Modul APlikasi Ekonomi Kreatif &ekonomi Digital Sebagai Langkah Inovasi Serta Pemulihan Ekonomi.
Modul APlikasi Ekonomi Kreatif &ekonomi Digital Sebagai Langkah Inovasi Serta Pemulihan Ekonomi.
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan modul ini, dengan judul
“Aplikasi Ekonomi Kreatif & Digital Ekonomi Sebagai Langkah Inovasi Serta
Upaya Pemulihan Ekonomi”.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada IbuDr. Birkah
Latif, SH.,MH.,L.L.M selaku DPK dalam program KKN Tematik Gelombang 106
wilayah Panakukkang 4, yang telah memfasilitasi kami sehingga pembuatan modul
ini dapat terlaksana. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan modul ini.
Modul ini dibuat sebagai panduan yang dapat digunakan bagi masyarakat dalam
meningkatkan pemahaman tekait dengan bagaimana demand dan mekanisme pasar
yang syarat dengan ekonomi kreatif dan digital ekonomi, sehingga masyarakat
mampu tanggap terhadap dampak dari Covid-19, dengan kreativitas dan inovasi
sebagai upaya peningkatan kemerosotan ekonomi masyarakat.
Penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan pada modul ini.Oleh karena itu,
kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
modul ini. Semoga modul ini dapat memperkaya pemahaman dan pengetahuan bagi
kita semua tentang manfaat serta implementasi dari ekonomi kreatif dan dekonomi
digital di masa pandemic, sebagai salah satu strategi dalam proses pemulihan ekonomi
yang disebabkan oleh imbas pandemic covid-19.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1
Kesimpulan………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis saat ini telah mengalami pergeseran
paradigma, yaitu dari ekonimi berbasis sumber daya ke paradigma ekonomi berbasis
pengetahuan atau kreativitas. Pergeseran tersebut terjadi karena paradigma ekonomi berbasis
sumber daya yang selama ini dipandang cukup efektif dalam mengakselerasi pembangunan
ekonomi dan pengembangan bisnis dianggap telah gagal beradaptasi dan mengakomodasi
berbagai peribahan lingkungan bisnis. Hal ini terbukti, hanya pada kelompok perusahaan
yang peduli terhadap peningkatan kapasitas aset yang memiliki peluang untuk berinovasi dan
mampu bertahan menghadapi gejolak perubahan lingkungan bisnisnya, dan disanalah peran
ekonomi kreatif aka diuji.
Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang lebih
murah dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi
seperti internet, email, Global System for Mobile communication(GSM) telah menciptakan
hubungan saling ketergantungan antarmanusia sehingga mendorong manusia menjadi lebih
aktif dan produktif dalam menemukan teknologi-teknologi baru. Dampak lain yang muncul
akibat dari fenomena perubaha ini adalah munculnya daya saing atau kompetisi pasar yang
semakin besar.
Ekonomi kreatif juga merupakan pemanfaatan sumber daya yang bukan hanya
terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta, da kreativitas. Nilai
ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau
sistem prioduksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan
penciptaan inovasi melalu perkembangan teknologi yang semakin maju, industri tidak dapat
1
lagi bersaing di pasar global dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja,
melainkan harus bersaing dengan berbasiskan inovasi, kreativitas, dan imajinasi.
Di awal tahun 2020 lalu, sistem ekonomi yang berbasis industrialisasi dihantam habis-
habis oleh pandemi Covid-19. Alhasil, beerapa sektor perekonomian, mengalami
kebuntuannya dalam menemukan jalan hidup. Baik itu industri kecil, menengah, hingga
industri besar turut terkena dampak ini. Tak terkecuali dengan yang terjadi di Indonesia.
Dampak pandemi Covid-19 tak hanya mengancam kesehatan masyarakat, namun juga
berdampak pada kesejahteraan ekonomi negara hingga ekonomi masyarakat. Covid-19
melumpuhkan perekonomian negara dan masyarakat, terutama pekerja informal yang rentan
berkurang pendapatannya hingga kehilangan meta pencarian karena sepi permintaan.
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa rumusan masalah
yang dapat dijadikan sebagai penulisan. Adapun perumusan masalah dalam modul ini;
1. Seperti apa konsep, definisi, dan bentuk-bentuk sub sektor ekonomi kreatif?
2. Bagaimana pengembangan ekonomi kreatif dalam era ekonomi digital di
Indonesia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan modul ini dapat diurai sebagai berikut;
2
BAB II
KAJIAN STRATEGI
Era globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan
konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi dari berbagai tempat di dunia. Dunia
menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan
menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembanga ekonomi. Ekonomi
kreatif adalah sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset
utama dalam menggerakan ekonomi. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara
untuk melakukan kajian seputar Ekonomi Kreatif dan menjadikan Ekonomi Kreatif model
utama pengembanga ekonomi.
Ekonomi kreatif pada hakekatnya adalah kegiatan ekonomi yang mengutamakan pada
kreativitas berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang memiliki nilai
dan bersifat komersial. Berikut telah dikemukakan oleh United Nations Conferece on Trade
and Development UNCTAD dalam Creative Economy Report, (2008:3).
“Creativity in this context refers to the formulation of new ideas and to the
application of these ideas to produce original works of art and cultural products, functional
creation, observable in the way it contrbutes to entreupreneurship, fosters innovation,
enchaces productivity and promotes economic growth”.
Istilah “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal secara global sejak munculnya buku “The
Creative Economy: How People Make Money from Ideas” (2001) oleh John Howkins.
Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat
pada tahun 1997 Amerika Serikat menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) senilai 414 miliar dollar yang menjadikan HKI ekspor nomor 1 Amerika Serikat.
Howkins dengan ringkas mendefinisikan ekonomi kreatif, yaitu “The creation of value as a
result of idea”.
John Howkins menulis buku “Creative Economy, How People Make Money from
Ideas”. Ia mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai kegiatan ekonomi dimana input dan
outputnya adalah Gagasan. Atau dalam satu kalimat yang singkat, esensi dari kreativitas
adalah gagasan, seseorang yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang relatif tinggi.
Tentu saja yang dimaksud dengan gagasan disini adalah karya orisinal dan dapat diproteksi
oleh HKI.
Dalam sebuah wawancara oleh Donna Ghelfi dari World Intellectual Property
Organization (WIPO) di tahun 2005, John Howkins secara sederhana menjelaskan Ekonomi
Kreatif yang disarikan sebagai berikut: “Kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan
3
hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan
hal yang harus dilakukan untuk kemajuan”.
Pada umumnya, ekonomi kreatif dibagi menjadi 16 sub sektor seperti pada gambar di
bawah berikut ini;
Arsitektur Penerbitan
Televisi dan Radio Film, Animasi, dan Video
Seni Kriya Aplikasi dan Game
Desain Interior Musik
Desain Komunikasi Visual Fashion
Desain Produk Periklanan
Fotografi Kuliner
Seni Rupa Seni Pertunjukan
Ekonomi Kreatif adalah era baru ekonomi setelah ekonomi pertanian, ekonomi
industri, dan ekonomi informasi, yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan
mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama
dalam kegiatan ekonominya.
4
2.3.1Arsitektur
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara menyeluruh, baik dari
level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai level mikro (detail
konstruksi). Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi,
konservasi bangunan warisan sejarah, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi
kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil danrekayasa mekanika dan elektrikal.
2.3.2 Penerbitan
Kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal,
koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita.
Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,
surat andil, obligasi, saham dan surat berharga lainnya, paspor, tiket pesawat terbang, dan
terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu
pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk
rekaman mikrofilm.
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara
televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan
5
transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar) siaran
radio dan televisi.
Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan animasi, serta
distribusi rekaman video dan film.Termasukdi dalamnya penulisan skrip, dubbing film,
sinematografi, sinetron, dan eksibisi atau festival film.
Industri perfilman Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan yang positif.
Hal ini terlihat dari banyaknya film lokal yang menghiasi layar bioskop Indonesia.Rumah-
rumah produksi mulai berlomba-lomba memproduksi film berkualitas yang menguntungkan
secara komersial.Penonton Indonesia juga mengapresiasi film produksi lokal secara positif.
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang
dibuat atau dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai proses
penyelesaian produknya. Antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu
berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,
perunggu dan besi), kaca, porselen, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan
pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
6
2.3.6 Aplikasi dan Game
2.3.7Desain Interior
Sub sektor desain interior selama dua dekade terakhir ini menunjukkan perkembangan
yang sangat pesat, yang ditandai dengan meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap bidang
ini. Penggunaan jasa desain interior untuk merancang interior hunian, hotel hingga
perkantoran pun semakin meningkat.
2.3.8 Musik
Gambar 2.9 Sub Sektor Musik
7
Kegiatankreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi, pertunjukkan,
reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
Desain Komunikasi Visual atau desain grafis mempelajari konsep komunikasi dengan
memanfaatkan elemen visual sebagai cara untuk mencapai tujuan tertentu. Ini merupakan
bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi
seefektif mungkin.
Sub sektor desain komunikasi visual memiliki peran sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan bisnis, pemilik merek, bahkan program-program pemerintah.
2.3.10 Fashion
Sub sektor fashion sangatlah dinamis. Perkembangan trend fashion di Indonesia, tidak
terlepas dari inovasi dan produktivitas para desainer lokal dan peristiwa pada masa
perkembangan dunia fashion Indonesia. Masyarakat saat ini juga mempunyai apresiasi yang
semakin baik terhadap desain fashion lokal.
Kegiatan kreatif yang ini terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan
desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini
produk berikut distribusi produk fesyen.
8
2.3.11 Desain Produk
Di jaman modern ini, produk tidak hanya dilihat dari fungsi saja namun dari estetika
desain produk tersebut.
Desain produk adalah salah satu unsur untuk memajukan industri agar produk hasil
industri tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk tersebut memilikii kualitas
baik, harga terjangkau, desain menarik, mendapatkan jaminan dan lain sebagainya.
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan, yakni komunikasi satu arah
dengan menggunakan medium tertentu. Meliputi proses kreasi, operasi, dan distribusi dari
periklanan yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan komunikasi periklanan, media
periklanan luar ruang, produksi material periklanan, promosi dan kampanye relasi publik.
Selain itu, tampilan periklanan di media cetak (surat kabar dan majalah) dan elektronik
(televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet,
edaran, brosur dan media reklame sejenis lainnya, distribusi dan delivery advertising
materials or samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.
9
2.3.13 Fotografi
Menekuni bisnis fotografi menjadi pilihan utama bagi mereka yang hobi memotret.
Peluang bisnis fotografi semakin berkembang dengan makin banyaknya kebutuhan konsumen
akan karya fotografi yang bagus untuk mengabadikan peristiwa penting maupun untuk
kepentingan komersial. Misalnya, jasa fotografi wisuda, jasa fotografi pernikahan, jasa
fotografi produk, jasa fotografi model, dan sebagainya.
2.3.14 Kuliner
Kegiatan kreatif ini termasuk baru, kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia
memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber
keunggulan komparatif bagi Indonesia.Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan
yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai
ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir cost kecil tetapi
memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas.
10
2.3.16 Seni Pertunjukan
Aceh;
kuliner, seni
pertunjukan
DKI; DKV,
Film, animasi,
video, Mks; seni
aplikasi, pertunjukan,
Bdg; Kuliner, DIY; Seni kuliner.
game, musik, Maluku;
fashion, DKV, kriya,
TV. pariwisata.
game, musik. pariwisata,
penerbitan. Bali;
Pariwisata,
seni
pertunjukan,
seni kriya.
11
2.5 Ekonomi Digital
Istilah “Ekonomi Digital” diciptakan oleh Don Tapscot, pada tahun 1995 dalam
bukunya, The Digital Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intellligence,
yaitu sebuah sosiopolitik dan sistem ekonomi yang mempunyai karakteristik sebagai sebuah
ruang intelijen, meliputi informasi. Keberadaan ekonomi digital akan ditandai dengan
semakin maraknya perkembangan bisnis atau transaksi perdagangan yang memanfaatkan
internet sebagai medium komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi antarperusahaan ataupun
individu. Menurut Thomas Mesenbourg (2001), ada tiga komponen utama konsep “Ekonomi
Digital” dapat diidentifikasi, yaitu (1) infrastruktur e-bisnis (perangkat keras, perangkat
lunak, telekomunikasi, jaringan, modal manusa, dan lain-lain); (2) e-bisnis (bagaimaa bisnis
dilakukan, setiap proses yang dilakukan organisasi melalui jaringan yang dimediasi
komputer); (3) e-commerce (transfer barang, misalnya saat buku dijual online).
Dari pengertian tersebut, ekonomi digital bisa dipahami sebagai sektor ekonomi
meliputi barang-barang dan jasa-jasa saat pengembangan, produksi, penjuala atau suplainya
tergantung kepada teknologi digital. Ekonomi digital merupakan dampak globalisasi
terknologi informasi dan komunikasi yang tidak hanya berkenaan dengan internet, melainkan
berhubungan dengan bidang ekonomi. Ekonomi digital merupakan interaksi antara
perkembangan inovasi dengan kemajuan teknologi informasi dan dampaknya pada ekonomi
makro dan mikro. Ekonomi digital berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang ditandai lima indikator seperti pekerjaan berbasis
pengetahuan, globalisasi, dinamisme ekonomi, transformasi ke digital ekonomi dan kapasital
teknologis. Sedangkan nilai dasar yang menjadi landasan bagi berkembangnya ekonomi
digital adalah adanya penciptaan nilai, produk berupa efisiensi saluran distribusi, dan struktur
berupa terjadinya layanan personal dan sesuai keinginan.
Ekonomi digital merupakan fase yang paling mutakhir dari perkembangan ekonomi
yang dimulai dari teori ekonomi fundamental yang berbasis pada optimalisasi faktor-faktor
produksi seperti manusia, mesin, modal uang, tanah dan sebagainya yang menentukan proses
produksi dan distribusi. Perkembangan selanjutnya adalah masuknya ilmu pengetahuan atau
intelektual sebagai faktor yang menentukan perekonomian, termasuk di dalamnya adalah
iptek, kreatifitas, dan berbagai macam bentuk modal inovatif. Dan yang disebut dengan
ekonomi digital adalah munculnya masyarakat baru yang disebut dengan masyarakat
informasi (information society) atau masyarakat berpengetahuan (knowledge society), serta
pada puncaknya lahir apa yang disebut dengan masyarakat pancaindustri (post industrial
society) sebagai konsekuensi berkembangnya teknologi informasi dan komunitas yang
mempengaruhi rana ekonomi yang berlandaskan iptek, ekonomi inovasi, ekonomi online,
ekonomi baru, e-economy, dan digital ekonomi.
12
2.6 Bentuk transformasi dan pemanfaatan ekonomi digital
Di Indonesia ada tiga bentuk ekonomi digital yang sedang berkembang pesat, yaitu
on-demand service, financial technology (fintech), dan e-commerce. Yang masing-masing
dari bentuk ekonomi digital tersebut dijelaskan sebagai berikut;
Dalam model on demand economy, siapa pun bisa menjadi pemasok barang atau jasa
dan juga konsumen asal memiliki akun aplikasi berbasis model ekonomi tersebut. Dengan
13
perangkat smartphone yang tentunya dilengkapi fasilitas koneksi internet, konsumen bisa
mengakses aplikasi untuk mengirimkan permintaan barang atau jasa yang dibutuhkannya.
2.6.2 Financialtechnology
Financial technology atau disingkat fintech adalah inovasi di bidang jasa keuangan
yang tengah naik daun di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Pengertian fintech menurut
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), fintech adalah sebuah inovasi pada industri jasa keuangan
yang memanfaatkan penggunaan teknologi. Produk fintech biasanya berupa suatu sistem
yang dibangun guna menjalankan mekanisme transaksi keuangan yang spesifik. Inovasi
dalam fintech adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan yang menggunakan
teknologi untuk mempercepat dan memudahkan aspek layanan keuangan yang
disediakannya.
2.6.3 E-Commerce
Dilansir dari laman The Balance Small Business, ada beberapa jenis e-commerce
yang saat ini sudah berkembang, yaitu:
Business-to-Businness (B2B)
Di dalam model yang satu ini, e-commerce adalah pihak bisnis yang konsumennya
pun adalah seorang pihak bisnis. E-commercemenjual barang yang diperlukan
perusahaan, sehingga konsumennya pun juga adalah perusahaan. Beberapa contoh
e-commerce ini adalah perusahaan penyedia peralatan perusahaan, perusahaan
hosting, dll.
14
Pada model bisnis e-commerce yang satu ini, pihak e-commerce adalah pihak
bisnis, dan pelanggannya adalah konsumen yang menggunakan barang ataupun
jasa untuk pribadi. Namun, terkadang timbullah peleburan antara e-commerce
B2C dab C2C. Contohnya adalah toko official store dari perusahaan startup e-
commerce.
Consumer-to-Consumer (C2C)
Costumer-to-Business (C2B)
Dengan model yang satu ini, maka e-commerce adalah suatu sarana bagi seorang
konsumen untuk membuat penawaran barang atau jasa pada perusahaan, dimana
perkembangan teknologi akan memungkinkan hal tersebut. Contohnya adalah
suatu situs lelang proyek online. Bahkan, seorang influencer yang menawarkan
jasa promosi dan review-nya pada beberapa perusahaan pun bagian dari transaksi
e-commerce C2B.
Business-to-Administration (B2A)
Arti dari administrationadalah sektor publik milik negara. Model bisnis seperti ini
adalah perusahaan yang memberikan layanan atau penjualan barang pada pihak
pemerintah. Contoh sederhananya adalah kerjasama pihak swasta sebagai pihak
ketiga, seperti pembuatan aplikasi layanan pemerintah oleh perusahaan penyedia
jasa pembuatan website, aplikasi, atau hal lainnya.
Lainnya
Ada dua model e-commerce lain sebebnarnya masih sangat jarang digunakan,
yaitu model e-commerce Costumer-to-Administration (C2A) dan model e-
commerce Business-to-Employee (B2E). Contoh sederhana dari C2A ini adalah
seorang menggunakan website untuk melaporkan harta dan juga membayarkan
pajak.
15
2.7 Transformasi Metode Distribusi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, implementasi dari ekonomi dan keuangan
digital sangat mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja yang paling
dekat adalah pembayaran digital secara online yang banyak digunakan untuk
belanja online di e-commerce yang juga kian menjamur saat ini. Pembayaran digital juga
banyak digunakan untuk transaksi di rumah makan dan juga untuk pembayaran jasa ojek
online, Shopee-pay, Link Aja, DANA, dan OVO adalah sederet aplikasi dari Penyelenggara
Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang banyak digunakan masyarakat untuk melakukan
pembayaran digital tersebut. Aplikasi-aplikasi tersebut mempunyai berbagai fitur dan
keunggulan masing-masing.
16
Di antara berbagai fitur yang dimiliki setiap aplikasi tersebut, ada kesamaan yaitu
metode pembayaran digital menggunakan QR code. QR code adalah sebuah kode matriks dua
dimensi, terdiri atas penanda tiga pola persegi pada sudut kiri bawah, sudut kiri atas,
memiliki modul hitam berupa persegi, titik atau piksel, dan memiliki kemampuan
menyimpan data alfanumerik, karakter, dan simbol. Misalnya, saat kita ingin melakukan
pembayaran atas transaksi kita tinggal melakukan scanning atau pemindaian QR code yang
disediakan merchant. Namun, biasanya tidak semua merchant mampu menyediakan semua
QR code untuk setiap aplikasi, sehingga kadang konsumen tidak bisa melakukan pembayaran
digital karena tidak menggunakan aplikasi yang disediakan merchant.
Sebagai inovasi dan wujud komitmen terhadap ekonomi digital, terutama dalam
pembayaran non-tunai, Bank Indonesia resmi meluncurkan QRIS pada 17 Agustus 2019 tepat
pada Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74. QRIS diharapkan dapat
menjadi strategi untuk mewujudkan layanan sektor keuangan dan pembayaran berbasis non-
tunai yang lebih efektif dan efisien. Jadi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard)
adalah standarisasi pembayaran menggunakan metode QR code dari Bank Indonesia agar
proses transaksi dengan QR code menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.
QRIS bukanlah aplikasi, melainkan standar nasional QR code yang diwajibkan bagi
seluruh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang menggunakan QR code. Dengan
adanya QRIS, masalah seperti perbedaan PJSP yang digunakan konsumen dan merchant
dapat teratasi, karena semua PJSP yang menggunakan QR code sudah terintegrasi dengan
QRIS. Sehingga kita tetap dapat melakukan pembayaran digital meskipun berbeda PJSP
antara konsumen dan merchant.QRIS memiliki karakteristik UNGGUL, yaitu Universal,
Gampang, Untung, dan Langsung. Standarisasi QR code dengan QRIS memberikan banyak
keuntungan baik itu bagi konsumen maupun bagi merchant. Dengan QRIS transaksi semakin
cepat dan kekinian, kita juga tidak perlu pusing memikirkan QR code siapa yang terpasang.
Merchant tidak perlu bingung memikirkan uang kembalian dan lebih praktis karena hanya
menggunakan satu QRIS. Tentunya, pengguna QRIS pasti terlindungi karana semua PJSP
penyelenggara QRIS sudah pasti memiliki izin dan diawasi oleh Bank Indonesia.
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, transaksi digital makin berkembang pesat untuk
mengurangi kontak fisik antara penjual dan pembeli. Semakin banyak masyarakat yang
beralih ke sistem pembayaran non-tunai. Dalam pembayaran digital tersebut, QRIS dapat
menjadi solusi di masa pandemi saat ini dan berpotensi terus mengalami perkembangan
kedepannya. Pembayaran menggunakan QRIS dapat dilakukan tanpa kontak fisik.Dengan
menggunakan QRIS, kita tetap mematuhi protokol kesehatan karena tetap menjaga jarak
aman dan menghindari kontak fisik langsung. Penggunaan QRIS juga makin beragam, tidak
hanya sekadar transaksi jual beli, namun juga pada bidang sosial keagamaan serta kesehatan.
Kita dapat menggunakan QRIS untuk melakukan donasi, sumbangan, zakat, dan aktivitas
sosial lainnya.
17
oleh konsumen untuk dipindai oleh merchant. Sedangkan untuk MPM, konsumenlah yang
memindai QR code yang disediakan oleh merchant. MPM sendiri terbagi lagi menjadi QRIS
statis dan dinamis.
QRIS bersifat tetap untuk jenis statis, sementara pada jenis dinamis QR code dibuat
real time pada saat transaksi sehingga QR code berbeda untuk setiap transaksi. QRIS MPM
statis adalah jenis yang paling sering kiita jumpai pada usaha mikro dan kecil, di mana pihak
merchant yang menyediakan QRIS pada acrylic atau lanyard.
Perlu diingat bahwa QRIS bukanlah aplikasi, fitur QRIS sudah ada pada
aplikasi mobile banking/mobile payment. Cara menggunakan QRIS pun sangat mudah.
Pertama, buka aplikasi mobile payment. Klik logo QR, scan atau pay. Pindai QRIS yang
disediakan oleh merchant dan periksa nama merchant. Jika sudah benar semuanya, isi
nominal dan klik bayar. Jangan lupa untuk mengecek saldo anda sebelum melakukan
transaksi. Jika saldo tidak mencukupi, kita bisa melakukan top-up melalui pengemudi
ojek online, minimarket, mobile/SMS banking, atau pun ATM.
Dengan segala kemudahan dan keuntungan yang ada pada sistem pembayaran non-
tunai berbasis QRIS, diharapkan transaksi dapat dilakukan lebih cepat, mudah, dan aman.
Apalagi di tengah pandemi saat ini, di mana pembayaran digital semakin berkembang. QRIS
menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi kontak fisik langsung antara konsumen dan
merchant. Kedepannya diharapkan masyarakat juga paham mengenai QRIS ini sehingga
QRIS dapat menjadi inovasi dalam mendukung perkembangan ekonomi dan keuangan digital
di Indonesia. Serta mewujudkan Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2045.
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ada kalimat indah dan bijak yang mengatakan bahwa: ”Sesungguhnya potensi
seseorang itu seperti arus yang deras atau sungai yang mengalir. Seorang Pendidik yang
cerdas adalah orang yang pandai membuka saluran-saluran untuknya. Adalah suatu
interaksi yang bodoh bila ia justru membangun perintang dan penghalang yang menghadang
potensi pada dirinya ini.” Kalimat tersebut menyiratkan pentingnya kreativitas.
Ekonomi kreatif menjadi sangat penting saat ini. Digitalisasi sebagai bentuk
penerapan revolusi industri 4.0 pada akhirnya pelan-pelan teraplikasi tanpa kecuali.
Pengetahuan hanya akan jadi satu-satunya modal bagi manusia, sebab di era perkembangan
ekonomi paling mutahir (Ekonomi Kreatif dan Ekonomi Digital) sangat mengedepankan ide
dan pengetahuan sumber daya manusia. Alhasil, setelah perkembangan ekonomi industri
menuju ekonomi kreatif, komoditas pasar tidak lagi dipenuhi oleh produksi barang-barang
melainkan produksi pengetahuan.
19
Daftar Pustaka
Solopos. (2021). QRIS: Pembayaran Digital Semakin Praktis, Solusi Efektif di Masa
Pandemi. [Online]. Tersedia:https://www.solopos.com/qris-pembayaran-digital-
semakin-praktis-solusi-efektif-di-masa-pandemi-1102186[15 Januari 2021]
Suryana. (2013). Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan
Peluang). Jakarta: Salemba Empat
UNCTAD. 2008. Summary Creative Economic Report.Hlm.3, 11-12. USA: United Nations
20