PERKERASAN JALAN
(Studi Kasus Jalan Raya Bandongan, Bandongan, Kabupaten Magelang)
Disusun Oleh :
Mohammad Wahyu Ega Syahputra
1810503079
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk dapat menganalisis pengaruh beban
volume kendaraan terhadap kerusakan jalan dan hubungan beban lalu lintas dengan
tingkat kerusakan jalan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur perkerasan adalah suatu struktur (lapis kulit) yang terletak diatas
tanah dasar dengan syarat dan ketebalan tertentu. Pada umumnya struktur perkerasan
jalan terbentuk oleh beberapa lapisan yang relative kuat pada bagian atasnya dan
berangsur-angsur relative lemah di bagian bawah.
Perkerasan jalan raya adalah bagian dari jalan raya yang diperkeras dengan
lapis konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, san kekakuan, serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah
secara aman. Perkerasan Jalan merupakan lapisan yang berhubungan langsung dengan
kendaraan atau lapisan yang ada pada jalan raya yang terletak anatara lapisan tanah
dasar dan roda kedaran. Lapisan ini berfungsi memberikan pelayanan terhadap lalu-
lintas dan menerima beban lalu lintas setiap harinya, selama masa pelayanannya
diharapkan tidak terjadi kerusakan yang beraarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai
dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan
pengelolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan yang sangat diperlukan (Silvia
Sukirman, 2003).
Lalu lintas adalah semua kendaraan yang melewati jalan raya. Lalu lintas yang
beragam baik ukuran, berat total, konfigurasi dan beban sumbunya. Menurut
kelompoknya yang umum dapat dibedakan yaitu motor, mobil penumpang, bus, truk
ringan, truk sedang, truk berat, mobil gandeng (trailler). Berat total maksimum setiap
kendaraan, konfigurasi sumbu dan distribusi beban sumbu telah ditetapkan menjadi
aturan lalu lintas pemerintah.
[ ]
4
P
ESA =k
8,26
Dengan :
ESA : Equivalent Standar Axle
P : Beban Sumbu Kendaraan (ton)
K : 1 untuk sumbu tunggal
g0,0863 untuk sumbu tandem
g0,053 untuk sumbu triple
Faktor daya rusak kendaraan (vehicle damage factor atau VDF) adalah angka
yang memperlihatkan jumlah lintasan dari sumbu tunggal roda ganda seberat 18 kips
atau 8,16 ton yang akan menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks
permukaan yang sama apabila kendaraan tersebut lewat satu kali. Setiap jenis
kendaraan memiliki konfigurasi yang berbeda, dengan demikian setiap kendaraan
akan memiliki daya rusak yang merupakan jumlah angka ekivalen beban sumbu
depan, sumbu tengah, dan sumbu belakang (Sofyan, 2009).
VDF=D F sb + D F sb
depan tengah
+ D F sb belakang
MP
CESA= ∑ m× 365 × E ×C × N
Traktor −Trailer
Dengan :
CESA :Kumulatif ekivalen beban sumbu standar
m : Jumlah masing-masing jenis kendaraan
365 :Jumlah hari dalam satu tahun
E : Ekivalen beban sumbu
C : Koefisien distribusi kendaraan
N :Faktor hubungan umur rencanan yang sudah disesuiakan dengan
dperkem-banganlalu lintas.
AE normal
EML= ×UR
AE overload
Dimana :
EML : Efektif Masa Layanan
AEnormal : Angka Equivalent pada saat beban normal
AEoverload : Angka Equivalent pada saat beban berlebih
UR : Umur Rencana.
Dimana :
RIt : Kekasaran pada waktu t, IRI (m/km)
RI0 : Kekasaran awal, IRI (m/km)
NEt : Nilai ESAL pada saat t (per 1 juta ESAL)
SNC :Nilai kekuatan perkerasan (ModifiedStructure Number) yang
stergantung padasetiap jenis perkerasan
RCI adalah skala dari tingkat kenyamanan atau kinerja jalan yang
ditunjukkan dari kondisi permukaan jalan. RCI diperoleh melalui
pengukuran alat roughometer ataupun secara visual. Skala angka bervariasi
dari 2-10 dengan kriteria seperti pada table berikut
Tabel 1 Ketentuan nilai RCI
terhadap perkerasan secara visual
Data yang digunakan adalah hasil dari penelitian menggunakan data primer
dan data sekunder. Metode yang digunakan adalah seperti pada alur diagram berikut
a. Skenario 1 untuk mengetahui nilai CESA pada akhir umur rencana perkerasan,
dengan menggunakan data LHR berat kendaraan berdasarkan hasil
perencanaan. Skenario ini diasumsikan menggunkanan nilai VDF normal.
b. Skenario 2 untuk mengetahui nilai CESA aktual selama umur rencana,
menggunkan data LHR perencanaan dengan nilai VDF berdasarkan hasil
survey rata-rata berat kendaraaan beban berlebih. Hasil dari pengolahan data
diketahui sekitar 45,47% dari kendaraan angkutan barang membawa beban
berlebih. Pada skenario perkalian data LHR untuk truk diasumsikan 45,47%
angkutan barang menggunakan VDF aktual (beban berlebih) dan 54,43%
sesuai dengan VDF perencanaan.
c. Setelah didapat nilai ESAL pada perhitungan CESA maka nilai IRI dapat
dihitung dengan menggunkan persamaan 2.7, untuk skenario 1 menggunakan
ESAL normal dan skenario 2 ESAL overload.
d. Selajutnya adalah mendesain tebal perkerasan menggunakan metode analisa
komponen yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum SKBI-2.3.26
1987.