Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari dan
populer di dunia. Tujuan dari permainan sepakbola adalah masing-masing regu
atau kelompok yaitu berusaha menguasai bola, memasukan bola ke dalam
gawang lawan sebanyak mungkin, dan berusaha mematahkan serangan lawan
untuk melindungi atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukan bola.
Permainan ini sering disebut sebagai kesebelasan karena setiap kelompoknya
beranggotakan sebelas pemain. Adapun tujuan dari masing-masing regu adalah
untuk menciptakan suatu gol ke gawang lawan dan melindungi gawangnya
sendiri agar tidak kemasukan bola.
Pembinaan prestasi olahraga khususnya pada cabang olahraga sepakbola
sebaiknya dilakukan sedini mungkin, sehingga pemain akan memiliki
kematangan terutama pada teknik, taktik dan mental. Tempat pembinaan
sepakbola tersebut dinamakan sekolah sepakbola (SSB). Perkembangan sekolah
sepakbola (SSB) tempat menempa pemain usia dini saat ini sedang giat-giatnya
didirikan. Pertandingan semacam kompetisi dengan membentuk ligaliga
sepakbola yang memiliki jaringan di seluruh wilayah Indonesia sering
dilaksanakan. Selain festival-festival sepakbola yang biasa dilakukan dan diikuti
oleh SSB, pertumbuhan yang begitu pesat itu tentu tidak terlepas dari dukungan
banyak pihak, seperti: orang tua para siswa SSB, peran besar dari para pembina
SSB, para penggagas berbagai festival, selain itu juga adanya dukungan dari
berbagai perusahaan dan media besar yang mensponsori banyak kegiatan
pertandingan serta klub-klub besar Eropa dan Amerika Latin yang membuka
cabang kegiatan latihan di sini.
Terciptanya atmosfir sepakbola seperti itu menumbuhkan fenomena
menarik, karena saat sepakbola belum berprestasi tetapi kehidupan sepakbola
usia dininya begitu semarak. Sekolah sepakbola (SSB) adalah sebuah lembaga
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan olahraga sepakbola dari
anak usia dini, mulai dari usia 6-12 tahun. Pembelajaran yang dilakukan mulai
dari segi taktik, teknik pengolahan bola, keterampilan individu, kerja sama tim,
sampai teknik pernapasan, dan kecepatan saat menggiring bola. Peran dan
tanggung jawab SSB mempunyai andil yang sangat besar bagi perkembangan
prestasi sepakbola Indonesia di masa-masa yang akan datang. Pada SSB inilah
bibit-bibit pemain sepakbola yang handal banyak ditemukan. Pembinaan sejak
awal menentukan masa depan prestasi pesepakbola.
Selain itu menurut melalui kegiatan permainan sepakbola seorang anak
dapat memperoleh bekal cukup berharga yang dapat digunakan dalam
menjalankan perannya dalam pergaulan di masyarakat, karena dengan melakukan
kegiatan permainan sepakbola akan terpupuk sikap-sikap sosial yang positif
antara lain: semangat pantang menyerah, kebesaran jiwa untuk menerima
kemenangan maupun kekalahan, tanggung jawab akan tugas, perjuangan dan
pengorbanan, toleransi, kerja sama dalam mencapai tujuan dan semangat untuk
selalu bekerja keras. [1]
Peran pelatih profesional diperlukan untuk keberhasilan proses
pembinaan, Scheuneumann mengemukakan 3 pengaturan perkembangan pemain
berdasarkan umur dan tingkatan dapat dibagi menjadi empat tingkatan, antara
lain: (a) tingkat pemula (fun phase) 5 sampai 8 tahun, (b) tingkat dasar
(foundation) 9 sampai 12 tahun, tingkat menengah (formative phase) 13 sampai
14 tahun, dan (d) tingkat mahir (final youth) 15 sampai 20 tahun. Seperti
tingkatan di atas, umur seseorang menentukan cara berhubungan dengan dunia di
sekitarnya dan dengan sesamanya. [2]
Dalam semua proses belajar, umur adalah kunci dalam memilih materi
dan metode apa yang cocok untuk mengajarkan suatu materi, sepak bola juga
demikian. Alasan inilah pelatih tidak dapat menyamakan latihan antara usia 5
dan 13 tahun, maka harus diterapkan prinsip-prinsip latihan yang tepat
berdasarkan kelompok umur. Prinsip-prinsip latihan sepakbola kuhususnya untuk
anak usia muda haruslah lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan timbulnya cedera, karena pada anak usia muda sangatlah rentan
terhadap cedera. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Stratton bahwa:
Children who play football may incur injury as a result. The damage can be due
directly to physical contact during play or may be attributable to training.
Differences between children and adults in physical and physiological
characteristics explain why children may be the more vulnerable to injury. The
factors that contribute to this greater risk in children include a larger surface
area relative to mass, growing cartilage which can be easily stressed, and the
fact that children have not yet gained the complex motor skills or experience
associated with injury avoidance. [3]
Lutan (2000: 51) menyatakan bahwa aktivitas yang diperlukan dalam
proses tumbuh kembang anak pada usia ini antara lain adalah: (a) bermain dalam
situasi berlomba atau bertanding dengan pengorganisasian yang sederhana.
Misalnya: berlomba dalam beberapa macam gerakan seperti berlari, merayap, 4
melompat, menggiring bola, adu lempar tangkap dan sebagainya, (b) melakukan
pertandingan kecabangan olahraga yang peraturannya disederhanakan. Dengan
pengarahan dan pengelolaan aktivitas yang baik dari guru, aktivitas ini akan
berdampak kepada peningkatan kepercayaan diri anak dan kebanggaan dirinya.
(c) aktivitas beregu atau berkelompok. Anak diberi kesempatan untuk bekerja
sama dengan temannya dalam melakukan aktivitas untuk membina kebersamaan
di antara anak-anak. Tujuan utama dari permainan sepakbola adalah
memasukkan bola ke gawang lawan dengan sebanyak-banyaknya dan
mempertahankan gawang sendiri dari serangan lawan. Olahraga yang
membutuhkan banyak faktor dalam mencapai keberhasilan atau prestasi adalah
sepakbola. Terdapat empat faktor penunjang dalam meraih prestasi yakni faktor
mental, fisik, teknik, dan taktik (Ridhowi, 2016: 45).
Taktik yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan pemain
memegang peranan 46% keberhasilan suatu tim dalam memperoleh kemenangan
(Villora, et al., 2013: 28). Sebuah taktik sepakbola selalu berkaitan dengan
strategi yang ada di lapangan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan taktik
penyerangan yang bermacam-macam dan bervariasi. Oleh karena itu, taktik
merupakan komponen penting dalam permainan sepakbola selain fisik, teknik
dan mental. Primasoni & Sulistyono (2010: 29) berpendapat bahwa taktik adalah
pemikiran bagaimana menang melawan tim lawan dan terlepas dari komponen
fisik, teknik, taktik dan mental. Hal ini agar permainan sepakbola semakin
berkembang maka taktik penyerangan perlu terus adanya pengembangan,
sehingga untuk menghasilkan peluang terciptanya gol semakin banyak dan
permainan sepakbola semakin menarik dan ditonton. Pada masa sepakbola
modern saat ini, jumlah ruang di sekitar bola menjadi semakin kecil, tekanan
pada pemain dalam kepemilikan bola dari lawan dan tekanan waktu terus
meningkat.
Schreiner & Elgert (2013: 14) berpendapat sepakbola modern dengan
pendekatan sepakbola berorientasi pada pertahanan dan strategi untuk melakukan
penyerangan fakta ini menjamin perkembangan strategi counter-attack. Dengan
membuat serangan balik cepat bergerak setelah memenangkan penguasaan bola.
Terjadinya banyak gol yang tercipta selama pertandingan datang setelah sentuhan
cepat langsung ketika bola berhasil direbut. Serangan balik yang sukses perlu
memerlukan persiapan yang cermat dan menyeluruh dan pengembangan selama
pelatihan. Ada perbedaan penting dan krusial antara serangan balik dan
penyerangan saat bermain, untuk lebih tepatnya taktik penyerangan atau transisi
dari bertahan ke penyerangan.
Transisi adalah saat yang paling penting dalam permainan sepakbola saat
di pertandingan ketika pemain individu beralih peran mereka dalam permainan
dari pertahanan untuk penyerangan atau penyerangan ke pertahanan (Snow,
2015: 15). Secara umum terdapat strategi pola serangan balik, pola bertahan, dan
pola serangan.
Setiap kegiatan dalam olahraga membutuhkan fisik, teknik, taktik, dan
dukungan mental. Aspek latihan fisik lebih didahulukan karena merupakan
pondasi dari suatu olahraga. Jika atlet memiliki kondisi fisik yang baik maka
akan mendukung kemampuan lainnya, seperti kemampuan teknik, taktik, dan
mental. Taktik adalah suatu siasat atau pola pikir tentang bagaimana menerapkan
teknikteknik yang telah dikuasai. Latihan mental diperlukan karena tanpa adanya
mental yang positif sulit mewujudkan diri sebagai atlet atau pemain dengan
karakteristik yang sesuai dengan permainan sepakbola.
Sebagai contoh olahraga sepakbola adalah permainan team sehingga
diperlukan kerjasama antar individu untuk memenangkan permainan. Kerjasama
disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai defender, kipper, maupun
kapten. Kerjasama diartikan sebagai tindakan melakukan pekerjaan pada waktu
yang sama. Sebagai olahraga team satu sama lain saling membantu, mendorong,
mengingatkan, atau mengarahkan pada saat bertahan atau menyerang. du pemain
bekerja sama untuk mengalahkan lawan dengan menerapkan strategi yang
diterapkan. Oleh karena itu dalam kegiatan sepakbola diperlukan kerjasama
team. Sebagai permainan team, para pemain sepakbola dituntut untuk
memainkan perannya baik sebagai defender, gelandang, atau striker agar
kerjasama terjalin baik. Seorang kipper yang bertugas menjaga gawang pun harus
memiliki kerjasama yang baik agar dapat bermain dengan konsentrasi tinggi,
menjaga gawang dengan penuh kelincahan terutama pada saat diserang dan
menyerang secara bersama-sama. Dalam permainan sepakbola kerjasama team
merupakan hal yang utama. Tanpa kerjasama antara anggota maka permainan
sepakbola tidak akan mencapai kemenangan. Dalam latihan atau pembelajaran
sepakbola, para siswa harus mengetahui aspek – aspek latihan yaitu : fisik,
teknik, taktik, maupun mental. Lebih lanjut Satriya (2007, hlm.50) menjelaskan
mengenai piramid aspekaspek latihan
Berdasarkan
piramida diatas dapat
diketahui, apakah peran
kemampuan
mental menunjang
prestasi seseorang.
Harsono (1988, hlm.49) menegaskan bahwa : “Ada empat aspek latihan yang
perlu dilatih dan diperhatikan secara seksama oleh atlet yaitu: (1) latihan fisik,
(2) latihan teknik, (3) latihan taktik, (4) latihan mental”. Seperti diutarakan
bahwa latihan mental merupakan puncak hierarki aspek-aspek yang diperlukan
agar terwujud kinerja olahraga. Komarudin (2013, hlm.3) menyatakan bahwa :
“Ketahanan mental merupakan sebuah keterampilan mental yang harus dimiliki
atlet”. Ketahanan mental termasuk tahan melakukan kerjasama dalam dinamika
pertandingan, interaksi antar anggota team, serta tekanan pihak lawan. Mental
dan kerjasama harus dilatih agar terjalin baik terutama pada saat tekanan
permainan dan beragam perbedaan antara anggota team yang sangat beragam.
Kerjasama harus diwujudkan dalam permainan yang ketat maupun di tengah
perbedaan karakteristik team.
Membangun kerjasama tidak mudah, diperlukan sejumlah karakter yang
dapat mendorong tumbuhnya kerjasama antar anggota team. Disiplin merupakan
satu bentuk perilaku yang dibutuhkan untuk membangun kerjasama. Disiplin
adalah kepatuhan terhadap suatu aturan. Disiplin dalam kegiatan sepakbola
adalah mengikuti peraturan, menerapkan strategi pelatih, mengarahkan diri
sesuai arahan kapten dan satu sama lain saling membantu. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia (KBBI) versi 1.1 disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan (tata tertib dsb). Faktor kedua yang diperlukan adalah dorongan baik
bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Dorongan internal berupa kebutuhan akan
kerjasama, sedangkan eksternal adalah adanya penghargaan atau hasil atas
terwujudnya kerjasama.
Untuk mencapai kerjasama dalam permainan team diperlukan peran
individu seperti kemauan bekerjasama, motivasi maupun ketaatan dalam
mengikuti peraturan atau instruksi kapten team. Kerjasama team sangat penting
dalam permainan sepakbola. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya kerjasama team perlu diperhatikan seperti disiplin. Melalui sikap
dan perilaku disiplin setiap perilaku anggota team di lapangan saling mendukung.
Faktor lain yang penting adalah adanya motivasi berprestasi yang dimiliki para
siswa. Disiplin akan mengarahkan perilaku anggota dari luar dan motivasi
merupakan dorongan internal yang mengarahkan anggota team untuk bekerja
sama. Sepakbola adalah permainan yang membutuhkan kerjasama team termasuk
dalam kegiatan sepakbola yang ditujukan untuk kegiatan pendidikan seperti
kegiatan ekstrakulikuler di tingkat SMA.
Kegiatan sepakbola yang diselenggarakan merupakan kegiatan olahraga
yang dilakukan di luar jam pelajaran Tujuan kegiatan tersebut adalah mendorong
agar para siswa terlibat aktif dalam olahraga dan memahami makna kegiatan
olahraga sebagai kegiatan fisik dan mental yang posistif. Melalui kegiatan
ekstrakulikuler sepakbola, para siswa belajar untuk disiplin, percaya diri, bekerja
keras, bekerjasama, dan mengembangkan potensi diri melalui kegiatan bersama.
Sepakbola memiliki nilai positif bagi siswa terutama untuk pengembangan
potensi diri. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan ekstra kulikuler
sepakbola di SMA X, tingkat kerjasama team dalam permainan sepakbola perlu
ditingkatkan. Sering terlihat peran individu dalam permainan sepakbola terlalu
dominan sehingga mengganggu peran kapten untuk mengarahkan anggotanya.
Masing-masing pemain seperti bermain secara individu dan tidak ada tujuan
kelompok yang disepakati untuk dicapai. Para pemain seperti kehilangan sikap
kerjasama pada saat di lapangan terutama pada saat permainan dalam tekanan
atau menghadapi lawan yang kuat.
Berdasarkan observasi terhadap kemampuan kerjasama yang dimiliki para
anggota saat permainan, diketahui dorongan untuk bekerjasama kurang kuat
terutama pada saat tekanan pihak lawan semakin tinggi atau dalam permainan
dengan ritme yang cepat. Dalam pola permainan menyerang, para anggota team
kesulitan saling bekerjasama karena tidak mampu mengembangkan permainan.
Para anggota team kesulitan menerapkan strategi pelatih karena tertekan.
Anggota team kesulitan mengikuti peraturan karena kerasnya permainan.
Peraturan tidak diikuti karena emosi dan tekanan.
Kerjasama kurang terwujud karena lemahnya perilaku mengikuti
peraturan dalam permainan sepakbola serta arahan pelatih. Hasilnya adalah team
yang tidak memiliki kemampuan bekerjasama karena anggota team tidak
memiliki rasa disiplin dan akhirnya kalah. Para peserta kegiatan ekstrakulikuler
adalah remaja yang seharusnya memiliki disiplin dan motivasi berprestasi yang
tinggi. Sikap mental disiplin seperti mengikuti peraturan, menjalankan instruksi
pelatih / kapten, bermain sportif sesuai ketentuan serta dorongan yang kuat untuk
berprestasi memang sulit diwujudkan karena beragam individu dalam team.
Kerjasama sulit diwujudkan karena kurang disiplin dan tidak termotivasi
untuk berprestasi. Sebaliknya kerjasama menciptakan komitmen dan mendorong
adanya disiplin serta motivasi. Kerjasama antar anggota team membuat anggota
team berkeinginan atau memiliki rasa terikat yang pada akhirnya termotivasi
untuk berprestasi, karena ada keyakinan bahwa cita-cita untuk meraih prestasi
dapat diraih karena adanya kerjasama. Satu sama lain saling mengisi dan
melengkapi kelemahan team. Setiap anggota team berkontribusi untuk
kemenangan team dengan disiplin dan motivasi berprestasi. Kegiatan sepakbola
di sekolah memiliki pengaruh positif bagi perkembangan mental para siswa.
Oleh karena itu keberadaan kegiatan ekstrakulikuler sepakbola perlu
ditingkatkan kualitasnya seperti kualitas kerjasama yang dimiliki anggota team.
Mengenai kerjasama, disiplin, dan motivasi berprestasi terhadap sekolah SMA X
yang memiliki kegiatan ekstrakulikuler sepakbola sangat penting. Selain sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas permainan sepakbola, hasil
penelitian akan memberikan gambaran mengenai kondisi nyata mental yang
dimiliki para siswa. Tanpa adanya karya ilmiah tentang sikap mental terhadap
anggota kegiatan ekstrakulikuler maka sulit memperbaiki kerjasama yang ada.
Kegiatan sepakbola dikalangan para siswa SMA merupakan kegiatan positif yang
perlu didukung keberadaannya karena tidak hanya sebagai kegiatan olah tubuh
namun sebagai kegiatan yang berprestasi.
Olahraga dapat digunakan sebagai media untuk membina sikap disiplin
dan kerjasama (Husdarta, 2011). Olahraga prestasi tidak dihasilkan dengan
mudah dibutuhkan bakat, latihan, pelatih yang baik, bahkan semangat yang tinggi
untuk mendapatkan prestasi. Pada saat sekarang banyak para pelatih mulai
mengerti, bahwa prestasi yang tinggi tidak hanya tergantung pada segi teknis
semata, namun faktor non teknis seperti motivasi, rasa percaya diri, faktor
emosional, kerjasama serta kepribadian atlet. Faktor yang mempengaruhi
pencapaian prestasi yang optimal pada atlet yaitu: faktor fisik, teknis, dan
psikologis (Adisasmito, 2007). Memiliki motivasi yang baik bisa menampilkan
suatu keberhasilan baik secara individu maupun kelompok.
Motivasi yang baik memungkinkan setiap individu dapat bekerja lebih
baik dalam kelompoknya. Penampilan yang baik pasti ditunjukkan dengan
adanya motivasi dan keterampilan yang baik pula sehingga memungkinkan
tujuan mereka akan tercapai. Seseorang harus memiliki motivasi yang kuat dalam
olahraga prestasi, motivasi yang kuat sesuatu yang sulit menjadi mudah untuk
dilakukan, sesuatu yang berat menjadi ringan untuk dilaksanakan, artinya dengan
motivasi yang tinggi sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Kerjasama merupakan sifat sosial bagian dari kehidupan masyarakat yang
tidak bisa dielakkan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Masyarakat yang
telah berkembang maju, menempatkan kerjasama sebagai indikator keberhasilan
mereka. Dalam bidang olahraga sangat dibutuhkan kerjasama tim untuk
mencapai suatu tujuan atau prestasi. Menurut Coakley dalam Mylsidayu (2014)
proses keberhasilan kinerja dapat diukur dan dihargai adalah kerjasama. Selaras
dengan pendapat diatas menurut Garfield dalam Mylsidayu (2014) sifat yang
berhubungan dengan kerjasama seseorang dalam mencapai prestasi adalah misi
dalam memotivasi orang-orang yang punya misi yang sangat alami karena
pentingnya terikat pada sesuatu yang dinikmati dan percayai.
Proses keberhasilan kinerja yang diukur dari kerjasama harus juga disertai
dengan kepercayaan diri, karena kepercayaan diri memiliki korelasi yang
signifikan terhadap prestasi Zinnser dalam (Komarudin, 2013). Kepercayaan diri
berisi keyakinan yang terkait dengan kekuatan, kemampuan diri untuk
melakukan dan meraih sukses, serta bertanggung jawab terhadap apa yang telah
ditetapkan oleh dirinya. Kepercayaan diri sangat penting untuk sebuah performa,
kepercayaan diri membangkitkan emosi-emosi positif.
Kesenangan, antusiasme, dan keringanan yang mendampingi kepercayaan
diri dalam melakukan suatu performa akan memotivasi untuk melakukan aksi
leluasa, kuat, cepat, dan mengalir. Kepercayaan diri merupakan hal yang sangat
berharga yang harus dimiliki oleh setiap individu, tanpa disadari kepercayaan diri
turut memberikan dorongan dan motivasi kepada setiap individu untuk berkarya
dan berani menampilkan kelebihan yang dimiliki. Semua tentu saja
mempengaruhi kepuasan dari keberhasilan yang dicapai. Sebagaimana
dikemukakan oleh Lie (2003) bahwa seseorang yang percaya diri dapat
menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan
dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk
meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat
keputusan sendiri.
Rasa percaya diri yang tinggi mengembangkan individu dalam proses
interaksi dengan masyarakat, teman dan lingkungannya, mengarah
membandingkan dirinya dengan temannya dalam kompetisi dan juga perasaan
keyakinan dan keberanian karena keberhasilan atau kegagalan adalah bentuk
upaya dari percaya diri (Verma, 2014). Kepercayaan diri dapat dibentuk melalui
interaksi individu dengan lingkungan atau aktifitas dengan orang lain. Seorang
pembina atau pelatih harus mampu menanamkan sikap percaya diri kepada atlet
binaannya Hasil dari observasi dan wawancara dengan Bapak Margono sebagai
pelatih di sekolah X mengatakan bahwa atlet tersebut terlihat tidak
memperlihatkan minat mereka dalam berlatih, atlet menunjukkan keengganan,
cenderung merasa cepat bosan pada saat latihan.
Pernyataan itu berbanding terbalik dengan pendapat Mylsidayu (2014)
menyatakan siswa/atlet yang memiliki motivasi yang tinggi akan
memperlihatkan minat yang besar, perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas
belajar/latihan, memusatkan fisik dan psikis, tidak mengenal rasa bosan atau
menyerah/kalah, apalagi putus asa. Atlet pada saat bermain cenderung secara
individual dalam menguasai bola dan tidak mementingkan kawan mainnya.
Permainan sepakbola adalah permainan dimana dua tim memainkan dan
memperebutkan bola diantara para pemain dengan tujuan dapat memasukkan
bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang dari kemasukan bola, oleh
karena itu kerjasama tim merupakan kebutuhan di permainan sepakbola yang
harus dipenuhi oleh setiap pemain, karena kemenangan tidak dapat diraih secara
perseorangan dalam permainan tim. Permainan sepakbola berarti mutlak harus
ada kerjasama tim dalam sebuah permaian, karena olahraga sepakbola dimainkan
secara beregu dan kolektivitas akan mencapai prestasi.
Atlet yang masih kurang tepat dalam mengambil keputusan, atlet masih
ragu akan kemampuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri, sehingga atlet itu
sendiri menjadi tegang dan putus asa dalam manghadapi tugas-tugasnya.
Pernyataan diatas berbanding terbalik dengan pendapat Komarudin (2015) bahwa
atlet yang memiliki kepercayaan diri berarti atlet dapat melakukan tugas-
tugasnya dengan baik, atlet percaya kepada kemampuan dirinya untuk
memperoleh keterampilan yang dibutuhkannya baik fisik maupun mental.
Dalam permainan sepak bola sebuah tim pasti ingin meraih kemenangan
maka dibutuhkan strategi dalam usaha untuk mencetak gol. Sebuah tim dapat
mencetak gol apabila dapat menerapkan taktik penyerangan dan penyelesaian
akhir dengan baik. Dalam pertandingan sepak bola juga sering terjadi gol dengan
cara yang berbeda-beda. Terjadinya gol bisa terjadi melalui proses set play (bola
hidup), set piece (bola mati) counterattack (serangan balik). Set play (bola hidup)
yaitu pola penyerangan yang menjadi strategi sebuah tim, pola penyerangan ini
sangat teratur dalam permainan dan semua pemain berperan dalam proses
penyerangan. Set piece (bola mati) pola mencetak gol ketika bola mati contoh
seperti tendangan bebas, penalti, dan tendangan pojok.
Counterattack (serangan balik) yaitu pola penyerangan yang digunakan
saat lawan kehilangan bola ketika mereka menyerang, pola ini sangat
menguntungkan karena posisi pemain lawan sudah tidak berada di pos nya
masing-masing dan menimbulkan ruang kosong yang dapat dimanfaatkan untuk
penyerangan, dalam proses ini hanya membutuhkan beberapa pemain untuk
mencetak peluang menjadi gol. Tentunya dalam permainan tersebut kita bisa
melihat bagaimana para pemain menjalankan tugasnya sesuai dengan posisi
masing-masing dan strategi yang diberikan oleh pelatih, sehingga bisa mencetak
gol dengan rencana yang sangat bagus.
Perencanaan yang baik tentunya membutuhkan daya tahan yang kuat dan
stabil, agar taktik apa saja yang diberikan oleh pelatih dapat berjalan sesuai
dengan keinginan sang pelatih. Oleh karena itu, dibutuhkan latihan yang cukup
Perencanaan latihan sangat di perlukan dan harus terkonsep secara sistematis
yang ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan
fungsional tubuh sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan prestasi (Dati, 2016).
Faktor kondisi fisik sangat penting untuk mendukung penerapan
keterampilan dan taktik selama latihan atau pertandingan. Dengan mengetahui
kondisi fisik atlet dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mencapai
kesuksesan dalam meraih prestasi (Pitdin, 2014). Dalam pengoptimalisasi
prestasi olahraga akan mudah di capai dengan pendekatan latihan teknik mental
dan tentunya fisik. Meningkatkan kondisi fisik di perlukan beberapa komponen
penting di antaranya yaitu daya tahan, kekuatan, kelincahan, dan kecepatan.
Syarat yang harus dimiliki setiap seorang pemain yaitu dapat menguasai
keterampilan dasar sehingga pemain dapat melakukan taktik yang diberikan
dengan sangat baik. Taktik yang baik dapat menentukan sejauh mana seseorang
didasarkan untuk meningkatkan kualitas permainan.
Jika telah menguasai keterampilan dasar dengan sempurna, maka pemain
bisa menikmati permainan dengan taktik yang ada sehingga dapat terciptanya
gol-gol ke gawang lawan. Teknik keterampilan dasar sepak bola meliputi
keterampilan passing, control, dribble, tendangan, sundulan, dan lain-lain.
Adapun komponen penunjang kondisi fisik bermain sepak bola di antaranya
yaitu kecepatan, akurasi, intensitas (kekuatan), fleksibilitas, kelincahan (agile),
keseimbangan (balance), daya tahan (endurance) dan koordinasi.
Pemain Sepak bola yang baik harus memiliki keterampilan dan
komponen ini kemudian masalah di dalam lapangan dapat diselesaikan
(Ramadhan dan Herita, 2018). Berdasarkan latar belakang di atas melihat
pentingnya keadaan fisik terutama pada kecepatan para pemain sebagai
penunjang bagi sebuah tim untuk memperoleh kemenangan dengan
menggunakan strategi serangan balik cepat (counter attack).
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Latihan Strategi
Serangan Dan Team Work Dalam Permainan Sepak Bola Untuk Meningkatkan
Motivasi Kemenangan Di Sekolah X”

B. Identifikasi masalah
1. Kurangnya pemberian motivasi dalam bermain sepak bola
2. Tekanan mental atlet yang lemah dalam permainan sepak bola
3. Penerapan porsi latihan fisik yang kurang maksimal
4. Model latihan strategi penyerangan yang kurang efektif dalam permainan
sepak bola

C. Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah Pengaruh Penerapan Model Latihan Strategi Serangan Dalam
Permainan Sepak Bola Terhadap Motivasi Kemenangan Di SMA X?
2. Adakah Pengaruh Teamwork Dalam Permainan Sepak Bola Terhadap
Motivasi Kemenangan
3. Adakah Pengaruh Penerapan Model Latihan Strategi Serangan Dan Team
Work Secara Simultan Dalam Permainan Sepak Bola Terhadap Motivasi
Kemenangan

D. Batas Penelitian

Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal
sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X) Dalam Penelitian Ini Adalah Latihan Strategi


Serangan Dan Teamwork, Sedangkan Variable Terikat (Y) Adalah
Motivasi Kemenangan.
2. Metode Yang Digunakan Adalah Eksperimen (Quasi Experimental
Design)
3. Populasi Dalam Penelitian Ini Adalah Seluruh Siswa Kelas X Di Sekolah
X Yang Berjumlah 40 Orang . Teknik Sampling Menggunakan Sampling
Jenuh, Maka Nanti Yang Dijadikan Sampel Nya Adalah 40 Orang Di
Kelas X
4. Instrumen Yang Digunakan Adalah Menggunakan Quisioner Dan Praktek
5. Waktu Penelitian Rencana Bulan Agustus 2022 , Dan Lokasi Di SMA X.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dirumuskan diatas, penelitian ini bertujuan:
1. Menganalisis Pengaruh Penerapan Model Latihan Strategi Serangan Dalam
Permainan Sepak Bola Terhadap Motivasi Kemenangan Di SMA X
2. Menganalisis Pengaruh Teamwork Dalam Permainan Sepak Bola Terhadap
Motivasi Kemenangan
3. Menganalisis Pengaruh Penerapan Model Latihan Strategi Serangan Dan
Team Work Secara Simultan Dalam Permainan Sepak Bola Terhadap
Motivasi Kemenangan

F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan bagi pembaca

Kegunaan bagi pembaca adalah menjadi penambah wawasan dalam dunia


pendidikan atau wawasan umum serta referensi tentang Penerapan Model
Latihan Strategi Serangan Dan TeamWork Dalam Permainan Sepak Bola
Terhadap Motivasi Kemenangan.
2. Kegunaan bagi peneliti

Kegunaan bagi peneliti adalah untuk memecahkan permasalahan yang ada di

lingkungan pendidikan, dengan ilmu yang dipelajari di perkuliahan dan di

implementasikan secara empiris.

3. Kegunaan bagi Lembaga


Masukan untuk mengatasi permasalahan dalam Penerapan Model Latihan

Strategi Serangan Dan TeamWork Dalam Permainan Sepak Bola Terhadap

Motivasi Kemenangan.

4. Pendidikan Kegunaan bagi peneliti lain

Sebagai referensi dan rujukan dalam meneliti kualitas Pendidikan.


References

[1] F. N. &. Yudanto, "Bermain Sepak Bola Melalui Pendakatan Taktik," Jambura Health and
Sport Journal, vol. 2, pp. 44-52, 2020.

[2] T. Scheuneumann, Kurikulum dan Pedoman Dasar Sepak Bola, Jakarta: PSSI, 2012.

[3] I. E. N. &. Suharjana, "Pengembangan Model Latihan Sepak Bola Berbasis Kelincahan
dengan Pendekatan Bermain," Jurnal Keolahragaan, vol. 3 Nomor 2, pp. 178-193, 2015.

Anda mungkin juga menyukai