Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepak bola adalah salah satu jenis olah raga yang sangat digemari orang

seluruh dunia. Selain digemari orang laki-laki olah raga ini juga digemari para

perempuan tidak hanya tua muda bahkan anak-anak. Sejak tahun 1990 an olah

raga ini mulai digunakan oleh para wanita meskipun sebelumnya olah raga ini

hanya diperuntukkan bagi kaum pria.

Olah raga ini dimainkan oleh 11 orang dalam satu teamnya. Untuk

menjadi pemenang dalam pertandingan harus bermain dengan mencetak gol

sebanyak mungkin dalam batas waktu 2 x 45 menit ke gawang lawan. Di

lapangan para pemain sepak bola memperebutkan bola untuk dimasukkan ke

dalam gawang yang dijaga seorang penjaga gawang (goal keeper)

Olahraga ini menjadi sangat menarik karena selain hanya

memperebutkan bola dilapangan dengan menggunakan kaki tetapi juga terlihat

gaya-gaya permainan dalam memperebutkan bola untuk memasukkan bola ke

dalam gawang lawan. Oleh karena olah raga ini melibatkan kerjasama orang

tentunya kerjasama team yang baik sangat dibutuhkan selain teknik, taktik,

mental para atlit juga sangat menentukan. Hanya para atlet yang memiliki

motivasi tinggi dan profesional yang mencapai kesuksesan di bidang olah raga

ini. Oleh sebab itu diperlukan usaha dan latihan yang keras untuk menjadi atlet

sepak bola yang handal dan professional. Teriakan “goallll……!” sungguh

1
2

identik dengan sepakbola, siapapun yang berteriak “ goal” dapat dipastikan

akan mengangkat tangan, berdiri, wajah bersinar, mulut bersorak, mata

berbinar-binar, hati berbunga-bunga dan diakhiri dengan tepuk tangan yang

gemuruh dari segala penjuru lapangan. Hal ini sungguh kontradiksi dengan

orang yang ada di tempat yang sama yang tidak bisa berteriak” goal ”, Mereka

duduk diam, kaget, gelisah, kecewa, dengan tangan di depan mulut, sambil

mengigit jari dan muka yang pucat. Sebagian lagi berteriak langkat,

menggerutu, protes keras, pemandangan seperti ini selalu ada di dalam

permaianan sepak bola, baik di kampung halaman, sekolah, lapangan kecil atau

di stadion yang megah.

Olah raga ini dapat dimainkan oleh anak-anak, remaja, pemuda, orang

dewasa, bahkan wanita. Sepak bola sungguh populer di masyarakat, dari

pelosok desa hingga kota besar di seluruh dunia. Sepak bola merupakan olah

raga yang sederhana dan murah, bahkan dapat dimainkan sangat mudah.

Namun pertandingan yang resmi dan professional membutuhkan biaya yang

besar bila dibandingkan dengan cabang olah raga lainnya.

Pola dan tehnik permainan sepak bola sangat sederhana, pola permainan

hanya menyerang (Attaction), mempertahankan (defention) dan menyusun

strategi ini. Keahlian dan keterampilan masing-masing pemain tampak jelas

seperti : menggiring bola, merebut bola, mempertahankan bola, mengecoh

lawan, menendang, mengheding bola sangat diperlukan oleh pemain untuk

diterapkan dalam tim.


3

Tiap pemain harus memiliki kemampuan Dasar Kompetensi 5 yaitu.

1. Daya tahan tubuh

2. Kekuatan

3. Kelenturasn

4. Kecepatan

5. Kelincahan.

Ke lima faktor ini harus dimiliki para pemain untuk mengembangkan

skill pemain. Dari kelima faktor tersebut yang menarik untuk dikaji bersama

adalah faktor Kecepatan dan faktor Kelincahan. Kecepatan dan kelincahan ini

dapat diberikan latihan yang kontinyu dan terprogram. Mempunyai kecepatan

dan kelincahan yang sangat tinggi adalah modal penting bagi seorang pemain

sepak bola. Dengan kemampuan kecepatan dan kelincahan akan memudahkan

pemain untuk menggiring bola, menerobos pertahanan lawan, menghindari

lawan, menjemput bola, bahkan kecepatan untuk mencetak gol ke hadapan

gawang lawan. Seorang pemain yang mempunyai kelincahan dan kecepatan

yang tinggi tentu mudah melewati lawan dan tidak mudah dikawal oleh lawan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas cabang olah raga sepak bola menarik

untuk dikaji bersama sehingga perkembangan sepak bola di Indonesia

semakin maju sekaligus mampu bersaing dengan club-club asing. Sedangkan

masalah yang menarik dan kurang berkembangnya sepak bola perlunya untuk

diteliti. Salah satu faktor yang sangat menentukan keterampilan atau skill

pemain dalam permainan sepak bola adalah “Penerapan Metode Demontrasi


4

Untuk Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan Dalam Permainan Sepak

Pada Siswa Kelas XII.IIS.1 SMA Negeri 1 Grogol Kediri Tahun Pelajaran

2017/2018”

Sepakbola adalah suatu olahraga yang tidak asing lagi ditelinga kita.

Semua orang suka dengan sepak bola. Baik orang tua, dewasa hingga

anakanak. Tidak hanya kaum laki-laki saja yang gemar dengan olahraga ini,

akan tetapi kaum hawa pun suka dengan olahraga yang satu ini. Menjamurnya

permainan sepakbola telah merambah ke semua daerah. Tidak hanya di

perkotaan tetapi daerah pedesaan juga gemar memainkan olahraga tersebut.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, sepakbola juga masuk dalam

kurikulum pembelajaran yang harus diberikan kepada siswa. Sepakbola

merupakan olahraga yang menggunakan bola besar dan dimainkan secara

beregu akan tetapi didalam proses pembelajaran, guru boleh memodifikasi

permainan tersebut. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan

lancar. Untuk mendukung adanya bakat-bakat sepakbola yang ada di suatu

daerah, salah satunya dengan diadakannya ekstrakurikuler di sekolah.

Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran sekolah

biasa, yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk

memperluas pengetahuan siswa. Di Sekolah Menengah Atas (SMA) minat

siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola sangat tinggi dengan

perbedaan variasi posisi yang disukai. Terdapat siswa yang memilih posisi

sebagai pemain depan, pemain tengah, pemain belakang atau sebagai penjaga

gawang. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola biasanya sudah


5

memiliki modal kemampuan dibidang sepakbola, entah itu didapat dari

Sekolah Sepak Bola (SSB) yang diikuti ataupun yang didapat secara otodidak

(latihan sendiri) ataupun telah memiliki bakat dalam bermain sepakbola. Salah

satu syarat untuk dapat bermain sepakbola dengan baik adalah pemain harus

dibekali dengan teknik dasar yang baik, karena pemain yang memiliki teknik

dasar yang baik maka pemain tersebut cenderung dapat bermain sepakbola

dengan baik pula. Teknik-teknik dasar dalam bermain sepak bola ada

beberapa macam, seperti controlling (menghentikan bola), shooting

(menendang bola ke gawang), passing (mengumpan), heading (menyundul

bola), dan dribbling (menggiring bola). Shooting adalah salah satu teknik yang

memegang peranan penting. Karena tujuan dari shoting itu sendiri adalah

untuk memasukkan bola kegawang lawan dengan tujuan untuk memperoleh

point untuk merubah keadaan atau yang sering disebut dengan skor. Dalam

shooting, bagian tubuh yang banyak memegang peranan penting salah satunya

adalah kaki. Dimana kekuatan tungkai merupakan salah satu yang memegang

peranan yang penting dalam keberhasilan shooting bola ke gawang. SMA

Negeri 1 Grogol minat siswa untuk mengikuti ekstrakurikuler sepakbola

sangatlah tinggi. Oleh sebab itu sekolah menyelenggarakan kegiatan

ekstrakurikuler sepakbola untuk mengembangkan bakat-bakat siswanya dalam

bermain sepakbola. Besar harapan bila dari proses pembelajaran sepakbola di

sekolah akan muncul bibit-bibit pemain sepakbola sehingga bukan tidak

mungkin bila nantinya Kabupaten Kediri menjadi pemasok pemain-pemain

handal yang akan menghiasi gemerlapnya Liga Indonesia bahkan akan muncul
6

pula pemain-pemain nasional yang berasal dari Kabupaten Kediri. Namun dari

besarnya harapan-harapan tersebut masih terdapat hambatan yang bisa

menghambat perkembangan sepakbola di SMA Negeri 1 Grogol Kabupaten

Kediri. Faktor penghambat munculnya pemain-pemain berbakat tersebut

dimulai dari pelatih, pelatih yang menangani ekstrakurikuler di sekolah

bukanlah pelatih yang berasal dari kepelatihan atau seseorang yang paham

betul dengan permainan sepakbola. Sehingga pengelolaan bakat-bakat dari

siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola belum terlaksana dengan

baik. Selanjutnya alat atau fasilitas yang dimiliki tidaklah sesuai dengan

kebutuhan dari suatu tim sepakbola. Bola yang digunakan serta alat-alat

pendukung pelaksanaan ekstrakurikuler sepakbola masih minim sehingga

proses dalam latihan tidak bisa berjalan dengan maksimal. Selain pelatih dan

fasilitas tersebut masih terdapat faktor penghambat yang lain yaitu berasal dari

pemain itu sendiri. Banyak peserta ekstrakurikuler sepakbola yang belum

mengetahui teknik dasar yang benar dalam permainan sepakbola, pemain tidak

bersungguh-sungguh dalam mengikuti latihan serta sepakbola hanya untuk

kesenangan bukan untuk prestasi. Oleh karena itu, dibutuhkan persiapan yang

matang baik secara materi maupun spiritual untuk mendukung agar

ekstrakurikuler sepakbola dapat meningkatkan prestasi dari masing-masing

pemain ataupun tim kesebelasan sekolahnya. Salah satunya adalah kesiapan

dari pemain itu sendiri. Tentunya mereka dituntut untuk memiliki skill yang

baik. Dan salah satu skill yang dibutuhkan para pemain adalah tendangan

keras dan terarah ke gawang yang sering disebut shooting. Shooting kearah
7

gawang dibutuhkan untuk mencetak skor dari setiap pertandingan. Semakin

banyak skor yang diperoleh maka akan semakin besar pula peluang

kemenangan yang akan diperoleh oleh suatu tim. Didalam ekstrakurikuler

sepakbola SMA Negeri di Kabupaten Kediri terdiri dari berbagai pemain,

yaitu Pemain depan, pemain tengah, dan pemain belakang. Setiap pemain

memiliki karakteristik tendangan yang berbeda-beda. Pemain depan atau

penyerang cenderung memiliki tendangan yang keras dan terarah ke gawang,

kemudian pemain tengah memiliki karakteristik tendangan pengumpan ke

pada pemain depan dan memiliki tendangan yang akurat ke gawang dan

sedangkan pemain belakang sendiri, sama halnya dengan pemain depan dan

tengah tetapi yang di utamakan pemain belakang adalah long pass. Dari

berbagai karakteristik tendangan yang berbeda-beda dari tiap pemain itu

sendiri tentunya hal tersebut akan mempengaruhi tendangan shooting pada

saat pertandingan. Karena akan sangat merugikan sekali apabila terdapat

kesalahan dari tendangan shooting yang berakibat fatal pada akhir dari

pertandingan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa kelas XII.IIS.1 SMA

Negeri 1 Grogol dengan penerapan metode demonstrasi?


8

2. Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar

pada siswa kelas XII.IIS.1 SMA Negeri 1 Grogol?

3. Bagaimanakah kelincahan dan kecepatan dapat menpengaruhi prestasi sepak

bola pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Grogol?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk.

1. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya

metode demonstrasi.

2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar pada siswa setelah diterapkan

metode demonstrasi.

3. Untuk mengetahui prestasi bermain sepak bola setelah penerapan latihan

kelincahan dan kecepatan melalui metode demontrasi.

D. Manfaat Penelitian

Setelah dilaksanakannya penelitian ini peneliti mengharapkan,

a. Bagi Sekolah

1. Dapat meningkatkan motivasi relajar siswa.

2. Memberikan impormasi tentang metode pembelajaran dalam penerapan

pembelajaran penjas.

3. Panduan untuk meningkatkan belajar siswa untuk berprestasi dalam

permainan sepak bola.


9

b. Bagi Guru dan Pelatih.

1. Pedoman dan panduan untuk meningkatkan prestasi sepak bola.

2. Memberikan informasi untuk melatih sepak bola dalam kegiatan

ektrakulikuler.

3. Memberikan motivasi dalam penerapan pembelajaran penjas.

E. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan definisi operasional

variable sebagai berikut.

1. Metode Demonstrasi

Penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan menunjukan kepada

siswa tentang proses, situasi, atau benda tertentu baik sebenarnya atau

hanya sekedar tiruan (Wina Sanjaya, 2008. dalam Strategi Pembelajaran )

2. Motivasi belajar.

Robert L.Ebel (2009) mengemukakan bahwa tes kadang kadang dianggap

sebagai motivator ekstrerinsik atau motivator dari luar, dan bukan motivator

intrerinsik. (Wina Sanjaya ,2008. dalam Strategi Pembelajaran)

3. Prestasi belajar

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.


10

4. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dengan

maksimum dalam jangka waktu yang minimum

5. Kelincahan

Kelincahan adalah pemeliharaan keseimbangan pada saat statis maupun

dinamis.

F. Asumsi

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa.

1. Penelitian hanya dikenakan pada siswa kelas XII.IIS. 1 SMA Negeri 1

Grogol Kabupaten Kediri.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari, semester genap tahun

pelajaran 2017/2018.

3. Materi yang disampaikan adalah: permainan sepak bola, kecepatan,

kelincahan, metode demontrasi, motivasi belajar, prestasi belajar.

Standar Kompetensi

8. Mempraktikan tehnik dasar permainan dan olah raga serta nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya.


11

Kompetensi Dasar :

8.2.Mempraktikan variasi tehnik dasar salah satu nomor olah raga bola besar

beregu lanjutan dengan baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri,

keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan.

Materi :

Permainan sepak bola

- Menendang bola

- Menggiring bola

- Mengontrol bola

Alat dan sumber belajar

- Bola

- Tiang rintangan

- Pluit

- Stop wach

- Blangko nilai

- Lapangan yang aman

- Simpai
12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sejarah Singkat Sepak Bola

Permainan sepak bola modern berasal dari Inggris. Pada tanggal 26

Oktober 1963 terbentuk organisasi yang menyusun peraturan permainan yang

dipergunakan pada pertandingan resmi sampai saat ini. Federasi sepak bola

dunia yaitu Federaion Internasional the Foodball Association (FIFA)

dibentuk pada tanggal 21 September 1904, diketuai oleh Guirin dari Inggris.

Bangsa Indonesia mengenal permainan sepak bola dari bangsa Belanda. Pada

tanggal 19 april 1930 di Yogyakarta, dibentuk Persatuan Sepakbola Seluruh

Indonesia (PSSI) yang diketuai oleh Mr. Soeratin Sosrosoegondo.

Permainan sepak bola termasuk permainan bola besar. Sepak bola

dimainkan di lapangan rumput oleh dua regu atau dua kesebelasan yang saling

berhadapan. Tujuan permainan sepak bola adalah memasukkan bola ke

gawang lawan sebanyak-banyaknya dan mempertahankan daerah sendiri dari

serangan lawan. Karakteristik permainan adalah memainkan bola dengan

menggunakan kaki ataupun dengan seluruh anggota tubuh kecuali oleh

lengan.

Hakekat permainan sepak bola adalah mempertahankan dan

penyerangan (Roji.2006, Pend. Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA Kelas

XII), maka kelincahan dan kecepatan yang diprediksikan berpengaruh

12
13

terhadap kemampuan menggiring bola, hakekat permainan yang menitik

beratkan pada pertahanan dan serangan. Jika mereka memahami peraturan

permainan sepak bola, memiliki sikap sportif dalam permainan, tentu akan

dikagumi oleh semua orang dan penonton. Penelitian ini juga berlandaskan

pada penerapan strategi pertahanan, teknik kelincahan, teknik kecepatan,

teknik merebut bola, serta tehnik menyerang. Dengan dasar kemampuan

teknik-teknik ini tentu mendukung kualitas pemain untuk berprestasi dalam

sepak bola. Oleh sebab itu penelitian juga akan memberikan pelatihan dan

menggabungkan tentang.

1. Latihan kelincahan

2. Latihan kecepatan

3. Teknik menendang bola

4. Teknik merebut bola

5. Teknik menggiring bola.

6. Tehnik menyerang dan bertahan.

Serta menghubungkan dan menggabungkan dengan unsur-unsur

permainan sepak bola modern lainnya sebagai penbukung tehnik dasar

permainan sepak bola menuju prestasi.


14

B. Teknik Dasar Permainan Sepak Bola

Ada beberapa teknik dasar dalam permainan sepak bola yang harus

dikuasai oleh pemain antara lain: menendang, menggiring, mengontrol ,

menyundul dan menghentikan bola, tehnik menyerang dan bertahan. Beberapa

tehnik yang akan diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Menendang Bola

Pemain sepak bola harus mampu melakukan gerakan menendang bola

dengan baik dan benar sesuai dengan fungsi bagian kaki yang akan

digunakan. Pada dasarnya cara menendang bola dapat dilakukan :

a. Teknik menendang dengan kaki bagian dalam

Teknik menendang dengan kaki bagian dalam dapat dilakukan

sebagai berikut:

1. Sikap permulaan

Posisi badan harus dengan bola. Salah satu kaki menumpu

di samping bola dengan ujung kaki mengarah ke depan serta

lututnya sedikit ditekuk dan badan agak condng ke depan. Kaki

sepak (tending) dibuka ke luar selebar 90° hingga mata kaki

mengarah ke depan bola. Pandangan dipusatkan pada bola yang

akan ditendang. Kedua lengan menjaga keseimbangan.


15

2.Gerakan

Kaki tendang ditarik ke belakang, kemudian diayunkan ke

depan mengenai bola dengan menggunakan kaki bagian dalam tepat

pada titik pusat bola.

3. Sikap akhir

Selanjutnya diikut oleh gerak lanjutan dari kaki tendang yang

diimbangi anggota tubuh lainnya, kesalahan yang sering terjadi adalah:

1. Sikap badan kaki yang kurang baik

2. Kaki tumpu tidak disamping bola

3. Badan kurang condong

4. Tidak diikuti gerak lanjut

b. Teknik menendang bola dengan panggung kaki

Teknik menggunakan punggung kaki dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Sikap permulaan

Sikap badan di belakang bola yang menyudut ± 30°.

Kemudian pada saat akan menendang bola yang berjarak sekepal

tangan. Bersamaan dengan mengayun kaki tendang bola ke

belakang. Badan sedikit condong ke depan dan kedua lengan

menjaga keseimbangan Pandangan dipusatkan ke bola.


16

2. Gerakan

Pada saat kaki tendang mengayun ke depan, kaki mengarah ke bola,

pergelangan kaki di titik tengah, ujung kaki selangkah ke samping

bawah, kemudian bola ditendang tepat pada sasaran titik pusat bola

3. Sikap akhir

Sikap akhir tendangan dukung oleh gerak lanjut tendang yang diikuti

anggota badan seluruhnya.

Gambar 2.1
Teknik Dasar Menendang Bola

2. Mengontrol Bola

Mengontrol bola adalah suatu upaya untuk meguasai bola sebelum

bola dihentikan oleh kaki maupun badan. Dalam upaya mengontrol bola

pemain harus dalam kondisi siap dengan pengamanan yang tepat agar dapat

menguasai bola sepenuhnya. Setelah bola tersebut terkontrol dengan baik,

selanjutnya bola dikuasai sepenuhnya untuk melakukan reaksi baru.


17

Menghentikan bola dilakukan dengan cara :

a. Menghentikan bola dengan telapak kaki

Sebelum menghentikan bola dengan telapak kaki pemain terlebih dahulu

mengontrol bola dan mendekati bola yang sedang bergerak. Bola tersebut

dihentikan dengan telapak kaki, dengan cara menyongsong bola yang

datang, kemudian telapak kaki ditarik ke belakang bersamaan dengan

datangnya bola.

b. Menghentikan bola dengan dada

Cara menghentikan bola dengan dada sebagai berikut

1. Pemain mengontrol bola melayang yang datang kearahnya.

2. Bergerak untuk menjemput bola

3. Dalam posisi seimbang, dada dibuka leher dan kedua tangan melebar

4. Tahan bola tepat di dada dengan sedikit sentuhan, setelah perkenaan

bola tarikan dada ke arah belakang

5. Bola jatuh di antara kedua kaki dan di depan badan.

c. Menghentikan bola dengan paha

Cara menghentikan bola dengan menggunakan paha adalah sebagai

berikut:

1. Pemain mengontrol dan menghentikan bola yang melayang di udara.


18

2. Pemain bergerak kearah datangnya bola

3. Tempatkan paha di bawah datangnya bola. Kemudian tekuk lutut

hingga bidang datar paha berada tepat di bawah lambung bola.

4. Angkat salah satu kaki yang akan digunakan, kemudian tekuk lutut

hingga bidang datar paha berada tepat di bawah lambungan bola

5. Dengan sentuhan bola dihentikan dengan paha, setelah perkenaan

paha dengan bola berikan tarikan paha ke bawah.

Gambar 2.2
Teknik mengontrol bola

3. Menggiring Bola

Menggiring bola adalah gerakan membawa bola dengan

menggunakan kaki untuk menuju daerah pertahanan lawan dan untuk

mengetak penjagaan lawan.

Ada beberapa cara menggiring bola yaitu menggiring bola

menggunakan punggung kaki bagian dalam dan menggiring bola

menggunakan punggung kaki bagian luar.


19

a. Menggiring Bola Menggunakan Kaki Bagian Dalam

Cara melakukannya sebagai berikut:

1. Sikap permulaan

Posisi badan agak condong ke depan, kaki bagian dalam dekat bola,

paha sedikit ditekuk dan kaki kiri digunakan untuk bertumpu. Untuk

letak kaki tumpu di samping bola dengan sedikit lutut dan kedua

lengan menjaga keseimbangan.

2. Gerakan

Pemain bergerak ke depan sambil menggiring bola, kaki dan bola

sekali-kali bersentuhan, dan kedua kaki selalu dekat dengan bola.

sesuai irama langkah dengan bola.

b. Menggiring Bola Menggunakan Punggung Kaki bagian Luar

Cara melakukannya sebagai berikut:

1. Sikap permulaan

Salah satu kaki ditempatkan didepan dengan pergelangkan kaki

sedikit diputar kedala, lutuk agak ditekuk dan kaki lainnya sebagai

tumpuan. Sikap badan sedikit condong ke depat dan berat badan

berada di kaki belakang dengan kedua lengan tergantung rileks

2 Gerakan
20

Pemain bergerak ke depan dengan kedua kaki selalu berdekatan

dengan bola. Persentuhan bola dengan kaki tepat pada bagian kaki

bagian luar.

Gambar 2.3
Menggiring bola dengan menggunakan kaki

4. Menyundul Bola

Menyundul bola adalah upaya mengambil bola yang melayang di udara

dengan dengan menggunakan kepala.

Daerah pernekaan bola dan kepala pada saat akan melakukan sebuah

sundulan adalah kening, karena kening merupakan bagian yang terkuat dari

kepala.

a. Menyundul Dengan Awalan Melompat

Cara menyundul dapat dilakukan sebagai berikut

1. Sikap permulaan

Pemain berdiri menghadap sasaran. Pandangan mengarah dan

mengontrol bola yang berada di udara.


21

2. Gerakan

Bergeraklah mendekati bola setelah berjarak satu meter antara kepala

dan bola, lalu melompat untuk melakukan sundulan dengan

menguatkan leher. Sundulan bola dilakukan dengan kepala atau

kening. Mendaratlah dengan tumpuan kaki.

b. Menyundul bola tanda awalan

Cara melakukannya adalah sebagai berikut:

1. Sikap permulaan

Pemain berdiri dalam posisi seimbnag menghadap kearah bola yang

datang. Kedua kaki di buka sejajar dan pandangan kea rah bola.

Kedua lengan terbuka ke samping tetapi rileks

2. Gerakan

Bola kira-kira satu meter didepan kepala dengan melengkungkan

sedikit ke belakang otot leher. Kemudian gerakan bola ke depan

sehingga kepala menyudul bola.


22

Gambar 2.4
Menyundul bola di udara

5. Merebut bola dari lawan

Merebut bola adalah usaha untuk menguasai atau menghadang bola

dari pengguasaan lawan. Hal itu biasanya dilakukan ketika pemain sedang

berada dalam posisi bertahan. Teknik merebut bola dapat dibedakan

menjadi.

a. Merebut bola dari posisi depan.

b. Merebut bola dari posisi samping.

c. Merebut bola sambil meluncur.

d. Merebut bola dengan menghading.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemain dalam mererbut

bola, yaitu:

a. Konsentrasi dan pandangan selalu mengarah pada bola.

b. Saat menghadapi bola, dibutuhkan ketenangan dan keseimbangan.


23

c. Dituntut ketepatan dalam merampas bola.

d. Ketika melakukan perebutan bola, reaksi gerakan untuk mengantisipasi

datangnya bola.

c. Teknik Gerakan Tanpa Bola

Gerakan tanpa bola, sebenarnya sangat penting dan menentukan

dalam suatu serangan. Dengan kecepatan dan kelincahan pemain tanpa

bola dapat menciptakan keuntungan bagi pemain. Pemain sepak bola

modern sekarang ini bermain dengan rajin bergerak, lincah, cepat, untuk

melepasakan diri dari pengawalan pemain lawan. Pemain yang tidak

mampu bergerak dengan cepat, lincah dan rajin mencari posisi

menguntungkan serta melakukan gerakan tanpa bola tidak akan menjadi

pemain baik.

Cara-cara membebaskan diri dari lawan dapat dilakukan antara lain:

1. Dengan gerak yang tiba-tiba sehingga lawan ketinggalan untuk bertindak

dan menggunakan berbagai variasi manuper gerak untuk dapat

menerima operan dalam keadaan bebas.

2. Pemain menciptakan “ posisi bebas” tersebut dengan diam, tiba-tiba atau

dengan cepat bergerak mengubah arah untuk mempengaruhi konsentrasi

lawan sehingga bola yang diarahkan oleh teman tidak dapat diperkirakan

oleh lawan..

3. Atau pemain mencoba ‘menguras tenaga” lawan dengan terus menerus

berlari, sehingga dapat menggiring bola tanpa gangguan lawan.


24

4. Dapat berpura-pura tidak aktif, seperti kelelahan atau seakan-akan tidak

berminat, sehingga lawan lengah, lalu mengambil kesempatan tersebut.

5. Berlari ke daerah babas dapat dilakukan dalam berbagai bentuk

a. Bergerak kearah teman yang membawa bola

b. Berlari menjauhi “ daerah bola” dengan maksud untuk dapat

menerima operan jauh.

c. Pemain penyerang depan bergerak mundur, berlari telah melepaskan

diri dari kawalan fisik lawan, untuk dapat menerima operan.

d. Pemain yang berlari dengan kencang kearah pertahanan lawan dan

menuju kearah tengan lapangan, merupakan cirri dari serangan

balik.

e. Mengikuti teman yang membawa bola juga berarti siap untuk

membantu dan memperkuat penyerangan. Sering dilakukan dalam

daerah pertahanan sendiri atau di lapangan tengah.

d. Teknik Gerakan Dengan Bola Dalam Menyerang

Pemain yang menguasai bola, sebelum bola tersbut dioperkan kepada

temannya akan melakukan gerakan dengan bola, baik itu berupa “ berlari

dengan bola” atau gerakan menggiring bola. Memang terdapat sedikit

perbedaan antara “ berlari dengan bola” dan menggiring bola. Berlari


25

dengan bola selalu dalam jangkauan. Langkah konstan dan tidak terlalu

sering menyentuh bola.

Sedangkan menggiring bola adalah mengubah arah dan kecepatan bola

dengan sentuhan-sentuhan kaki yang cepat.

Teknik gerakan dengan bola pada pola penyerangan sebagai berikut:

1. Wall Pass atau Operan Satu-Dua

Wall Pass atau operan satu-dua memang merupakan gerak

yang sangat sederhana dari dua orang pemain. Pemain A mengoper

bola pada b, kemudian lari ke posisi baru. Pemain B tanpa menahan

bola mengoper kembali kepada A yang menerima bola tersebut pada

posisi baru. Walaupun sederhanam namun diperlukan latihan yang

tekun dan sungguh-sungguh dari pemain. Diperlukan kecerdikan dari

pemberi bola pertama untuk mencari “ lobang” kemana dia bisa

berlari untuk menerima operan kedua.

Bagi penerima operan pertama, diperlukan kemahiran untuk

memperhitungkan saat dalam melakukan operan kedua yang akuran,

sehingga pemberi operan pertama dapat “ bertemu” bola pada posisi

baru saat yang tepat. Perlu diingat bahwa pemain yang melakukan

operan yang pertama kemudian “ pelari” yang harus mencari posisi

baru yang kosong untuk menerima operan kedua dari temannya.

Pelari inilah yang menentukan kemana operan kedua harus

dilakukan.
26

2. Lemparan ke Dalam

Jika dilakukan secara baik, berencana dan dilatih dengan

sunguh-sungguh maka lemparan ke dalam dapat menjadi awal dari

serangan yang berbahaya. Terutama sekali jika lemparan ke dalam ini

terjadi di daerah pertahaan lawan atau daerah finalti.

3. Tendangan Penjuru

Keberhasilan tendangan sudut ke kotak penalti bergantung

kepada dua hal yaitu

a. Keterampilan pemain penyerang dalam menyundul bola ke

gawang lawan.

b. Kemampuan pihak bertahan untuk menyapu bola-bla tinggi

didaerah penalti, termasuk kemahiran penjaga gawang dalam

memotong dan menangkap bola-bola tinggi di kotak penalti.


27

Gambar 2.5
Merebut bola dari lawan

C. Teknik Gerakan Dengan Bola Pola Pertahanan

Dalam permainan sepak bola dikenal tiga barisan pemain yaitu (1)

Barisan penyerang, (2) Barisan pemain lapangan tengah (3) Barisan

pertahanan (pemain belakang). Pemain belakang atau barisan pertahanan

ini mempunyai “ tugas utama” , untuk mempertahankan dan melindungi

daerah berbahaya atau gawangnya dari serangan lawan. Dalam

menjalankan tugas utama ini, terdapat cara-cara, tugas, pola teknik, atau

strategi tertentu yang perlu dipahami.

Hal ini diperlukan agar dalam menjalankan kegiatan sebagai

pemain bertahan, pertahanan itu terlaksana dengan koordininasi dan

terpola serta merupakan gerakan bersama bukan tindakan sendiri-sendiri

yang lepas satu sama lain.


28

1. Penjagaan Satu Lawan Satu ( Man to Man Marking)

Prinsip dasar permainan bertahan adalah penjagaan (marking).

Penjagaan yang paling tepat dilakukan di daerah pertahanan adalah

penjagaan orang per orang. Dalam hal ini setiap pemain bertanggung

jawab untuk menjaga seorang pemain lawan. Penjaga yang lebih

diutamakan adalah penjagaan dilakukan secara ketat, dan lawan jangan

terlepas dari kawalan. Dari pola berpikir seperti inilah sepak bola

modern sangat dibutuhkan, dimana pemain belakang justru dapat ikut

menyerang bahkan mencetak gol.

2. Penjagaan Daerah (Zona Marking)

Dalam pertahanan dengan cara penjagaan daerah ini, seorang

pemain menjaga daerah (zone) tertentu di daerah pertahanan. Setiap

lawan yang masuk ke daerah tersebut menjadi urusan dari men-tackle

pemain lawan yang masuk ke daerahnya. Begitu lawan meninggalkan

daerah pertahanan, maka penyerangan diambil alih oleh pihak bertahan

lain ke daerah lawan.

3. Penjagaan Gabungan

Penjagaan gabungan adalah cara penjagaan terpadu antara satu

lawan dengan penjagaan daerah. Artinya setiap pemain menjaga lawan,

akan tetapi jika lawan tersebut tiba-tiba menukar posisinya, maka

penjagaan dapat diserahkan kepada teman lain. Dengan kata lain tidak

perlu “mengikuti” lawan yang harus dijaga terus-menerus. Untuk


29

pelaksanaan ini tentu saja diperlukan pengertian dan kerjasama yang baik

sesama pemain bertahan, sebab sering tukar menukar posisi dari lawan,

maka terjadi tukar menukar tugas dan posisi.

4. Latihan Bermain Dengan Teknik Sederhana

Latihan bermain sepak bola mempunyai berbagai tujuan khusus,

antara lain dapat (1) meningkatkan penguasaan keterampilan teknis

dalam situasi bermain (2) melatih dan menerapkan teknik tertentu, (3)

melatih kerja sama yang baik bagian atau unit tertentu, maupun tim

secara keseluruhan dan (4) meningkatkan kualitas fisik.

Teknik dasar yang telah dipelajari seperti menggiring bola,

mengoper bola, cara menerima bola, menembak dan sebagainya

diterapkan lagi dalam bentuk latihan bermain. Dalam hal ini kita

dihadapkan dengan situasi permainan yang sebenarnya. Artinya dalam

memainkan bola akan senantiasa berhadapan dengan lawan inilah yang

menjadi tujuan latihan. Apabila siswa telah mampu menguasai situasi

tersebut, maka dapat dikatakan telah menguasai teknik sepak bola

sebenarnya. Maksudnya siswa tidak saja menguasai teknik sepak bola

konteks dan latihan teknik tetapi telah menguasai teknik sepak bola

dalam situasi permainan atau pertandingan sesungguhnya.

Selanjutnya berbagai strategi teknik bermain, gerakan tertentu,

tidak akan dapat dikuasai tanpa penerapan di lapangan, terutama dalam

situasi permainan. Hal tersbut dilatih dalam bentuk-bentuk latihan

bermain dengan tugas-tugas yang ditentukan, sesuai dengan aspek-aspek


30

seperti yang dikemukakan di atas. Bersamaan dengan melatih unsur-

unsur tersebut terbina pula kerjasama antara pemain dalam unit-unit

tertentu menurut tugas masing-masing.

Dengan latihan bervariasi siswa dilatih penguasaan teknik,

menerapkan teknik, strategi dan gerakan tertentu serta melatih kerjasama.

Siswa juga dalam waktu yang bersamaan selalu dilatih pada penekanan

khusus untuk dapat meningkatkan kondisi fisik yang sesuai degan

tuntutan permainan sepak bola.

D. Metode Pembelajaran Demonstrasi

Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat

memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan alat atau melaksanakan kegiatan

tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan

tersebut harus dimiliki oleh guru atau pelatih, setelah didemonstrasikan, siswa

diberi kesempatan melakukan latihan keterampilan seperti yang diperagakan

oleh guru atau pelatih.

Metode demonstrasi ini sangat efektif membantu siswa mencari jawaban

atas pertanyaan seperti Bagaimana Prosesnya? Terdiri dari tehnik dan unsur-

unsur apa? Cara mana yang paling baik? Bagaimana dapat diketahui

kebenarannya? Melalui pengamatan induktif dalam metode demontrasi.

Metode demonstrasi dapat dilaksanakan:

1. Apabila kegiatan pembelajaran bersifat formal atau latihan


31

2. Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana

untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa danr

melaksanakan suatu kegiatan.

3. Guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan pelaksanaan suatu

prosedur maupun dasar teorinya.

4. Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan

5. Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan.

6. Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan

kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca di dalam buku , karena

siswa memperoleh gambaran yang jelas atau eksperimen.

7. Bila terdapat pertanyaan dari siswa dapat dijawab dengan lebih teliti pada

saat dan proses demonstrasi.

8. Bila siswa aktif bereksperimen dan selalu ingin melakukan maka ia akan

memperoleh pengalaman-pengalaman praktik untuk mengembangkan

kecakapan dan memperoleh pengakuan dan pengharapan dari lingkungan

sosial.

E. Batasan Metode Demonstrasi

1. Demonstrasi tidak kondusif bila alat yang didemonstrasikan tidak jelas,

hendaknya dapat diamati dengan seksama oleh siswa.


32

2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah

aktivitas dimana para siswa dapat ikut bereksperimen dan menjalankan

aktivitas sebagai bentuk pengalaman pribadi.

3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelompok

4. Kadang-kadang bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian

didemonstrasikan terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam situasi

nyata.

5. Apabila setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang

banyak dan membosankan bagi peserta yang lain, hendaknya

diperhitungkan lamanya demontrasi yang ditampilkan.


33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

dicapai dapat terwujud.

Merujuk pendapat Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 2007) ada 4

macam bentuk penelitian tindakan, yaitu:

(1) Penelitian tindakan guru sebagai peneliti

(2) Penelitian tindakan kolaboratif

(3) Penelitian tindakan simulatif terinteratif

(4) Penelitian tindakana sosial eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif

dengan guru mata pelajaran penjas dan di dalam proses belajar mengajar dikelas

yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran(guru penjas),

sedangkan peneiti dari guru (kolaborator) bertindak sebagai pengamat,

penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah pengamat (peneliti). Tujuan

utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di

kelas atau di lapangan dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian ini

mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

32
34

Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran

(kolaborator), kehadiran peneliti sebagai guru di tengah-tengah proses belajar

mengajar diberitahukan kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan adanya kerja

sama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data yang objektif demi validasi

data.

A. Tempat, waktu dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian dan siswa yang berada sebagai tester untuk memperoleh data.

Penelitian ini bertempat

Di : SMA Negeri 1 Grogol

Alamat : Jalan Gringging Ds. Sonorejo Kecamatan Grogol

Kabupaten Kediri Kode Pos 77300

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah antara waktu berlangsungnya penelitian atau

saat penelitian hingga berakhirnya penelitian. Penelitian ini

dilaksanakan

Pada Bulan : Minggu I, II. III (Bulan Pebruari 2013, (Semester

II)

Tahun Pelajaran : 2017/2018

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas XII.IIS.1 Semerter II

(Genap) berjumlah 34 siswa. Tahun Pelajaran 2017/2018.


35

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Merujuk pendapat tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas

adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek

pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2003: 3)

Carr & Kemmis, (2008: 86) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

bentuk penelitian reflektif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya

dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik

pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap

praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat praktik-praktik tersebut

dilakukan. Sedangkan menurut Mukhlis (2003: 5) PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk

memperbaiki kondisi pembelajaran yan dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/

meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan

tujuan penyertaannnya adalah menumbuhkan budaya meneliti dikalangan guru

(Mukhlis, 2003: 5). PTK terdiri atas empat tahap, yaitu planning (rencana),

action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Siklus

dari tahap-tahap PTK dapat dilihat pada gambar berikut:


36

Siklus Penelitian Tindakan Kelas


PLANING

REFLECTIVE

ACTION
OBSERVATION

REVISED PLAN

REFLECTIVE

ACTION
OBSERVATION

REVISED PLAN
REFLECTION

ACTION
OBSERVATION

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas


37

Adapun rancangan penelitiannya :

1.Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat

pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari ditetapkannya metode demonstrasai.

3. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat maupun bentuk-bentuk quis yang diberikan

kepada siswa

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada

siklus berikutnya.

Observasi terbagi dalam dua putaran, dimana pada masing-

masing putaran dikenal perilaku yang sama ( alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes praktek di

akhir masing-masing putaran. Dibuat dalam dua putaran atau lebih,

dimaksudkan untuk memperbaiki system pengajaran yang dilaksanakan.


38

C. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pembelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masig RPP terdiri dari Standar kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator,

Tujuan Pembelajaran dan Kegiatan Belajar Mengajar, Metode, Alat dan

sumber Relajar, Penilaian.

3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengelolahan metode demonstrasi, untuk mengamati

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru untuk mengamati aktivitas

siswa dan guru selama proses pembelajaran.

c. Lembaran quis yang dipergunakanoleh siswa untuk mengetahui motivasi

belajar siswa

4. Angkat Motivasi Terhadap Metode demonstrasi

Angket ini digunakan untuk mengetahui apakah siswa-siswa tersebut

menyenangi model pembelajaran yang ditawarkan penulis.


39

5. Tes praktek

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman materi

yang diajarkan. Tes praktek ini diberikan setiap akhir putaran.

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan guru,

angket motivasi siswa dan tes praktek.

E. Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui efektif suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga

untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan

cara memberikan evaluasi berupa tes praktek pada setiap akhir putaran.
40

Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai tes praktek

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa

yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas

tersebut sehingga diperlukan rata-rata tes praktek dapat dirumuskan :

Dengan = Nilai rata-rata

= Jumlah semua nilai siswa

= Jumlah siswa

2. Untuk Ketuntasan Belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan

dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar

mengajar kurikulum 2004 (Depdikbud, 2004) yaitu siswa telah

tuntas belajar bila di kelas tersebut mendapat 85% yang telah

mencapai daya serap dari semua kompetensi dalam silabus. Untuk

menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut:

3. Untuk Lembar Observasi


41

a. Lembar observasi pengolahan metode penampilan dan eksperimen

Untuk menghitung lembar observasi pengolahan metode

penampilan dan eksperimen digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana : P1 = pengamatan 1

P2 = pengamat 2

b. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa

digunakan rumus sebagai berikut:

%= dengan

Keterangan : % = persentase angket

= Rata-rata

= Jumlah Rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2

4. Untuk menghitung persentase angket digunakan rumus sebagai berikut:

dimana

P = Persentase
42

Z = Alternatif jawaban (A,B,C,D)

n = Jumlah responden

5. Aspek Yang Diamati

Mengadakan analisis terhadap data hasil pengamatan yang

menggunakan rating scale, hal ini dimaksudkan apakah penelitian bisa

dihentikan atau dilanjutkan pada siklus berikutnya.

a. Ranah Psikomotor

Skala penilaian yang digunakan sesuai dengan instrument yang telah

direncanakan, yaitu antara 1-3

1 = kurang tepat 3 = tepat

2 = cukup

Hal ini berarti bahwa:

a. Skor minimal yang diperoleh siswa adalah : 1 x 4 = 4

b. Skor maksimal yan diperoleh siswa adalah : 3 x 4 = 12

c. Medium skor adalah :

Rentang skor dan konversi nilai raport sebagai pedoman penilaian.

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Ranah psikomotor

No Rentang skor Nilai Rapor Predikat


1 11-12 A Baik sekali
43

2 9-10 B Baik
3 7-8 C Cukup
4 5-6 K Kurang
5 3-4 KS Kurang sekali

Mutu pembelajaran dikatakan baik apabila siswa yang mendapat nilai

diatas 70 mencapai 85% atau lebih dari keseluruhan siswa

b. Ranah Afektif

Skala penilaian yang digunakan sesuai dengan instrumen yang telah

direncakanakan yaitu antara 1 - 4

1 = kurang baik 3 = baik

2 = cukup baik 4 = sangat baik

Penilaian ini untuk dipergunakan dalam 3 aspek.

Hal ini berarti bahwa:

a. Skor minimal yang diperoleh siswa adalah : 1 x 3 = 3

b. Skor maksimal yan diperoleh siswa adalah : 4 x 3 = 12

c. Medium skor adalah :

Rentang skor dan dikonversi menjadi nilai rapor sebagai penilaian.

Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Ranah afektif

No Rentang skor Nilai Rapor Predikat


44

1 11-12 A Baik sekali

2 9-10 B Baik

3 7-8 C Cukup

4 5-6 K Kurang

5 3-4 KS Kurang sekali


45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari

1. Rencana Pelaksanaan Pelajaran

2. Soal tes formatif

3. Media pembelajarna yang mendukung.

Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan

pembelajaran metode demostrasi dan lembar observasi aktivitas siswa.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pada tanggal 6 Pebruari 2018 peneliti mengadakan observasi

dan melakukan wawancara bersama siswa, serta mempermaklumkan

Kepada Yang Terhormat: Kepala SMA Negeri 1 Grogol, bahwa

pelaksanaan Pemantapan Kegiatan Mengajar (PKM) serta untuk

melakukan PTK sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan kenaikan

tingkat, Cabang Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur Wilayah

Kabupaten Kediri.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 6 Pebruari 2018, di kelas XII.IIS dengan jumlah siswa 34

siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

44
46

yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian

pada siklus I adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I

Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata

I Pengamatan KBM

A. Pendahuluan

1. Memotivasi siswa 2 2 2

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2 3 2,5

B. Kegiatan Inti

1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa. 3 3 3

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan

3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam 3 3 3

kelompok 3 3 3

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk

mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 3 3 3

5. Membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep 3 3 3

C. Penutup

1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 3 3


47

2. Memberikan evaluasi 3 3 3

II Pengelolaan Waktu 2 2 2

III Antusiasme Kelas

1. Siswa Antusias 3 2 2,5

2. Guru Antusias 3 3 3

Jumlah 33 33 33

Keterangan :
Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik

Berdasarkan tabel diatas aspek-aspek atau kriteria kurang baik

dalam memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan

waktu dan siswa sangat tidak aktif dan tidak antusias. Keempat aspek yang

mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang

terjadi pada pembelajaran pada proses siklus I, akan dijadikan bahan kajian

untuk refleksi dan revisi dilakukan pada siklus II sebagai tindak lanjut

penelitian ini.

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa

seperti pada tabel berikut :


48

Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I

No Aktivitas guru yang diamati Persentase

No

1 Menyampaikan tujuan 5,0

2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 8,3

3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 8,3

4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 6,7

5 Menjelaskan materi yang sulit 13,3

6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep 21,7

7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 10,0

8 Memberikan umpan balik 18,.3

9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 8,3

No Aktivitas siswa yang diamati

1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 22,5

2 Membaca buku siswa 11,5

3 Bekerja dengan sesame anggota kelompok 18,8

4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 14,4

5 Menyajikan hasil pembelajaran 2,9

6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 5,2

7 Menulis yang relevan dengan KBM 8,9

8 Merangkum pembelajaran 6,9

9 Mengerjakan tes evaluasi 8,9


49

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling

dominan pada siklus I adalah menjelaskan materi yang sulit, membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang

persentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/Tanya

jawab, menjelaskan materi yang sulit membimbing. Siswa merangkum

pelajaran yaitu masing-masing sebesar18,3% dan13,3%.

Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominant adalah

mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5%. Aktivitas lain

yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota

kelompok, diskusi siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-

masing 18,8% dan 11,5%

Pada siklus I, kegiatan belajar mengajar dengan metode

pembelajaran kooperatif model Demonstrasi sudah dilaksanakan dengan baik,

walaupun peran guru masih cukup dominan. Untuk memberikan penjelasan

dan motivasi karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti

terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 75.88

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 20

3Per Psentase ketuntasan belajar 82.35%


50

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

metode Demonstasi diperoleh nilai rata-rata presentasi belajar siswa

adalah 75.88 dan ketuntasan belajar mencapai 58.82% atau ada 20 siswa

dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena

siswa yang memperoleh Nilai  70 hanya sebesar 82.35% (lebih

kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar

85%). Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum

mengerti apa yang dimaksud dengan penerapkan model pembelajaran

metode demonstrasi dan masih terdapat keraguan siswa untuk

melakukan pencermatan melaksanakan pembelajaran.

c. Analisis data penelitian Siklus I

1. Ranah Psikomotor

a. Siswa yang mendapat nilai 60 = tidak ada

- Siswa yang mendapat nilai 70 = sebanyak 17 50.00%)

- Siswa yang mendapat nilai 80 = sebanyak 20 (58.00%)

Berarti siswa yang mendapat nilai diatas 70 sebanyak 58.00%,

secara klasikal pembelajaran termasuk kategori BELUM TUNTAS

2. Ranah Afektif

a. Siswa yang mendapat nilai C = sebanyak 4 (11.76%)

b. Siswa yang mendapat nilai B = sebanyak 28 (82.35%)

c. Siswa yang mendapat nilai A = sebanyak 2 (5.88%)


51

Berarti siswa yang mendapat nilai diatas C sebanyak 88.23%, secara

klasikal termasuk kategori tuntas.

d. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut

1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran.

2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

3. Siswa kurang termotivasi dan kurang antusias selama pembelajaran

berlangsung.

e. Revisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya revisi dan penyempurnaan untuk

dilakukan pada siklus berikutnya.

1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa

diikutsertakan untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang

akan dilakukan.

2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan

informasi-informasi yang penting dan memberi catatan.

3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa lebih antusias dan termotivasi.


52

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran, soal tes formatif dan alat-alat pengajaran

yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi

pengelolaan pembelajaran metode demonstasi dan lembar observasi

siswa.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pada tanggal 27 Pebruari 2018, di kelas XII.IIS.1 dengan jumlah siswa

34 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekuarangan pada siklus I tidak terulang pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti

dibantu oleh seorang guru (kolaborator). Pada akhir proses belajar

mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang

dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes praktek II. Adapun

data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:


53

Tabel 4.4 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

No Aspek yang diamati


Penilaian Rata-
No P1 P2 rata
Pengamatan KBM

A. Pendahuluan

1. Memotivasi siswa 3 3 3

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4 3,5

B. Kegiatan Inti

1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama 3 4 3,5

siswa.

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 4 4 4

I 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan 4 4 4

dalam kelompok

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 4 4 4

mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar

5. Membimbing siswa merumuskan 3 3 3

kesimpulan/menemukan konsep

C. Penutup

1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 4 3,5

2. Memberikan evaluasi 4 4 4

II Pengelolaan Waktu 3 3 2

III Antusiasme Kelas

1. Siswa Antusias 4 3 3,5

2. Guru Antusias 4 4 4

Jumlah 41 43 42

Keterangan : Nilai : Kriteria


1. : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
3. : Cukup Baik
4. : Baik
54

Dari tabel diatas tampak aspek-aspek yang diamati pada

kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru

dengan menerapkan metode Demonstrasi mendapatkan penilaian yang

cukup baik dari pengamat. Dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai

kurang, namun demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil

yang optimal. Ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian

untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-

aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dan penerapan

metode Demontrasi diharapkan siswa dapat menyimpulkan dan dapat

mengemukakan pendapatnya. Berikut disajikan hasil observasi

aktivitas guru dan siswa.

Tabel 4.5 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II

No Aktivitas guru yang diamati Persentase

No

1 Menyampaikan tujuan 6,7

2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 6,7

3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 6,7

4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 10,7

5 Menjelaskan materi yang sulit 11,7

6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep 25,0

7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 8,2


55

8 Memberikan umpan balik 16,6

9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 6,7

No Aktivitas siswa yang diamati Persentase

1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 17,9

2 Membaca buku siswa 12,1

3 Bekerja dengan sesame anggota kelompok 21,8

4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 13,8

5 Menyajikan hasil pembelajaran 4,6

6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 5,4

7 Menulis yang relevan dengan KBM 7,7

8 Merangkum pembelajaran 6,7

9 Mengerjakan tes evaluasi 10,8

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas guru yang paling

dominant pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa

melakukan latihan yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I aktivitas

ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan

adalah memberi umpan balik (16,6%), menjelaskan/melatih menggunakan

alat (11,7).

Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan

(8,2%) dan membimbing siswa memperbaiki kesalahan (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II

adalah praktik menggunakan alat yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan


56

siklus I serta aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa

mengalami penurunan dengan mendengarkan/memperhatikan penjelasan

guru (17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru (13,8%),

mempraktekkan yang relavan dengan KBM (7,7%) dan merangkum

pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa yang mengalami

peningkatan adalah memperhatikan peragaan (12,1%) menyajikan hasil

pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%) dan

berlatih bersama siswa lain (10,8%)

Hasil tes praktik siswa terlihat pada tabel berikut

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 82.21

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 30

3Per Prosentase ketuntasan belajar 88.23

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes praktek

sebesar 82.21 dan dari 34 siswa yang telah tuntas sebanyak 30 siswa dan

4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88.23% (dinyatakan

kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih

baik dari siklus I. Peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan

pembelajaran Metode Demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih aktif


57

dengan pembelajaran yang disajikan serta mudah dipahami materi yang

disampaikan saat pembelajaran.

c. Analisis data penelitian Siklus II

1. Ranah Psikomotor

- Siswa yang mendapat nilai 60 tidak ada (0%)

- Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 4 (11.76%)

- Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 19 (55.88%)

- Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 11 (32.35%)

Berarti siswa yang mendapat nilai diatas 70 sebanyak 88.23%,

secara klasikal termasuk kategori TUNTAS.

2. Ranah Afektif

- Siswa yang mendapat nilai C tidak ada

- Siswa yang mendapat nilai B sebanyak 30 (83.33%)

- Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 3 (8.33%)

Berarti siswa yang mendapat nilai diatas C mencapai 91,67% secara

klasikal termasuk kategori TUNTAS

Mengingat hasil observasi selama siklus II nilai yang diperoleh siswa

dalam penilaian kinerja ranah psikomotorik 88.23% memperoleh nilai

diatas 70, dan ranah afektif 91.67% memperoleh nilai diatas C secara

keseluruhan ranah psikomotorik dan ranah afektif telah tercapai

ketuntasan belajar, maka penelitian ini diakhiri pada siklus II.


58

d. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dngan

penerapan pembelajaran metode demonstrasi. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentasae pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2. Berdasarkasn data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik

4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.

e. Refisi Pelaksanaan

Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran metode

demonstrasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil

belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan

baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu

diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan

pembelajaran Metode Demonstrasi dapat meningkatkan proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran ( TUNTAS ).


59

3. Analisa Data Angket

Angket yang diberikan pada siswa setelah siswa melaksanakan proses

pembelajaran dengan metode demonstrasi (siklus II) dengan jumlah

pertanyaan sebanyak 36 butir dan jumlah responden sebanyak 34 siswa

untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran metode

demonstrasi. Berdasarkan hasil angket siswa diperoleh hasil analisi angket

motivasi siswa pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Angket Siswa Terhadap model Pembelajaran Metode Demonstrasi

Jumlah dalam persen Jumlah rata-rata dalam

persen
No Indikator No pertanyaan
SS S TS ST SS S TS STS

I Kegiatan pembelajaran 2,5,7,8,9, 21 104 38 4 17 80 3 0

dalam pembelajaran metode 26,28,30, 5 3

demonstrasi 31,32,34,35,36

II Materi yang diajarkan 3,24,25, 10 379 10 12 18 63 17 2

degnan pembelajaran 27,29,33 9 0

metode demonstrasi

III Kegiatan praktik dalam 1,4,6,10 14 533 28, 29 15 53 29 3

pembelajaran metode 11,12,13, 9 9

demonstrasi 14,22,23

IV Penggunaan ujian praktik 15,16,17, 53 516 11 19 8 73 16 7

dalam kegiatan 18,19,20,21 2

pembelajaran metode

demontrasi
60

Keterangan :

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju ST S : Sangat Tidak Setuju

Dari table 4.7 Menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap model

pembelajaran metode demonstrasi adalah positif. Berdasarkan jumlah rata-rata

dalam persen menunjukkan bahwa 80% siswa setuju dengan kegiatan

pembelajaran metode demonstrasi,- 63% setuju dengan materi yang diajarkan

dengan metode,- 53% setuju dengan kegiatan praktik yang dilaksanakan dalam

pembelajaran metode demonstrasi dan,- 3% siswa setuju dengan penggunaan

ujian praktik dalam kegiatan pembelajaran metode demonstrasi.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

pertemuan terbimbing dalam penerapan metode demontrasi memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa (TUNTAS). Hal

ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi

yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II)

untuk ranah psikomotor yaitu 58.00% dan 88.23% pada siklus II

ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran


61

Berdasarkan analisis data diperoleh aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar dengan menerapkan metode demonstrasi dalam setiap

siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi

belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata

siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dengan model pembelajaran metode demonstrasi paling

dominan adalah belajar dengan sesama anggota kelompok,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antar siswa

dan antara siswa dengan gurunya. Jadi dapat DISIMPULKAN bahwa

aktivitas siswa meningkat dan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah metode demonstrasi dengan baik. Hal ini

terlihat dari aktivitas guru di antaranya :

1. Aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mempraktikkan

hasil pembelajaran,

2. Menjelaskan dan melatih menggunakan alat,

3. Memberi umpan balik untuk aktivitas di atas cukup besar.

4. Tanggapan siswa terhadap Model pembelajaran metode demonstrasi

Berdasarkan analisis angket siswa dapat diketahui bahwa

tanggapan siswa positif. Ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa


62

yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan

pembelajaran model demonstrasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa

memberikan respon positif terhadap pembelajaran metode demonstrasi,

sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat dan aktif.

Jadi dapat DISIMPULKAN bahwa :

1. Dengan diterapkannya metode demonstrasi dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

2. Dengan diterapkannya metode demontrasi siswa lebih aktif dalam

proses belajar.

3. Prestasi yang diraih oleh siswa sangat signifikan ketuntasan belajar.

4. Seluruh siswa dapat melakukan latihan tanpa paksaan dari guru.

5. Melatih kemandirian siswa untuk selalu menerapkan metode

demontrasi dan metode yang relevan.


63

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan selama dua

siklus dan berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis yang telah dilakukan

dapa disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (58.00%), siklus

II (88.23%), sedangkan untuk ranah afektif yaitu siklus I (88.23%), siklus II

(91.67%)

2. Penerapan pembelajaran dengan metode demonstrasi mempunyai pengaruh

positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan

dengna rata-rata jawaban siswa yang menyatakan sangat tertarik dan

senang belajar dengan metode demonstrasi sehingga siswa termotivasi

untuk aktif dan selalu belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian menggambarkan proses belajar mengajar lebih

efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka saran dari

peneliti sebagai berikut.

62
64

1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran demonstasi memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan

atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode

demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang

optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran demontrasi, walau

dalam taraf yang sederhana, dimana siswa dapat menemukan pengetahuan

baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berprestasi atau

mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3 Perlunya penelitian yang berkelanjutan, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SMA Negeri 1 Grogol Tahun pelajaran 2017/2018.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan,

pengkajian lebih sempurna agar diperoleh hasil yang lebih baik.

5. Penelitian ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempunaan oleh sebab

itu peneliti mengharapkan penyempurnaan dari pihak-pihak yang

berkepentingan untuk bersama-sama memajukan pendidikan di Indonesia.

6. Bagi guru dan pelatih penelitian ini dapat dipergunakan sebagai reverensi,

panduan, perbandingan dengan metode yang relevan untuk peningkatan

kualitas belajar dan latihan siswa untuk mencapai prestasi.


65

7. Untuk seluruh komponen yang terkait dan terlibat langsung dalam

penelitian ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam

karena terjalinnya kerjasama yang harmonis dan terselesainya penelitian ini

sesuai dengan perencanaan


66

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta PT. Rineksa Cipta

Bachrie, Eddy, dkk. 2000. Buku Kerja Pelatih Sepakbola Remaja. Bandung;
Binacipta

Betty, C. Eric. 2007. Latihan Sepakbola Metode Baru Pertahanan.


Bandung; Pioner Jaya

Coever, Weil. 2002; Sepakbola Pembinaan Pemain Ideal. Jakarta; PT


Gramedia.

E.Mulyasa, 2008. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung ; Rosda


Karya.

Gifford, Clive. 2007. Keterampilan Sepak Bola. Jogyakarta ;


PT.Citra Aji Pratama

Mulyono, 2007. Tes Pengukuran Pendidikan Jasmani dan Olahraga.


Surakarta; UNS Press.

Remmy, Muchtar. 2000. Olah Raga Pilihan Sepak Bola, Jakarta;


Depdikbud Dirjen Dikti

Roji. 2001. Penjaskes 2. Jakarta; Intan Pariwara.

Scheunemann, T. 2005. Dasar Sepak Bola Modern. Malang ; Dioma


Publishing.

Sajono, 2002. Pembinaan dan Kondisi fisik, Jakarta: Depdikbud Dirjen


Dikti

Sneyer, J. 2000. Sepakbola Latihan dan Strategi, Bandung ; PT. Rosda


Karya

Suharno. 2000, Ilmu Kepelatihan Olah Raga Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.

Syafi’I, Imam, 2009, Sepakbola Dasar.Surabaya; UM Press IKIP Surabaya

Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta ; PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai