Anda di halaman 1dari 40

NCCN

Pre -Cancerous
lesion
Dibuat : Audhrey Bernadetta Christanty – 01073210026
Dibimbing : dr. Alexy Oktoman Djohansjah, Sp.OG (K) Onk
PENDAHULUAN
Pemeriksaan sitologi serviks yang rutin
dilakukan diketahui mengurangi insidensi
dan mortalitas akibat kanker serviks.

Pemeriksaan DNA untuk mendeteksi jenis


virus HPV high – risk juga membantu
dalam mendiagnosis kanker serviks

Oleh karena itu, Guideline ini dibuat untuk


memberikan arahan mengenai evaluasi
dan penanganan dari pemeriksaan serviks
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan terdapat 570.000 wanita yang
didiagnosis mengalami kanker serviks pada tahun
2018 di seluruh dunia dengan angka kematian
mencapai 311.000

Kanker Serviks merupakan


kanker paling umum ke-4
yang terjadi pada wanita di
seluruh dunia

85% kasus terjadi di negara


berkembang karena kurangnya
edukasi dan kesadaran untuk
melakukan pemeriksaan terkait
kanker serviks
FAKTOR RISIKO

kontrasepsi Pasangan seksual


01. Riwayat merokok 03. 05. lebih dari 1

Coitus pada
02. Multipara 04. usia muda 06. Riwayat STD

07. imunosupresi
Screening
Screening kanker serviks (< 21 tahun)

Data menyatakan pemeriksaan Wanita muda yang baru memulai Pada wanita muda yang mengalami
serviks harus dihindari pada wanita hubungan seksual memiliki prevalensi imunokompromis (infeksi HIV,
yang berusia dibawah 21 tahun infeksi HPV yang tinggi. Akan tetapi, transplantasi organ) mungkin
karena populasi ini memiliki risiko infeksi HPV pada populasi ini umumnya membutuhkan skrining kanker
yang sangat rendah untuk terkena akan menghilang sehingga pemeriksaan serviks sesuai dengan kondisi
kanker serviks. HPV DNA tidak disarankan dilakukan masing – masing pasien
untuk screening pada populasi ini
Screening kanker serviks (21 – 29 tahun)

Normal risk High risk


Pada wanita usia 21 – 29 tahun Pada wanita usia 21 – 29 tahun yang memiliki
dengan Normal Risk, disarankan faktor risiko seperti riwayat kanker serviks
melakukan pemeriksaan sitologi sebelumnya dan infeksi HIV disarankan untuk
melakukan pemeriksaan sitologis dengan
setiap 3 tahun frekuensi lebih sering (setiap tahun
Screening kanker serviks (> 30 tahun)

Pemeriksaan kombinasi
Sedangkan pemeriksaan
Sitologi dan HPV DNA setiap
HPV DNA diketahui
5 tahun (lebih dianjurkan) atau
meningkatkan deteksi
pemeriksaan sitologi setiap 3
adenokarsinoma
tahun

1 2 3 4

Pemeriksaan sitologis Oleh karena itu, pemeriksaan


umumnya efektif untuk kombinasi lebih dianjurkan
mendeteksi karsinoma sel karena dapat mendeteksi baik
skuamosa karsinoma sel skuamosa maupun
adenokarsinoma
When to stop cervical screening?

● Dapat dihentikan apabila pasien sudah ● Dilanjutkan pada wanita yang sudah
menjalani histerektomi untuk penyakit jinak menerima vaksin HPV 16 dan HPV 18

● Dapat dihentikan pada wanita berusia > 65 ● Wanita yang sebelumnya mengalami
tahun yang sebelumnya memiliki hasil CIN 2, CIN 3 atau AIS sebaiknya
skrining negatif (3 pemeriksaan sitologi melanjutkan skrining selama 20 tahun
negatif, atau 2 pemeriksaan campuran setelah pengobatan terakhir
negatif.)
● Skrining harus dilanjutkan pada wanita
● Pasien dengan komorbid atau kondisi yang dengan factor risiko tinggi (Infeksi HIV)
mengacam nyawa dapat menghentikan
skrining
Initial
findings
Initial findings

Cervical
Cervical
cytology / Pap Cervical Cervical
Cervical cytology / Pap
Suspicious test negative cytology / Pap cytology / Pap
Cytology / Pap test negative
Lesion on for test positive for test positive for
test and high – risk
Cervix intraepithelial epithelial invasive
unsatisfactory HPV DNA
lesion / abnormalities carcinoma
positive
malignancy

Lakukan Lakukan Lakukan Lakukan Rujuk ke dr.


- Rujuk ke dr. pemeriksaan skrining berkala pemeriksaan pemeriksaan Sp.OG
Sp.OG ulang dalam sesuai dengan lanjutan sesuai lanjutan untuk Lakukan biopsy
- Biopsy jangka waktu 6 populasi risiko dengan mengenali jenis pada lesi yang
– 12 minggu dan usia Guideline lesi terlihat
Metode
pemeriksaan
Metode pemeriksaan
(cytology)

Papanicolaou Smear (PAP Smear) Liquid – based Cytology

Menggunakan alat berupa spatula Menggunakan alat pengambilan


ayre dan cytobrush untuk sampel berupa cytobroom yang
mengambil sampel yang kemudian kemudian dimasukkan kedalam vial
akan diwarnai dengan metode berisi medium yang akan diproses
Papanicolaou stain dalam lab
Metode pemeriksaan

HPV – DNA test Colposcopy

Mendeteksi kemungkinan infeksi Menggunakan alat berupa colposcope


HPV terutama subtype High risk (16 untuk mengevaluasi SCJ sebelum dan
/ 18) sesudah diberikan larutan asetat 5%
untuk mengidentifikasi lesi abnormal
pada serviks
Follow – UP
Testing
(squamous cell)
Follow – up for high risk DNA testing

Wanita dengan hasil sitologi negatif


dan hasil High –Risk HPV DNA

01. positif memiliki beberapa pilihan


yaitu melakukan genotyping untuk
mendeteksi HPV16 dan HPV18 atau
Pada wanita dengan hasil HPV
melakukan pemeriksaan kombinasi

03.
kembali setelah 12 bulan 16 dan HPV18 positif dapat
dilakukan colposcopy untuk
menilai lokasi dan luas lesi
Beberapa penelitian menyatakan apabila sudh terjadi displasia
wanita yang positif terinfeksi

02. HPV16 dan HPV18 memiliki risiko


kanker serviks yang lebih besar
meskipun pemeriksaan sitologi
menunjukkan hasil negatif
Follow – up for high risk DNA testing (CERVS 4)
Follow – up for positive cytology testing

Wanita dengan hasil sitologi positif


(ASC-US) memiliki beberapa pilihan

01. follow - up yaitu HPV-DNA testing


untuk virus HPV16 dan 18,
mengulang pemeriksaan sitologi
serviks setelah 6 bulan serta Pada wanita dengan LSIL, ASC-H
melakukan colposcopy.
03. atau HSIL positif, dapat
dilakukan pemeriksaan lanjutan
berupa colposcopy

Apabila hasil HPV-DNA atau

02. sitologi serviks adalah positif,


dapat dilakukan pemeriksaan
lanjutan berupa colposcopy
Follow – up for positive cytology testing (CERVS 5)
COLPOSCOPY

Saat mengevaluasi hasil colposcopy,


penting untuk menentukan apakah hasil Apabila hasil cervical biopsy menunjukkan
colposcopy sudah memadai. Wanita yang lesi CIN2, CIN3, AIS atau microinvasion

01. mendapatkan hasil negatif atau CIN1 dapat


melakukan pemeriksaan sitologi serviks
setela 6 bulan dan jika hasil sitologi serviks
02. dapat dipertimbangkan tatalaksana
seperti LEEP, Cryotherapy, CKC, laser
ablation, dan total histerektomi sesuai
negatif, dapat dilakukan skrining rutin dengan kondisi masing – masing pasien
sesuai dengan populasi risiko dan usia
Colposcopy
CIN 1, CIN 2, CIN 3
Treatment
(squamous cell)
Treatment

LEEP CKC

1 2 3 4

Laser
Cryotherapy
Ablation
treatment

Loop Electrosurgical Excision Cryotherapy


Procedure (LEEP)
Menggunakan gas nitrogen yang
Menggunakan alat berupa loop kawat akan membekukan dan
yang dipanaskan dengan menghancurkan jaringan abnormal
menggunakan arus listrik untuk pada serviks
menghilangkan sel dan jaringan
abnormal
treatment

CKC Laser Ablation

Menggunakan scalpel dan mengambil Menggunkan laser untuk


jaringan berbentuk cone pada serviks menghancurkan jaringan abnormal
(mencakup SCJ dan endocervical pada serviks
mucous membrane))
Follow – UP
Testing
(atypical glandular cells)
Atypical glandular cells

Atypical Glandular cell merupakan


terminologi yang digunakan untuk
mengklasifikasikan glandular cell yang lebih
abnormal dibandingkan sel glandular biasa
namun belum bisa dikategorikan sebagai
malignansi
Atypical glandular cells

Temuan AGC dalam pemeriksaan

01.
sitologi serviks diasosiasikan
dengan lesi seperti CIN; AIS;
Cervical Carcinoma, dan kanker
endometrial serta ovarium

Pada pasien dengan temuan AGS dan


berusia dibawah 35 tahun, disarankan
untuk melakukan pemeriksaan

02. colposcopy, ECC, dan pemeriksaan HPV


DNA. Sedangkan pada pasien yang
berusia diatas 35 tahun disarankan untuk
melakukan biopsy endometrial serta
pemeriksaan untuk AGS lainnya
Follow – up for atypical glandular cell
Endometrial
biopsy
(finding & management)
Endometrial biopsy
Apabila hasil biopsy Apabila hasil biopsi
endometrial negative, dapat endometrial tidak memadai,
dilakukan USG transvaginal dapat dilakukan pemeriksaan
untuk menentukan USG transvaginal untuk
penyebab AGC menentukan penyebab AGC

1 2 3 4

Apabila ditemukan hyperplasia, Apabila pasien didiagnosis


dapat dipertimbangkan terapi mengalami kanker
hormon atau prosedur D&C. endometrial, rujuk pasien ke
Jika hyperplasia bersifat dokter Sp.OG, K.Onk dan
atipikal, rujuk pasien ke dokter tatalaksana sesuai dengan
Sp.OG, K.Onk guideline neoplasma uterine
Follow – UP
Testing
(Adenocarcinoma in situ)
Adenocarcinoma in situ

Adenocarcinoma In Situ (AIS) adalah sel –


sel abnormal yang pertumbuhannya terbatas
pada satu tempat dan belum menginvasi
jaringan sekitarnya
Follow – up for adenocarcinoma in situ
Follow – up testing (Adenocarcinoma in situ)
Pemeriksaan sitologi serviks

01.
umumnya kurang efektif dalam
mendiagnosa AIS karena AIS
umumnya terjadi pada bagian
serviks yang lebih dalam

Oleh karena itu, skrining untuk AIS


yang disarankan adalah pemeriksaan

02. kombinasi (HPV dan Sitologi). AIS


umumnya ditemukan pada pasien
dengan pemeriksaan sitologi negatif
dan pemeriksaan HPV positif.
Treatment
(Adenocarcinoma in situ)
treatment (Adenocarcinoma in situ)
Pasien dengan AIS akan dirujuk kepada dokter
Sp.OG, K.Onk untuk mendiskusikan tatalaksana

01. apa yang mungkin dilakukan, tatalaksana AIS


berkaitan erat dengan keinginan pasien untuk
memiliki anak karena terapi definitive dari AIS
adalah histerektomi.

Pasien yang ingin memiliki anak dapat


dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

02. sitologi dengan biopsy endoservikal setiap 6


bulan dan disarankan untuk segera memiliki
anak. Setelah pasien memiliki anak, dapat
dilakukan histerektomi
Follow – up for adenocarcinoma in situ
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai