Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PERTEMUAN XI

KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN

SOAL

Jawablah pertanyaan berikut:


1. Tuliskan kewajiban anggota Polri dalam etika hubungan dengan masyarakat.
2. Apa saja hal-hal yang dapat menyebabkan anggota Polri dapat diberhentikan?
3. Gambarkan skema prosedur pengaduan terhadap dugaan terjadinya pelanggaran
kode etika profesi Polri.

JAWABAN

1. Kewajiban anggota Polri dalam etika hubungan dengan masyarakat menurut


Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011
Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia Pada Pasal 10
yakni:
Setiap Anggota Polri wajib:

a. menghormati harkat dan martabat manusia berdasarkan prinsip dasar hak


asasi manusia;
b. menjunjung tinggi prinsip kesetaraan bagi setiap warga negara di hadapan
hukum;
c. memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cepat, tepat, mudah,
nyaman, transparan, dan akuntabel berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. melakukan tindakan pertama kepolisian sebagaimana yang diwajibkan
dalam tugas kepolisian, baik sedang bertugas maupun di luar tugas.
e. memberikan pelayanan informasi publik kepada masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
f. menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan, dan menjaga
kehormatan dalam berhubungan dengan masyarakat.

2. Hal-hal yang dapat menyebabkan anggota Polri dapat diberhentikan menurut


Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011
Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia pada Pasal 21
yaitu:
Pasal 21
(1) Anggota Polri yang dinyatakan sebagai Pelanggar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (2) dikenakan sanksi Pelanggaran KEPP berupa:
a. perilaku Pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela;
b. kewajiban Pelanggar untuk meminta maaf secara lisan dihadapan Sidang
KKEP dan/atau secara tertulis kepada pimpinan Polri dan pihak yang
dirugikan;
c. kewajiban Pelanggar untuk mengikuti pembinaan mental kepribadian,
kejiwaan, keagamaan dan pengetahuan profesi, sekurang-kurangnya 1 (satu)
minggu dan paling lama 1 (satu) bulan;
d. dipindah tugaskan ke jabatan berbeda yang bersifat Demosi sekurang
kurangnya 1 (satu) tahun;
e. dipindah tugaskan ke fungsi berbeda yang bersifat Demosi sekurang
kurangnya 1 (satu) tahun;
f. dipindah tugaskan ke wilayah berbeda yang bersifat Demosi sekurang
kurangnya 1 (satu) tahun; dan/atau
g. PTDH sebagai anggota Polri.
(2) Sanksi Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, huruf f,
dan huruf g merupakan sanksi administratif berupa rekomendasi.
(3) Sanksi administratif berupa rekomendasi PTDH sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf g dikenakan kepada Pelanggar KEPP yang melakukan Pelanggaran
meliputi:
a. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang
tidak dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas Polri;
b. diketahui kemudian memberikan keterangan palsu dan/atau tidak benar pada
saat mendaftarkan diri sebagai calon anggota Polri;
c. melakukan usaha atau perbuatan yang nyata-nyata bertujuan mengubah
Pancasila, terlibat dalam gerakan, atau melakukan perbuatan yang menentang
Negara dan/atau Pemerintah Republik Indonesia;
d. melanggar sumpah/janji anggota Polri, sumpah/janji jabatan dan/atau KEPP;
e. meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga
puluh) hari kerja secara berturut-turut;
f. melakukan perbuatan dan berperilaku yang dapat merugikan dinas kepolisian,
antara lain berupa:
1. kelalaian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, dengan sengaja dan
berulang-ulang dan tidak menaati perintah atasan, penganiayaan terhadap
sesama anggota Polri, penggunaan kekuasaan di luar batas, sewenang-
wenang, atau secara salah, sehingga dinas atau perseorangan menderita
kerugian;
2. perbuatan yang berulang-ulang dan bertentangan dengan kesusilaan yang
dilakukan di dalam atau di luar dinas; dan
3. kelakuan atau perkataan dimuka khalayak ramai atau berupa tulisan yang
melanggar disiplin.
g. melakukan bunuh diri dengan maksud menghindari penyidikan dan/atau
tuntutan hukum atau meninggal dunia sebagai akibat tindak pidana yang
dilakukannya;
h. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik yang diketahui kemudian
telah menduduki jabatan atau menjadi anggota partai politik dan setelah
diperingatkan/ditegur masih tetap mempertahankan statusnya itu; dan
i. dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 3 (tiga) kali dan dianggap tidak patut lagi
dipertahankan statusnya sebagai anggota Polri.
(4) Sanksi administratif berupa rekomendasi PTDH sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf g dapat dikenakan terhadap Terduga Pelanggar yang melakukan
Pelanggaran sebagaimana dimaksud pasal 6 sampai dengan pasal 16 peraturan ini.

3. Anggota Kepolisian Negara RepublikIndonesia senantiasa menghindarkan diridari


perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan profesi dan organisasinya,dengan
tidak melakukan tindakan-tindakan berupa:
1. Bertutur kata kasar dan bernada marah;
2. Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas;
3. Bersikap mencari-cari kesalahan masyarakat;
4. Mempersulit masyarakat yang membutuhkan bantuan atau pertolongan;
5. Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat;
6. Melakukan perbuatan yang dirasakan merendahkan martabat perempuan;
7. Merendahkan harkat dan martabat manusia
Skema prosedur pengaduan terhadap dugaan terjadinya pelanggaran kode etika
profesi Polri yakni sebagai berikut:
● Pelapor berdasarkan Surat KeputusanKapolri Nomor 33 Tahun 2003, dapat
berasal dari masyarakat (korban atau kuasanya), Anggota Polri, Instansi
terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau Media Massa.
● Laporan disampaikan kepada Pelayanan P engaduan (Yanduan) baik yang ada
di Mabes Polri, maupun yang berada pada tingkat daerah atau wilayah.
● Pemeriksaan awal dilaksanakan olehpengemban fungsi Provoost pada setiap
jenjang organisasi Polri, seperti DivisiProfesi dan Pengamanan (Divpropam)
pada tingkat Mabes Polri.
● Hasil pemeriksaan akan ditelaah,dengan hasil sebagai berikut:
1. Jika terdapat unsur tindak pidana maka berkas perkara akan diberikan
kepada Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) yang kemudian akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan di pengadilan umum;
2. Jika terdapat unsur pelanggaran kode etik maka berkas perkara akan
dilimpahkan kepada atasan yangberhak menghukum (Ankum) yang
selanjutnya akan dibuat komisi kodeetik Polri;
3. Jika terdapat unsur pelanggaran disiplin maka berkas perkara akan
dilimpahkan kepada atasan yang berhak menghukum (Ankum) yang
selanjutnya akan diperiksa dalam sidang disiplin.
● Terhadap masing-masing pelanggaran memiliki sanksi yang
berbeda,diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Jika terbukti yang terjadi adalah pelanggaran yang memiliki unsur pidana,
maka sanksi yang diberikan didasarkan pada ketentuan pasal-pasal didalam
Kitab Undang-UndangHukum Pidana;
2. Jika terbukti yang terjadi adalah pelanggaran kode etik maka sanksi yang
diberikan berupa, Dinyatakan sebagai perbuatan tercela;Diperintahkan
untuk menyatakan penyesalan dan minta maaf secara terbatas dan terbuka;
Mengikuti pembinaan ulang profesi; Tidak layak lagi untuk menjalankan
profesi kepolisian. Dan jika terbukti yang terjadi adalah pelanggaran
disiplin maka sanksinya berupa:
● Teguran tertulis;
● Penundaan mengikuti pendidikan palinglama 1 (satu) tahun;
● Penundaan kenaikan gaji berkala;
● Penundaan kenaikan pangkat palinglama 1 (satu) tahun;
● Mutasi yang bersifat demosi;
● Pembebasan dari jabatan; dan
● Penempatan dalam tempat khususselama 21 (dua puluh satu) hari

Dari penjelasan singkat tersebut dan berdasar kepada peraturan yang berlaku,maka
segala pelanggaran yang dilakukan oleh aparat kepolisian, sewajarnya dikenakan sanksi,
sebagaimana yangtercantum dalam Keputusan Kapolri Nomor Polisi Kep/32/VII/2003,
tanggal 1 Juli 2003.

Anda mungkin juga menyukai