PENDAHULUAN
Sepakbola merupakan olahraga paling terkenal di dunia. Sepakbola tidak hanya diminati
kalangan pria, wanita juga menyukainya. Bukan hanya itu, anak-anak hingga lansiapun
Sepakbola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola berbahan kulit dan dimainkan
oleh dua tim, masing-masing tim beranggotakan sebelas pemain inti dan beberapa pemain
pengganti. Lapangan sepakbola mempunyai ukuran panjang 100-110 meter dan lebar 64-75
meter. Durasi totalnya adalah 90 menit dan dimainkan dua babak. Setiap babak berlangsung 45
menit. Permainan sepakbola dimenangkan oleh tim yang paling banyakmemasukkan bola ke
Sekarang ini sudah banyak tim sepakbola yang berdiri, baik tim sepakbola professional
maupun amatir. Begitupun di pondok pesantren, banyak pondok pesantren yang memiliki tim
ARSEDA (arek sepakbola darussalam). Sepakbola sudah menjadi daya tarik sendiri bagi santri
sepakbola yang diselanggarakan oleh pengurus olahraga. Waktu latihan tim sepakbola ARSEDA
setiap jumat pagi dan sore.. Seorang pemain sepakbola harus berlatih dalam aspek fisik, teknik,
Dalam pembinaan suatu olahraga, tidak dapat dipungkiri bahwa prestasi atlet menjadi tolak
ukur keberhasilan dalam proses pembinaan yang dilakukan. Namun dalam perjalanan untuk
meraih prestasi tersebut, atlet kerap berhadapan dengan berbagai hal yang membuat motivasinya
menurun, seperti beberapa pemain sepakbola yang mempunyai permasalahan menjadi tidak
fokus saat berlatih dan bertanding. Saat akan menghadapi tournament, pemain diminta untuk
menambah program latihan, program latihan itu dilakukan diluar program latihan dari tim. Selain
itu masalah yang sering mengganggu seorang atlet saat menghadapi turnament biasanya
mengenai masalah mental. Masalah mental tersebut membuat atlet mengalami kecemasan, stres,
Bagi seorang pemain, pelatih merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, fungsi utama pelatih adalah sebagai wahana untuk berkomunikasi, mendidik,
agar dapat menjalankan fungsinya di lingkup olahraga dengan baik. Sering dikatakan bahwa
hubungan pelatih dan atlet adalah jantung pengelolaan yang efektif (Muhammad,2014:172).
Untuk itu komunikasi interpersonal yang terjadi didalam pembinaan khususnya antara pelatih
dengan pemain harus dilakukan dengan efektif, dalam segala kegiatan latihan maupun di dalam
pertandingan. Agar hubungan ini berhasil dan berjalan efektif harus adanya keterbukaan,
empati, dukungan, sifat positif dan kesetaraan antara pelatih dan pemain (Wiryanto, 2005: 36).
Setiap manusia dalam melaksanakan kegiatannya, pada dasarnya didorong dengan adanya
motivasi. Motivasi pemain itu harus nampak dalam pemain setelah pemain tersebut mempelajari
berbagai keterampilan dalam olahraga. Terkait dengan hal tersebut, pelatih harus memiliki
kemampuan untuk memotivasi pemain agar atlet tertarik untuk berlatih keterampilan dan teknik
selanjutnya mampu menerapkannya dalam situasi kompetisi yang sangat kritis. Kemampuan
yang dimaksud terkait dengan beragam strategi yang digunakan oleh pelatih untuk meningkatkan
motivasi pemain (Brewer,2009:8). Komunikasi interpersonal yang efektif oleh pelatih didalam
pembinaan dapat meningkatkan keberhasilan klub serta motivasi pemain klub tersebut (Gunarsa,
2004: 113)
Pola komunikasi yang digunakan antara pelatih dan pemain adalah komunikasi
interpersonal yang dianggap efektif dalam membangun motivasi untuk meningkatkan prestasi
para pemain. Komunikasi interpersonal merupakan salah satu aspek penting didalam hubungan
hubungan antar individu di ruang lingkup pembinaan mereka, baik antara pemain dengan pelatih
maupun pendirinya. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar orang yang biasanya
dilakukan secara tatap muka dalam situasi yang pribadi maupun non-pribadi (Morissan,2013:14).
pemain mengalami penurunan motivasi dan kepercayaan diri nyatanya memberikan dampak
yang positif bagi pemain. Keberadaan pelatih akan dirasakan sebagai sesuatu yang positif. Beban
yang harus dipikul akan terasa lebih ringan jika seorang pelatih hadir sebagai sumber inspirasi
maupun sumber kekuatan dalam suatu pertandingan (Gunarsa, 2004: 55). Faktor tersebut
merupakan catatan pelatih untuk melakukan pembinaan kepada anak didiknya dan menyikapi
pengaruh dari lingkungan olahraga dengan baik. Motivasi dari pelatih memiliki peranan
terpenting dalam membantu menentukan berhasil tidaknya pemain dalam proses berlatih dan
atlet tersebut akan menurun kualitas kemampuannya dan berpengaruh pada performa bertanding,
karena atlet yang diterima di lingkungan olahraganya akan merasa didukung oleh lingkungan
olahraganya. Maka dari itu, perlu adanya komunikasi interpersonal yang dilakukan pelatih,
terlebih pada saat pemain mengalami penurunan motivasi sehingga memberikan dampak positif
bagi pemain dan menimbulkan pengertian, kenyamanan, pengaruh sikap dan hubungan serta
tindakan yang baik agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.
Peneliti melakukan peninjauan dan observasi terhadap beberapa literatur hasil penelitian
yang terdahulu yang setema dengan penelitian peneliti. Berikut rujukan yang sejenis dengan
judul “Pola Komunikasi Pelatih dengan Atlet Basket”. Penelitian tersebut disusun oleh Jennie
Raharjo, mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2015.
disampaikan pelatih kepada atlet dalam meningkatkan prestasi atlet basket serta penerimaan
pesan-pesan yang diterima atlet dari pelatih dalam meningkatkan prestasi atlet basket serta
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
memiliki jenis penelitian yang sama yaitu kualitatif. Perbedaannya terletak pada subjek
penelitian, subjek penelitian dari skripsi tersebut adalah adalah pelatih dan atlet di klub basket
Sritex Dragon Solo, sementara subjek penelitian peneliti adalah pelatih sepakbola ARSEDA
yang berfokus memotivasi anak didiknya untuk meminimalisir rasa kebosanan, stress, tidak
percaya diri, situasi yang tidak di harapkan maupun individualisme dalam meningkatkan
prestasi.
Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan komunikasi seorang pelatih dapat diarahkan
untuk motivasi dan prestasi olahraga para pemain, maka fokus pada penelitian ini adalalah santri
putra yang berkontribusi di dalam tim pada bidang olahraga sepakbola. Apabila tidak adanya
komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet maka pelatih tidak tahu akan keinginan dari
anak didiknya serta para atlet menginginkan pelatih saling terbuka. Apabila tidak ingin terjadi
kesalahpahaman sebaiknya pelatih dengan atlet menjalin komunikasi secara intens dan efektif.
Evaluasi diantara pelatih dan pemain disetiap usai latihan dan pertandingan adalah kunci dimana
kesuksesan berawal,karena dengan adanya evaluasi dapat memperbaiki apa saja yang menjadi
kekurangan tim pada saat bertanding, serta memperbaiki kekurangan tersebut pada pertandingan
selanjutnya. Penelitian ini memilih ARSEDA sebagai obyek penelitian, karena tim sepakbola
ARSEDA Blokagung memiliki banyak pemain potensial dari berbagai wilayah di Indonesia.
Dalam hal ini peneliti ingin sekali mengungkapkan dan meneliti tentang bagaimana pentingnya
komunikasi interpersonal yang baik antara pelatih dengan movitasi dalam membangun prestasi
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti memiliki sebuah rumusan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya Komunikasi Interpersonal
apa yang digunakan pelatih dalam memotivasi pemain sepakbola ARSEDA supaya anak
sebuah prestasi.
sepakbola tim ARSEDA Blokagung dalam Membangun Memotivasi Prestasi Olahraga memiliki
Dalam penelitian ini penulis mengkaji teori komunikasi interpersonal dan pola komunikasi
yang berkaitan dengan penelitian pentingnya komunikasi interpersonal pelatih dalam memotivasi
dan prestasi olahraga pemain sepakbola tim ARSEDA Blokagung sehingga penulis mampu
menjelaskan pentingnya komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet mempunyai pengaruh
yang signifikan.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi seluruh generasi
pelatih tim sepakbola ARSEDA dalam mengetahui pentingnya komunikasi interpersonal dalam
memotivasi atletnya terhadap terbentuknya kualitas permainan para atlet sehingga menghasilnya
prestasi.
BAB II
KAJIAN TEORI
perilaku atau tindakan. Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih
dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti
melalui lisan, tulisan maupun sinyal-sinyal non verbal. Terdapat tiga macam komunikasi (Djoko
antar pribadi merupakan bentuk komunikasi yang banyak dijumpai dalam kehidupan
yang dilakukan antara dua orang atau lebih, yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda.
3. Komunikasi Bisnis Komunikasi Bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia
bisnis yang mencakup berbagai komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal.
tatap muka, yang memungkinkan pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat,
guru dan murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang
berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan
menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal ( Tubbs dan
Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan
atau respons non verbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik
yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi interpersonal bebas mengubah
topik pembicaraan, namun kenyataannya komunikasi interpersonal bisa saja didominasi oleh
Kumar (dalam Wiryanto, 2005: 36), bahwa ada lima sikap yang harus dimiliki dalam
komunikasi interpersonal :
interpersonal yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita
terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang
pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan (penerima pesan). Menurut Wiryanto (2005:
5) empati dapat diartikan sebagai menghayati perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Sementara Surya (Sugiyo, 2005: 5) mendefinisikan bahwa empati adalah
sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna baik yang nampak maupun
yang terkandung, khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan. Individu dapat
menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran dan keinginan orang lain sedekat mungkin
apabila individu tersebut dapat berempati. Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses
komunikasi interpersonal, maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan
Kumar (2005: 36) mendefinisikan bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang
komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Hal ini senada dikemukakan
Wiryanto (2005:6) dalam komunikasi interpersonal perlu adanya suasana yang mendukung atau
memotivasi, lebih-lebih dari komunikator. Rahmat (2005 :133) mengemukakan bahwa “sikap
supportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif. Orang yang defensif cenderung lebih
banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya ddalam situasi komunikan dari pada
Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain
dalam suasana hubungan komunikasi. Sehingga dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut,
komunikasi interpersonal akan bertahan lama karena tercipta suasana yang mendukung.
bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan.
menunjukkan sikap positif, karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan muncul suasana
menyenangkan, sehingga pemutusan hubungan komunikasi tidak dapat terjadi. Rahmat (2005:
105) menyatakan bahwa sukses komunikasi interpersonal banyak tergantung pada kualitas
pandangan dan perasaan diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang
positif, akan lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula.
Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau
rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau
sikap orang lain terhadapnya. Rahmat (2005: 135) mengemukakan bahwa persamaan atau
kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak
menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan,
perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu
mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat merasa nyaman,
yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.
Setiap definisi komunikasi interpersonal diatas, menunjukkan adanya suatu proses dalam
pengirim pesan kepada penerima pesan. Kotler dalam Effendy (2006:18) mengatakan bahwa
mengacu pada paradigma Harold Lasswell, terdapat unsur-unsur Komunikasi dalam proses
komunikasi :
1. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan pada seseorang atau sejumlah
orang.
komunikan.
5. Decoding yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang
ditimpa pesan.
9. Noise adalah gangguan yang tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang
kepada orang lain berupa ide,fakta, pemikiran serta perasaan. Oleh karena itu komunikasi
interpersonal merupakan suatu jembatan bagi setiap individu, dimana mereka dapat berbagi rasa,
Dengan adanya kesembilan unsur diatas, diharapkan adanya suatu peningkatan hubungan
interpersonal yang baik antara pelatih dan atlet yang dapat terjadi melalui sebuah pembicaraan.
1. To Learn
memahami dunia luar, memahami orang lain dan dirinya sendiri. Dengan membicarakan
diri sendiri dengan orang lain, seseorang dapat mempelajari dirinya sendiri melalui feedback
yang diberikan tentang perasaannya, pemikiran, dan perilakunya. Sesorang juga dapat mengerti
2. To Relate
berinteraksi dan membangun relasi yang baik dengan yang lainnya, begitu pula sebaliknya,
oleh sebab itu manusia harus membangun relasi yang baik dengan sesamanya, dan saling
3. To Influence
dapat melalui komunikasi interpersonal, misalnya orang tersebut ingin mempersuasi orang
lain untuk melakukan voting terhadap dirinya, membeli buku baru atau mencoba diet baru.
Banyak waktu yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan komunikasi interpersonal yang
bersifat persusif. Berdasarkan penelitian yang ada, para peneliti menyimpulkan bahwa setiap
komunikasi bersifat persuasif dan setiap tujuan dari berkomunikasi mencari hasil yang bersifat
persuasi, contohnya:
lain, mengenai bagaimana orang itu ingin memiliki imagediri di mata orang tersebut.
3.2 Relationship Goals, seseorang berkomunikasi untuk membentuk suatu relasi yang
sesuai kebutuhannya.
3.3 Instrumental Goals, seseorang berkomunikasi kepada orang lainnya dengan tujuan
4. To Play
Salah satunya dengan melakukan komunikasi interpersonal seperti berbicara dengan teman
mengenai aktivitas akhir minggu, berdiskusi mengenai olahraga atau kencan, bercerita tentang
suatu kisah atau lelucon, dan berbicara secara umum untuk menghabiskan waktu.
5. To Help
digunakan seseorang untuk menolong orang lain, seperti memberikan saran, masukan,
nasihat dan sebagainya. Dan hal ini juga dapat terjadi dengan menggunakan media tertentu,
seperti email dan lainnya. Keberhasilan dari fungsi komunikasi interpersonal ini untuk menolong
tergantung dari skill dan pengetahuan dari komunikasi interpersonal orang yang melakukannya
didukung oleh unsur-unsur komunikasi yaitu (1) sumber, (2) pesan, (3) media, (4) penerima, (5)
efek, (6) umpan balik, (7) lingkungan”. Unsur-unsur diatas dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, sumber merupakan pembuat atau pengirim informasi bisa dalam bentuk
kelompok, individu maupun kejadian, sedangkan Riyono Pratikto (1987: 22) menjelaskan
sumber merupaka asal atau gagasan yang dijadikan pesan. Jadi, setiap peristiwa maupun individu
Kedua, pesan merupakan sesuatu yang disampaikan dalam komunikasi antara komunikator
kepada komunikan. Isi pesan berupa informasi, perintah, pengetahuan dan hiburan. Pesan ada 2
macam yaitu pesan verbal dan nonverbal (Stewart Tubbs & Sylvia Moss, 1996). Pesan verbal
yaitu semua jenis komunikasi dengan pesan secara lisan yang menggunakan satu kata atau lebih.
Sedangkan pesan nonverbal adalah pesan yang disampaikan tanpa menggunakan kata-kata
melainkan dengan bentuk perilaku kita misalnya ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara,
gerakan tangan dan cara berpakaian. Jadi, pesan dalam komunikasi tidak hanya terpakai pada
bentuk pembicaraan yang dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut tetapi termasuk berbagai
Ketiga, media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
sumber. Media terdiri bermacam-macam. Misalnya, indera manusia juga termasuk media dalam
komunikasi.
Keempat,penerima merupakan pihak atau sasaran yang akan menerima pesan dari sumber.
menerima pesan dari sumber pesan mengenai pemikiran, perasaan, dan perilakunya merupakan
Keenam,umpan balik merupakan salah satu bentuk tanggapan terhadap pengaruh dari
pesan yang diterima merupakan umpan balik. Adanya umpan balik menandakan bahwa
interpersonal yang terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis
Aspek-aspek tersebut merupakan suatu hal yang penting dan harus ada di dalam suatu
komunikasi. Jika salah satu aspek tidak ada komunikasi tersebut tidak ada komunikasi tersebut
Uraian diatas dapat dimaknai bahwa komunikasi interpersonal dapat terjadi jika ada
sumber yang menjadi pesan/informasi yang akan disampaikan melalui perantara disampaikan
efek yang membuat penerima memberikan tanggapan. Jadi, unsur-unsur tersebut sangat penting
keberadaannya, jika salah satu unsur tidak ada maka komunikasi interpersonal tidak dapat
terjadi.
2.6 Motivasi
Dalam konteks olahraga Sage (1977) dalam (Komarudin, 2011: 23) menyebutkan bahwa
“Motivation can defined simply as the direction and intensity of one’s effort”yang artinya adalah
motivasi dapat didefinisikan sebagai arah dan intensitas usaha seseorang. Maksud direction pada
pendapat tersebut mengacu kepada arah, kegiatan, atau sasaran khusus yang dipilih. Sedangkan
intensity atau effort mengacu kepada seberapa besar usaha atlet untuk melakukan sesuatu pada
situasi tertentu.
Penerapan motivasi merupakan pekerjaan pelatih dan atlet dalam situasi yang spesifik.
Banyak pelatih yang mengatakan bahwa motivasi atlet itu harus nampak dalam atlet setelah atlet
tersebut mempelajari berbagai keterampilan dalam olahraga. Terkait dengan hal tersebut, pelatih
harus memiliki kemampuan untuk memotivasi atlet agar atlet tertarik untuk berlatih keterampilan
dan teknik selanjutnya mampu menerapkannya dalam situasi kompetisi yang sangat kritis.
Kemampuan yang dimaksud terkait dengan beragam strategi yang digunakan oleh pelatih untuk
meningkatkan motivasi atlet. Terkait hal tersebut, Brewer (2009:8) dalam (Komarudin, 2013:33)
menyebutkan tiga strategi yang dapat diterapkan oleh pelatih dalam meningkatkan motivasi atlet:
1. Menetapkan goal-setting
Istilah goal-setting terdiri dari dua kata, yaitu goal yang berarti tujuan dan setting yang
berarti penetapan atau merancang. Dengan demikian Goal-setting merupakan prosedur untuk
menetapkan tujuan, baik tujuan jangka pendek, menengah, sampai pada tujuan jangka panjang.
Goal setting bertujuan untuk memotivasi atlet supaya lebih produktif dan efektif dalam
menampilkan performa. Karakteristik goal terdiri dari isi (content) dan intensitas
(intensity).Content mengacu kepada tujuan yang bersifat alami yang menggambarkan tujuan apa
dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. 2. Memberikan penguatan atau
umpan balik
Penguatan atau umpan balik bisa bersifat umum apabila merujuk pada gerakan umum.
Pemberian penguatan atau umpan balik sering digunakan pelatih untuk mendorong atlet terus
berlatih. Kata-kata yang sering terungkap seperti ungkapan: wow, hebat, bagus. Kata-kata
tersebut tidak memberi informasi spesifik untuk meningkatkan keterampilan atlet namun dapat
memelihara dan meningkatkan lingkungan latihan yang positif bagi atlet. Selanjutnya penguatan
atau umpan balik bisa bersifat spesifik, apabila berisikan informasi spesifik yang menyebabkan
atlet mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mengetahui bagaimana seharusnya mereka
berlatih.
kesenangan, atlet harus senang melakukan aktivitas rutin yang menjadi tanggungjawabnya.
Aktivitas yang dilakukannya tidak didorong oleh paksaan orang lain. Aktivitas rutin yang
menjadi tanggung jawab atlet adalah aktivitas atau kegiatan latihan. Oleh karena itu pelatih harus
mampu menciptakan situasi latihan yang menyenangkan, agar atlet senang dalam melakukan
Menurut Malone dalam Uno (2008: 66) ada dua tipe motivasi yaitu :
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari
dalam diri (internal) individu. Individu yang digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas
kalau kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang terlibat dalam kegiatan itu. Sedangkan
menurut Singgih D. Gunarsa, (2008:50) motivasi intrinsik merupakan dorongan atau kehendak
yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang. Semakin kuat motivasi intrinsik yang dimiliki
oleh seseorang, semakin besar kemungkinan ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk
mencapai tujuan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik dinamakan demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan
adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu
tidak terlibat di dalam aktivitas belajar. Menurut Singgih D. Gunarsa, (2008:51) yang dimaksud
dengan motivasi ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan sendiri,
Gunarso (2008,30-34) mengemukakan bahwa prestasi olahraga adalah suatu hasil yang
didapat oleh karena mendapatkan porsi latihan yang baik, fasilitas baik,dan pelatih yang
berkualitas. Sejalan dengan pendapat diatas Irianto (2002:8) menjelaskan usaha mencapai
prestasi merupakan usaha yang multikomplek yang melibatkan banyak faktor baik internal
maupun eksternal, kualitas latihan merrupakan penopang utama tercapainya prestasi olahraga,
sedangkan kualitas latihan itu sendiri ditopang yakni kemampuan atlet itu sendiri.
Menurut UU. No 3 Tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional Pasal 86.1 “Setiap
beberapa pengertian, dapat diambil kesimpulan bahwa suatu hasil pencapaian yang diterima
Kerangka berpikir dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Komunikasi Interpersonal
Keterbukaan Empati Dukungan Rasa positif Kesetaraan
komunikasi interpersonal biasanya mengenai strategi bermain, motivasi, kritik, dan target.
Dengan demikian pelatih dan pemain memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Pemain
ingin mencapai prestasi yang baik dan sesuai target pada sebuah pertandingan, begitu pula
anak didiknya berprestasi. Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan pada bagaimana
komunikasi interpersonal pelatih untuk motivasi prestasi atlet. Sebagaimana diungkapkan Kumar
ada lima tipe yaitu keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif dan kesetaraan. Dimana
Komunikasi Interpersonal antara pelatih dengan pemain ini sangat penting dalam membangun
motivasi untuk meraih sebuah prestasi dalam proses pertandingan. Untuk itu dibutuhkan
komunikasi interpersonal yang baik diantara keduanya agar pelatih dan pemain dapat saling
METODE PENELITIAN
Lokasi dalam penelitian ini adalah lapangan pondok pesantren Darussalam blokagung,
dengan fokus pada aktivitas komunikasi antara pelatih dan pemain sepakbola ARSEDA
blokagung, yang beralamat di Jl. Pondok pesantren Darussalam blokagung – kecamatan tegalsari
– kabupaten banyuwangi . pemilihan lokasi ini karena lokasi tersebut merupakan tempat yang
sering diadakannya proses pelatihan bagi pelatih dan pemain tim sepakbola ARSEDA. Hal
tersebut juga bertujuan agar peneliti mendapatkan informasi-informasi yang sesuai dan akurat
Penulis melakukan analisa dengan metode kualitatif deskriptif yaitu dengan cara
Strategi yang penulis gunakan adalah studi kasus tunggal terpancang (embedded). Penulis
sudah menentukan fokus penelitian yang variabel utamanya adalah aktivitas komunikasi
interpersonal antara pelatih dan pemain pada olahraga sepakbola tim ARSEDA Blokagung. Akan
tetapi dalam hal ini peneliti tetap tidak melepaskan variabel fokusnya (pilihannya) dari sifat yang
holistik sehingga bagian-bagian yang diteliti tetap diusahakan pada posisi yang saling berkaitan
dengan bagian-bagian dari konteks secara keseluruhan guna menemukan makna yang lengkap
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Namun untuk melengkapi data penelitian dibutuhkan dua sumber data, yaitu sumber
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para informan
sebagai data primer dan sekunder atau dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan
informan. Data yang digunakan harus relevan dengan tujuan penelitian makan menggunakan
Data primer adalah pengambilan data dengan instrumen pengamatan, wawancara, catatan
lapangan dan penggunaan dokumen. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh
langsung dengan teknik wawancara informan atau sumber langsung. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2015:187).
Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap informan dan observasi lapangan yang
Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data primer yaitu
melalui studi kepustakaan, dokumentasi, buku, majalah, koran, arsip tertulis yang berhubungan
dengan obyek yang akan diteliti pada penelitian ini (Sugiyono, 2015:187). Data tidak diperoleh
langsung dari tindakan peneliti, namun tindakan peneliti bertindak sebagai pemakai data. Sumber
data diperoleh melalui dokumen, buku, data statistik, laporan dan lainnya yang berhubungan
dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui
penelitian secara mendalam. Sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan
atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto,
2010:183).
Peneliti akan menentukan kelompok responden yang dijadikan sebagai subjek informasi
kunci (key informations), dan individu-individu juga informan tidak peneliti tentukan. Subjek
penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, serta dengan menentukan kriteria tertentu
2. Pelatih yang telah melatih Tim sepakbola ARSEDA dalam kurun waktu minimal 2
tahun,
3. Pemain yang telah bergabung dalam Tim sepakbola ARSEDA dalam kurun waktu
minimal 2 tahun.
Langkah penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Burhan Bungin
sebagai partisipan atau non partisipan, observasi dapat dilakukan secara terang-terangan
dihadapan responden atau dengan melakukan penyamaran, observasi dilakukan secara alami
(Ruslan, 2004:33). Observasi yang dilakukan peneliti dngan mengamati secara langsung ke
lapangan dan mengikuti proses pelatihan dan latih tanding yang dilakukan pelatih dengan pemain
Blokagung dan
3.5.2 Wawancara
sebagai data primer, yaitu dengan mengumpulkan data berdasarkan tanya jawab dengan sumber
data yang berkaitan dengan masalah peneliti. Wawancara dalam hal ini dilakukan peneliti
terhadap informan yang telah ditunjuk, dimana para key informan tersenit telah menjadi salah
satu pihak yang telah mengalami proses wawancara, wawancara ini dilakukan terhadap pelatih
Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Maksud dari
trigulasi sendiri adalah membandingkan dan mengecek balik segala informasi yang diperoleh
melalui waktu yang telah ditentukan atau dengan wawancara sehingga dengan membandingkan
Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas
dalam penelitian kualitatif (Sutopo, 2002:7-8). Dalam kaitan ini Patton (dalam Sutopo, 2002:78)
menyatakan bahwa ada empat macam kenik triangulasi, yaitu (1) triangulasi data (data
triangulation) yaitu peneliti dalam mengumpulkan data harus menggunakan beragam sumber
data yang berbeda, (2) triangulasi metode (methodological triangulation) yaitu cara peneliti
menguji keabsahan data dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik
atau metode pengumpulan data yang berbeda, (3) triangulasi peneliti (investigator triangulation)
yaitu hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya
bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti, dan (4) triangulasi teori yaitu dalam menguji
keabsahan data menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan-
permasalahan yang dikaji, sehingga dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan
menyeluruh.
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik triangulasi metode. Penulis
menggunakan metode wawancara, observasi dan survei yang dilakukan kepada pelatih dan
pemain sepakbola Tim ARSEDA Blokagung. Untuk memperoleh kebenaran infrormasi yang
handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, penulis menggunakan metode
Menurut Miles dan Huberman (Sutopo, 2002:94), menyatakan bahwa ada dua model
pokok dalam melakukan analisis dalam penelitian kualitatif, yaitu model analisis jalinan atau
mengalir dan model analisis interaktif. Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif,
yang setelah proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan , berikut ini adalah teknik
Data yang dikumpulkan sebagai data penelitian ini adalah melalui pengumpulan data
dilokasi dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam. Data dan informasi yang sudah
diperoleh dilapangan dimasukkan ke dalam transkip wawancara dengan pelatih klub yaitu
Ganjur, serta kapten klub futsal bernama Nasywa. Adapun data yang diperoleh dari teknik
observasi disajikan dalam bentuk uraian melengkapi penjelasan data data yang diperoleh dari
wawancara.
Penyajian data pada penelitian kualitatif ini bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
hubungan antar kategori dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif (Sugiono,2014:249). Cara yang dipakai dalam reduksi data ini
dilakukan dengan seleksi ketat dari ringkasan atau uraian singkat dan menggolongkan ke dalam
suatu pola yang lebih luas. Dari sekian aktivitas kegiatan peneliti menggolongkan atau
mengelompokkan mana yag bentuk komunikasi interpersonal dan mana yang tidak
Penyajian data adalah kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah
dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Adapun data
yang diperoleh dari teknik observasi disajikan dalam bentuk uraian melengkapi penjelasan dari
data yang diperoleh dari wawancara. Penyajian data dirubah secara deskriptif dilakukan dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang berisi penjelasan atau analisis terhadap hal-hal yang dibahas
Menurut Miles dan Huberman, penarikan kesimpulan dan verifikasi berada dalam analisis
data kualitatif. Verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian
berlangsung. Begitu wawancara disajikan dengan transkip, maka kesimpulan awal dapat
dilakukan. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian
deskriptif kualitatif, prinsip pokok teknik analisanya ialah mengolah dan menganalisa data-data
yang terkumpul menjadi dat yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.