Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKERASAN JALAN RAYA


(SEJARAH KERETA API DI JEPANG)

DOSEN PENGAMPU : IR. WILTON WAHAB, M. Eng

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

1. ASEP OKI SAPUTRA (2020210113)


2. FADHLURRAHMAN (2020210100)
3. HEBO GUNTARA (2020210101)
4. M. HASNAN HIDAYATULAH (2020210178)
5. NOBEL ALFA (2017210194)
6. ROLAND ANDHIKA (2019210096)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Perkerasan Jalan Raya yang berjudul Umur Rencana dan Perancangan
Lalu Lintas. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Perkerasan Jalan Raya. Dan tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada
Bapak Ir. Wilton Wahab, M. Eng. Selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang berkenan membantu
dan memberi arahan dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengetahui Umur Rencana dan Perancangan Lalu Lintas. Kami sebagai penyusun
makalah ini berterimakasih kepada pembaca dan juga meminta maaf atas segala kekurangan dalam
penulisan makalah ini, karena keterbatasannya ilmu pengetahuan yang kami miliki, maka dari pada itu
harap dimaklumi kekurangan pada makalah ini. Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 1 November 2022

Kelompok 6
DAFAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kereta Api di Jepang
2.2 Tahap 1, Perkembangan awal, 1872–1906
a. Perluasan Jaringan
b. Konsolidasi Jaringan
c. Kebijakan Yang Berkembang
2.3 Tahap 2, 1906–1945
a. Nasionalisasi 1906
b. Perkembangan sebelum perang
c. Situasi masa perang
2.4 Tahap 3, 1945–1987: Pemulihan dan pembangunan pascaperang
2.5 Tahap 4, 1987–sekarang: Situasi saat ini
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung dari mulai dibukanya jalan
tersebut sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk diberi lapis permukaan yang
baru. Berdasarkan Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen (1987), dijelaskan bahwa umur rencana adalah jumlah waktu dan tahun dihitung sejak jalan
tersebut mulai dibuka samapai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu diberi lapis
permukaan yang baru. Umur rencana adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu
lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural.

Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik atau garis tertentu
pada suatu penampang melintang jalan. Kendaraan dibedakan beberapa jenis, misalnya: kendaraan
berat, kendaraan ringan, sepeda motor, dan kendaraan tidak bermotor. kendaraan ringan, sepeda motor,
dan kendaraan tidak bermotor. Data pencacahan volume lalu lintas adalah informasi yang diperlukan
untuk fase perencanaan, desain, manajemen sampai pengoperasian jalan.

Angka ekivalen menurut Manual Perkerasan Jalan dengan Alat Benkelman Beam (Bina Marga,
1983) yang telah menetapkan berat kosong dan berat maksimum pada tiap jenis kendaraan sering tidak
sesuai dengan kondisi di lapangan, karena tiap kendaraan memiliki berat sesuai dengan muatannya
masing-masing. Begitu pula angka ekivalen yang telah ditetapkan pada masing-masing golongan beban
sumbu pada setiap kendaraan.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi umur rencana

2. Untuk mengetahui defenisi volume lalu lintas

3. Untuk mengetahui defenisi dari angka ekivalen

4. Untuk mengetahui perhitungan angka ekivalen atau lintas ekivalen


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Umur Rencana

Berdasarkan Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen (1987), dijelaskan bahwa umur rencana adalah jumlah waktu dan tahun dihitung sejak jalan
tersebut mulai dibuka samapai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu diberi lapis
permukaan yang baru.

Umur rencana adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan
sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural. Selama umur rencana tersebut pemeliharaan
perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti pelapisan non struktural yang berfungsi sebagai lapisan
aus dan kedap air. Umur rencana untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20 tahun dan
untuk peningkatan jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis
karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan ketelitian yang memadai.
Sedangkan umur rencana pondasi jalan dan perkerasan kaku (rigid) diambil 40 tahun.

2.2 Volume Lalu Lintas

Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari volume lalu lintas yang melewati jalan tersebut.
Besarnya arus lalu lintas dapat diperoleh dari :

 Analisa lalu lintas saat ini, berupa : jumlah kendaraan yang akan memakai jalan, jenis kendaraan,
konfigurasi sumbu dari setiap jenis kendaraan, serta beban masing-masing sumbu kendaraan.
 Perkiraan faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana, antara lain berdasarkan atas analisa
ekonomi dan sosial daerah tersebut.

Untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan, volume lalu lintas dinyatakan dalam
kendaraan/hari/2 arah untuk jalan 2 arah tidak terpisah. Sedangkan untuk jalan satu arah atau 2 arah
terpisah dinyatakan dalam kendaraan/hari/1 arah. Survei volume lalu lintas dapat dilakukan secara
manual di tempat-tempat yang dianggap perlu dan dilakukan selama 3 x 24 jam atau 3 x 16 jam terus-
menerus.

2.3 Angka Ekivalen Beban Sumbu

Jenis kendaraan yang memakai jalan beraneka ragam, bervariasi baik ukuran, berat total,
konfigurasi dan beban sumbu, daya, dan sebagainya. Oleh karena itu volume lalu lintas umumnya
dikelompokkan atas beberapa kelompok yang masing-masing kelompok diwakili oleh satu jenis
kendaraan.
Sistem klasifikasi kendaraan dinyatakan dalam Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas (Pd
T-19-2004-B). Beban gandar kendaraan penumpang dan kendaraan ringan sampai sedang cukup kecil
sehingga tidak berpotensi menimbulkan kerusakan struktural pada perkerasan. Hanya kendaraan niaga
dengan jumlah roda enam atau lebih yang perlu diperhitungkan dalam analisis. Kelompok kendaraan,
berupa : (a). Mobil penumpang (termasuk didalamnya kendaraan dengan berat total 2 ton); (b). Bus;
(c). Truk 2 sumbu; (d). Truk 3 sumbu; (e). Truk 5 sumbu; (f). Semi Trailer; (g). Trailer.

Konstruksi perkerasan jalan menerima beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda-roda
kendaraan. Besarnya beban yang dilimpahkan tersebut tergantung dari berat total kendaraan,
konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda dan perkerasan, kecepatan kendaraan, dan sebagainya.
Dengan demikian efek dari masing-masing kendaraan terhadap kerusakan yang ditimbulkan tidaklah
sama. Oleh karena itu perlu adanya beban standar sehingga semua beban lainnya dapat disetarakan
dengan beban standar tersebut yang merupakan beban sumbu tunggal beroda ganda seberat 18.000 Lbs
(8,16 ton). Semua beban kendaraan lain dengan dengan beban sumbu berbeda diekivalenkan ke beban
sumbu standar dengan menggunakan "angka ekivalen beban sumbu (E)“.

Angka ekivalen beban sumbu adalah angka yang menunjukkan jumlah lintasan dari sumbu
tunggal seberat 8,16 ton yang akan menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks
permukaan yang sama apabila beban sumbu standar lewat satu kali. Contoh: E truk = 1,2. ini berarti 1
kali lintasan kendaraan truk mengakibatkan penurunan indeks permukaan yang sama dengan 1,2 kali
lintasan sumbu standar.

Untuk menentukan angka ekivalen beban sumbu, Bina Marga memberikan rumus sebagai berikut:
Sebagai pembanding NAASRA Australia memberikan angka ekivalen beban sumbu, sbb.

2.4 Angka Ekivalen Kendaraan

Berat kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui roda kendaraan yang terletak di
ujung-ujung sumbu kendaraan. Sumbu depan merupakan sumbu tunggal roda tunggal, sedangkan
sumbu belakang dapat berupa sumbu tunggal atau sumbu ganda. Setiap jenis kendaraan akan
mempunyai angka ekivalen yang merupakan jumlah angka ekivalen dari sumbu depan dan sumbu
belakang. Misalnya : truk dengan berat kosong = 4,2 ton dan berat maksimum truk = 18,2 ton. Distribusi
beban terhadap sumbu depan 34 % dan belakang sebesar 66 %. Angka ekivalen kendaraan dapat
dihitung sebagai berikut :
Menurut NAASRA, sebagai berikut:

Beban yang terjadi akibat lalu lintas dapat dikonversikan ke dalam konfigurasi beban sumbu seperti
gambar berikut:

Contoh :

Dari survei timbang diperoleh beban roda belakang dari sebuah kendaraan truk seberat 2100 kg. Truk
tersebut adalah truk 2 as dengan jenis sumbu tunggal. Distribusi beban sumbu depan dan belakang
masing-masing sebesar 34 % dan 66 %.
 Beban sumbu belakang = 2 x 2100 kg =4200 kg.
 Beban sumbu depan = 34/66 x 4200 kg = 2200 kg
 maka angka ekivalen kendaraan truk :
E = (2200/8160)4 + (4200/8160)4
E = 0,005 + 0,0702 = 0,0752.

2.5 Lintas Ekivalen

Salah satu faktor penyebab kerusakaan jalan adalah repetisi beban dari lintasan kendaraan. Repetisi
beban dinyatakan dalam lintasan sumbu standar yang dikenal sebagai lintas ekivalen yang dapat
dibedakan atas :

 Lintas ekivalen pada saat jalan tersebut dibuka (Lintas Ekivalen awal umur rencana = LEP)
 Lintas ekivalen pada akhir umur rencana adalah besarnya lintas ekivalen pada saat jalan tersebut
membutuhkan perbaikan secara struktural (Lintas Ekivalen Akhir umur rencana = LEA).
 Lintas ekivalen selama umur rencana (AE18KSAL), jumlah lintas ekivalen yang akan melintasi
jalan bersangkutan selama masa pelayanan, dari saat dibuka sampai akhir umur rencana (LER).

2.5.1 Langkah Penentuan Lintas Ekivalen

1. Tentukan jumlah kendaraan dalam 1 hari/2 arah/total lajur yang dibedakan menurut jenis
kendaraan (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan dgn berat kosong < 1500 kg) tidak
diperhitungkan nilai E.
2. Tentukan berat masing-masing sumbu berdasarkan survey timbang dari setiap jenis kendaraan
berat.
3. Tentukan angka ekivalen dari setiap jenis kendaraan yang merupakan gabungan angka ekivalen
sumbu depan dengan angka ekivalen sumbu belakang.
4. Tentukan persentase kendaraan yang berada pada lajur rencana yaitu lajur dengan volume
kendaraan berat terbesar.
5. Faktor pertumbuhan lalu lintas yang diperoleh dari hasil analisa data lalu lintas, perkembangan
penduduk, pendapatan per kapita, rancangan induk daerah, dan lain-lain.

Pedoman penentuan jumlah jalur, sebagai berikut:


Koefisien Distribusi ke Lajur Rencana, sebagai berikut:

6. Lintas Ekivalen pada saat jalan tersebut dibuka (LEP), diperoleh dari :

Dimana :
Ai = Jumlah kendaraan untuk 1 jenis kendaraan,
Ei = Angka ekivalen beban sumbu untuk satu jenis kendaraan.
Ci = Koefisien distribusi kendaraan pada lajur rencana.
a = Faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan.
n' = Jumlah tahun dari saat diadakan pengamatan sampai jalan tersebut dibuka.

7. Lintas Ekivalen pada akhir umur rencana (LEA), diperoleh dari :

Dimana :
LEP = Lintas Ekivalen Pertama
r = Faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana
n = Umur rencana jalan

8. Lintas Ekivalen selama umur rencana (AE18KSAL = Accumulative Ekivalen 18 Kips Single
Axle Load) diperoleh dari :

Dimana :
AE18KSAL = Lintas ekivalen selama umur rencana
365 = Jumlah hari dalam setahun
LEP = Lintas Ekivalen Pertama
N = Faktor umur rencana yang sudah disesuaikan dengan perkembangan lalu lintas.
Contoh soal.
Diketahui data lalulintas (tahun 2017), sbb :

 Angka pertumbuhan lalulintas = 5%


 Umur rencana (n) = 10 tahun
 Awal umur rencana = 3 tahun
 Jalan direncanakan terdiri dari 4 lajur 2 arah.
Pertanyaan : Hitung nilai LEP, LEA dan LER (AE18KSAL)

Penyelesaian :

Hitung nilai LHR pada awal umur rencana (tahun 2020), dengan rumus : LHR0 x (1+i)n

Hitung nilai LHR pada akhir umur rencana (tahun 2030),

a. Hitung angka ekivalen (E) :


b. Hitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) :
Untuk jalan 4 lajur 2 arah, nilai koefisien distribusi lajur (C) kendaraan ringan = 0,3 dan
kendaraan berat = 0,45.

c. Hitung Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

d. Hitung Beban LaluLintas Ekivalen selama umur rencana :


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Umur rencana adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan
sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural. Selama umur rencana tersebut pemeliharaan
perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti pelapisan non struktural yang berfungsi sebagai lapisan
aus dan kedap air. Umur rencana untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20 tahun dan
untuk peningkatan jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis
karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan ketelitian yang memadai.
Sedangkan umur rencana pondasi jalan dan perkerasan kaku (rigid) diambil 40 tahun.

Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik atau garis tertentu
pada suatu penampang melintang jalan. Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari volume lalu
lintas yang melewati jalan tersebut. Besarnya arus lalu lintas dapat diperoleh dari :

1. Analisa lalu lintas saat ini, berupa : jumlah kendaraan yang akan memakai jalan, jenis
kendaraan, konfigurasi sumbu dari setiap jenis kendaraan, serta beban masing-masing sumbu
kendaraan.
2. Perkiraan faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana, antara lain berdasarkan atas
analisa ekonomi dan sosial daerah tersebut.

Angka ekivalen merupakan jenis kendaraan yang memakai jalan beraneka ragam, bervariasi baik
ukuran, berat total, konfigurasi dan beban sumbu, daya, dan sebagainya. Untuk menentukan atau
menghitung lintas ekivalen dapat menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Tentukan jumlah kendaraan dalam 1 hari/2 arah/total lajur yang dibedakan menurut jenis
kendaraan (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan dgn berat kosong < 1500 kg) tidak
diperhitungkan nilai E.
2. Tentukan berat masing-masing sumbu berdasarkan survey timbang dari setiap jenis kendaraan
berat.
3. Tentukan angka ekivalen dari setiap jenis kendaraan yang merupakan gabungan angka ekivalen
sumbu depan dengan angka ekivalen sumbu belakang.
4. Tentukan persentase kendaraan yang berada pada lajur rencana yaitu lajur dengan volume
kendaraan berat terbesar.
5. Faktor pertumbuhan lalu lintas yang diperoleh dari hasil analisa data lalu lintas, perkembangan
penduduk, pendapatan per kapita, rancangan induk daerah, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Bahan ajar perkerasan jalan raya

Anda mungkin juga menyukai