Oleh
Farhan Satria (10)
M.Wildan.N (20)
Jl. RA. Fadillah No.11, RT.11/RW.4, Cijantung, Pasar Rebo, East Jakarta
City, Jakarta 13780
JAKARTA
2022
Kata Pengantar
1
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih memberikan
nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini dengan judul “Kasus Korupsi Ratu Atut ” tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada
semua pihak yang telah ikut membantu hingga dapat disusunnya makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam
makalah ini membahas tentang kasus korupsi Ratu Atut. Terima kasih atas perhatiannya
terhadap makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan
khususnya pada pembaca.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Berkat rahmat dan iradat-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang “Kasus Korupsi Ratu Atut”
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada
penyusun.
1. Allah SWT
2. Ibu Titik Sumarni selaku guru PPKn.
Dalam makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran
dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
Daftar Isi
JUDUL…………………………………………………………………………………….…1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...…………...2
BAB I PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….9
3.2 Saran……………………………………………………………………………...9
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………10
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
3
1.1 Latar belakang
Korupsi merupakan salah satu permasalahan yang masih dihadapi pemerintah Indonesia.
Banyak kasus korupsi yang diungkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
menunjukan adanya fenomena gunung es. Kasus korupsi yang terungkap mungkin hanya
sedikit dari banyaknya kasus korupsi yang ada di Indonesia. Banyaknya dugaan kasus
korupsi di Indonesia terlihat dari banyaknya laporan korupsi yang masuk dalam laporan KPK
dan Kejaksaan Agung.
Banyaknya laporan dugaan kasus korupsi di Indonesia per tahunnya menunjukan besarnya
perhatian yang harus dicurahkan penegakan hukum seperti KPK, Kejaksaan maupun lembaga
pemerintah lainnya untuk berkomitmen kuat dalam menekan tindak korupsi. Banyaknya
laporan yang masuk mengenai dugaan korupsi juga menjadi sarana bagi KPK untuk
menindaklanjuti berbagai laporan.yang masuk dan melakukan verifikasi menyeluruh. KPK
selama ini masih diakui rakyat Indonesia sebagai lembaga yang paling berkomitmen dalam
memberantas korupsi. Kinerja KPK dipercaya masih berada pada jalan semangat reformasi
yang memiliki cita-cita dalam pemberantasan korupsi di Indonesia secara menyeluruh.
Hingga saat ini KPK memang telah memberikan bentuk kerja nyata dalam memperkarakan
berbagai pihak yang terlibat dalam kasus korupsi. Mulai dari tingkat pusat hingga daerah,
banyak kasus-kasus korupsi yang telah diungkapkan.
Penulis sudah Menyusun Sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini.
Ada pula Sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
tentang kasus korupsi “Ratu Atut”
BAB II
PEMBAHASAN
4
Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus” yang berarti kerusakan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, dan tidak bermoral kesucian. 1
Dan kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis “Corruption” yang berarti
menyalahgunakan wewenangnya, untuk menguntungkan dirinya sendiri2.
3 http://repository.untag-sby.ac.id/9149/4/Bab%20II.pdf
4 Sayed Husein Alatas, dikutip dari, Farid R. Faqih, mendulang Rente di Lingkar Istana, Jurnal Ilmu
Soisal Transformatif, Wacana Korupsi Sengketa antara Negara dan Modal, Edisi 14, tahun III, 2002,
hal 117
5 Martiman Prodjohamidjojo, Op. Cit, hal 9
5
status, kekayaan atau uang untuk perorangan, keluarga dekat atau kelompok sendiri. Konon
untuk memperoleh jabatan itu ada biayanya, yang dianggap sebagai kewajiban oleh
pelakunya. Karena itu, setelah pejabat ia merasa punya hak untuk korupsi (Sam Santoso,
2003 : 14)6
Menurut Sam Santoso, para koruptor mengenal ribuan jurus, namun tujuannya satu
muara, yakni ingin hidup mewah dalam tempo singkat dan melalui jalan pintas. Karyawan
akan terlibat dalam usaha korupsi, ketika keuntungan korupsi yang diperoleh lebih besar dari
sanksi jika ditangkap, dan kemungkinan tertangkap. Sanksi termasuk upah dan insentif
lainnya yang mesti dikorbankan jika kehilangan pekerjaan.7
Dari rumusan pengertian korupsi sebagaimana tercermin di atas bahwa korupsi menyangkut
segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintahan,
penyelewengan kekuasaan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik serta penempatan
keluarga serta golongannya ke dalam dinas dibawah kekuasan jabatannya.
Kasus sengketa pilkada Lebak, Banten, berawal dari kekalahan pasangan calon bupati dan
calon wakil bupati Amir-Kasmin dari pasangan Iti Oktavia Jayabaya-Ade Sumardi. Pasangan
ini kemudian mengajukan gugatan sengketa pemilu ke Mahkamah Konstitusi. Selama proses
hukum inilah Ratu Atut diduga menyuap Ketua MK Akil Mochtar, untuk memenangkan
gugatan Amir-Kasmin. Dalam dakwaan jaksa, Akil disebutkan meminta Rp3 miliar tetapi
Tubagus Chaeri Wardana hanya menyanggupi Rp1 miliar. MK akhirnya mengabulkan
gugatan Amir dan membatalkan keputusan KPU Lebak tentang hasil penghitungan perolehan
suara Pilkada Lebak dan memerintahkan penghitungan ulang.
6
Selain itu, Ratu Atut sangat berkuasa karena dinastinya hampir semua menjabat di berbagai
jabatan di Banten maupun di luar Banten, sehingga itulah yang menjadikan Ratu Atut dapat
melakukan korupsi. Ratu Atut seolah merasa sangat kuat dan ia memanfaatkan kesempatan
tersebut dengan masif.
Ratu Atut disangkakan Pasal 6 ayat (1) huruf a, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 5 ayat (1) kesatu Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
Pasal 6 (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap
orang yang:
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).
Ratu Atut Chosiyah divonis 4 tahun penjara dan denda 200 juta Rupiah subsider 5 bulan
kurungan pada 1 September 2014. Ratu Atut terbukti menyuap Ketua Mahkamah Konstitusi
Akil Mochtar sebanyak Rp 1 miliar terkait penanganan sengketa Pilkada Lebak, Banten.
7
2.4 Upaya Pencegahan Pelanggaran Hukum Oleh Aparat Berwenang
Upaya pencegahan preventif dan represif agar tindak korupsi tidak lagi terjadi adalah
meminimalisasi faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi dan mempercepat
proses penindakan terhadap pelaku tindak korupsi.
Strategi Preventif
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk meminimalisasi
penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi.
Upaya preventif dapat dilakukan dengan:
1. Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
2. Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
3. Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
4. Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah
diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga para
pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah:
1. Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.
2. Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar dengan efek
jera.
3. Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk diberantas.
4. Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem
peradilan pidana secara terus menerus.
5. Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak korupsi secara terpadu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas jelaslah sudah bahwa pcnanggulangan kasus-kasus korupsi tidaklah
mudah. untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak yang tentunya dilandasi dengan
kesadaran hukum disetiap warga negara, baik posisinya sebagai warga sipil niaupun pejabat
negara yang tentunya semua itu berpulang pada individu masing-masing. Tanggung jawab
kia bukan hanya kepada pribadi, kcluarga dan masyarakat melainkan juga kcpada Tuhan.
Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan penyelewengn atau penggelapan (uang negara
atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu
8
mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran). Dan korupsi akan
berdampak pada masarakat luas serta akan merugikan negara.
3.2 Saran
Pemberantasan dan pencegahan korupsi haruslah dilakukan dari atas atau “top political will”
secara konsisten dari para penyelenggara negara, pemberantasan tindak pidana korupsi harus
tetap berpegang pada Undang-undang korupsi yang telah berlaku dengan mengedepankan
pertanggung jawaban pidana terlebih dahulu kemudian pertanggung jawaban secara perdata,
peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi yang jelas dengan sanksi yang dapat
menimbulkan kejeraan serta proses peradilan yang cepat dan transparan.8
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Hendro.2015.http://e-journal.uajy.ac.id/4150/6/5MIH00941.pdf
Sartik,dkk.2017..https://www.slideshare.net/nurfitriyah1712/analisa-kasus-korupsi-dinasti-
ratu-atut-pada-dinas-kesehatan-di-banten
BBC News Indonesia.2014.Vonis Ratu Atut: apa dan mengapa?
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/09/140901_jelang_vonis_atut
9
Taufik,Mohamad.2013https://m.merdeka.com/peristiwa/ini-kronologi-kasus-yang-menjerat-
ratu-atut.html?page=2&page=5
http://repository.untag-sby.ac.id/9149/4/Bab%20II.pdf
PEMBAGIAN TUGAS:
1. Pengertian korupsi : M.Wildan.N (20)
2. Faktor penyebab pelanggaran : Zidan Muhammad (39)
3. Pasal-pasal yang dikenakan dalam persidangan : Ramadhan Kamil (29)
4. Realisasi hukuman : Farhan Satria (10)
5. Upaya pencegahan pelanggaran hukum oleh aparat berwenang: Shandy
Ardiansyah(36)
10