NiM : 210313007
MK : Goverment , Lobby and negotiation
Dosen pengampuh : Nurhawati.
Semester 3
Swiss Warga negara di Swiss merupakan pemegang saham negara. Di sini menteri
juga bertugas menjadi Presiden dengan masa jabatan satu tahun. Parlemen di Negara
Swiss dibagi menjadi dua bagian yaitu Dewan Federal dan Dewan Negara Bagian.
Dewan Federal beranggotakan 7 orang yang berkedudukan sebagai anggota eksekutif
dan juga anggota kabinet. Dewan Federal terdiri dari Dewan Nasional langsung yang
mewakili rakyatnya. Selanjutnya Dewan Negara Bagian merupakan dewan yang
mewakili kantor-kantor.Negara Swiss menerapkan sistem pemerintahan lokal atau
swapraja, dalam artian setiap warga negara mempunyai hak untuk menyampaikan
suaranya dan aspirasinya. Penyampaian aspirasi dapat dilakukan dalam acara rapat
dan warga negara diizinkan untuk ikut berpartisipasi dalam membuat keputusan yang
akan mempengaruhi kehidupannya. Pelaksanaan rapat dapat dilakukan secara terbuka,
beberapa tempat swapraja di Swiss melakukan rapat terbuka di alun-alun kota.
Pengambilan suara di dalam rapat dilakukan dengan cara one man one vote dengan
mengangkat tangan.
2. Sistem Pemerintahan Parlementer
Contohnya ;
● Jerman adalah negara demokrasi parlementer. Pemerintahan sehari-hari dipegang oleh
seorang kanselir, yang berperan seperti perdana menteri di negara lain dengan bentuk
pemerintahan serupa.Posisi kanselir diraih secara otomatis oleh kandidat utama partai
pemenang pemilihan umum federal. Terdapat enam partai politik utama di Jerman,
dengan tiga yang terbesar (dua di antaranya membentuk koalisi permanen), yaitu SPD
(demokrat sosial, berhaluan kiri progresif) danCDU/CSU (kristen demokrat/sosialis
yang berhaluan kanan konservatif).Partai-partai lainnya adalah FDP (demokrat
liberal), Bndnis 90/Die Grne (kiri hijau), dan Die Linke(berhaluan kiri, merupakan
gabungan dari partai komunis dan pecahan SPD). Jabatan presiden lebih banyak
bersifat seremonial, meskipun ia dapat menyetujui atau tidak menyetujui beberapa hal
penting.
● negara India bekerja dalam kerangka Konstitusi negara . India adalah republik sekuler
demokratis parlementer di mana presiden India adalah kepala negara & warga negara
pertama India dan perdana menteri India adalah kepala pemerintahan . Ini didasarkan
pada struktur pemerintah federal, meskipun kata itu tidak digunakan dalam Konstitusi
itu sendiri. India menganut sistem pemerintahan ganda, yaitu bersifat federal, yang
terdiri dari otoritas pusat di pusat dan negara bagiandi perifer. Konstitusi
mendefinisikan kekuasaan dan batasan organisasi baik pemerintah pusat maupun
negara bagian; itu diakui dengan baik, cair (Pembukaan Konstitusi yang kaku dan
untuk mendikte amandemen lebih lanjut Konstitusi) dan dianggap tertinggi, yaitu
hukum negara harus sesuai dengan itu.
3. Sistem Pemerintahan Semipresidensial .
Contohnya ;
● Mesir berdasarkan pada negara Republikanisme dengan pemerintahan semi
presidensial berlangsung sejak Revolusi Mesir 2011 yang ditandai dengan lengsernya
Presiden Hosni Mubarak. Presiden Mesir menjabat selama 6 tahun dan parlemen
bersifat unikameral. Presiden dapat menunjuk hingga 5% dari jumlah total kursi di
Parlemen, dan juga dapat membubarkannya. Parlemen juga bisa memakzulkan
Presiden. Mesir dipimpin oleh kerajaan hingga 1952 dengan raja terakhirnya Farouk
dari Mesir, tetapi pemilu kembali dilaksanakan pada tahun 2011 setelah Revolusi
Mesir 2011. Parlemen Mesir adalah Dewan Perwakilan tertua di Afrika dan Timur
Tengah.
● Perancis menjalankan pemerintahan dengan mengusung sistem Semi-Presidensial,
dimana seorang Presiden bertindak sebagai Kepala Negara dengan dibantu oleh
Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan. Sistem pemerintahan semi-
presidensial memiliki makna penggabungan Presiden terpilih (dipilih oleh rakyat)
untuk menjalankan tugas-tugas politik dengan Perdana Menteri yang memimpin
kabinet dan bertanggung jawab kepada parlemen. Perdana Menteri ditunjuk oleh
Presiden dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas sehari-hari untuk urusan
pemerintahan dalam negeri, tetapi Presiden tetap memainkan peran pengawasan,
bertanggung jawab untuk urusan luar negeri, dan memiliki kekuasaan dalam
mengambil keputusan dalam hal-hal yang dianggap darurat (Saihu, Suha, & dkk,
2018).