PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Palembang merupakan unsur
dan ketertiban umum. Adapun tugas dan fungsi dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Kota Palembang sangat luas, seperti menangani masalah sampah, bangunan liar,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Palembang Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) bahwa Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Palembang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan Polisi Pamong
Praja Kota Palembang yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada
1
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong
Praja
2
Selain itu, kita tidak dapat membayakan bagaimana jadinya jika kehidupan
masyarakat tidak ada hukum yang berlaku. Salah satu usaha masyarakat yang adil dan
terarah, terpadu, bertahap dan berencana serta berlangsung secara continue (berjalan
terus). Pada era zaman modern ini, keberadaan pedagang kaki lima ( PKL), dikota-
kota besar merupakan suatu fenomena kegiatan perekonomian rakyat kecil yang
akhir-akhir ini banyak terdapat fenomena penggusuran terhadap pedagang kaki lima
marak terjadi. Dalam penggusuran pedagang kaki lima yang dilakukan oleh aparat
pemerintah, seakan-akan para pedagang kaki lima tidak memiliki hak asasi manusia
dalam bidang ekonomi sosial dan budaya. Kegiatan pedagang kaki lima merupakan
salah satu fenomena kegiatan perekonomian rakyat kecil, yang dimana mereka
berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok yaitu kehidupan sehari-hari serta
trotoar serta fasilitas Umum lainnya adalah tempat yang dilarang untuk melakukan
ditentukan oleh sikap mental, tekad, semangat, ketaatan, kejujuran, disiplin dan
permasalahan yang ada khususnya dalam bidang Trantibum dan Transmas dan dapat
merupakan kegiatan yang harus terus menerus yang dilakukan pemerintah dalam
pemerintah yang baik serta untuk memberi pelindungan bagi setiap penduduk dari
Kota Palembang Nomor 13 Tahun 2007 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum
Khususnya di Kawasan Pasar Sako2 Palembang dengan berjualan diatas trotoar dan
badan jalan, sehingga mengakibatkan kemacetan arus lalu lintas disana. Pedagang
kaki lima itupun ditertibkan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota
Paragraf 1 Pasal 8 Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007, disebutkan bahwa semua
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas yakni membantu Walikota dalam
2
Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum
3
Gilang Permadi,Pedagang Kaki Lima, Riwayat dulu, Nasibmu kini,
(Jakarta: Yudhistira, 2007) hlm 6
4
dan ketertiban akan timbul apabila suatu keadaan yang aman dan teratur pada
masyarakat, tidak datang kerusuhan dan kekacauan sehingga daerah-daerah aman dan
orang-orang didaerah tersebut bekerja dengan tenang dan teratur sesuai peraturan
kaki lima oleh Satuan polisi pamong praja. Berdasarkan observasi awal yang
pedagang kaki lima masih banyak melanggar dan cenderung kurang mengindahkan
yang tidak sesuai estetika keberadaan mereka sebagaimana mestinya, hal itu bisa jadi
umumnya yang menggunakan fasilitas umum berupa trotoar atau badan jalan
Kebijaksanaan yang ada pada saat ini kurang sesuai karena kurang memadai dengan
perekonomian, namun karena sistem dan Regulasi pedagang kurang tertata, hal terbut
dapat dilihat dari para pedagang yang berjualan dengan seenaknya (berdagang di
trotoar dan badan jalan), dan lapak-lapak yang menghalangi diatas badan jalan jelas
ditemukan pelanggaran-pelanggaran.
5
kehilangan Hak Asasi Manusianya.4 Biasanya para pedagang tersebut adalah orang
pendatang yang mengadu nasib di Kota Palembang. Misi pertama ke Kota Palembang
adalah untuk mencari masa depan yang baik, tapi karena padatnya penduduk dan
semakin sempitnya lapangan pekerjaan maka para pedagang pun memilih untuk
berjualan. Yang pasti mereka memilih berdagang di tempat yang ramai, seperti di
mall, sekolah, didaerah wisata dan sebagainya untuk menghasilkan pendapatan yang
banyak pula.
tempati adalah tempat yang dilarang. Karena trotoar seharusnya digunakan oleh para
penjalan kaki tapi faktanya malah digunakan oleh sejumlah pedagang. Bukankah itu
Totoar disepanjang Jalan Siara Kota Palembang salah satu contoh trotoar di gunakan
para pedagang. Seharusnya para pedagang juga harus mengerti tata tertib dalam
berjualan. Dengan merapikan tempat berjualan maka para pejalan kaki mungkin bisa
berjalan dengan santainya. Kalau acak-acakan seperti itu pejalan kaki terpaksa harus
Tak ada salahnya bila para petugas Satpol-PP untuk menertibkan agar pedagang
itu tidak berjualan ditrotoar, atau bila cara itu tidak memungkinkan maka dilakukan
4
Soedjono D, Hak Asasi Manusia Ditinjau Dari Segi Hukum Kenyataan Dalam Masyarakat
(Bandung : PT Karya Nusantara, 1977), hlm 20
6
dengan hukum yang sudah ditetapkan yaitu: Peraturan Menteri Dalam Negeri
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.5 Oleh karena itu, maka orang yang akan
berjualan ditrotoar menjadi enggan dan tidak ada lagi pedagang yang berjualan di
trotoar. Tetapi Pemerintah harus memberikan tempat yang layak untuk para
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis bahwa : Pedagang Kaki Lima yang
ada dikawasan Jalan Siaran, meskipun sudah tertata dengan rapi tetapi masih
menggangu lalu lintas jalan raya tersebut. Selain itu Para PKL menggunakan
pinggiran jalan untuk menggelar dagangannya, padahal pinggiran jalan itu dibuat
untuk penjalan kaki. Dengan dipakainya pinggiran jalan untuk berjualan, maka
penjalan kaki menggunakan sebagian jalan raya untuk berjalan, hal inilah yang
membuat kemacetan.
Oleh sebab itulah Pemerintah Kota Palembang sendiri yang mengacu pada
Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 13 Tahun 2007 tentang Ketentraman dan
ketertiban Umum. Perda ini dibuat untuk mengatur dan memberikan pembinaan PKL,
agar PKL tidak lagi menganggu Ketentraman dan Ketertiban Umum Kota
5
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
7
dari seluruh komponen masyarakat untuk berpikir lebih dalam mengenai masalah
Pedagang Kaki Lima hal ini tidak lepas dari peranan Satpol PP Kota Pelembang.
Tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum Oleh Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Palembang (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Pasar Sako Kota
Palembang)”.
B. Rumusan Masalah
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang terhadap Pedagang Kaki Lima di
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi hambatan yang dihadapi oleh Satuan
C. Tujuan Penelitian
2007 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum Pada Satuan Polisi Pamong
Palembang.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini diharapkan bermanfaat :
penelitian dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
3. Bagi Pembaca
Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian yang akan datang.
E. MetodePenelitian
Dalam Penelitian ini, dilakukan di lokasi kantor Satuan Polisi Pamong Praja
( satpol pp ) kota palembang dan kawasan pasar sako di kota palembang, pada tahun
9
2021 sampai waktu yang penelitian lakukan sampai selesai. Adapun juga alasan yang
penulis lakukan untuk meneliti maupun memilih judul ini yaitu, karena penulis
Permasalahan PKL ini sangat beragam, dimulai dari masalah tentang perizinan
permasalahan ini yaitu, tidak adanya upaya penyelesian ataupun solusi yang diambil
Saatpol PP Kota Palembang adalah aparat yang bertugas dan berfungsi sebagai
Dan adapun juga jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Data Primer yaitu merupakan data atau informasi yang diperoleh secara
penyebaran quesioner dan data ini tentunya berkenaan dengan Peranan Satpol PP
dalam Menegakan Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2007 tentang ketentraman dan
Ketertiban Umum (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Pasar Sako Kota
Palembang)
10
saat ini belum terlihat kontribusinya dalam menertibkan PKL yang telah mengganggu
mendukung data primer, ataupun data yang diperoleh secara tidak langsung yang
berasal dari buku-buku literatur, pendapat para ahli, internet dan peraturan
F. Definisi Konsep
Penentuan dan perincian konsep ini dianggap sangat penting agar persoalan-persoalan
utamanya tidak menjadi kabur. Konsep yang dipilih perlu di tegaskan agar tidak
perhatikan, karena konsep merupakan hal yang abstrak, maka perlu di terjemahkan
dalam kata-kata sedemikian rupa, sehingga dapat di ukur secara empiris. Untuk
sebagai berikut:
11
2007, mendefinisikan bahwa suatu keadaan agar pemerintah dan rakyat dapat
G. Definisi Operasional
Dalam penelitian, terdapat satu bagian dari, sub-sub, yang mesti tidak wajib
namun sangat penting jika laporan penelitian tersebut ingin dikatakan lengkap.
Bagian tersebut yaitu “Definisi Operasional” penjelasan variabel yang akan diamati
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data tersebut (
Sugiyono, 2011 : 224 ). Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama
6
Kamus besar bahasa indonesia (KBBI ) Hal 63
7
Peraturan Daerah Kota Palembang No. 13 Tahun 2007, Tentang ketentraman dan ketertiban
umum
8
Surahman dkk., Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Metodologi Penelitian, (Metodologi Penelitian
Komprehensif.pdf (kemkes. go. Id), diakses pada tanggal 06 juli 2021 pukul 22.00)
12
1. Observasi
2. Wawancara
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
3. Studi Kepustakaan
4. Dokumentasi
Analisis data pada penelitian ini akan menggunakan model interaktif dari Miles
dan Huberman (1994:12),9 yang meliputi tiga komponen analisis, yaitu reduksi,
Pengumpula
n Penyajian
Data Data
Reduksi
Data
Kesimpulan-
Kesimpulan
Gambar /
Verifikasi
9
Ilyas, Pendidikan Karakter Melalui Homeschooling,
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jne, diakses pada tanggal 06 juli 2021 pukul 22.00)
14
2. Penyajian Data
Setiap data yang diperoleh disajikan dalam bentuk daftar kategori kemudian
jelas.
J. Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Sistematika Penelitian.
15
PKL,
Ketertiban Umum Oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang, dan
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
17