Anda di halaman 1dari 7

Rais Mara Chandra Law Firm

Perum Araya block A1, Malang


Raischandra22@gmail.com

Yth. Ketua Jurusan FHUB


Dr. Lucky Endrawati, S.H., M.H.
Jl MT Haryono 169, Malang

Legal Opinion

Pendahuluan

Pemungutan liar sangat berkaitan dengan Pelayanan publik. Berbicara


mengenai pelayanan publik di Indonesia secara umum masih jauh dari kata
sempurna, berbagai peraturan yang dibuat dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan publik seolah tidak memberi dampak apapun kepada
masyarakat. Berbagai tindakan menyimpang dari aparat pelayan tidak juga
berkurang, bahkan cenderung menjadi-jadi. Pelayanan publik itu sendiri pada
hakekatnya adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat yang
merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi
masyarakat. Namun kondisi yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa
pelayanan publik dalam bentuk pelayanan administrasi kependudukan belum
sepenuhnya berjalan dengan baik dan masih ditemui berbagai hambatan.

Secara umum, pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai


serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi politik untuk memenuhi
kebutuhan seluruh warga Negara yang memerlukan berbagai jenis
pelayanan, mulai dari urusan sosial dan politik, berupa pembuatan Akte Lahir,
Kartu Tanda Penduduk (KTP), Sertifikat Tanah, kemudian aspek ekonomi dan
bisnis, seperti izin berusaha atau berinvestasi, izin mendirikan bangunan,
maupun melakukan kegiatan bisnis untuk alasan dan tujuan-tujuan tertentu,
sampai kepada berbagai jenis pelayanan publik lainnya. 1

Hal ini berkaitan dengan pemungutan liar (pungli) di lingkungan


Satuan Penyelenggara Administrasi Surat Izin Mengemudi (Satpas), sebagai
masyarakat Indonesia sudah menjadi rahasia umum dalam proses membuat
Surat Izin Mengemudi seringkali terdapat pemungutan liar oleh anggota
ataupun calo yang bekerja sama dengan Satpas.

Permasalahan

1. Bagaimana penyelesaian pelanggaran kode etik kepolisian berpotensi


pidana yang dilakukan oleh anggota Kepolisian ?

Bahan Pendukung

Tim Satgas Saber Pungli Mabes Polri mengamankan uang tunai Rp 40


juta dari tangan Kapolres Kediri AKBP EH. Selain itu, petugas juga
mengamankan sejumlah barang bukti berupa berkas pemohon SIM, rekapan

1
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.52
pungutan di luar PNBP, dan uang hasil pungutan di luar PNBP sejumlah Rp
71,177 juta.2

Dasar Pengaturan Etika

Terhadap persoalan-persoalan ini seorang polisi dapat dikenakan


sanksi karena termasuk melakukan tindakan pelanggaran kode etik
kepolisian. Dasar hukumnya bisa dilihat dalam Peraturan Pemerintah RI
Nomor 1 Tahun 2003 tentang pemberhentian anggota Kepolisian negara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang
disiplin pegawai negeri sipil, Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Keputusan Kapolri Tahun 2003
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian. Selain itu ketentuan mengenai Kode Etik
Profesi Polri sebagaimana diatur dalam peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun
2011

Kronologi kejadian

Bahwa pada tahun 2018, Kapolres Kediri diperiksa karena diduga


melakukan pungutan liar (pungli) di lingkungan Satuan Penyelenggara
Administrasi Surat Izin Mengemudi (Satpas) Polres Kediri. Berdasarkan
informasi yang dihimpun CNNIndonesia.com, pengungkapan kasus ini
bermula dari operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan tim Sapu Bersih
(Saber) Pungli Polri di Polres Kediri pada Sabtu (18/8).

2
https://regional.kompas.com/read/2018/08/23/06185911/5-fakta-kasus-pungli-sim-yang-
menjerat-kapolres-kediri
Ketika itu, tim Saber Pungli Polri menemukan bahwa setiap pemohon
SIM dikenakan biaya di luar ketentuan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) yakni sekitar Rp500 ribu hingga Rp600 ribu per orang. Pungli itu
dilakukan oleh anggota Satpas Polres Kediri lewat perantara calo dengan
inisial H, A, B, D, dan Y yang sudah terkoordinir.

Setiap hari, para calo menyetorkan uang pungli kepada seorang


Pegawai Negeri Sipil (PNS) berinisial AN yang kemudian dilaporkan kepada
Badan Urusan (Baur) SIM Bripka Ika. Setelah direkap setiap minggu, uang
tersebut didistribusikan kepada Erick, Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Kediri
Ajun Komisaris Fatikh, Kepala Unit Registrasi dan Indentifikasi Satlantas
Polres Kediri Inspektur Satu Bagus, serta Kas dan Baur SIM. Setiap anggota
Satpas Polres Kediri menerima uang hasil pungli setiap hari sekitar Rp300
ribu dari AN, sementara Erick menerima sekitar Rp40 juta hingga Rp50 juta
per minggu.3

Analisa Hukum dan Pendapat

Menurut Oemar Seno Adji, kode etik adalah peraturan-peraturan


mengenai profesi pada umumnya yang mengandung hak-hak fundamental
dan aturan-aturan mengenai perilaku atau perbuatan dalam melaksanakan
profesinya.4 Erick telah melanggar kode etik profesi kepolisian sebagaimana
yang telah diatur didalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia No 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara.

3
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180821184325-12-324011/kapolres-kediri-
diduga-terlibat-pungli-pembuatan-sim
4
Oemar Seno Adji, 1991, Etika Profesi dalam Hukum, Profesi Advokad, Penerbit Erlangga,
Jakarta, hlm. 15.
Anggota Polri yang dinyatakan sebagai Pelanggar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (2) dikenakan sanksi Pelanggaran KEPP berupa:

a. perilaku Pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela.


b. kewajiban Pelanggar untuk meminta maaf secara lisan dihadapan
Sidang KKEP dan/atau secara tertulis kepada pimpinan Polri dan
pihak
yang dirugikan.
c. kewajiban Pelanggar untuk mengikuti pembinaan mental kepribadian,
kejiwaan, keagamaan dan pengetahuan profesi, sekurang-kurangnya
1 (satu) minggu dan paling lama 1 (satu) bulan.
d. dipindahtugaskan ke jabatan berbeda yang bersifat Demosi
sekurangkurangnya 1 (satu) tahun.
e. dipindahtugaskan ke fungsi berbeda yang bersifat Demosi
sekurangkurangnya 1 (satu) tahun.
f. dipindahtugaskan ke wilayah berbeda yang bersifat Demosi
sekurangkurangnya 1 (satu) tahun dan/atau
g. PTDH sebagai anggota Polri.

Adapun pelanggaran menurut PP no 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai


Negeri Sipil

Pasal 7

(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a. hukuman disiplin ringan;

b. hukuman disiplin sedang; dan

c. hukuman disiplin berat.


(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terdiri dari:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan

c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri dari:

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;

b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

Kesimpulan dan Saran

Pada putusan tersebut harus ada sanksi yang tegas terhadap


pelanggar kode etik kepolisian agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan,
dan pelanggar tidak mengulangi perbuatannya kembali. Berkaitan dengan
Etika Kepolisian Seharusnya fungsi dan tujuan kepolisian dapat terwujud.
Adanya sanksi yang berupa teguran pada terduga pelanggar diharapkan
mampu membuat pelanggar jera.

Anda mungkin juga menyukai