Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH BEBAN LALU LINTAS TERHADAP KERUSAKAN

PERKERASAN JALAN
(Studi Kasus Jalan Raya Bandongan, Bandongan, Kabupaten Magelang)

Disusun Oleh :
Mohammad Wahyu Ega Syahputra
1810503079

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan raya adalah jalur-jalur tanah diatas permukaan bumi yang dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas, orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.
(Clarkson H. Oglesby,1999).
Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk mulai pesat.
Peningkatan jumlah penduduk, ditambah dengan perkembangan kebutuhan
transportasi berefek terhadap peningkatan volume kendaraan, baik roda dua,empat
dan selebihnya. Sehingga memunculkan banyak kendaraan-kendaraan berat yang
melintas di jalan raya. Peningkatan volume kendaraan merupakan salah satu penyebab
dari kerusakan jalan. Meningkatnya jumlah kendaraan tersebut memungkinkan jalan
akan mengalami kerusakan , baik dalam jangka waktu yang pendek maupun lama.
Dengan adanya hal tersebut, maka diperlukaan peningkatan baik itu dalam hal
kuantitas maupun kualitas jalan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal
tersebut dikarenakan jalan raya sebagai sarana transportasi memliki peranan yang
cukup penting bagi pengembangan suatu daerah.
Bandongan merupakan daerah padat penduduk di Kabupaten Magelang yang
sering dilalui oleh kendaraan ringan dan kendaraan berat. Banyaknya kendaraan yang
sering melewati Jalan Raya bandongan tersebut tentu saja berpengaruh terhadap
kondisi di jalan tersebut., terutama untuk kendaraan-kendaraan bermuatan besar.
Seiring dengan berjalannya waktu tentunya kondisi jalan akan mengalami kerusakan.
Oleh sebab itu penelitian ini dibuat untuk mengetahui permasalah jalan yang
disebabkan oleh beban volume kendaraan terhadap perkerasan jalan yang ada di Jalan
Raya Bandongan Kabupaten Bandongan

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah


terhadap penelitian tersebut ialah mendapatkan seberapa jauh pengaruh besar-kecilnya
arus lalu lintas terhadap perkerasan jalan raya, baik dalam satuan volume lalu lintas
maupun beban kendaraan.
1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk dapat menganalisis pengaruh beban
volume kendaraan terhadap kerusakan jalan dan hubungan beban lalu lintas dengan
tingkat kerusakan jalan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Struktur perkerasan adalah suatu struktur (lapis kulit) yang terletak diatas
tanah dasar dengan syarat dan ketebalan tertentu. Pada umumnya struktur perkerasan
jalan terbentuk oleh beberapa lapisan yang relative kuat pada bagian atasnya dan
berangsur-angsur relative lemah di bagian bawah.

Gambar 2.1 Penyebaran beban roda hingga lapisan subgrade

Pada gambar diatas terlihat jika beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan


jalan malalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata (W). Beban tersebut
diterima oleh lapisan permukaan (Surface Course) dan disebarkan ke tanah dasar
(Subgrade), dan menimbulkan gaya pada masing-masing lapisan sebagai akibat
perlawanan dari tanah dasar terhadap beban lalu lintas yang diterimanya.

2.2 Perkerasan Jalan Raya

Perkerasan jalan raya adalah bagian dari jalan raya yang diperkeras dengan
lapis konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, san kekakuan, serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah
secara aman. Perkerasan Jalan merupakan lapisan yang berhubungan langsung dengan
kendaraan atau lapisan yang ada pada jalan raya yang terletak anatara lapisan tanah
dasar dan roda kedaran. Lapisan ini berfungsi memberikan pelayanan terhadap lalu-
lintas dan menerima beban lalu lintas setiap harinya, selama masa pelayanannya
diharapkan tidak terjadi kerusakan yang beraarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai
dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan
pengelolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan yang sangat diperlukan (Silvia
Sukirman, 2003).

2.1.1 Jenis Konstruksi Perkerasan dan Komponennya


Konstruksi pada perkerasan terdiri atas bebrapa jenis sesuai dengan bahan
pengikat yang digunakan dan komposisi dari komponen perkerasan itu sendiri, antara
lain :
1. Konstruksi Perkerasan Lentur
a. Menggunakan aspal sebagai pengikat.
b. Pengaruh repetisi beban terhadap perkerasan lentur adalah timbulnya lendutan
pada jalur roda.
c. Bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas dari atas ke tanah dasar.
d. Perubahan temperature pada perkerasan lentur yaitu modulus kekakuan
berubah serta timbul tegangan dalam yang kecil.

Gambar 2.1 Komponen Perkerasan Lentur

2. Konstruksi Perkerasan Kaku


a. Menggunakan Semen sebagai bahan pengikat.
b. Pengaruh repetisi yaitu timbulnya retak pada permukaan beton
c. Bersifat sebagai balok diatas perletakannya
d. Perubahan temperature mengakibatkan modulus kekakuan tidak berubah
namun timbul tegangan yang besar

Gambar 2.2 Komponen Perkerasan Kaku

3. Konstruksi Perkerasan Komposit


a. Kombinasi antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur.
b. Perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau sebaliknya.
Gambar 2.3 Komponen Perkerasan Komposit

2.3 Beban Berlebih

Beban berlebih (overloading) adalah suatu kondisi beban gandar (as)


kendaraan melampaui batas beban maksimum yang diijinkan. Beban berlebih
(overloading) adalah beban lalu-lintas rencana (jumlah lintasan opera-sional rencana)
tercapai sebelum umur rencana perkerasan, atau sering disebut dengan kerusakan dini.
Muatan lebih adalah muatan sumbu kendaraan yang melebihi dari ketentuan seperti
yang tercantum pada peraturan yang berlaku (Peraturan Pemerintah No 43, 1993).
(Iskandar, 2008).

Secara definisi Beban berlebih (overloading) adalah suatu kondisi beban


gandar kendaraan yang melampaui bebn standar yang digunakan pada asumsi desain
perkerasan jalan sebelum umur rencana tercapai, atau sering disebut sebagai
kerusakna dini. Sedangkan umur rencana perkerasan jalan ialah jumlah repetisi beban
lalu lintas yang dapat dilayani jalan sebelum terjadi kerusakan structural pada lapisan
perkerasan. Kerusakan ini disebabkan oleh terjadinya beban berlebih pada kendaraan
yang mengangkut muatan melebihi ketentuan batas beban yang telah ditetapkan yang
secara signifikan meningkatkan daya rusak (VDF = Vechile Damage Factor)
kendaraan yang akan memperpendek umur pelayanan jalan.

Beban berlebih (overload) dapat menyebabkan kerusakan dini pada jalan,


karena jalan terbebani oleh kenderaan yang mengangkut beban berlebih, hal ini akan
menyebabkan perhitungan beban gandar standar ekivalen akan tercapai sebelum umur
jalan yang direncanakan pada saat mendesign jalan. Umur rencana perkerasan jalan
adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lali-lintas kenderaan sampai
diperlukan suatu perbaikan struktural atau sampai diperlukan lapisan tambahan aspal
yang menutupi ketidaksempurnaan dalam aspal yang ada (Overlay) lapisan
perkerasan. Dalam perencanaan perkerasan jalan raya, digunakan beban standar
sehingga semua beban kendaraan dapat diekivalensikan terhadap beban standar
dengan menggunakan ”angka ekivalen beban sumbu (E)”. Beban standar merupakan
beban sumbu tunggal beroda ganda seberat 18.000 pon (8,16 ton) (Silvia Sukirman,
1999).
2.4 Standar Perencanaan

Lalu lintas adalah semua kendaraan yang melewati jalan raya. Lalu lintas yang
beragam baik ukuran, berat total, konfigurasi dan beban sumbunya. Menurut
kelompoknya yang umum dapat dibedakan yaitu motor, mobil penumpang, bus, truk
ringan, truk sedang, truk berat, mobil gandeng (trailler). Berat total maksimum setiap
kendaraan, konfigurasi sumbu dan distribusi beban sumbu telah ditetapkan menjadi
aturan lalu lintas pemerintah.

2.5 Angka Ekivalen

Angka ekivalen dari kendaraan adalah angka yang menunjukkan jumlah


lintasan dari sumbu tunggal yaitu seberat 8,16 ton yang dapat menimbulkan kerusakan
jalan atau penurunan kinerja dari perkerasan yaitu penurunan Indeks Permukaan yang
sama apabila kendaraan lewat satu kali (Silvia Sukirman, 1999).

Gambar 2.4 Sumbu Standar 8,16 ton


Sumber : Silvia Sukirman (1999)

Angka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan)


ditentukan menurut rumus dibawah ini :

[ ]
4
P
ESA =k
8,26
Dengan :
ESA : Equivalent Standar Axle
P : Beban Sumbu Kendaraan (ton)
K : 1 untuk sumbu tunggal
g0,0863 untuk sumbu tandem
g0,053 untuk sumbu triple

Faktor atau angka ekivalen beban sumbu menyatakan kerusakan pekerasan


akibat beban kendaraan yang lewat relative terhadap kerusakan perkerasan akibat
beban sumbu tunggal seberat 80 KN.
Gambar 2.5 Laju Penurunan Kualitas Jalan

2.6 Faktor Daya Rusak Kendaraan (VDF)

Faktor daya rusak kendaraan (vehicle damage factor atau VDF) adalah angka
yang memperlihatkan jumlah lintasan dari sumbu tunggal roda ganda seberat 18 kips
atau 8,16 ton yang akan menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks
permukaan yang sama apabila kendaraan tersebut lewat satu kali. Setiap jenis
kendaraan memiliki konfigurasi yang berbeda, dengan demikian setiap kendaraan
akan memiliki daya rusak yang merupakan jumlah angka ekivalen beban sumbu
depan, sumbu tengah, dan sumbu belakang (Sofyan, 2009).

|Bina Marga Menentukan VDF adalah :

VDF=D F sb + D F sb
depan tengah
+ D F sb belakang

2.7 CESA (Cummulative Equivalent Standard Axle)

Jumlah lintasan ekivalen selama umur rencana dapat diketahui melalui


kumulatif ekivalen beban sumbu standar (Cummulative Equivalent Standard Axle).
Untuk menentukan kumulatif ekivalen beban sumbu standar selama umur rencana
dapat ditentukan dengan mengguna-kanPersamaan 3 berikut:

MP
CESA= ∑ m× 365 × E ×C × N
Traktor −Trailer
Dengan :
CESA :Kumulatif ekivalen beban sumbu standar
m : Jumlah masing-masing jenis kendaraan
365 :Jumlah hari dalam satu tahun
E : Ekivalen beban sumbu
C : Koefisien distribusi kendaraan
N :Faktor hubungan umur rencanan yang sudah disesuiakan dengan
dperkem-banganlalu lintas.

Penurunan umur rencana jalan dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan yang dikemukakan oleh Sofyan (2009) berikut ini :

AE normal
EML= ×UR
AE overload
Dimana :
EML : Efektif Masa Layanan
AEnormal : Angka Equivalent pada saat beban normal
AEoverload : Angka Equivalent pada saat beban berlebih
UR : Umur Rencana.

2.8 Formulasi Nilai Kekasaran Permukaan Jalan (International Roughness Index)

Perkerasan jalan mengalami pembebanan lalu lintas berulang, penuaan aspal,


mutu konstruksi, kondisi iklim, rencana perkerasan yang tidak cukup dan lain lain
memperlihat-kandistress dalam bentuk roughness, rutting, cracking dan bentuk lain
dari kerusakanpermukaan yang membuat kemampuan pelayanan jalan berkurang
(AASHTO, 1993).
Prediksi IRI dapat dihitung dengan rumus di bawah ini.

RIt=( RI 0+725 ( 1+ SNC )−5 ∙ NEt ) E 0.0153 t

Dimana :
RIt : Kekasaran pada waktu t, IRI (m/km)
RI0 : Kekasaran awal, IRI (m/km)
NEt : Nilai ESAL pada saat t (per 1 juta ESAL)
SNC :Nilai kekuatan perkerasan (ModifiedStructure Number) yang
stergantung padasetiap jenis perkerasan

RCI adalah skala dari tingkat kenyamanan atau kinerja jalan yang
ditunjukkan dari kondisi permukaan jalan. RCI diperoleh melalui
pengukuran alat roughometer ataupun secara visual. Skala angka bervariasi
dari 2-10 dengan kriteria seperti pada table berikut
Tabel 1 Ketentuan nilai RCI
terhadap perkerasan secara visual

Jika pemeriksaan/pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat


roughometer akan diperoleh nilai IRI (International Roughness Index). Kesetaraan
nilai IRI dan RCI dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Kesetaraan Antar IRI dan RCI


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah hasil dari penelitian menggunakan data primer
dan data sekunder. Metode yang digunakan adalah seperti pada alur diagram berikut

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian


3.1.1 Data Primer
Data primer merupakan data diperoleh atau dikumpilkan langsung di
lapangan. Data tersebut didapatkan dengan melakukan tahapan :
1) Pengukuran data muatan truk diperoleh dengan menggunakan
timbangan truk portable. Pengukuran ini dilakukan selama 1 kali 24
jam. Pengukuran hanya dilakukan untuk truk atau angkutan barang
yang diperkirakan bermutan lebih atau melanggar jumlah berat yang
diijinkan (JBI). Jenis kendaraan yang ditimbang adalah truk ringan,
truk sedang, truk berat, truk gandeng dan trailer. Jumlah orang yang
survei 8 orang yang bergantian selama 24 jam. Kendaraan ringan
diasumsikan tidak melakukan pelanggaran terhadap JBI.
2) Data LHR kendaraan ringan selama 1 hari penuh diperoleh dengan
cara mengamatan langsung di lapangan. Lokasi pos pengamatan LHR
ini berdekatan dengan lokasi untuk penimbangan angkutan barang.
Form survei yang digunakan mengikuti peraturan survei pencacah
lalu lintas dengan cara manual (Pd T-19-2004-B). Pengambilan data
LHR dilakukan pada hari yang sama dengan pengambilan dat berat
muatan kendaraan angkutan barang.

3.1.2 Data Sekunder


Data Sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Departemen
Pekerjaan Umum.

3.2 Tahap dan Prosedur Penelitian


Setelah data primer dan sekunder diperoleh maka tahap selanjutnya
melakukan analisa data dengan menggunakan rumus pada yang dikemukakan di atas.
Untuk mengetahui faktor daya rusak (VDF) kendaraan menggunakan rumus Liddle.
Berat kendaraan yang digunakan adalah berat rata-rata kendaraan angkutan barang
dengan beban berlebih. Pada penelitian ini dibuat 2 skenario sebagai berikut:

a. Skenario 1 untuk mengetahui nilai CESA pada akhir umur rencana perkerasan,
dengan menggunakan data LHR berat kendaraan berdasarkan hasil
perencanaan. Skenario ini diasumsikan menggunkanan nilai VDF normal.
b. Skenario 2 untuk mengetahui nilai CESA aktual selama umur rencana,
menggunkan data LHR perencanaan dengan nilai VDF berdasarkan hasil
survey rata-rata berat kendaraaan beban berlebih. Hasil dari pengolahan data
diketahui sekitar 45,47% dari kendaraan angkutan barang membawa beban
berlebih. Pada skenario perkalian data LHR untuk truk diasumsikan 45,47%
angkutan barang menggunakan VDF aktual (beban berlebih) dan 54,43%
sesuai dengan VDF perencanaan.
c. Setelah didapat nilai ESAL pada perhitungan CESA maka nilai IRI dapat
dihitung dengan menggunkan persamaan 2.7, untuk skenario 1 menggunakan
ESAL normal dan skenario 2 ESAL overload.
d. Selajutnya adalah mendesain tebal perkerasan menggunakan metode analisa
komponen yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum SKBI-2.3.26
1987.

Anda mungkin juga menyukai