkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan
(EBT) masih sangat kecil. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hijau, maka
pemanfaatan EBT harus dimaksimalkan, sedangkan pemanfaatan energi fosil
harus efisien dan berbasis teknologi bersih. Dengan demikian RUED yang
dirancang ini menekankan pada pengelolaan dan pengusahaan energi secara
optimal, berkeadilan, berkelanjutan dan terpadu dengan tetap menjaga
2
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah provinsi Papua ini dilandasi aspek
regulasi, perizinan, dan perundang-undangan yang terkait energi, di antaranya:
3
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
4
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017
Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
5
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
13. Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Papua Tahun 2013-2033.
Posisi dan keterkaitan RUEN, RUED dan Perencanaan pembangunan dalam hal
ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
c. Keterkaitan RTRW dan RUED Provinsi, dalam hal ini muatan program dan
kebijakan energi yang tertuang dalam RTRW yang mengakomodasi potensi
energi dan jaringan infrastruktur energi yang direncanakan sampai dengan
Tahun 2033 (RTRW Provinsi Papua 2013–2033) dan kemudian periode
berikutnya mengikuti rencana yang tertuang dalam RUED Provinsi Papua
hingga tahun 2050.
6
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Keterkaitan antara RUEN, RUED dan Perencanaan Lainnya dapat dilihat pada
Gambar 1.1 dan 1.2.
7
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
8
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
9
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
10
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
BAB II
DI MASA MENDATANG
Isu dan permasalahan energi baik di nasional maupun daerah Provinsi Papua
dapat diuraikan sebagai berikut:
Isu dan permasalahan energi nasional di yang diulas pada pada bagian ini
merupakan saduran langsung dari Lampiran Perpres No. 22 tahun 2017 tentang
Rencana Umum Energi Nasional. Ulasan ini ditujukan untuk memberikan
gambaran isu dan permasalahan energi nasional baik langsung maupun tidak
langsung ada kaitannya dengan isu, permasalahan dan potensi solusi energi di
Papua.
11
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
dari ekspor gas masih digunakan sebagai andalan bagi penerimaan negara.
Namun disisi lain pemanfaatan gas bumi dalam negeri belum optimal karena
terbatasnya infrastruktur gas dan penyerapan konsumsi gas dalam negeri
yang rendah. Akibatnya produksi gas yang melimpah disalurkan dengan
ekspor dan menghasilkan devisa. Lebih lanjut hal ini menyebabkan multiplier
effect bagi ekonomi dalam negeri terutama pengembangan industri,
penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan nilai tambah belum maksimal.
Hal demikian juga terjadi untuk komoditas batubara, Total produksi batubara
nasional pada tahun 2015 ialah 461,6 juta ton, namun pemanfaatan dalam
negeri hanya 20,7% atau 95,8 juta ton dimana sebagian besar dimanfaatkan
oleh pembangkit listrik. Selebihnya, sekitar 79,3% produksi setara dengan
365,8 juta ton diekspor ke berbagai negara. Hal ini menjadikan Indonesia
menjadi salah satu negara eksportir batubara terbesar di dunia, padahal
cadangan batubara Indonesia hanya 3,1% dari cadangan dunia (BP
Statistical Review of World Energi 2014). Tingginya ekspor batubara
mengindikasikan bahwa batubara masih menjadi sumber penghasil devisa.
Untuk mencapai tujuan RUEN dan KEN, produksi batubara perlu
dikendalikan, ekspornya dikurangi secara bertahap dan akan dihentikan
serta pemanfaatan dalam negerinya ditingkatkan. Begitu pula dengan gas
bumi yang akan lebih dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri.
12
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Rendahnya RRR dan penurunan produksi minyak dan gas bumi disebabkan
oleh sejumlah faktor, diantaranya rendahnya kegiatan eksplorasi migas dan
rendahnya tingkat keberhasilan eksplorasi yang dilakukan oleh perusahaan
minyak, minimnya keterlibatan pemerintah langsung dalam kegiatan
eksplorasi, maupun iklim investasi migas yang kurang kondusif bagi pelaku
usaha, seperti tumpang tindih lahan, perizinan yang rumit, permasalahan tata
ruang, dan masalah sosial. Selain itu terdapat berbagai kendala teknis antara
lain, penurunan cadangan yang terjadi secara alami pada lapangan-
lapangan yang sudah tua dan belum optimalnya penerapan teknologi
Enhanced Oil Recovery (EOR) pada sebagian besar lapangan-lapangan
minyak tua di Indonesia.
Fenomena turunnya harga minyak dunia dalam beberapa tahun terakhir tidak
pernah diperkirakan sebelumnya. Kecenderungan harga energi yang selalu
meningkat dalam sepuluh tahun terakhir berubah dengan menurunnya harga
minyak, dari sekitar US$ 100 per barel pada tahun 2014 menjadi di bawah
US$ 35 per barel pada akhir tahun 2015.
13
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
14
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
15
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
16
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
dipengaruhi oleh dinamika harga minyak dan LPG di dunia. Tren subsidi
energi nasional, baik untuk BBM, LPG dan listrik periode tahun 2004–2015
ditampilkan pada Gambar 2.1 berikut ini:
Rp Triliun
400
341.8
350 306.5 310.0
300 255.6
223.0
250
200
140.0
150
120.6 119.1
104.4 94.6 94.6
100
71.3
50
-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Subsidi BBM dan LPG Realisasi 69.0 95.6 64.2 87.5 139.1 45.0 82.4 165.2 211.9 210.0 240.0 60.8
Subsidi Listrik Realisasi 2.3 8.9 30.4 33.1 83.9 49.5 57.6 90.4 94.6 100.0 101.8 58.3
Subsidi Energi 71.3 104.4 94.6 120.6 223.0 94.6 140.0 255.6 306.5 310.0 341.8 119.1
Catatan:
1) Subsidi tahun 2004 s.d. 2014, sumber data realisasi subsidi LKPP.
2) Subsidi Tahun 2015, sumber data Kemenkeu (unaudited ).
Selain jumlah subsidi yang masih relatif tinggi, alokasi dana subsidi juga
masih belum tepat sasaran, karena sebagian besar dari subsidi tersebut
justru dinikmati oleh kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan pemilik
kendaraan bermotor. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah justru
hanya menikmati sebagian kecil dari subsidi tersebut. Menanggapi
permasalahan ini, di tahun 2015 secara bertahap telah dilakukan perubahan
kebijakan harga BBM dan listrik sehingga harga energi mencerminkan
keekonomian dan lebih berkeadilan. Kepentingan masyarakat kurang
mampu tetap terlindungi dengan adanya program bantuan sosial untuk
kelompok masyarakat miskin.
17
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
subsidi untuk BBM dan listrik yang berlangsung cukup lama serta masih
mahalnya biaya dari sebagian besar teknologi EBT. Akibatnya hingga tahun
2015 EBT masih kalah bersaing dengan energi fosil. Biaya Pokok
Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik Nasional yang masih belum memadai
menyebabkan pengembangan dan pemanfaatan EBT masih terkendala,
tidak maksimal dan mengakibatkan ketergantungan yang besar pada energi
fosil.
Potensi EBT seperti panas bumi, air, bioenergi, sinar matahari dan
angin/bayu sangat melimpah di Indonesia. Kawasan hutan Indonesia seluas
120 juta hektar memiliki potensi sumber biomassa, energi air, dan panas
bumi yang sangat besar. Pada tahun 2015 porsi EBT hanya sebesar 5%
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Minyak bumi
Batu bara
Gas bumi
5%
Energi baru dan terbarukan 23%
166
MTOE 46%
26%
18
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Pada tahun 2015 porsi EBT dalam bauran energi nasional di sektor
kelistrikan juga relatif masih rendah, yaitu sebesar 10,5% dari total produksi.
Sebagian besar energi yang digunakan pada pembangkit listrik bersumber
dari batubara sebesar 56,1% kemudian diikuti oleh gas bumi sebesar 24,9%
dan BBM sebesar 8,6% sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3.
19
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
20
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
21
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
22
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Isu dan permasalahan energi daerah yang ada di Provinsi Papua sesuai dengan
karakteristik Provinsi Papua dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sumber Daya Minyak Bumi dan Gas Bumi Masih Diperlakukan sebagai
Komoditas yang Menjadi Sumber Devisa Negara, Belum sebagai Modal
Pembangunan Daerah
Provinsi Papua merupakan salah satu daerah penghasil minyak bumi dan
gas bumi di Indonesia). Potensi minyak bumi dan gas terdapat di berbagai
cekungan di Provinsi Papua. Jumlah keseluruhan cadangan sumber daya
minyak bumi dan gas di Provinsi Papua adalah 93.154,13 BSCF (Sumber:
Bappeda Papua, Profil Infrastruktur, 2014). Dari keseluruhan cadangan ini,
sumber daya minyak bumi dan gas yang telah terambil adalah 49.702,24
BSCF atau sebesar 53,35%. Cadangan sumber daya minyak bumi dan gas
yang terbesar terletak di Cekungan Palung Aru. Besar cadangan sumber
daya di Cekungan Aru sebesar 39.602,82 BSCF. Dari besar cadangan ini,
66,24% sudah terambil di tahun 2010. Cekungan Waropen merupakan
cekungan dengan cadangan sumber daya minyak bumi dan gas yang
memiliki dangan terbesar kedua setelah Cekungan Palung Aru. Cekungan
Waropen memiliki cadangan sumber daya sebesar 26.979,89 BSCF. 74,27%
dari cadangan yang terdapat di Cekungan Waropen telah terambil.
Cekungan Jayapura memiliki cadangan minyak bumi dan gas sebesar
3.400,91 BSCF. Sumber daya minyak bumi dan gas yang terdapat di
Cekungan Jayapura telah terambil sebanyak 75,94%. Cekungan Akimeugah
merupakan cekungan dengan sumber daya minyak bumi dan gas terbesar
ketiga setelah Cekungan Palung Aru dan Cekungan Waropen. Besar
cadangan sumber daya minyak bumi dan gas yang terdapat di Cekungan
Akimeugas adalah sebesar 22.942,79 BSCF. Sumber daya minyak bumi dan
gas yang telah terambil dari Cekungan ini adalah sebesar 783,35 BSCF atau
hanya sebesar 3,41%. Cekungan Jayapura, Manuai, dan Biak merupakan
cekungan dengan cadangan sumber daya minyak bumi dan gas yang
tergolong kecil jika dibandingkan dengan cekungan lainnya. Cadangan
sumber daya minyak bumi dan gas yang terdapat di Cekungan Jayapura
23
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
adalah sebesar 3.400,91 BSCF dan 75,94% dari cadangan yang ada telah
terambil. Untuk Cekungan Manui, besar cadangan sumber daya minyak bumi
dan gas adalah sebesar 178,01 BSCF dan 25,65% dari cadangan yang ada
telah terambil. Cekungan Biak memiliki cadangan sumber daya minyak bumi
dan gas yang terkecil di Provinsi Papua. Besar candangan sumber daya
minyak bumi dan gas adalah sebesar 49,75 BSCF dan 41,62% dari
cadangan ini telah terambil. Di samping cekungan-cekungan yang telah
dieksploitasi di atas, Pemerintah sedang memfokuskan pengembangan
eksplorasi minyak dan gas di Cekungan Warim (perbatasan Papua dan
Papua Nugini) yang diperkirakan memiliki potensi yang sangat besar (giant),
bahkan lebih besar dari potensi Blok Marsela. Cadangan minyak di
Cekungan Warim diperkirakan mencapai 25.968 MMBO sedangkan gas
bumi mencapai 47,27 TCF.
Sayangnya dari total produksi minyak bumi dan gas yang dihasilkan,
beberapa persennya minyak bumi tersebut diekspor ke luar negeri melalui
kapal tanker. Tidak adanya stasiun kilang minyak bumi di Provinsi Papua
meyebabkan kebutuhan impor BBM dari daerah lain. Kebutuhan akan BBM
di Provinsi Papua tidak diimbangi dengan produksi BBM, sehingga multiplier
effect bagi ekonomi Provinsi Papua untuk penyediaan BBM dari produksi
sendiri, dan peningkatan nilai tambah pendapatan daerah Provinsi Papua
belum maksimal.
24
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
25
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Mamberamo Raya. Pembangkit listrik non PLN ini terdiri dari berbagai jenis
sumber energi seperti energi fosil berupa PLTD, serta pembangkit EBT yang
umumya terdiri dari Pembangkit Listrik tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit
Listrik tenaga Air-Mikro Hidro (PLTA/PLTMH). Pengguna PLTS umumnya
terbagi dalam 2 kelompok yaitu: PLTS terpusat/komunal dan PLTS tersebar,
termasuk lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE). Jumlah pengguna
LTSHE cukup besar, yaitu lebih dari 200.000 unit terpasang dari tahun 2017-
2021. Hal ini berdampak signifikan terhadap rasio elektrifikasi di Papua,
namun hanya memberikan pelayanan dasar penerangan dengan waktu 6 –
8 jam sehingga masih dikategorikan sebagai pra-elektrifikasi. Sedangkan
jumlah rumah tangga yang belum menikmati listrik sebanyak 45.541 KK. Dari
data juga menunjukkan masih ada 292 desa yang belum berlistrik.
Penggunaan sumber energi terbarukan yang masih rendah dan dominasi
pembangkit yang berbahan bakar minyak (PLTMG dan PLTD) berdampak
pada tingginya harga keekonomian dari produksi listrik. Di samping itu
ketersediaan jaringan transmisi dan distribusi masih menjadi salah satu
kendala. Kondisi geografis dan tersebarnya penduduk secara komunal
menyebabkan penyediaan listrik secara on grid menjadi tantangan tersendiri.
26
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Penyediaan bahan bakar gas di Papua selama ini baru dapat dirasakan
hanya di sebagian daerah pesisir. Permasalahan ini juga akibat dari belum
tersedianya Depo LPG di sebagain besar wilayah di Papua. Selain itu
penyediaan BBG yang ada bukan merupakan BBG subsidi (3 kg), sehingga
hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat mampu perkotaan
saja.
27
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
28
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
yang berasal dari 7 sungai dengan total potensi 3.775,24 MW. Sungai Tuga
dan Sungai Urumuka merupakan sungai-sungai dengan potensi yang besar
di Kabupaten Mimika, yaitu: 1.625,00 MW dan 1.253,00 MW. Kabupaten
Waropen memiliki potensi tenaga air skala besar yang berasal dari 6 sungai.
Sungai Warena merupakan sungai dengan potensi tenaga air terbesar di
Kabupaten Waropen dengan potensi sebesar 1.583,00 MW. Keseluruhan
potensi tenaga air skala besar di Kabupaten Waropen mencapai 2.066,34
MW. Kabupaten Nabire, Asmat, Tolikara, Sarmi, Yalimo, dan Jayawijaya
memilki potensi tenaga air skala besar yang kurang dari 500 MW. Potensi
keseluruhan dari kabupaten-kabupaten ini adalah sebesar 1.101,23 MW.
Sampai saat ini, pemanfaatan potensi tenaga air dengan skala besar di
Provinsi Papua baru ada di Jayawijaya yaitu sebesar 20 MW.
Potensi tenaga air skala mini hidro berdasarkan data yang telah diperoleh,
terdapat di 3 Kabupaten, yaitu Kepulauan Yapen, Nabire, dan Jayapura.
Besar potensi tenaga air skala mini hidro di Kabuapten Kepulauan Yapen
adalah sebesar 5,26 MW. Potensi tenaga air di Kabupaten Kepulauan Yapen
berasal dari 3 buah sungai, yaitu: Sungai Wamen, Mariarotu, dan Tatui
dengan besar potensi berturut-turut adalah sebesar 2,00 MW, 2,00 MW dan
1,26 MW. Potensi tenaga air skala mini hidro yang terdapat di Kabuapten
Nabire berasal dari Sungai Kalibumi 1 dan Kalibumi 2 dengan potensi
berturut-turut sebesar 2,6 MW dan 2,5 MW. Sedangkan potensi tenaga air
skala mini hidro yang berada di Kabupaten Jayapura berasal dari Sungai
Amai dengan potensi sebesar 1,1 MW.
Di Kabupaten Jayawijaya, data potensi tenaga air skala mini hidro belum
tersedia. Namun demikian, terdapat 4 unit PLTM yang telah memanfaatkan
potensi tenaga air ini dalam pembangkitan energi listrik. Unit-unti PLTM
tersebut adalah Sinagma, Walesi, Wamena 1, dan Wamena 2. Unit PLTM
Sinagma dan Walesi memilki kapasitas terpasang masing-masing sebesar
400 kW dan 100 kW. Unit PLTM Wamena 1 dan Wamena 2 yang digunakan
untuk melayani kebutuhan energi listrik di Kota Wamena masing-masing
memiliki kapasitas terpasang 280 kW dan 120 kW.
29
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Selain potensi tenaga air, Papua juga memiliki potensi EBT berupa energi
surya dan bayu. Potensi energi surya berkisar antara 1300-1400
kWh/kWp/tahun (±3.7 kWh/kWp/hari), adapun potensi energi bayu yang ideal
sebagai PLTB (kecepatan > 4m/s) terletak di daerah Selatan Papua, yaitu
Merauke dan sekitarnya.
30
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Sub-bab kondisi energi daerah Provinsi Papua saat ini berisi tentang
inventarisasi dan verifikasi data pengelolaan energi daerah Provinsi Papua pada
tahun dasar pemodelan (2015), yang mencakup antara lain:
Indikator yang mempengaruhi dan mencerminkan kondisi energi daerah saat ini
meliputi indikator sosio-ekonomi terbagi atas jumlah penduduk, penduduk
pedesaan dan perkotaan, jumlah tenaga kerja dan tingkat pengangguran, tingkat
kemiskinan, PDRB Per Lapangan Usaha, PDRB per Kapita dan Jumlah
kendaraan bermotor, yang akan dibahas berikut ini.
31
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Tabel 2.2 PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua (Harga Konstan
2010)
PDRB Atas Harga Konstan 2010
Jenis Kegiatan (Miliar Rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan dan
15.160,43 15.628,65 16.132,39 16.598,37 16.926,94
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 52.626,19 59.923,95 61.991,36 68.619,72 39.642,01
Industri Pengolahan 2.649,34 2.792,62 2.923,90 3.033,83 3.017,38
Pengadaan Listrik dan Gas 41,60 46,50 48,65 51,72 54,19
Pengadaan Air, Pengelolaan
73,44 76,78 79,61 83,37 83,37
Sampah
Konstruksi 13.099,48 14.350,96 15.364,73 16.357,48 17.637,39
Perdagangan Besar dan
10.082,77 10.824,09 11.453,80 12.221,56 13.029,81
Eceran, Reparasi
Transportasi dan Pergudangan 4.769,16 5.213,48 5.630,00 6.039,92 6.426,94
Penyediaan Akomodasi &
937,86 1.004,27 1.063,54 1.124,02 1.180,73
Makan Minum
32
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita Provinsi Papua adalah
besaran pendapatan rata-rata penduduk wilayah Provinsi Papua. PDRB per
kapita Provinsi Papua pada tahun 2015 adalah sebesar 40.008.737,62 , −.
Dengan perhitungan sebagai berikut:
Pada tahun 2016, jumlah penduduk Provinsi Papua adalah 3.207.450 jiwa dan
mengalami pertumbuhan sebesar 1,84% dari tahun sebelumnya. Kota Jayapura
masih merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 288.786
jiwa atau 9% dari total penduduk Provinsi Papua tahun 2016. Dari total 3.207.450
jiwa penduduk Provinsi Papua terdapat 754.393 rumah tangga, rata-rata jumlah
33
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
anggota keluarga dari setiap rumah tangga adalah 4,03. Jumlah penduduk
tersebut merupakan hasil proyeksi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010.
Rasio jenis kelamin pada tahun 2016 adalah 111,37, artinya setiap 100 penduduk
perempuan ada sekitar 111 penduduk laki-laki. Adapun kepadatan penduduk di
Provinsi Papua mencapai 10,1 orang per km2. Prosentasi penduduk yang tinggal
di daerah perkotaan ada 38%. Demografi Provinsi Papua tahun 2015-2019
ditunjukkan pada Tabel 2.3.
34
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
10.701 58.993
40.749
554.375
35
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Indikator energi daerah Provinsi Papua sebagai bagian dari kondisi daerah saat
ini terdiri atas komponen sebagai berikut:
Potensi energi yang terdapat di Provinsi Papua, terdiri dari potensi energi fosil
dan energi baru terbarukan. Seluruh jenis energi fosil ada cadangannya,
sementara untuk EBT hanya panas bumi yang tidak ada apabila ditinjau dari
aspek teknis dan komersial layak dikembangkan sebagai sumber energi. Kondisi
ini merupakan modal dasar dan kekuatan daerah dalam mengembangkan sistem
pengelolaan energi. Adapun cadangan energi fosil dan potensi EBT ditampilkan
pada Tabel 2.5 sebagai berikut:
Tabel 2.5 Cadangan Energi Fosil dan Potensi EBT Provinsi Papua
Jenis Satuan Potensi
Minyak Bumi MMBO 25.968,0
Gas Bumi TCF 47,3
Batubara ton 6.414.800,0
Tenaga Air MW 22.371,0
Mini hidro dan mikrohidro MW 615,0
Biomass MW 81,4
Biogas MW 15,1
Surya MW 92.161,0
Angin MW 19.276,0
Sumber: RUEN, KESDM, Bappeda Provinsi Papua
36
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Potensi EBT secara teknis masih dapat bertambah seiring dengan survei dan
studi potensi yang akan terus dilakukan.
Bauran energi primer Provinsi Papua pada tahun 2015 didominasi oleh energi
fosil, yang terdiri dari: minyak bumi sebesar 70,5%, disusul batubara sebesar
23,6% serta gas sebesar 1,4%. Selain itu, bauran energi lainnya berupa energi
baru dan terbarukan menyumbang 4,5% dari keseluruhan bauran energi daerah,
sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2.7 berikut ini:
4,5%
23,6%
70,5%
Pada tahun dasar (2011) rasio elektrifikasi Provinsi Papua baru berada pada
angka 50,11% dan lebih dari 50% desa masih belum terlistriki. Pada tahun 2020
terjadi perbaikan yang signifikan dalam hal elektrifikasi, dimana jumlah rasio
elektrifikasi dan desa terlistriki meningkat karena program pra-elektrifikasi
dengan pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). Kondisi
elektrifikasi Provinsi Papua pada tahun 2020, menurut RUPTL PLN 2021 – 2030
adalah sebagai berikut:
37
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Satuan Jumlah
Rasio Elektrifikasi % 94,44
Rasio Desa Berlistrik % 94,71
Jumlah Desa Terlistriki desa 5.521
Desa Berlistrik PLN desa 1.255
Desa Berlistrik Non-PLN desa 1.578
Desa Berlistrik LTSHE desa 2.396
Sumber: RUPTL PLN 2021 – 2030
Elastisitas dan intensitas energi adalah indikator yang umum digunakan dalam
perhitungan konsumsi energi. Elastisitas energi menggambarkan perbandingan
laju pertumbuhan konsumsi energi dibandingkan pertumbuhan variabel lain,
misalnya pertumbuhan ekonomi. Sehingga, elastisitas energi berguna dalam
menentukan proyeksi konsumsi energi di masa mendatang dengan berbekal
variabel lain yang dijadikan pembanding. Angka elastisitas energi di bawah 1,0
dicapai apabila energi yang tersedia telah dimanfaatkan secara produktif.
Elastisitas pemakaian energi final Provinsi Papua pada tahun 2015 sebesar 1,14.
38
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) hanya 164 TOE/juta dollar AS.
Intensitas energi Provinsi Papua tahun 2015 adalah sebesar 146,25 TOE/Juta
USD.
Indikator energi lainnya adalah pemakaian energi primer per kapita. Hal ini dapat
digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat di mana secara umum
makin tinggi pemakaian energi per kapita semakin tinggi taraf hidup masyarakat.
Pemakaian energi primer per kapita Provinsi Papua adalah sangat rendah, yaitu
hanya sebesar 0,37 TOE/kapita/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur
energi masih kurang sehingga masyarakat belum bisa mengakses energi dengan
mudah.
Indikator energi selanjutnya adalah pemakaian listrik per kapita. Indikator ini juga
dapat digunakan sebagai indikator taraf hidup masyarakat. Semakin tinggi taraf
hidup masyarakat kecenderungan penggunaan peralatan listrik akan semakin
tinggi pula. Pemakaian listrik per kapita untuk Provinsi Papua adalah sebesar
243 kWh/kapita, yang merupakan terendah dari seluruh provinsi di Indonesia.
Indikator energi Provinsi Papua tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 2.7 berikut
ini:
39
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Pada Tabel 2.8, terlihat bahwa konsumsi listrik Provinsi Papua selalu meningkat
tiap tahunnya, dengan konsumsi tertinggi berada di sektor komersial, disusul
dengan sektor rumah tangga. Salah satu hal yang perlu dicatat adalah konsumsi
di sektor rumah tangga dan komersial mencapai 99 persen dari total konsumsi
listrik Papua, sehingga dua sektor ini adalah sektor yang berpotensi besar untuk
diterapkan berbagai kebijakan efisiensi energi untuk menghindari defisit pasokan
listrik di Papua. Di sisi lain, penyediaan listrik untuk industri harus dilakukan
percepatan sehingga sektor industri bisa tumbuh dan berkontribusi dengan
maksimal. Rendahnya konsumsi listrik industri mengindikasikan bahwa industri
dan juga sektor lainnya memenuhi kebutuhan listrik secara mandiri. Adapun
untuk konsumsi energi per jenis energi saat ini ditunjukkan Tabel 2.9.
Sektor Rumah
Komersial Transportasi Industri
Jenis Energi Lainnya Tangga
Ribu SBM
Batubara - - - - 0,10
Gas - 31,95 4,10 - 84,21
Minyak 320,31 35,18 313,39 1.174,45 1.319,79
Energi Baru
- 14,94 - - 73,76
Terbarukan
Biomasa Tradisional - - 1.459,93 - -
Listrik - 203,35 267,92 - 3,40
Total 320,31 285,43 2.045,35 1.174,45 1.481,27
Sumber: Pemodelan LEAP Papua
40
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Gambar 2.8 Struktur Pemodelan dan Variable Asumsi RUED Provinsi Papua
41
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
2.3.1.1 Demografi
Faktor demografi yang merupakan asumsi kunci pada pemodelan adalah jumlah
populasi, pertumbuhan populasi, tingkat urbanisasi, jumlah rumah tangga dan
ukuran rumah tangga. Asumsi kunci faktor demografi ditunjukkan pada Tabel
2.10.
42
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Teori ekonomi mikro umumnya menjelaskan bahwa elastisitas dapat dtinjau dari
dua sisi. Elastisitas permintaan adalah pengaruh perubahan harga terhadap
besar kecilnya jumlah suatu produk yang diminta. Sedangkan elastisitas
penawaran adalah sebuah pengaruh perubahan harga terhadap besar kecilnya
jumlah produk yang ditawarkan. Dengan lebih sederhana dapat digambarkan
bahwa elastisitas merupakan perbandingan perubahan besaran sebuah variabel
ekonomi dibandingkan dengan variabel ekonomi yang lain. Pada model RUED
Papua, variabel yang diambil untuk perbandingan dalam menghitung elastisitas
aktivitas adalah pertumbuhan PDRB total dengan pertumbuhan PDRB pada
sektor tertentu. Elastisitas pada sektor Industri, Transportasi, Komersial dan
Lainnya ditunjukkan pada tabel 2.12.
Selain asumsi kunci diatas, untuk sektor transportasi angkutan jalan raya
terdapat asumsi-asumsi kunci khusus yang terkait dengan penggunaan energi di
sektor tersebut. Adapun asumsi-asumsi kunci tersebut ditunjukkan pada Tabel
2.13. Proyeksi jumlah kenderaan pada tahun mendatang didasarkan pada relasi
nilai asumsi pada tahun berjalan dan pertumbuhan PDRB di tahun tersebut.
43
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Jumlah kendaraan pada Tabel 2.14 di Provinsi Papua pada tahun 2015 – 2050
selalu mengalami peningkatan sehingga kebutuhan energi untuk transportasi
terutama bahan bakar juga meningkat. Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi
jumlah kendaraan pada tahun 2025 untuk mobil (dalam ribu unit) berjumlah
10,98; bus 56,01; truk 39,89; dan sepeda motor 797,11. Sedangkan pada tahun
2050 jumlah kendaraan mengalami peningkatan sebesar (dalam ribu unit) mobil
30,21; bus 176,99; truk 126,03; dan sepeda motor 1.144,73. Kebutuhan
operasional untuk tiap kendaraan di Provinsi Papua yaitu mobil 54%; bus 15%;
truk 15%; dan sepeda motor 60%. Load factor tiap kendaraan di Provinsi Papua
berdasarkan perhitungan yaitu (dalam Pnp/Unit) mobil 1,8; bus 42; sepeda motor
1,3 truk 8,25 ton/unit. Rata-rata jarak tempuh setiap kendaraan di Provinsi Papua
yaitu (dalam km/Tahun) mobil 15.000; bus 30.000; truk 30.000; sedangkan
sepeda motor 7.000.
44
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil pemodelan bauran permintaan
energi primer, penyediaan energi primer, kebutuhan energi per sektor dan per
jenis energi, serta kebutuhan listrik.
Porsi energi baru terbarukan (EBT) pada tahun dasar sebesar 4,5%, yang
meningkat pada tahun 2025 menjadi 19,2% dan pada tahun 2050 diharapkan
porsi EBT menjadi 54,7%. Porsi sumber energi gas diperkirakan akan meningkat
dari 1,4% pada tahun 2015, menjadi 3,1% pada tahun 2025, dan meningkat
menjadi 4,6% pada tahun 2050, sedangkan minyak bumi porsinya akan turun
dari 70,5% menjadi 54,2% pada tahun 2025 dan 32,2% pada tahun 2050.
45
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
100%
80%
60%
40%
20%
0%
2015 2025 2050
Batubara Gas Minyak EBT
Gambar 2.9 Bauran Energi Primer Provinsi Papua Tahun 2015, 2025 dan 2050
Sumber: Permodelan LEAP RUED Papua
46
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
TOE/Juta USD menjadi 121,82 TOE/Juta USD pada tahun 2022 dan menjadi
111,44 TOE/Juta USD dan 83,62 TOE/Juta USD pada tahun 2025 dan tahun
2050. Selanjutnya konsumsi energi primer per kapita mengalami peningkatan
dari pada tahun 2015 sebesar 0,34 TOE/Kapita menjadi sebesar 0,33
TOE/Kapita pada tahun 2022 dan terus meningkat menjadi 0,36 TOE/Kapita dan
1,00 TOE/Kapita pada tahun 2025 dan tahun 2050.
Proyeksi permintaan energi menurut sektor di masa depan akan didominasi oleh
sektor industri yaitu yang sebelumnya 205,52 ribu TOE pada tahun 2015
meningkat menjadi 252,53 ribu TOE pada tahun 2025 dan 1.017,43 ribu TOE
tahun 2050. Kemudian pada sektor transportasi mengalami peningkatan yaitu
163,11 ribu TOE tahun 2015 meningkat menjadi 222,00 ribu TOE tahun 2025
dan 482,38 ribu TOE tahun 2050.
Selanjutnya sektor rumah tangga mengalami peningkatan, yaitu 279,38 ribu TOE
pada tahun 2015 meningkat menjadi 285,80 ribu TOE tahun 2025 dan 402,17
ribu TOE tahun 2050. Namun secara komposisi, sektor rumah tangga yang saat
ini paling besar mengkonsumsi energi akan menjadi sektor nomor 3 terbanyak
mengkonsumsi energi setelah industri dan transportasi.
Sektor komersial juga akan mengalami peningkatan yaitu 44,52 ribu TOE pada
tahun 2015 meningkat menjadi 68,82 ribu TOE tahun 2025 dan 267,11 ribu TOE
tahun 2050. Sedangkan sektor lainnya menunjukkan pola peningkatan yang
relatif sama dengan sektor-sektor lain. Di akhir tahun analisis, sektor lainnya
masih merupakan sektor dengan konsumsi energi yang lebih kecil dibandingkan
sektor-sektor lain.
Proyeksi permintaan energi final per sektor pengguna secara rinci ditampilkan
pada Gambar 2.10.
47
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
2500
2000
1500
Ribu TOE
1000
500
0
2015 2022 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Sektor Lainnya 44,49 46,31 56,88 79,16 106,42 138,94 175,00 211,78
Komersial 44,52 59,75 68,82 87,96 113,90 149,91 199,38 267,11
Rumah Tangga 279,38 281,08 285,80 309,77 332,58 355,80 379,19 402,17
Transportasi 163,11 199,42 221,99 259,33 300,16 349,27 409,44 482,38
Industri 205,52 230,33 252,53 321,85 418,00 554,41 746,67 1.017,43
Gambar 2.10 Permintaan energi final untuk setiap sektor pengguna energi
Sumber: Pemodelan LEAP Provinsi Papua
Proyeksi permintaan energi final dari sumber energi baru terbarukan seperti
biosolar dan biopremium akan meningkat dan diharapkan dapat mensubstitusi
energi fosil batubara dan minyak bumi. Minyak tanah, minyak solar, minyak disel,
dan avtur sudah tidak ada lagi pada tahun 2050. Proyeksi permintaan energi final
per jenis energi Provinsi Papua hingga tahun 2050 ditunjukkan pada Tabel 2.17.
48
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Tabel 2.17 Proyeksi Permintaan Energi Final per Jenis Energi (Ribu TOE)
Jenis Energi Final 2022 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Listrik 133,25 173,78 244,77 338,87 467,84 647,80 902,81
Gas Bumi 19,72 23,35 34,27 49,75 71,79 102,81 146,12
Premium 65,04 65,57 58,38 46,22 31,46 15,72 -
Avtur 27,05 28,48 31,13 31,39 27,83 18,25 -
Minyak Tanah 37,83 36,20 31,59 25,60 18,38 9,89 -
Minyak Solar 209,53 186,72 194,29 188,97 163,32 105,36 -
Minyak Bakar 7,83 - - - - - -
LPG 8,84 13,68 19,77 26,77 34,94 44,56 55,96
Briket 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01
Biogas 1,78 2,84 3,00 3,14 3,29 3,46 3,63
Biomasa Tradisional 168,85 148,09 150,58 151,68 152,52 152,91 152,74
BioSolar 100,87 153,94 206,79 279,90 380,57 515,27 690,83
BioPremium 16,80 27,46 36,68 50,27 70,23 97,44 131,36
Biomasa Komersial 12,90 13,80 22,54 35,62 55,56 85,90 131,95
Bioavtur 4,57 8,92 19,98 37,32 63,55 101,58 154,78
Dimethyl Ether 2,02 3,18 4,30 5,58 7,05 8,74 10,68
Total 816,89 886,01 1.058,06 1.271,07 1.548,33 1.909,69 2.380,87
Sumber: Permodelan LEAP Provinsi Papua
Konsumsi listrik per kapita umumnya digunakan sebagai indikator kemajuan sebuah
negara. Hal ini disebabkan oleh asumsi bahwa negara tersebut menggunakan energi
dan listrik untuk menghasilkan kegiatan yang memiliki nilai tambah secara ekonomi.
Pada tahun 2015, berdasarkan perhitungan LEAP, rata-rata konsumsi listrik per kapita
Indonesia mencapai 890 kWh per kapita. Dengan angka tersebut, konsumsi listrik per
kapita provinsi Papua yang mencapai 243 kWh/kapita (Tabel 2.19) berada di bawah
49
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
rata-rata nasional. Berdasarkan RUEN target nasional untuk konsumsi listrik per kapita
pada tahun 2025 adalah 2.500 kWh per kapita. Pada tahun tersebut, konsumsi listrik per
kapita Provinsi Papua diperkirakan sebesar 546 kWh per kapita dan pada tahun 2050
sebesar 2.122 kWh per kapita, diharapkan angka konsumsi listrik per kapita Papua akan
terus bertambah.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik per kapita yang meningkat, maka penyediaan
listrik Provinsi Papua meningkat dari 476,71 MW tahun 2015 menjadi
688,20 MW pada tahun 2025 dan 2.273,30 MW tahun 2050. PLTG Gas dan
PLTS diharapkan dapat menjadi pemasok utama kebutuhan listrik di Provinsi
Papua hingga tahun 2050, yaitu mencapai 190 MW dan 481 MW. Selanjutnya
PLTD Biosolar, PLTS, PLTA, PLTM, PLTBg POME, PLTB dan PLT Biomassa
diharapkan dapat mendukung pasokan listrik di Provinsi Papua menggantikan
pembangkit dengan jenis energi minyak solar. Proyeksi kapasitas pembangkit
Provinsi Papua hingga tahun 2050 ditunjukkan pada Tabel 2.20.
50
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Porsi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) pada pembangkit listrik masih
kecil pada tahun dasar yang diharapkan meningkat pada tahun 2025 menjadi
32,0% dan pada tahun 2050 diharapkan porsi EBT menjadi 69,2% (Gambar
2.11). Porsi minyak yang sebelumnya mencapai 55,0% pada tahun 2015,
selanjutnya turun menjadi 27,3% pada tahun 2025 dan menjadi 18,8% pada
tahun 2050. Sedangkan penggunaan energi gas pada pembangkit tidak ada.
100%
80%
60%
40%
20%
0%
2015 2022 2025 2050
Batubara Gas Minyak Energi Baru Terbarukan
Proyeksi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan
bakar yang digunakan untuk semua sektor disajikan pada Tabel 2.21. Terlihat
bahwa terjadi tren penurunan emisi pada periode 2015–2025 akibat penetrasi
pembangkit EBT yang signifikan setelah tahun 2022, dimana emisi pada tahun
2015 sebesar 3,2 juta ton CO2 meningkat menjadi 2,0 juta ton CO2 dan menurun
menjadi 2,5 juta ton CO2. Setelah tahun 2025, tren emisi kembali meningkat
landai menjadi 4,4 juta ton CO2 tahun 2050. Pembangkit listrik merupakan sektor
penyumbang emisi terbesar, dimana pada tahun 2050 menyumbang 38% dari
total seluruh emisi di Provinsi Papua. Besaran emisi gas rumah kaca dari
berbagai sektor di Provinsi Papua ditunjukkan pada Tabel 2.21.
51
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Tabel 2.21 Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Papua (ribu ton CO2)
Sumber
2015 2022 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Emisi
Industri 602,18 537,34 524,24 595,19 678,50 774,89 875,61 964,71
Transportasi 490,87 569,15 617,74 688,64 759,94 842,05 940,02 1.055,34
Rumah
148,87 148,52 157,60 160,51 161,07 160,18 158,02 154,43
Tangga
Komersial 26,46 28,11 29,18 34,10 40,37 48,71 59,87 75,18
Sektor Lainnya 138,48 137,92 163,25 217,58 279,62 348,19 417,32 479,31
Pembangkit
1.759,15 1.137,96 1.040,68 1.131,31 1,308,93 1.510,80 1.612,57 1.708,65
Listrik
Total 3.166,00 2.558,99 2.532,68 2.827,32 3.228,42 3.684,82 4.063,42 4.437,62
52
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
BAB 3
Untuk itu diperlukan Pengelolaan Energi yang Efisien dan Bersih yang Mampu
Memenuhi Kebutuhan Energi Papua yang Besar di Masa Datang dengan
Memanfaatkan Semaksimal Mungkin Potensi Energi yang Ada di Tanah Papua.
Untuk mewujudkan Visi diatas, maka Misi Pengelolaan Energi Provinsi Papua
adalah harus sejalan dengan Misi Provinsi Papua, yaitu:
1. Memantapkan kualitas dan daya saing SDM.
2. Memantapkan rasa aman, tentram, dan damai serta kehidupan demokrasi
dalam memperkuat NKRI.
3. Penguatan tata kelola pemerintahan.
4. Penguatan dan Percepatan Perekonomian Daerah sesuai potensi unggulan
lokal dan pengembangan wilyah berbasis kultural.
5. Percepatan pembangunan daerah tertinggal, terbelakang, terdepan.
53
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
55
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
BAB IV
DAERAH
56
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Amanat terpenting dari KEN dan RUEN terkait RUED Provinsi Papua adalah
melaksanakan paradigma baru pengelolaan energi yaitu bahwa energi tidak lagi
dijadikan sebagai komoditas ekspor ke luar daerah atau ke luar negeri melainkan
sebagai modal pembangunan daerah. Untuk mencapai amanat tersebut, maka
akan dilakukan kebijakan dan program-program utama yang meliputi:
1. Percepatan pembangunan infrastruktur energi.
2. Peningkatan nilai tambah sumber daya energi dengan menjadikan sumber
energi tersebut sebagai bahan bakar dan bahan baku industri di daerah.
3. Penyelarasan target fiskal dengan kebijakan energi daerah.
4. Pemanfaatan energi terbarukan secara maksimal dengan memperhatikan
tingkat keekonomian.
5. Penggunaan teknologi konversi energi biomassa, air, surya dan bayu
sebagai andalan pasokan energi daerah dengan menggunakan teknologi
bersih.
6. Pengoptimalan pemanfaatan bahan bakar fosil.
7. Pengoptimalan ekspor sumber daya energi ke luar daerah.
8. Penggunaan teknologi pemanfaatan dan penyediaan energi yang efisien.
9. Penyelenggaraan desa mandiri energi berbasis off grid.
B. Batubara
Pemanfaatan batubara saat ini di Provinsi Papua untuk pembangkit listrik saja.
Di masa depan, batubara juga akan dimanfaatkan di sektor industri dalam jumlah
yang terbatas. Papua memiliki potensi sumber energi primer dari batubara di 5
Kabupaten, yaitu: Jayapura, Nabire, Mimika, Paniai, dan Mappi dengan total
cadangan mencapai 6.414.800 Ton. Namun mempertimbangkan biaya produksi
batubara yang masih tinggi dan kebutuhan batubara di Provinsi Papua yang
relatif kecil, maka potensi batubara ini dijadikan cadangan energi di masa depan.
Penyediaan batubara saat ini hingga akhir tahun perencanaan diproyeksikan
berasal dari luar Papua. Kegiatan survey dan penyelidikan kegeologian untuk
mendapatkan gambaran jumlah cadangan batubara serta kualitasnya akan tetap
difasilitasi untuk dilakukan.
Provinsi Papua memiliki kendala dalam hal pemenuhan rasio elektrifikasi (RE)
dan Rasio Desa Berlistrik (RDB), dimana penyebab utamanya adalah kondisi
geografis Papua dan pola sebaran penduduk. RDB pada tahun 2020 sudah
mencapai 94,71% dari 5.521 desa di Provinsi Papua yang meliputi 1.255 desa
58
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
berlistrik PLN, 1.578 desa berlistrik non PLN dan 2.396 desa berlistrik LTSHE.
Pencapaian rasio desa berlistrik tersebut diperoleh melalui program listrik
pedesaan oleh PLN, yang juga didukung dengan program LTSHE oleh
Kementerian ESDM, selain itu ditambah dengan program listrik Non PLN baik
melalui swadaya masyarakat maupun dari APBD Pemerintah Provinsi Papua.
Program LTSHE memiliki masa garansi selama 3 (tiga) tahun, diharapkan bisa
menikmati listrik yang disuplai secara kontinyu, baik dari PLN ataupun non PLN.
EBT merupakan pilihan sumber energi lokal yang paling cocok untuk
menggantikan LTSHE, khususnya di daerah yang masih sulit untuk di akses.
Untuk mencapai sasaran pengembangan EBT di Provinsi Papua, kegiatan yang
akan dilakukan antara lain:
1. Melakukan studi pendahuluan dan studi kelayakan pembangunan
pembangkit EBT yang dekat dengan kebutuhan beban.
2. Menganggarkan pembangunan infrastruktur EBT secara berkelanjutan untuk
desa desa yang belum terlistriki sehingga terwujud desa mandiri energi.
3. Mendorong dan memfasilitasi investasi swasta untuk mengembangkan dan
memanfaatkan EBT.
4. Menugaskan lembaga pembiayaan infrastruktur Daerah Provinsi Papua
untuk mengurusi pembiayaan proyek pembangunan EBT.
5. Mengembangkan sistem tenaga listrik skala kecil berbasis EBT yang andal
dengan skema off grid untuk penyediaan listrik di wilayah-wilayah yang tidak
terjangkau oleh skema on grid.
6. Memberikan edukasi kepada masyarakat terkait cara pengoperasian dan
pemeliharaan pembangkit listrik EBT skala kecil off grid.
7. Melakukan monitoring dan pendataan teknis secara periodik ke instalasi
pembangkit EBT yang dikelola langsung oleh masyarakat.
A. ENERGI SURYA
Potensi energi surya Provinsi Papua berdasarkan data RUEN adalah sebesar
2.035 MW. Nilai ini termasuk kecil jika dibandingkan dengan potensi energi surya
di provinsi lain di Indonesia. Dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar
4,8 kWh/m2 per hari di wilayah Indonesia dan luasan wilayah Papua yang besar,
59
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
maka potensi tersebut harusnya bisa lebih besar. Pembangkit Listrik Tenaga
Surya, baik yang tersebar atauapun terpusat, akan menjadi EBT yang
merupakan sumber energi utama di Provinsi Papua. Untuk mencapai sasaran
pengembangan dan pemanfaatan energi surya, kegiatan yang dilakukan antara
lain:
1. Memberlakukan kewajiban pemanfaatan sel surya minimum sebesar 30%
dari luas atap untuk seluruh bangunan Pemerintah Provinsi Papua.
2. Memberlakukan pemanfaatan sel surya minimum sebesar 25% dari luas atap
(rooftop) bangunan rumah mewah dan kompleks perumahan melalui Izin
Mendirikan Bangunan (IMB).
3. Pembangungan PLTS terpusat, baik yang on grid maupun yang
menggunakan baterai, di seluruh wilayah Provinsi Papua untuk menambah
kekurangan kebutuhan energi listrik di masa datang.
4. Menerapkan pemanfaatan sel surya minimum, khususnya pada daerah-
daerah yang aksesnya sulit untuk dijangkau.
B. ENERGI AIR
Provinsi Papua mempunyai potensi energi air skala besar yang sangat besar.
Berdasarkan data dari Dinas Energi dan Sumber Daya Alam Provinsi Papua,
total potensi energi air skala besar mencapai 22,23 GW. PLTA kedepan akan
menjadi salah satu sumber energi pembangkit yang akan diandalkan di Papua
pada masa datang setelah energi surya. Untuk dapat meningkatkan status dari
kajian potensi menjadi pembangkit (PLTA) terpasang maka dibutuhkan beberapa
rencana program atau kegiatan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas survei potensi energi air di Kabupaten
Memberamo Tengah, Boven Digoel, Mimika, Waropen, Nabire, Asmat,
Tolikara, Sarmi, Yalimo, Sentani dan Jayawijaya.
2. Meningkatkan status kajian dari hanya sekedar kajian potensi tenaga air
menjadi studi kelayakan penerapan PLTA.
3. Wilayah atau gugus pulau dengan konsumsi listrik per kapita paling kecil
mendapat prioritas untuk dilakukan pembangunan PLTA.
60
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
D. BIOENERGI
Provinsi Papua memiliki potensi yang berasal dari limbah dalam bentuk biomasa
yang dapat diproduksi dari aktifitas pertanian, perkebunan dan pengolahan hutan
dalam satu tahun adalah sebesar 4.281.248,81 ton. Potensi biodisel berasal dari
tanaman kelapa, kelapa Sawit, dan nyamplung sebesar 13.318 kL/tahun. Potensi
biogas berasal dari aktivitas peternakan sapi, babi, dan ungags sebesar 90.315
m3/tahun. Potensi biogas lainnya adalah dari limbah cair pabrik kelapa sawit yang
61
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
E. ENERGI BAYU
Berdasarkan data potensi energi bayu atau angin dalam dokumen RUEN
menyebutkan bahwa Provinsi Papua menempati urutan 1 dari seluruh provinsi di
Indonesia untuk potensi energi bayu yaitu sebesar 19.276 MW. Akan tetapi,
belum satu daerah pun di provinsi Papua yang telah mengembangkan dan
menerapkan pembangkit listrik tenaga angin.
62
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
F. EBT LAINNYA
Selain EBT yang telah diuraikan di atas, Provinsi Papua mempunyai potensi EBT
lainnya yang dapat dikembangkan, yaitu energi laut. Garis pantai yang panjang
dan gugusan pulau yang ada, merupakan alasan logis untuk melakukan kajian
lebih dalam pemafaatan energi ini. Energi laut potensial untuk dikembangkan
menjadi pembangkit listrik: PLT Arus Laut, PLT Samudera, PLT energi panas laut
(ocean thermal energy).
63
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
64
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
65
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
66
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
25. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Mekanisme Pengembalian Biaya Investasi
Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
26. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 06 Tahun 2016 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi
Dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi.
27. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penetapan Harga Dan Pengguna
Gas Bumi Tertentu.
28. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan
Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
29. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 Tentang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
30. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
107/MIND/PER/11/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perindustrian.
31. Keputusan Menteri Perindustrian Tentang Pemakaian SNI Peralatan Hamat
Energi.
32. Keputusan Menteri ESDM Tentang Manajemen Dan Audit Energi Untuk
Sektor Komersial.
33. Keputusan Menteri Terkait Penggunaan BBN pada Bensin atau Solar sebagai
Bahan Campuran.
67
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
BAB V
PENUTUP
RUED menjadi rujukan bagi SKPD pada Pemerintah Daerah untuk menyusun
dan merevisi rencana strategis dan rencana kerja. Beberapa isu dan
permasalahan penting mengenai energi yang dihadapi Provinsi Papua adalah
sebagai berikut:
1. Sumber daya minyak bumi dan gas bumi masih diperlakukan sebagai
komoditas yang menjadi sumber devisa negara, belum sebagai modal
pembangunan daerah.
68
Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Papua 2023-2050
PT. HEGAR DAYA
Pada tahun dasar bauran EBT masih kecil yaitu 4,5%, dengan mengadopsi
skenario RUED bauran EBT meningkat menjadi masing-masing 19,2% dan
54,7% di tahun 2025 dan tahun 2050. Target ini sudah di atas target nasional
dalam RUEN yaitu 23% dan 31% di tahun 2025 dan 2050.
69