Anda di halaman 1dari 11

Hubungan antara Kejenuhan dengan Motivasi Berprestasi pada Atlet Sepak Bola

HUBUNGAN ANTARA KEJENUHAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA ATLET


SEPAK BOLA
Karisma Ambar Wati
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: karisma.17010664105@mhs.unesa.ac.id
Miftakhul Jannah
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: miftakhuljannah@unesa.ac.id
Abstrak
Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga prestasi, motivasi pada atlet dibutuhkan sebagai
landasan bagi atlet yang ingin berprestasi. Latihan yang repetitif diperlukan agar atlet dapat bertanding
secara maksimal, tanpa disadari hal itu justru berdampak pada kejenuhan pada atlet. Kejenuhan pada
atlet berpotensi memberi dampak pada motivasi atlet. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kejenuhan dengan motivasi berprestasi pada atlet sepak bola. Penelitian ini
dilakukan dengan metode kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling
sehingga dihasilkan sampel sejumlah 35 orang atlet Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM) sepak bola
dengan rentang usia 19-24 tahun yang berjenis kelamin laki-laki. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah adaptasi skala kejenuhan dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,847 dan adaptasi
skala motivasi berprestasi dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,921. Teknik analisis data
menggunakan uji korelasi product moment. Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi
sebesar -0,440 dengan taraf signifikan sebesar 0,008 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan
bahwa ada hubungan negatif antara kejenuhan dengan motivasi berprestasi pada atlet sepak bola.
Semakin tinggi kejenuhan maka semakin rendah motivasi berprestasi pada atlet sepak bola, begitupun
sebaliknya. Atlet yang memiliki kejenuhan menyebabkan ia menjadi malas berlatih dan kehilangan
tujuannya untuk berprestasi. Akibatnya, motivasi atlet untuk berprestasipun berpotensi rendah.
Kata kunci: Kejenuhan, Motivasi Berprestasi, Sepak Bola.

Abstract
Football is a sport of achievement, motivation for athletes is needed as a foundation for athletes who
want to excel. Repetitive exercise is needed so that athletes can compete optimally, without realizing it,
it actually has an impact on saturation of athletes. Saturation in athletes has the potential to have an
impact on athlete motivation. Therefore, this study aims to determine the relationship between boredom
and achievement motivation in soccer athletes. This research was conducted with quantitative methods.
The sampling technique used was accidental sampling, resulting in a sample of 35 athletes from the
Football Student Activity Unit (UKM) with an age range of 19-24 years who were male. The instrument
used in this study is the adaptation of the saturation scale with a reliability coefficient of 0.847 and the
adaptation of the achievement motivation scale with a reliability coefficient of 0.921. The data analysis
technique used the product moment correlation test. The results of data analysis showed the correlation
coefficient value of -0.440 with a significant level of 0.008 <0.05. Based on these results, it can be
concluded that there is a negative relationship between saturation and achievement motivation in
soccer athletes. The higher the saturation, the lower the achievement motivation in soccer athletes, and
vice versa. Athletes who have saturation cause them to be lazy to train and lose their goal to excel. As a
result, the athlete's motivation for achievement has the potential to be low.
Keywords: Boredom, Achievement Motivation, Football.

PENDAHULUAN anak hingga dewasa, dan juga bisa dimainkan oleh


Sepakbola adalah olahraga permainan yang perempuan maupun laki-laki. Penggemar sepak bola
memiliki banyak peminat dari banyak kalangan. Hal berasal dari segala usia, dan segala kalangan bahkan
ini karena sepak bola merupakan olahraga yang dapat pelajar dan mahasiswapun juga menggemari olahraga
dilakukan oleh siapa saja baik dikarenakan olahraga ini. Terbukti adanya klub sepakbola di beberapa
sepak bola dapat dimainkan oleh siapun, baik anak-
sekolah maupun kampus. Sepak bola digemari karena mendidik, menghibur dan juga menyehatkan.
olahraga ini cukup menyenangkan, kompetitif, Keterampilan dalam bermain sepak bola tidak cukup

126
Volume 08 Nomor 03 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

jika hanya dilakukan dengan berlatih saja, akan tetapi untuk melakukan latihan dalam cabang olahraganya.
juga harus memperhatikan segi psikologis para Oleh karena itu, selain mengetahui atlet mana yang
pemain (Beni et al., 2017). harus dimotivasi, sebab Pembina serta pelatih pada
Sepak bola merupakan salah satu cabang suatu cabang olahraga harus bisa memahami faktor,
olahraga prestasi. Motivasi dari seorang atlet esensi dan juga teori yang dapat memberi pengaruh
dibutuhkan untuk mencapai prestasi dalam sepak serta teknik motivasi.
bola, karena motivasi dari seorang atlet merupakan Motivasi Berprestasi yaitu keinginan dan
landasan yang harus dimiliki oleh setiap atlet yang juga harapan pada diri seseorang untuk mencapai
ingin berprestasi(Wahyudi & Donie, 2019). kesuksesan sehingga menimbulkan usaha yang
Motivasi juga diartikan sebagai rangkaian sungguh-sungguh untuk mencapai keinginan
upaya untuk memberikan kondisi tertentu agar tersebut(Clarasati & Jatmika, 2017). Menurut Mc
seseorang terdorong untuk melakukan kegiatan Clelland seseorang yang mempunyai motivasi
tertentu, lalu jika seseorang tersebut tidak berprestasi pasti mempunyai suatu ciri-ciri, yakni:
menyukainya, maka perasaan tidak akan berusaha ia 1)Tanggung jawab, Atlet dengan motivasi berprestasi
hilangkan atau hindari sehingga ia tetap berusaha yang tinggi mempunyai rasa penuh tanggung jawab
melakukan kegiatan yang menjadi tujuannya saat melaksanakan program latihan yang diberikan
(Muskanan, 2015). Faktor-faktor yang harus dimiliki oleh pelatihnya, sehingga ia berlatih dengan sungguh-
seorang atlet agar dicapainya sebuah prestasi menurut sungguh dan displin; 2) Pertimbangan terhadap
Syafruddin (2011) yaitu fisik, teknik, taktik dan risiko, Atlet yang memiliki motivasi berprestasi yang
mental. Semua faktor tersebut harus terpenuhi sebab tinggi cenderung, mereka dominan menyukai
apabila salah satu dari faktor tidak terpenuhi akan kegiatan yang menantang kemampuan dirinya namun
menyebabkan tidak maksimal. Misalnya saja faktor tetap berada pada batas wajar kemampuannya, dan
fisik sudah mendukung, taktik dan teknik yang bagus cenderung menyukai kegiatan yang peluangnya lebih
namun fakor mental tidak mendukung maka besar; 3)Memperhatikan terhadap umpan balik, Atlet
performapun juga tidak akan bisa optimal(Wahyudi yang memberi penilaian terhadap hasil saat ia
& Donie, 2019). mengalami keberhasilan dan kegagalan serta mencari
Motivasi yaitu kondisi yang dapat memberi umpan balik dari pelatihnya adalah cirri atlet yang
dorongan pada seseorang untuk melakukan suatu memiliki motivasi berprestasi yang lebih bagus. Dia
kegiatan yang ingin dicapainya (Chan, F. R., & Aziz, suka berlatih ketika dia bisa mendapatkan umpan
2020). Menurut teori Maslow terdapat dua macam balik spesifik tentang apa yang telah dia lakukan.
motivasi yakni motivasi ekstrinsik dan intrinsik. Karena jika tidak, mereka tidak tahu apakah mereka
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari lebih baik dari yang lain; dan 4)inovatif dan kreatif,
dalam diri sendiri, contohnya yaitu sikap,cita-cita, Atlet dengan motivasi berprestasi tinggi biasanya
pencapaian prestasi dan kepribadian. motivasi menginovasi cara berkompetisi dengan melakukan
ekstrinsik yaitu motivasi berasal bukan dari dalam sesuatu yang berbeda dari masa lalu. Dia akan sering
diri melainkan dari luar diri, contohnya adalah mencari informasi untuk menemukan cara yang lebih
lingkungan, teman dan sekolah(Blegur & Mae, baik dan lebih inovatif dalam melakukan sesuatu
2018). Menurut Atkinson (1982), motivasi sehingga dia dapat menemukan strategi yang baik
berprestasi yakni tekad seseorang untuk mengejar untuk mengatasi lawannya saat bermain (Guswanto
kesuksesan, dan merupakan aktivitas yang & Sugiasih, 2020).
berorientasi pada tujuan(Sujarwo, 2011). Motivasi Motivasi berprestasi yaitu motivasi yang
dalam dunia olahraga terutama pada dunia dapat memberi suatu dorongan terhadap seseorang
pertandingan merupakan aspek psikologis yang agar berprestasi yang mempunyai ciri-ciri mampu
memiliki peran penting bagi pelatih, pembina mengatasi hamnbatan, menguasai keadaan, mampu
maupun atlet itu sendiri, karena motivasi suatu dasar mengatur fisik, sosial dan lingkungannya serta
yang mampu membuat seseorang untuk bergerak dan mampu mempertahankan kualitas performanya
juga dapat memberi bimbingan pada perilaku atlet dengan baik, dan bisa bersaing dengan lawan.
Seseorang yang mempunyai motivasi kesuksesan dalam permainan dengan standar
berprestasi mampu membuatnya mencapai keunggulan yang telah ditentukan. Ukuran

127
Hubungan antara Kejenuhan dengan Motivasi Berprestasi pada Atlet Sepak Bola

keunggulannya adalah tolok ukur tugas yang luar. Motivasi ekstrinsi ini berasal dari guru,
merupakan evaluasi dari hasil yang didapatkan dan orangtua, pelatih, teman, pembina, sertifikat, hadiah ,
pencapaian yang diraihnya(Mulyana, 2013). uang maupun penghargaan. Motivasi ekstrinsik dapat
Pendapat lain mengenai ciri-ciri orang yang dikatakan juga motivasi kompetitif karena motivasi
memiliki motivasi berprestasi tinggi menurut untuk bersaing memiliki peran yang lebih dominan
Atkinson (1982) yaitu: 1)akan sangat bertanggung daripada motivasi yang berasal pada kepuasan diri
jawab; 2)Memiliki tujuan yang menantang; karena prestasi yang dihasilkan. Tujuan atlet yang
3)Mempunyai harapan untuk sukses; 4)Berusaha memiliki motivasi ekstrinsk adalah mencapai
keras untuk sukses; 5)Optimis; 6)Berusaha keras kemenangan sehingga atlet berambisi untuk
untuk mencapai hasil terbaik(Sujarwo, 2011). mencapai kemenangan(Blegur & Mae, 2018).
Terdapat beberapa aspek motivasi berprestasi, Meraih kesuksesan bukanlah hal yang
diantaranya adalah berusaha dan bekerja keras, mudah, membutuhkan usaha yang keras dan proses
berusaha untuk meningkatkan prestasi, yang panjang. Proses untuk mencapai kesukesan
mengantisipasi kegagalan, percaya diri, berusaha membutuhkan tantangan dan tentunya akan
menyelesaikan tugas dengan sempurna, memiliki menghadapi suatu kegagalan karena kegagalan
ambisi yang kuat. Sebaliknya, jika motivasi bagian dari proses. Setiap orang mempunyai tingkat
berprestasi rendah maka atlet tidak akan maksimal, motivasi yang berbeda-beda, inilah mengapa mereka
tidak memiliki rasa percaya diri, dan tentunya lebih melakukan sesuatu dengan tekun dan gigih. Motivasi
pasif (Rohsantika & Handayani, 2010). orang yang berbeda-beda memberi pengaruh pada
Motivasi olahraga menurut Gunarsa (2008) hasil yang ia dapatkan, oleh sebab itu kesuksesan
merupakan suatu dorongan yang menyebabkan yang diraihnyapun juga berbeda. Motivasi yaitu suatu
aktivitas olahraga dalam diri seseorang, menjamin sumber penggerak dan pendorong seseorang untuk
kontinuitas latihan, dan memberikan panduan bagi berperilaku yang mana perilaku tersebut guna untuk
aktivitas latihan untuk mencapai tujuan yang mencapai tujuannya. Motivasi olahraga merupakan
diinginkan. Terdapat dua jenis motivasi, yakni dorongan dalam diri seseorang yang erat kaitannya
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik(Muskanan, untuk melakukan aktivitas olahraga, memastikan
2015). kontinuitas untuk melakukan latihan sehingga
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang mampu meraih tujuan yang diinginkan(Blegur &
berasal dalam diri seseorang yang mendorong Mae, 2018).
seseorang untuk berpartisipasi. Atlet dengan motivasi Faktor - faktor kejenuhan dapat disebabkan
intrinsik akan berpartisipasi dalam pelatihan untuk oleh beberapa hal yaitu kehilangan motivasi dan
meningkatkan kemampuan atau keterampilannya, kehilangan konsolidasi kemampuan atlet sebelum
atau mengikuti kompetisi, bukan karena keadaan mencapai kemampuan berikutnya. Ketika seseorang
buatan (dorongan eksternal), tetapi karena kepuasan dalam melakukan atau mengikuti suatu kegiatan fisik,
internal. Bagi para atlet ini, kepuasan mereka didapat mental atau sosial tanpa memiliki tujuan yang jelas
dengan mencapai prestasi tinggi daripada dengan karena keterpaksaan akan mengakibatkan
mendapatkan suatu hadiah, pujian atau penghargaan motivasinya berkurang dan tidak maksimal dalam
lainnya. Atlet yang memiliki motivasi intrinsik melakukan kegiatan (Ginanjar, 2015). Salah satu
merupakan atlet yang pekerja keras, tekun, faktor yang mempengaruhi prestasi atlet adalah
terorganisir, terlatih dengan baik, dan independen. mental. Mental memberi pengaruh yang penting
Umumnya atlet tersebut memiliki kepribadian yang dalam prestasi atlet, atlet harus memiliki kondisi
sportif, jujur, matang, pekerja keras, memiliki mental yang bagus. Mental berfungsi sebagai
kedisiplinan, kaya akan ide baru dan percaya diri. pendorong, pengontrol, pengendali dan
Kegiatan yang dilakukan dengan dasar motivasi memerintahkan untuk melakukan aktivitas motorik.
intrinsik akan bertahan lebih lama daripada motivasi Atlet yang memiliki mental yang baik
yang lain (Muskanan, 2015). diharapkan dapat meraih prestasi yang maksimal(Sin,
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang 2016). Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi
berasal dari luar inidvidu, dorongan individu untuk mental bisa menurun jika terjadi sesuatu yang salah
berpratisipasi dalam kegiatan olahraga berasal dari

128
Volume 08 Nomor 03 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

dalam diri atlet, atlet diberikan banyak tuntutan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Atlet Dituntut untuk menguasai keterampilan, tentu seseorang tersebut merespon keadaan itu. Kepekaan
dalam menguasai keterampilan dibutuhkan latihan seseorang dalam menghadapi rasa jenuh juga
yang berulang-ulang dan konstan. Hal ini dapat tergantung bagaimana kepekaan seseorang tersebut
membawa dampak yang negatif bagi para atlet yaitu menghadapi keadaan dan situasi tertentu. Semakin
dampak psikologis. Latihan yang berulang-ulang, besar dan cepat seseorang dalam menunjukkan
konstan, intensif sehingga bisa mendapatkan respon maka akan semakin besar juga keadaan jenuh
otomasisasi gerak akan menimbulkan rasa jenuh pada yang ia hadapi.
atlet. Latihan yang benar adalah latihan yang Kejenuhan adalah kondisi psikologis yang
membutuhkan banyak pikiran, energi dan waktu, berdampak negatif. Menurut Gunarsa (2008),
maka dari itu bukan tidak mungkin jika atlet akan kejenuhan yaitu suatu keadaan pada atlet dimana ia
mengalami rasa jenuh jika latihan dilakukan secara merasakan rasa bosan yang ekstrem yang disebabkan
intensif(Ruangmanotam, 2016). karena situasi yang monoton dan terus menerus
Ada rasa bosan yang dirasakan karena menyita sebagian waktu atlet(Jannah et al., 2017).
kegiatan yang selalu terulang secara terus menerus, Menurut Raedeke (1997), kejenuhan dalam olahraga
hal ini memang tidak bisa dipungkiri karena rasa merupakan suatu sindrom psikologis yang memiliki
manusiawi yang mana setiap orang pasti memiliki dimensi berupa kelelahan secara fisik atau emosional,
rasa bosan atau jenuh. Selain itu program latihan penurunan prestasi, dan devaluasi olahraga(Jannah et
yang kurang diperhatikan juga bisa mengakibatkan al., 2017). Kejenuhan di dunia keolahragaan yakni
rasa jenuh, program dalam berlatih harus merupakan hal yang dapat berdampak buruk yang
mempertimbangkan variasi dalam latihan karena hal memberi pengaruh pada penampilan dan penurunan
ini berkaitan terhadap tingkat kejenuhan. Apabila jika prestasi pada atlet. Kejenuhan dapat menyebabkan
atlet melakukan pola latihan yang sama di tempat kontribusi seseorang di dunia olahraga berkurang.
yang sama yang dilakukan secara berulang-ulang Umumnya, perasaan dominan yang muncul karena
tentu hal ini berisiko pada kejenuhan. Atlet yang adanya kejenuhan adalah menurunnya semangat,
membiarkan diri mereka sendiri untuk harapan dan atensi.
mempraktikkan tindakan yang sama selama beberapa Atlet adalah salah satu jenis profesi yang
jam dan berkonsentrasi pada permainan, yang tergolong cukup berat, sebab atlet memiliki banyak
mungkin tidak diketahui oleh non-atlet. Hal ini tentu tuntutan serta tanggung jawab. Profesionalisme harus
semakin membuat para atlit merasa bosan karena tetap dijaga, di samping itu atlet dituntut untuk
melakukan gerakan yang sama berulang-ulang hingga meningkatkan kualitas keterampilannya dan harus
akhirnya menjadi tidak aktif. Beberapa orang masih bisa meningkatkan prestasi pada setiap kejuaraan
berlatih tetapi mulai tidak melakukan olah raga yang diikutinya. Kualitas pada profesionalisme pada
secara teratur atau tidak rutin lagi dalam berlatih. atlet yaitu meliputi konsentrasi yang tinggi, keahlian,
Selain itu, tidak jarang atlet yang masih di level mampu untuk bersikap profesional saat dihadapkan
pemula dan profesional merasa bosan, hal ini karena dengan permasalahan eksternal maupun internal
selama bertahun-tahun latihan telah menjadi latihan selain itu juga harus memiliki pengetahuan dan
rutin untuk teknik gerakan serupa(Hermanto, 2017). keterampilan yang terjaga. Keadaan ini tentu dapat
Hampir setiap orang, termasuk pelajar dan menyebabkan suatu tekanan pada diri atlet, sehingga
juga pekerja memiliki pengalaman yang atlet rentan mengalami rasa jenuh. Apabila atlet
membosankan karena aktifitasnya setiap hari. mengalami rasa jenuh pada kurun waktu yang lama
Kejenuhan ini adalah suatu keadaan yang abnormal maka dikhawatirkan hal ini berdampak buruk baik
atau keadaan bukan karena keinginan dalam diri pada latihannya, performanya dan motivasi dalam
melainkan murni terjadi begitu saja yang dirinya.
menyebabkan mereka malas melakukan suatu Kejenuhan(boredem) adalah dimana
kegiatan. Adanya kejenuhan ini memberi dampak seseorang dalam melakukan atau mengikuti suatu
yang tak bisa terhindarkan. Pastinya setiap orang kegiatan fisik, mental atau sosial tanpa memiliki
akan mengalami hal ini, hanya saja tingkat tujuan yang jelas karena keterpaksaan, sehingga
kejenuhanmnya berbeda-beda, tergantung bagaimana mengakibatkan motivasinya berkurang dan tidak

129
Hubungan antara Kejenuhan dengan Motivasi Berprestasi pada Atlet Sepak Bola

maksimal dalam melakukan kegiatan ini(Ginanjar, METODE


2015) Penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode korelasional.
. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kejenuhan Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
(boredom) adalah rasa bosan yang pada atlet yang mengetahui “Hubungan antara kejenuhan dengan
disebabkan karena kegiatan yang monoton yang motivasi berprestasi pada atlet sepak bola”.
menyebabkan performa dan pestasinya menurun. Metode penelitian korelasional merupakan
Kejenuhan (Boredom) tidak serta merta terjadi begitu studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel
saja, ada faktor yang menjadi penyebab terjadinya atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu
kejenuhan (boredom), menurut Robert N. Singer variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel
(1984) ada faktor-faktor yang menjadi penyebab lain (Sudjana & Ibrahim, 2007). Penelitian ini
kejenuhan diantaranya: 1) kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui hubungan kejenuhan
membosankan; 2) kegiatan yang kurang menantang; sebagai variabel independen dan motivasi berprestasi
3) kegiatan yang humornya rendah; 4) Pengalaman sebagai variabel dependen.
yang bisa menimbulkan frustasi; 5) Atlet takut Populasi dalam penelitian ini adalah
merasa gagal; 6) Tidak adanya pengakuan yang sejumlah 113 orang atlet Unit Kegiatan
didapatkan atlet; 7) Sistem pendukung yang Mahasiswa(UKM) sepak bola di Universitas Negeri
rendah(Sudibyo, 2002). Tentu kejenuhan pada atlet Surabaya, peneliti menggunakan teknik accidental
akan mempengaruhi banyak hal. Kejenuhan dalam sampling dalam pengambilan sampel sehingga
dunia olahraga dapat berdampak pada buruk pada didapatkan sampel sejumlah 35 orang atlet Unit
performa dan penurunan prestasi(Hermanto, 2017). Kegiatan Mahasiswa(UKM) sepak bola. Teknik
Berdasarkan wawancara yang telah accidental sampling adalah teknik penentuan sampel
dilakukan peneliti kepada atlet UKM sepak bola, para atas dasar kebetulan, yaitu ketika siapa saja yang
atlet sepak bola mengatakan bahwa saat latihan bertemu dengan peneliti secara kebetulan yang
mereka diberikan teknik-teknik yang dapat mencapai dianggap cocok sebagai sumber data maka orang
prestasi dengan baik serta dibekali sikap untuk selalu tersebut berpeluang menjadi sampel (Sugiyono,
bertanggung jawab, dapat menyelesaikan tugas dari 2010). Rentang usia subjek dalam penelitian 19-24
pelatih dan keinginan untuk menjadiyang terbaik, tahun yang berjenis kelamin laki-laki.
namun dari hasil pengamatan lebih lanjut dari Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara ini mereka mengatakan karena teknik- skala psikologis. Instrumen penelitian menggunakan
teknik yang diberikan harus diulang-ulang secara adaptasi dari skala kejenuhan untuk mengukur
terus menerus hingga mereka mampu menguasai kejenuhan(Velasco & Jorda, 2020). Skala ini terdiri
teknik tersebut hal ini justru memberikan suatu dari 13 aitem yang terbagi menjadi 8 subskala: (1)
dampak pada motivasi mereka untuk berprestasi yang monotonous and and repetitive activities, (2)
ditunjukkan pada perubahan mereka yaitu menjadi anticipated negative mood, (3) teammates’ lack of
banyak bergurau saat berlatih, tidak menyelesaikan motivation seriousness, (4) waiting, (5) lack of
tugas dari pelatih serta tidak tekun dalam berlatih. competitiveness and challenges, (6) lack of
Latihan yang dilakukan secara intens dengan participation in activities, (7) lack of empathy with
beberapa gerakan yang sama bisa menyebabkan teammates and coaches, dan (8) infrastructure issue.
potensi rasa jenuh namun bagaimanapun harus tetap Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan
dilakukan karena tuntutan profesionalisme. Hal ini didapatkan hasil pada alat ukur kejenuhan sejumlah
memang baik, keterampilan mereka akan terasah 13 aitem yang valid dari 15 aitem sebelum dilakukan
dengan baik namun akan berdampak pada segi uji validitas. Langkah lain yang dilakukan adalah uji
mental mereka sedangkan secara mental, ketika reliabilitas, hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan
mengikuti pertandingan mereka harus dituntut untuk oleh peneliti didapatkan dari alat ukur kejenuhan
bertanding dengan optimal. Berdasarkan fenomena di sebesar 0,847, dasar pengambilan keputusan pada uji
atas membuat peneliti tertarik untuk menelitinya. reliabilitas adalah jika nilai Cronbach Alpha >0,6

130
Volume 08 Nomor 03 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

dinyatakan reliabel, maka alat ukur kejenuhan berprestasi dengan kejenuhan pada atlet. Penelitian
dinyatakan reliabel. yang melibatkan 51 orang atlet ini mengindikasikan
Instrumen lain dalam penelitian ini adanya hubungan negatif antara motivasi berprestasi
digunakan untuk mengungkap motivasi berprestasi dengan kejenuhan pada atlet. Pada penelitian ini
yaitu adaptasi skala motivasi berprestasi (Badawy et menjelaskan bahwa kehilangan motivasi menjadi
al., 2010). Skala ini terdiri dari 21 aitem yang terbagi salah satu faktor yang menjadi penyebab kejenuhan
menjadi 4 subskala: (1) self confidence, (2) desire to terjadi.
succes, (3) level of ambition, dan (4) tend to compete. Pada atlet UKM Sepak Bola dari faktor-
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan faktor yang menjadi penyebab kejenuhan adalah
didapatkan hasil pada alat ukur motivasi berprestasi karena adanya aktifitas yang monoton seperti yang
dari sejumlah 30 aitem setelah dilakukan uji validitas telah peneliti jelaskan bahwa terdapat teknik latihan
menjadi 21 aitem yang valid. Selanjutnya, hasil uji yang dilakukan secara berulang-ulang agar mereka
reliabilitas pada alat ukur motivasi berprestasi adalah menguasai teknik tersebut yang justru membawa
sebesar 0,921, maka sesuai dengan pengambilan dampak kejenuhan, selain itu kondisi mood yang
keputusan Crobach Alpha bahwa jika >0,6 maka negatif, motivasi dalam diri mereka serta kurangnya
dinyatakan reliabel. kompetisi, kurangnya partisipasi pada kegiatan sepak
Teknik analisis data dalam penelitian ini bola, dan kurangnya empati pada tim serta pelatih
menggunakan korelasi product moment. Korelasi merupakan faktor yang menjadi penyebab mereka
product moment digunakan untuk menguji hubungan mengalami kejenuhan. Hal ini sesuai dengan aspek
atau korelasi antara variabel kejenuhan dan variabel kejenuhan Velasco dan Jorda (2012).
motivasi berprestasi. Korelasi product moment dipilih Pogram latihan yang tidak teratur dan
sebagai teknik analisis data sebab teknik tersebut menarik membuat atlet tidak memiliki motivasi yang
memang diperuntukkan bagi analisis hubungan antara tinggi untuk berprestasi, metode latihan yang tidak
dua variabel penelitian. Analisis product moment bervariasi membuat atlet merasa jenuh, tidak ada
dilakukan setelah melakukan uji asumsi yaitu uji dukungan dari orang tua tentu hal ini akan
normalitas dan uji linieritas. Perhitungan data dibantu mempengaruhi motivasi berprestasi atlet, peran
dengan menggunakan SPSS 24 for windows. pelatih yang kurang optimal dalam memberikan
latihan dari tiap individu, tidak optimis, tidak percaya
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan kemampuan yang dimiliki, tidak
Berdasarkan analisis data yang dilakukan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pelatihnya,
dengan menggunakan uji korelasi Product Moment serta tidak tekun dalam berlatih. Sehingga dari
didapatkan hasil sebesar -0,440, hasil ini ditunjukkan pengamatan peneliti bahwa mereka mengalami
oleh taraf signifikansi yang diperoleh 0,008(p < 0,05) motivasi yang menurun, karena dari hasil yang
yang berarti lebih kecil atau kurang dari 0,05 didapatkan tersebut kemungkinan untuk mencapai
sehingga dikatakan bahwa hipotesis diterima. Nilai kesuksesan atau prestasi menjadi kecil.
koefisien korelasi tersebut menunjukkan dua hal. Kejenuhan adalah rasa bosan yang
Pertama adalah hubungan antara kejenuhan dengan diakibatkan karena banyak hal. Kejenuhan adalah
motivasi berprestasi pada atlet sepak bola masuk rasa bosan yang mengacu pada sikap menarik diri
dalam kategori cukup kuat(Sugiyono, 2010). Kedua secara fisik, emosional, dan sosial dari aktivitas yang
yaitu terdapat hubungan yang negatif yang berarti menyenangkan(Weinberg & Gould, 2011). Sikap
bahwa semakin tinggi kejenuhan maka semakin menarik diri ini pasti akan berdampak negatif pada
rendah motivasi berprestasi pada atlet sepak bola dan penurunan produktivitas pribadi (Darisman et al.,
sebaliknya, jika kejenuhan rendah maka tingkat 2021). Kejenuhan yaitu keadaan pada seseorang
motivasi berprestasi rendah. dimana ia merasakan rasa bosan sehingga
Adanya hubungan antara kejenuhan dengan menyebabkan ia lelah secara fisik dan emosi karena
motivasi berprestasi pada atlet sesuai dengan kegiatan yang monoton serta beratnya tanggung
penelitian yang dilakukan oleh Hannah Yukhi jawab yang ia pikul, dan banyaknya tugas yang harus
Primita dan Dyah Astorini Wulandari(2014) yang diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan,
bertujuan untuk menguji hubungan antara motivasi maka dari itu seseorang tersebut tidak mampu

131
Hubungan antara Kejenuhan dengan Motivasi Berprestasi pada Atlet Sepak Bola

menyelsaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan Azwar(2012) terdapat 3 dalam kriteria
maksimal. mengkategorisasi yakni rendah, sedang dan
Rasa jenuh pada atlet ditemui karena atlet tinggi(Azwar, 2012).
sedang berlatih. Kejenuhan pada atlet sepak bola Atlet yang mempunyai motivasi berprestasi
banyak faktor penyebabnya yaitu karena bentuk dasar adalah adanya kemauan yang kuat dalam dirinya,
latihan yang terus berulang atau tidak adanya variasi, kemauan untuk bekerja secara mandiri, bersikap
teknik dasar yang cenderung tidak aplikatif apalagi dinamis dan juga optimis serta memperbanyak
jika latihan ini dilakukan secara beregu yang mana pengalaman dan pengetahuan untuk menuju
tingkat pemahaman setiap orang berbeda-beda dalam kesuksesan. Motivasi berprestasi juga dibutuhkan
memahami latihan teknik bermain(Imawati, 2017). orientasi tugas, yang mana orientasi tugas adalah
Kegiatan yang monoton atau berulang-ulang erat suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
kaitannya dengan rasa bosan. Hal ini dapat menyelesaikan tugas, memiliki dorongan atau
menyebabkan permasalahan psikologis (Velasco & keinginan untuk berani mengambil risiko serta siap
Jorda, 2020). Gejala-gejala yang terjadi pada atlet menerima segala konsekuensi terkait keputusan yang
saat mengalami kejenuhan diantaranya atlet tidak diambil. Pada dunia olahraga, latihan baik latihan
berlatih dengan serius, atlet tidak berkonsentrasi dan fisik maupun mental merupakan hal yang sama
lebih banyak bergurau dengan rekan timnya, kurang pentingnya. Hal ini mendukung bahwa peran faktor
memperhatikan instruksi dari pelatih, kedisplinan psikologis sangat penting. Prestasi pada atlet
dalam berlatih menurun. ditentukan 4 faktor yang salah satunya adalah faktor
Faktor - faktor kejenuhan dapat disebabkan psikologis. Kejenuhan, stress, kecemasan, tertekan,
oleh beberapa hal yaitu kehilangan motivasi dan emosi yang tidak stabil, tidak bisa konsentrasi,
kehilangan konsolidasi kemampuan atlet sebelum kelelahan, takut akan kegagalan dan tidak yakin akan
mencapai kemampuan berikutnya(Ginanjar, 2015). kemampuan pada dirinya merupakan gejala
Konsolidasi atau usaha untuk tetap mempertahankan psikologis pada atlet yang perlu
kemampuan dan keterampilan pada atlet hingga dikhawatirkan(Effendi, 2016).
mencapai keterampilan yang selanjutnya sangat Program latihan juga harus
berperan penting agar atlet tetap berkontribusi pada mempertimbangkan mengenai variasi yang tertentu
bidang olahraga yang digelutinya. Akan tetapi, berhubungan dengan tingkat kejenuhan atau
sebaliknya jika atlet kehilangan konsolidasi kejemuan pada atlet. Apabila seorang atlet
kemampuan dan keterampilan sebelum mencapai melakukan suatu pola kegiatan yang sama pada
keterampilan selanjutnya maka atlet tersebut akan tempat yang sama terus – menerus, maka atlet
memberikan sedikit kontribusi. Sehingga kejenuhan tersebut berisiko mengalami kejenuhan. Keadaan
yang ia rasakan akan semakin meningkat. jenuh merupakan suatu keadaan yang sangat tidak
Motivasi, suatu dorongan atlet untuk baik akibatnya bagi seorang atlet. Oleh karena itu,
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Motivasi sangat penting untuk melakukan berbagai variasi agar
yang tinggi pada atlet tentu menjadikan atlet rajin tercipta keadaan yang menarik dan tidak
berlatih dan memiliki semangat tinggi serta tidak membosankan untuk mencapai suatu hasil yang
kenal lelah. Akan tetapi berbeda jika atlet telah terbaik (Imawati, 2017). Program latihan yang
kehilangan motivasinya, ia cenderung malas berlatih, diberikan oleh pelatih sering memunculkan
tidak memiliki tujuan untuk berprestasi. pemikiran atau penilaian terhadap pelatih tersebut,
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ada yang merasa senang dan berfikir itu sebagai
peneliti menunjukkan bahwa dari 35 atlet,diantaranya dorongan untuk lebih baik atau untuk berprestasi, ada
5 atlet atau sebesar 17% mempunyai kategori juga yang malas atau tidak mau untuk melanjutkan
kejenuhan yang tinggi, 24 atlet sebesar 69% latihan karena takut atau tidak suka dengan metode
mempunyai kategori sedang dan 6 atlet sebesar 14% latihan tersebut. Atlet yang mempunyai jiwa sebagai
mempunyai kategori rendah. Hal ini menunjukkan seorang juara merasa mempunyai sebuah tanggung
bahwa atlet sepak bola mempunyai kejenuhan jawab akan dirinya, maka dari itu dari tanggung
sedang, dalam menentukan kriteria kategorisasi jawab itulah yang memunculkan suatu kedisiplinan
peneliti menggunakan panduan kategorisasi menurut dalam diri atlet. Latihan dalam bentuk apapun yang

132
Volume 08 Nomor 03 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

akan diberikan oleh pelatih diharapkan tersusun dan mempunyai motivasi berprestasi sedang. Pada saat
terencana dengan baik sehingga atlet tidak merasa menentukan kriteria kategorisasi peneliti
jenuh saat berlatih, keadaan jenuh sangat tidak baik menggunakan panduan kategorisasi menurut
untuk perkembangan kemampuan atlet. Melihat dari Azwar(2012) terdapat 3 dalam kriteria
kemampuan atlet maka diperlukan variasi latihan mengkategorisasi yakni rendah, sedang dan
agar tercipta keadaan yang menarik dan tidak tinggi(Azwar, 2012).
membosankan sehingga memunculkan keinginan Motivasi berprestasi yakni dorongan yang
atlet untuk selalu bersemangat berlatih serta dapat membuat seseorang untuk melakukan sesuatu
mencapai hasil yang terbaik(Setiyawan, 2017). dengan benar, tepat, dan efektif, yang mempunyai
Gejala jenuh seringkali muncul pada saat tendensi untuk cenderung berhasil dalam permainan,
latihan, gejala jenuh dapat ditandai pada atlet yang serta tendensi untuk menghindari kegagalan.
lebih senang bergurau dengan teman-temannya saat Motivasi berprestasi mempunyai arti penting pada
berlatih, kedisiplinan mengalami penurunan, instruksi seseorang, sebab hal ini mencerminkan seseorang
dari pelatih mulai tidak diperhatikan dengan baik. untuk bekerja keras dan kemampuannya untuk
Kejenuhan pada atlet terjadi karena beberapa hal kegiatannya dalam mencapai tujuan. Tentu dengan
diantaranya kurang adanya variasi dalam program adanya motivasi maka seseorang bisa menciptakan
latihan sehingga hal tersebut tampak membosankan ide, obyektif dan madniri, hal ini tentu penting untuk
dan tidak memiliki daya tarik. Tentu hal ini tetap bertahan dan menghargai saat dimana keadaan
menyebabkan perilaku atlet berubah, diantaranya atau lingkunnya tidak mampu memberinya kepuasan
sudah mulai pasif dalam mengikuti latihan, ada juga dan dengan motivasi seseorang akan mampu
yang masih berlatih namun tidak rutin. Kejenuhan mengatasi hambatan yang dihadapi serta mencapai
dapat melanda siapapun, baik atlet pemula maupun tujuan dengan baik (Badawy et al., 2010).
professional, hal ini dikarenakan atlet berlatih pada Atlet sepak bola yang bermotivasi tinggi
teknik yang monoton dalam waktu yang lama. akan melakukan yang terbaik, percaya diri dengan
Seperti yang kita ketahui, sepakbola merupakan kemampuannya, optimis, tidak puas dengan prestasi
olahraga yang mengharuskan untuk bertanggung yang telah diraihnya, dan memikul tanggung jawab
jawab penuh dan memiliki tantangan sebab sepakbola yang besar dalam tugas yang diberikan, sehingga
memerlukan disiplin, komitmen yang tinggi dibalik atlet dengan rasa prestasi yang tinggi akan saling
kegiatan yang membosankan(Hermanto, 2017). bersaing. Dibandingkan dengan atlet dengan motivasi
Oleh sebab itu, persiapan sejak dini untuk berprestasi rendah, potensi untuk sukses seringkali
para pemain sepak bola sangat diperlukan. Sebab hal lebih kecil. Hal ini sependapat dengan Mc
inilah yang nantinya dapat menentukan arah para Clleland(1987) bahwa salah satu hal yang mendorong
pemain sepak bola, perlu ditanamkan bibit-bibit seseorang memiliki motivasi adalah keinginan untuk
unggul. Akan tetapi, bagaimana membuat sepakbola berprestasi, kebutuhan untuk berprestasi dapat
itu menjadi olahraga yang menarik menjadi salah satu mencakup meraih kesuksesan, menyelesaikan
kendala yang dihadapi. Hal ini agar calon bibit permasalahan yang dihadapi, dan mengatasi suatu
pemain sepak bola bisa berkecimpung dan berprestasi rintangan , serta kemauan untuk lebih maju daripada
saat bermain sepak bola nanti. Menanamkan rasa orang lain sehingga ia suka persaingan dan akan
menyukai olahraga sepak bola dan membuat latihan melakukan yang terbaik untuk mencapai
yang bervariasi dapat menjadi salah satu alternative keinginannya(Sujarwo, 2011).
agar seseorang menyukai sepakbola. Seseorang yang memiliki motivasi
Berdasarkan hasil penelitian ini berprestasi yaitu adanya kepercayaan terhadap
menunjukkan bahwa dari 35 atlet, 6 atlet diantaranya kemampuan diri sendiri untuk bekerja mandiri,
yaitu sebesar 17% mempunyai motivasi berprestasi bersikap optimis dan dinamis serta memiliki
yang tinggi, 24 atlet atau sebesar 69% mempunyai pengetahuan maupun pengalaman yang cukup
motivasi berprestasi kategori sedang, dan 5 atlet atau banyak huga memiliki orientasi terhadap tugas.
sebesar 14% mempunyai motivasi berprestasi Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi
kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa atlet yang tinggi juga berorientasi pada tujuan, memiliki
UKM sepak bola Universitas Negeri Surabaya keunikan, berorientasi pada masa depan, dan

133
Hubungan antara Kejenuhan dengan Motivasi Berprestasi pada Atlet Sepak Bola

memiliki keberanian dalam mengambil risiko 2011). Hal ini tentu bukan berarti motivasi ekstrinsik
(Purnomo & Jemaina, 2018). Orientasi tujuan yakni bisa diabaikan, peran lingkungan seperti rekan satu
suatu bentuk tingkah laku yang berpola dengan tim dan pelatih juga perlu diperhatikan. Karena jika
tujuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, atlet sudah memiliki motivasi intrinsik dari dalam
serta siap menerima segala bentuk resiko yang dirinya, namun metode dalam latihan yang kurang
berhubungan terhadap keputusan dan tujuannya. variatif, rekan satu tim yang tidak bisa bekerjasama
Selain itu, seseorang yang memiliki motivasi maka akan berdampak pada psikologis atlet seperti
berprestasi tinggi juga memiliki keunikan tersendiri kejenuhan tersebut.
dalam mencapai tujuan. Keunikan merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang yang mampu PENUTUP
berpikir kreatif, inovatif serta ahli dalam bidang Simpulan
tertentu serta mempunyai pengalaman dan wawasan Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik
yang luas. Berorientasi masa depan merupakan kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif antara
kemampuan seseorang untuk mampu menganalisa kejenuhan dengan motivasi berprestasi pada atlet
suatu kejadian secara rasional yang memiliki dasar sepak bola. Nilai koefisien korelasi yang didapatkan
kenyataan dan informasi yang dapat mendukung sebesar -0,440 yang berarti berkorelasi negatif.
kejadian tersebut. Seseorang tersebut juga memiliki Maknanya, semakin tinggi kejenuhan maka motivasi
keberanian untuk mengambil resiko. Keberanian berprestasi pada atlet sepak bola akan semakin
dalam pengambilan resiko adalah saat seseorang rendah atau sebaliknya, jika semakin rendah
berani mengambil resiko terhadap sesuatu yang telah kejenuhan maka motivasi berprestasi pada atlet sepak
dipilihnya, namun apabila ia mengalami kesalahan bola akan semakin tinggi.
terhadap keputusan yang ia ambil maka seseorang
tersebut tidak akan menyalahkan orang lain namun Saran
mengintropeksi dirinya(Purnomo & Jemaina, 2018). Berdasarlan penelitian yang telah
Motivasi berprestasi adalah tujuan atlet dilakukaan, maka terdapat beberapa saran yaitu :
untuk bisa mengejar prestasi. Para atlet berusaha a. Bagi Peneliti Selanjutnya
bekerja keras untuk mencapai keinginan dengan cara Saran yang diberikan pada
meningkatkan keterampilan dengan rajin dan gigih penelitian selanjutnya yaitu dapat
berlatih. Motivasi dalam dunia olahraga merupakan menerapkan pada subjek yang berbeda, dan
suatu aspek yang psikologis yang memiliki peran memperluas penelitian demgan melihat dari
penting bagi guru, pelatih, Pembina dan para tokoh beberapa faktor yang bisa mempengaruhinya
lain yang terlibat dalam dunia olahraga, sebab baik pada faktor eksternal(dukungan sosial,
motivasi merupakan bagian dasar dalam iklim motivasi, pengaruh teman sebaya,dll)
membimbing dan juga menggerakkan perilaku dalam dan faktor internal(usia, jenis kelamin,
berolahraga. Maka dari itu, setiap guru, Pembina, kecerdasan,dll).
pelatih dan tokoh olahraga lainnya harus paham b. Bagi Subjek Penelitian
terhadap faktor, teori serta teknik, dan harus Saran untuk atlet sepak bola
mengetahui atlet mana yang perlu diberikan motivasi diharapkan dapat mengatasi timbulnya
saat motivasinya menurun (Muskanan, 2015). kejenuhan saat berlatih karena rasa jenuh
Atlet yang mempunyai motivasi intrinsik merupakan hal yang manusiawi, sehingga
biasanya memiliki sikap yang disiplin, tidak para atlet sepak bola bisa mengurangi
ketergantungan pada orang lain, tekun, dewasa, kejenuhan dengan cara masing-masing
percaya diri dan pekerja keras. Seseorang yang seperti refreshing,saling mendukung antar
memiliki motivasi intrinsik memiliki kepuasaan rekan tim dan tetap bertahan serta
tersendiri dalam dirinya (Holden et al., 2017). menumbuhkan motivasi dalam diri agar
Kegiatan yang dilandasi dengan motivasi intrinsik tetap berprestasi.
memang akan bertahan lebih lama karena dengan c. Bagi Pelatih
motivasi instrinsik para atlet akan lebih Saran untuk pelatih diharapkan bisa
menyenangkan dan meningkatkan citra diri(Sujarwo, memahami kondisi para atlet terutama

134
Volume 08 Nomor 03 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

kondisi mental. Apabila para atlet tampak beristirahat serta yang terpenting adalah
jenuh, pelatih bisa memberi modifikasi memberi dukungan dan motivasi kepada
latihan, mebuat bentuk latihan agar lebih para atlet agar terus mengingat tujuan awal
bervariasi dan memberi atlet waktu untuk mereka berpartisipasi dalam dunia olahraga.
for sport participation. International Journal of
DAFTAR PUSTAKA Sports Science, 7(2), 25–28.
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Pustaka Imawati, I. (2017). Upaya Mengatasi Kejenuhan
Belajar. Latihan Renang Prestasi Pada Pendidikan Atlet
Badawy, B. A. E. A., Al-nani, T. M. S., & El-Sayed, Perkumpulan Renang Yuso Yogyakarta. Jurnal
M. S. M. (2010). Establishing an Achievement Ilmiah Bina Edukasi, 10(1), 1–12.
Motivation Scale for Specialists of the Sport for Jannah, M., Juriana, & dkk. (2017). Psikologi
All. Wourld Journal of Sport Sciences, 3, 181– Olahraga : Student Handbook. PT Edukasi
185. Pratama Madani.
Beni, A., Sulaiman, S. &, & Mukarromah, S. B. Mulyana, B. (2013). Hubungan Konsep Diri,
(2017). Motivasi, Kontribusi Kerjasama, Komitmen, Dan Motivasi Berprestasi Dengan
Kepercayaan Diri, Terhadap Prestasi, Atlet Prestasi Renang Gaya Bebas. Jurnal
Sekolah, Sepakbola Pati, Training Center, Di Cakrawala Pendidikan, 3(3), 1–11.
Kabupaten, Pati. Journal of Physical Muskanan, K. (2015). Analisis Motivasi Berprestasi
Education, 6(2), 101–107. Atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga
Blegur, J., & Mae, R. M. (2018). Motivasi Pelajar Provinsi Nusa Tenggara Timur. JKAP
berolahraga atlet atletik dan tinju. Jurnal (Jurnal Kebijakan Dan Administrasi Publik),
Keolahragaan, 6(1), 29–37. 19(2), 105.
Chan, F. R., & Aziz, I. (2020). Motivasi Atlet Pencak Purnomo, E., & Jemaina, N. (2018). Independent
Silat Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Exercise Motivation Analysis (Studi Psikologi
SUMBAR. Jurnal Patriot, 2(1), 120–128. Olahraga). Indonesia Performance Journal,
Clarasati, E. I., & Jatmika, D. (2017). Pengaruh 2(2), 99–104.
Kecemasan Berolahraga terhadap Motivasi Rohsantika, N., & Handayani, A. (2010). Persepsi
Berprestasi Atlet Bulutangkis Remaja di Klub J terhadap pemberian insentif dengan motivasi
Jakarta. Humanitas(Jurnal Psikologi), 1(2), berprestasi pada pemain sepak bola. Jurnal
121–132. Psikologi Proyeksi, 63–70.
Darisman, E. K., Prasetiyo, R., & Bayu, W. I. (2021). Ruangmanotam, L. (2016). Relationships Between
Belajar Psikologi Olahraga Sebuah Teori Dan Boredom And Avoidance Behaviors From
Aplikasi Dalam Olahraga. Jakad Media Trining Of The Athletes. Journal of Sports
Publishing. Science and Technology, 16(1), 139–149.
Effendi, H. (2016). Peranan psikologi olahraga dalam Setiyawan, S. (2017). Kepribadian Atlet dan Non
meningkatkan prestasi atlet. Nusantara:Juran Atlet. Jurnal Jendela Olahraga, 2(1).
Ilmu Pengetahuan Ilmu Sosial, 1(1). Sin, T. H. (2016). Persiapan Mental Training Atlet
Ginanjar, Y. & H. (2015). Tingkat kejenuhan atlet dalam menghadapi Pertandingan. Jurnal
usia dini dalam latihan keterampilan teknik Performa Olahraga, 1(01), 61–73.
dasar menggunakan metode drill pada cabang Sudibyo, S. (2002). Psikologi Olahraga. Percetakan
olahraga sepak bola. Jurnal Kepelatihan Universitas Negeri Jakarta.
Olahraga, 7(1), 86–98. Sudjana, N., & Ibrahim. (2007). Penelitian dan
Guswanto, I., & Sugiasih, I. (2020). Hubungan Rasa Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Algen Sindo.
Memiliki Dan Komitmen Dengan Motivasi Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan
Berprestasi Pemain Futsal Fakultas Di Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Alfabeta.
Proyeksi, 13(2), 144. Sujarwo. (2011). Motivasi Berprestasi Sebagai Salah
Hermanto, M. . (2017). Tingkat Usaha Mengatasi Satu Perhatian Dalam Memilih Strategi
Kejenuhan Latihan Pada Atlet Atletik Kelas Pembelajaran. In journal.uny.ac.id.
Khusus Olahraga (Kko) Dan Atlet Pusat Velasco, F., & Jorda, R. (2020). Portrait of Boredom
Pembinaan Dan Latihan Olahraga Pelajar Among Athletes and Its Implications in Sports
(Pplp) Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Management: A Multi-Method Approach.
Ilmiah Bina Edukasi, 10(1), 1–12. Frontiers in Psychology, 11.
Holden, S. L., Pugh, S. F., & Schwarz, N. A. (2017). Wahyudi, W., & Donie, D. (2019). Motivasi
Achievement motivation of collegiate athletes Berprestasi Atlet Sepakbola Jordus FC Kota

135
Hubungan antara Kejenuhan dengan Motivasi Berprestasi pada Atlet Sepak Bola

Batusangkar. Jurnal JPDO, 2(1), 126–130.


Weinberg, R. S., & Gould, D. (2011). Foundations of
sport and exercise psychology(5th ed).
IL:Human Kinetics.

136

Anda mungkin juga menyukai