Anda di halaman 1dari 6

Tugas

AUDIT KESELAMATAN TRANSPORTASI

DISUSUN OLEH:

LA ODE MUHAMMAD SYAHBIL JIBRAN IKRAMI

E1A1 19 067

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
Konfigurasi Beban Standar

Standar Beban Sumbu


Beban standar merupakan beban sumbu tunggal beroda ganda seberat 18.000 lbs atau
setara dengan 8,16 ton. Semua beban kendaraan lain dengan beban sumbu yang
berbeda diekivalensikan ke beban sumbu standar dengan mengunakan "angka
ekvivalen beban sumbu (E)", yang merupakan angka yang menyatakan perbandingan
tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal
kendaraan terhadap tingkat kerusakan oleh suatu lintasan kendaraan sebarat 8,16 ton
(18.000 lbs) apabila kendaraan tersebut melintas satu kali.
Standar beban sumbu adalah kendaraan yang dianggap mempunyai daya rusak sama
dengan satu satuan, yaitu sebesar 18.000 lbs (8,16 ton ~ 8 ton).
Kegagalan Kinerja Jalan dalam Bentuk Kerusakan Dini
Berikut beberapa faktor penyebab terjadinya kerusakan jalan raya antara lain:
1. Drainase yang tidak berfungsi/tidak adanya drainase
Salah satu item penting pada proyek jalan adalah drainase atau saluran, suatu jalan
yang tidak memiliki saluran/drainase atau yang drainasenya tersumbat, akan
mengakibatkan air menjadi tergenang di badan jalan. Air pada asphalt hotmix akan
mengakibatkan terjadi pelepasan butiran agregat asphalt hotmix atau mengurangi
daya lekat aspal sehingga jalan akan mudah terjadi kerusakan.
2. Mutu Asphalt Hotmix yang tidak baik
Sebelum dilakukan pengaspalan, harus dilakukan Job Mix Design (JMD) dan
memiliki Job Mix Formula (JMF) agar menghasilkan mutu asphalt hotmix yang
sesuai dengan mutu yang dipersyaratkan.
3. Overtonase (kelebihan beban tonase) kendaraan
Salah satu faktor yang sering mengakibatkan kerusakan dini pada jalan raya adalah
overtonase/overloading kendaraan seperti truk, tronton, dan lain-lain. Beban sumbu
suatu kendaraan yang melintasi jalan raya harus sesuai dengan ketentuan yang telah
dipersyaratkan oleh pemerintah melalui Dinas Perhubungan, Oleh karena itu,
diperlukan peran fungsi dari jembatan timbang, dan jenis kendaraan melewati jalan
sesuai dengan kapasitas dan tipe yang kendaraan yang dipersyaratkan.
4. Kesalahan perencanaan tebal perkerasan jalan
Kerusakan jalan raya juga dapat disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan tebal
perkerasannya, Oleh karena itu diperlukan pengambilan data-data yang tepat sesuai
yang dibutuhkan untuk perencanaan tebal perkerasan jalan.
5. Lapis pondasi agregat yang tidak padat
Umumnya konstruksi jalan raya memiliki lapisan Lapis Pondasi Agregat Klas A
maupun Lapis Pondasi Agregat Klas B. Pelaksanaan lapis pondasi agregat yang tidak
padat atau tidak sesuai yang dipersyaratkan akan menyebabkan aspal hotmix
diatasnya menjadi bergelombang atau menjadi tidak stabil menahan terhadap beban
lalu lintas di atasnya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan kepadatan Lapis
Pondasi Agregat sebelum dilakukan pengaspalan menggunakan pengujian kepadatan
lapangan dengan alat conus pasir (Sand Cone Test).
6. Kondisi konstruksi tanah dasar yang tidak stabil
Ada beberapa daerah di Indonesia yang memiliki kondisi tanah dasar yang tidak
stabil. Oleh karena itu diperlukan penyelidikan teknis terhadap tanah dasar, agar
dapat dilakukan penanganan teknis yang sesuai keadaan kondisi tanah dasar tersebut.
7. Faktor bencana alam
Untuk faktor bencana alam memang sulit kita hindari, seperti kerusakan jalan akibat
gempa bumi atau bencana banjir dan lainnya. Namun kita perlu mengambil pelajaran
yang terjadi dengan beupaya membuat konstruksi jalan yang lebih pada daerah yang
rawan bencana alam.
8. Pelaksanaan pekerjaan pengaspalan yang tidak baik
Untuk menghidari kerusakan dini pada jalan, pelaksanaan pekerjaan pengaspalan
harus diperhatikan, seperti jumlah passing, suhu aspal saat penghamparan, tebal
asphalt hotmix yang dihampar, dan yang lainnya.
9. Tidak dilakukan perawatan jalan secara berkala
Jalan yang telah mulai mengalami kerusakan apabila ditangani dengan segera akan
menyebabkan kerusakannya semakin parah. Oleh karena itu diperlukan perawatan
jalan secara berkala oleh instansi terkait agar tidak membahayakan masyarakat
pengguna transportasi terutama pengendara sepeda motor.

Faktor Daya Rusak Kendaraan / Faktor Kerusakan Kendaraan (VDF)


Faktor Daya Rusak Kendaraan / Faktor Kerusakan Kendaraan (VDF) adalah
perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu kendaraan terhadap daya
rusak oleh beban sumbu standar.

VDF=k
[ ]P
8,16

Keterangan :
P = Beban sumbu kendaraan
K = Faktor sumbu (1 untuk sumbu tunggal) ( 0,86 untuk sumbu ganda)
Mempertimbangkan tipe kelompok sumbu yang ditentukan dari beban sumbu
kendaraan_ (P) dan faktor kerusakan.
VDF= [ ]
P
k

Kerusakan ini disebabkan oleh salah satu faktor yaitu terjadinya beban berlebih
(overloading) pada kendaraan yang mengangkut muatan melebihi ketentuan batas
beban yang ditetapkan yang secara signifikan akan meningkatkan daya rusak (VDF =
Vehicle Damage Faktor) kendaraan yang selanjutnya akan memperpendek umur
pelayanan jalan. Beban berlebih (overload) akan menyebabkan kerusakan dini akan
terjadi pada jalan, karena jalan terbebani oleh kenderaan yang mengangkut beban
berlebih, hal ini akan menyebabkan perhitungan beban gandar standar ekivalen
(Cumulative Equivalent Standard Axle, CESA) rencana akan tercapai sebelum umur
jalan yang direncanakan pada saat mendesign jalan. Umur rencana perkerasan jalan
adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lali-lintas kenderaan sampai
diperlukan suatu perbaikan struktural atau sampai diperlukan lapisan tambahan aspal
yang menutupi ketidaksempurnaan dalam aspal yang ada (Overlay) lapisan
perkerasan (Sukirman, 1999). Proses Overlay aspal umumnya mencakup meratakan
keluar dari bentuk aspal lama, memastikan halus, bahkan permukaan yang
menambahkan lapisan tambahan. Jenis dan besarnya beban kendaraan yang beraneka
ragam menyebabkan pengaruh daya rusak dari masing-masing kendaraan terhadap
lapisan-lapisan perkerasan jalan raya tidaklah sama. Semakin besar muatan/beban
suatu kendaraan yang dipikul lapisan perkerasan jalan maka umur perkerasan jalan 6
akan semakin cepat tercapai, hal ini disebabkan kendaraan-kendaraan yang melintas
memiliki angka ekivalen yang makin besar dankenderaan yang lewat pada suatu lajur
jalan raya memiliki beban siklus atau suatu beban yang berlang-ulang yang
mempengaruhi indeks permukaan akhir umur rencana (IPt) dari perkerasan jalan
raya.

Anda mungkin juga menyukai