Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. Supervisi Kepala Ruangan


1. Pengertian Supervisi
Supervisi adalah mengawasi, memeriksa, meneliti yang dipandang sebagai
proses yang dinamis dengan memberikan dorongan dan partisipasi dalam
perkembangan perawat pelaksana Yura, (dalam Wiyanti, 2009). Menurut Kron
(dalam Wiyanti,2009) Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, memerintah, mengevaluasi
secara terus menerus pada setiap tenaga keperawatan dengan sabar, adil bijaksana
sehingga setiap tenaga keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan
baik, trampil, aman, tepat, secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan tugas mereka.
Menurut Swanberg & Russell (dalam Siswana, 2009) Supervisi adalah proses
kemudahan menggunakan sumber-sumber yang diperlukan staf keperawatan untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya. Supervisi termasuk kegiatan inspeksi terhadap hasil
kerja menilai kemampuan kerja dan memperbaiki penampilan kerja Gillies (dalam
Siswana, 2009). Supervisi adalah suatu proses fasilitasi sumber-sumber yang
diperlukan staf, dilaksanakan dengan cara perencanaan, pengarahan, bimbingan,
motivasi, evaluasi, dan perbaikan agar staf dapat melaksanakan tugasnya secara
optimal (Mankunegara, 2005).
Dari beberapa pakar yang menjelaskan pengertian supervisi maka penulis
dapat mengambil kesimpulan ada kesamaan pengertian supervisi dari masing-
masing pakar tersebut, yaitu bahwa supervisi merupakan proses berkesinambungan
untuk peningkatan kemampuan dan memperbaiki penampilan kerja tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan sumber
yang diperlukan. Supervisi yang perlu direncanakan memberikan arahan, melatih,
mengamati dan menilai hasil kerja.
2. Tujuan Supervisi
a. Tujuan supervisi adalah untuk inspeksi,mengevaluasi dan peningkatan hasilkerja
atau prestasi kerja Gillies (dalam Wiyanti, 2009)
b. Tujuan supervisi adalah membimbing atau membina tenaga perawat secara
individu agar keterampilannya optimal dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan keterbatasan tugas tenaga keperawatan tersebut Kron (dalam
Wiyanti, 2009)
c. Tujuan supervisi adalah memfasilitasi penggunaan sumber-sumber untuk
penyelesaian tugas staf keperawatan Swanburg (dalam Wiyanti, 2009).

Dari pendapat para pakar yang menjelaskan tujuan supervisi dapat


disimpulkan bahwa tujuan supervisi adalah merencanakan bimbingan dan
melaksanakannya pada individu perawat pelaksana agar keterampilannya optimal
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangannya,
memfasilitasi penggunaan sumber-sumber untuk pemberian asuhan keperawatan,
mendisiplinkan pelaksanaan tugas, memeriksa dan mengevaluasi peningkatan hasil
kerja (kinerja).

Dengan kata lain tujuan supervisi tercapai bila terjadinya pembuatan


perencanaan, pengarahan dan pelatihan pemberihan asuhan keperawatan yang
bersifat individu pada perawat pelaksana. Dilanjutkan dengan pengamatan dan
penilaian. Dampak dari hal tersebut diharapkan ada peningkatan hasil kerja (kinerja)
dari perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan. Kron (dalam
Wiyanti, 2009).

3. Peran Supervisi Kepala Ruangan

Peran supervisi kepala ruangan adalah tingkah laku kepala ruangan yang
diharapkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan supervisi. Dari pengertian
supervisi yang disajikan oleh beberapa pakar, ternyata Kron(dalam Fakhrizal, 2010)
yang menyajikan terlengkap dan sangat sesuai dengan keadaan pelayanan
keperawatan di Indonesia yang masih memerlukan penataan. Peran supervisi menurut
Kron (dalam Fakhrizal, 2010) peran supervisor adalah peran sebagai pengarah,
pemberi saran, motivasi, pelatihan dan bimbingan, dan penilaian.

a. Peran Supervisi Kepala Ruangan sebagai Pengarah

Kemampuan memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga


dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan. Tidak setiap pimpinan
mampu memberikan pengarahan dan petunjuk yang baik. Pada suatu
kesempatan mungkin mampu memberikan pengarahan dan petunjuk yang baik
namun gagal dalam memberikan petunjuk-petunjuk secara jelas, atau mungkin
sebaliknya, di suatu kesempatan mampu mengidentifikasi petunjuk secara
baik namun kesulitan dalam memberikan perawatan yang dibutuhkan oleh
staf dan pelaksana keperawatan. Pengarahan diberikan untuk menjamin agar
mutu asuhan keperawatan pasien berkualitas tinggi, maka supervisor
harus mengarahkan staf pelaksana untuk melaksanakan tugasnya sesuai
standar yang ditentukan rumah sakit. Pengarahan bertujuan untuk mencegah
karyawan melakukanpenyimpangan yang tidak sesuai standar Azwar (dalam
Fakhrizal, 2010).

b. Peran Supervisi Kepala Ruangan sebagai Pemberi Saran

Kemampuan memberikan saran, nasehat dan bantuan yang


benar-benar dibutuhkan oleh staf dan pelaksana keperawatan. Seorang
supervisor harus betul-betul mampu melakukan pendekatan yang asertif
terhadap seluruh anggotanya. Pada kondisi ini supervisor dapat
memanfaatkan kesenioran anggotanya untuk ikut berpartisipasi dalam
memberikan saran bahkan kritik tidak hanya bagi seluruh anggota namun
juga bagi supervisor sendiri. Pemilahan waktu yang tepat dalam pemberian
saran, nasehat dan bantuan juga perlu dipertimbangkan oleh supervisor
Azwar (dalam Fakhrizal, 2010).

c. Peran Supervisi Kepala Ruangan sebagai Pemberi Motivasi

Kemampuan dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan


semangat kerja staf dan pelaksana keperawatan (Robbins, 2003).

d. Peran Supervisi Kepala Ruangan sebagai Pelatih dan Bimbingan

Kemampuan memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan


oleh staf dan pelaksana keperawatan terutama staf dengan keterampilan
yang rendah (Robbins, 2003). Pada banyak keadaaan seorang supervisor
tidak mampu mengambil hati staf dan pelaksana keperawatan hanya
karena pada saat berlangsung kegiatan supervisi dia tidak mampu
memperagakan kemampuan untuk memberikan latihan dan bimbingan
secara benar. Pimpinan yang berkonotasi kearah kemampuan manajerial
tidak seharusnya melupakan kemampuan-kemampuan praktik yang suatu
saat ditanyakan oleh bawahananya. Bagaimana mungkin seorang
supervisor mampu mengidentifikasi bahwa tindakan yang dilakukan
bawahannya kurang tepat jika dia sendiri tidak tau tentang prinsip atau
dasar dari tindakan tersebut dilakukan.

e. Peran Supervisi Kepala Ruangan sebagai Penilai

Kemampuan dalam melakukan penilaian secara obyektif dan benar


terhadap kinerja keperawatan. Beberapa faktor kadang dapat
mempengaruhi dalam pemberian penilaian secara obyektif misalanya
hubungan yang terlalu dekat dengan bawahan yang tidak lagi profesional
namun lebih kearah pribadi.

4. Supervisor Keperawatan

Depkes (2008) mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi di rumah


sakit dapat dilakukan oleh:

a. Kepala ruangan

Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk


klien. Kepala ruangan sebagai ujung tombak penentu tercapai tidaknya
tujuan pelayanan keperawatan dan mengawasi perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan.

b. Pengawas perawatan

Beberapa ruang atau unit pelayanan berada di bawah unit


pelaksana fungsional (UPF). Pengawas bertanggung jawab dalam
supervisi pelayanan keperawatan pada areanya yaitu beberapa kepala
ruangan yang di UPF bersangkutan.

5. Teknik Supervisi

Kepemimpinan merupakan aspek penting dari pekerjaan supervisor. Para


supervisor bertanggung jawab atas kualitas kinerja para karyawan yang
dipimpinnya. Oleh sebab itu, kemampuan memimpin sangat diperlukan untuk
mengemban tanggung jawab itu. Kemampuan supervisor untuk memimpin
bawahannya akan mempengaruhi produktivitas unit kerjanya. Efektivitas
kepemimpinan seorang supervisor diukur oleh dua faktor utama, yaitu faktor
keluaran (output) dan faktor manusia. Faktor keluaran adalah tingkat hasil yang
dicapai unit kerja yang merupakan petunjuk seberapa baik pencapaian sasaran
yang telah direncanakan. Faktor keluaran ini mencakup produktivitas, kualitas,
kemampulabaan (profitability), dan efisiensi. Faktor manusia menunjukkan
tingkat kerja sama di kalangan karyawan dan kepuasan bekerja. Ini termasuk
kadar antusiasme, jumlah dan jenis komunikasi, tinggi rendahnya motivasi,
komitmen serta konflik antar pribadi dan antar kelompok (Dharma, 2004).
Swansburg (dalam Fakhrizal, 2010) mengatakan bahwa ada beberapa teknik
yangdiperlukan dalam melaksanakan supervisi dalam keperawatan antara lain:

a. Proses supervisi : 1) standar asuhan keperawatan sebagai


acuan; 2) fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai
pembanding untuk pencapaian/kesenjangan; 3) tindak lanjut
yaitu sebagai upaya mempertahankan kualitas atau
memperbaiki.
b. Area supervisi : 1) pengetahuan dan pengertian tentang
tugas yang akan dilaksanakan; 2) keterampilan yang
dilakukan sesuai standar; 3) sikap serta penghargaan terhadap
pekerjaan.

Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:

a. Cara langsung

Dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung.


Supervisor terlibat dalam kegiatan secara langsung agar
proses pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai suatu perintah. Pada kondisi ini, umpan balik
dan perbaikan dapat sekaligus dilakukan tanpa bawahan
merasakan sebagai suatu beban. Proses supervisi langsung,
dapat dilakukan dengan cara perawat pelaksana melakukan
secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi
supervisor. Selama proses supervisi, supervisor dapat
memberikan dukungan, reinforcement, dan petunjuk,
kemudian supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi untuk menguatkan yang telah sesuai dengan apa
yang direncanakan dan memperbaiki segala sesuatu yang
dianggap masih kurang. Agar pengarahan, petunjuk, dan
reinforcement efektif maka harus memenuhi syarat-syarat
tertentu, seperti pengarahan harus lengkap tidak terputus
dan bersifat partial, mudah dipahami, menggunakan kata-kata
yang tepat dan alur yang logis, dan jangan terlalu kompleks,
berbicara dengan jelas, berikan arahan yang logis, hindari
memberikan banyak arahan pada satu saat, pastikan bahwa
arahan anda dipahami, serta yakinlah bahwa arahan anda
dilaksanakan atau perlu tindak lanjut (Arwani 2005; Depkes
2008). Selain itu,Dharma (2004) mengemukakan bahwa agar
dapat memimpin secara efektif, seorang supervisor harus
mampu melakukan empat teknik, antara lain. 1) berkomunikasi
dengan jelas dengan cara menggunakan kata-kata atauistilah
yang dapat dimengerti, langsung tanpa membuang-buang
waktu dengan membicarakan hal-hal lain yang dapat
mengaburkan isi pesan yang akan disampaikan, ringkas serta
menghindarkan pesan-pesan yang bertolak belakang, 2)
mengharapkan yang terbaik dari karyawan dengan cara
menghargai martabat karyawan, menyampaikan sebuah
harapan dengan penuh keyakinan, serta menekankan pada
kebutuhan masa datang, bukan pada masalah di waktu
lampau, 3) berpegang pada tujuan dengan cara berbicara
atau berfokus pada satu topik, mengarahkan kegiatan dan
topikpembicaraan (perilaku) sesuai dengan tujuan pekerjaan,
serta membatasi adanya interupsi pada saat berbicara, 4)
berusaha memperoleh komitmen dengan cara meringkas dan
mengulangi kembali hal-hal yang telah dibicarakan, minta
keikutsertaan, mendengarkan sungguh-sungguhpada saatorang
lain sedang berbicara, pastikan bahwa semua orang telah
memahami hal-hal yang telah dibicarakan atau didiskusikan,
minta persetujuan atau komitmen secara langsung serta
menindaklanjuti hal-hal yang telah disepakati. Wiyana (2008)
mengemukakan bahwa supervisi langsung dilakukan padasaat
perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi
asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendamping perawat dalam
pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Langkah-langkah
supervisi langsung sebagai berikut: 1) Informasikan kepada
perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya
akan disupervisi; 2) Lakukan supervisi asuhan keperawatan
pada saat perawat melakukan pendokumentasian. Supervisor
melihat hasil pendokumentasian secara langsung di hadapan
perawat yang mendokumentasikan; 3) Supervisor menilai
setiap dokumentasi sesuai dengan standar asuhan keperawatan;
4) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing
perawat yang disupervisi setiap komponen pendokumentasian
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan,evaluasi kepada perawatyang sedang melakukan
pencatatan dokumentasi asuhan keperawatan; 5) Mencatat
hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

b. Cara tidak langsung

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan


melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Kepala ruangan
tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga
memungkinkan terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis (Bittel, 1996 dalam Wiyana,2008).
Melalui laporan lisan, pimpinan hanya memperoleh informasi
terbatas tentang kemajuan program atau laporan kasus
penyalahgunaan wewenang oleh staf dari laporan masyarakat.
Sedangkan, melalui laporan tertulis, informasinya hanya
terbatas pada hal-hal yang dianggap penting oleh staf Hal
ini dikarenakan staf penanggung jawab program diminta
membuat laporan singkat tentang hasil kegiatannya. Format
laporan staf harus dibuat.Sistem pencatatan dan pelaporan
program yang secara rutin dibuat oleh staf dapat dimanfaatkan
untuk mengembangkan program asalkan laporan tersebut
sudah dianalisis dengan baik (Muninjaya,1999). Wiyana
(2008) mengemukakan langkah-langkah supervisi tidak
langsung sebagai berikut:

1) Lakukan supervisi tidak langsung dengan melihat hasil


dokumentasi pada buku rekam medik.
2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan;
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan
standar dokumentasi asuhan keperawata yang
ditetapkan rumah sakit;
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang
disupervisi dengan memberikan tanda bila ada yang
masih kurang dan berikan catatan tertulis pada
perawat yang mendokumentasikan
5) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang
tidak lengkap atau sesuai standar

6. Kegiatan Rutin Supervisor

Wiyana (2008) mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi diperlukan


suatu prosedur antara lain :

a) Supervisi pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan oleh kepala


ruangan;
b) waktu supervisi adalah saat perawat melakukan pendokumentasian,
satu pasien minimal satu penilaian untuk satu tindakan. Dapat diulang
jika nilai tidak memuaskan. Depkes (2008) mengatakan bahwa kegiatan
rutin dalam supervisi sebagai berikut:
a. Sebelum pertukaran shif (15-30 menit): 1) Mengecek
kecukupan fasilitas/sarana/peralatan hari itu; 2) Mengecek jadwal kerja
b. Pada waktu mulai shif (15-30 menit) : 1) Mengecek personil yang ada;
2) Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaannya; 3)
Mengatur pekerjaannnya; 4) Mengidentifikasi kendala yang muncul,
dan; 5) Mencari jalan agar pekerjaan dapat diselesaikan.
c. Sepanjang hari (6-7 jam): 1) Mengecek pekerjaan personil; 2)
Mengarahkan sesuai kebutuhan; 3) Mengecek kemajuan pekerjaan
personil; 4) Mengecek pekerjaan rumah tangga; 5) Menciptakan
kenyamanan kerja khususnya personil baru; 6) Berjaga-jaga di
tempat apabila ada pertanyaan atau permintaan bantuan; 7) Mengatur
istirahat jam personil; 8) Mendeteksi dan mencatat problem yang
muncul saat itu serta solusinya; 9) Mengecek kecukupan
alat/sarana/fasilitas sesuai kondisi operasional; 10) Mencatat
fasilitas/sarana yan rusak kemudian melaporkannya; 11) Mengecek
adanya kejadian kecelakaan kerja.
d. Sekali dalam sehari (15-30 menit): 1) Mengobservasi satu personil
atau area kerja secara kontinue untuk 15 menit; 2) Melihat dengan
seksama hal-hal yang terjadi misal: keterlambatan pekerjaan,
lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan
e. Sebelum pulang ke rumah (15 menit): 1) Membuat daftar
masalah yang belum diselesaikan; 2) Berusaha menyelesaikan p
ersoalan tersebut besok harinya; 3) Pikirkan pekerjaan yang telah
dilakukan sepanjang hari dan hasilnya; 4) Lengkapi laporan harian
sebelum pulang; 5) Membuat daftar pekerjaan untuk besok; 6)
Membawa pulang dan mempelajarinya di rumah sebelum pergi bekerja

Sedangkan menurut Wiyana (2008), kegiatan dalam supervisi sebagai


berikut:

1) Persiapan

Kegiatan kepala ruangan (supervisor): a) menyusun jadual


supervisi; b) menyiapkan materi supervisi (format supervisi,
pedomanpendokumentasian); c) mensosialisasikan rencana
supervisi kepada perawat pelaksana.

2) Pelaksanaan
Supervisi Kegiata kepala ruangan (supervisor):a) mengucapkan
salam pada perawat yang disupervisi; b) membuat kontrak waktu
supervisi pendokumentasian dilaksan akan; c) bersama perawat
mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian untuk masing-
masin tahap; d) mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh
perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan;e)
mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing –
masing tahap,f) memberikan bimbingan/arahan pendokumentasian
asuhan keperawatan; g) mencatat hasil supervisi

3) Evaluasi

Kegiatan kepala ruangan (supervisor): a) menilai respon


perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja diarahkan; b)
memberikan reinforcement pada perawat; c) menyampaikan rencana
tindak lanjut supervisi.

7. Pengertian Kepala Ruangan

Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi


tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola kegiatan pelayanan keperawatan
di suatu ruang rawat yaitu untuk meletakkan praktik, prinsip dan teori
manajemen keperawatan serta mengelola lingkungan organisasi untuk
menciptakan iklim yang optimal dan menjamin kesiapan asuhan keperawatan
oleh perawat klinik. Kepala ruangan bertanggung jawab atas pencapaian
tujuan yang ditetapkan dalam suatu ruang rawat/unit dengan memberdayakan
staf perawat dibawah tanggung jawabnya. Keberhasilan kepala ruangan
sangat tergantung pada bagaimana kemampuannya dalam mempengaruhi
stafnya dalam pengelolaan kebutuhan keperawatan di suatu ruang rawat/unit.
Oleh karena itu kepala ruangan diharapkan sebagai manajer dan pemimpin
yang efektif (Sitorus,2011).

Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah :

a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)


b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan
d) Memonitor kegiatan Perawat primer dan Perawat associate sesuai jadwal
kegiatan
e) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran dan
mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek diruangan,anjuran
membaca format orientasi ruang MPKP (Model Praktek Keperawatan
Profesional)
f) Melakukan kegiatan administrasi,dan surat menyurat
g) Bekerjasama dengan pembimbing klinik membimbing
siswa/mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan di ruangan,
dengan mengikuti sistem MPKP
h) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
pasien keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruangan
bersama pembimbing klinik dan perawat primer mengingatkan kembali
pasien dan keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung jawab
terhadap mereka diruangan bersangkutan
i) Mencek kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 (lima)
setiap hari
j) Bersama pembimbing klinik melaksanaan pembinaan terhadap PP dan
PA dalam hal penerapan MPKP termasuk sikap dan tingkah laku
professional
k) Bila PP cuti,tugas dantanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh
karu/pembimbing klinik, dan dapat didelegasikan ke pada PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawah pengawasan
kepala ruangan
l) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan
di ruangan
m) Bersama pembimbing klinik memonitor dan mengevaluasi penampilan
kerja semua tenaga yang ada diruangan dan membuat usulan kenaikkan
pangkat
n) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan ruangan
o) Bersama pembimbing klinik merencanakan dan malaksanakan evaluasi
mutu asuhan keperawatan
8. Peran Kepala Ruangan
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Depkes (dalam Siswana,
2009) adalah sebagai berikut :
(1) Tanggung jawab kepala ruangan : bertanggung jawab pada semua
asuhan keperawatan pasien, yang meliputi : tujuan, identifikasi masalah,
perencanaaan, implementasi, dan evaluasi berdasarkan standart,
melaksanakan orientasi staf baru, melaksanakan supervisi, evaluasi
kinerja staf keperawatan yang ada ;
(2) Fungsi kepala ruangan : melaksanakan fungsi perencanaan yang
meliputi: jumlah dan kategori tenaga keperawatan, tenaga lain, jenis
peralatan keperawatan, menentukan jenis kegiatn asuhan keperawatan
yang akan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pasien, melaksanakan
fungsi pengawasan dan penelitian asuhan keperawatan, pengembangan
staf, peningkatan keterampilan dibidang keperawatan peserta didik dari
institusi pendidikan, pendayagunaan peralatan keperawatan serta obat-
obatan secara efektif dan efisien.
9. Fungsi Kepala Ruangan

Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (dalam


Wiyanti,2009) sebagai berikut :

(1) Perencanaan : dimulai dengan menerapkan filosofi, tujuan, sasaran,


kebijakan, prosedur, dan peraturan-peraturan disetiap unit, membuat
perencanaaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi,
misi, dan tujuan organisasi, menetapkan biaya-biaya untuk setiap kegiatan
serta merencanakan dan mengelola rencana perubahan;
(2) Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien yang paling tepat,mengelompokkan kegiatan untuk mencapai
tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan
menggunakan power serta wewenang dengan tepat;
(3) Ketenagaaan: pengaturan ketenagaan dimulai dari rekruitmen, interview,
mencari,dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan
sosilisasi staf ;
(4) Pengarahan : mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya
manusia, seperti : motivasi, manajemen konflik, pendelegasian,
komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi;
(5) Pengawasan : meliputi penampilan kerja,pengawasan umum, pengawasan
etika, aspek legal, dan pengawasan profesional.

10. Prinsip – Prinsip Supervisi

Supervisi yang baik dapat di jalankan oleh seorang supervisor ( kepala

ruang ) yang memahami prinsip – prinsip supervisi dalam keperawatan (

Arwani, 2006) meliputi:

a. Bekerja berdasarkan hubungan professional dan bukan pribadi.


Hubungan professional merupakan hubungan terkait dengan pekerjaan
dan bukan secara pribadi. Supervisi memberikan pengarahan dalam
konteks pekerjaan yang di lakukan oleh perawat pelaksana. Fungsi
atasan untuk pekerjaan professional bukan pada persoalan
administrative tetapi pada pemberian arahan, pengawasan hasil kerja
perawat, memberikan pendapat dan pertimbangan tentang masalah
maupun memberikan kepercayaan untuk lancarnya delegasi
wewenang yang di berikan kepada perawat ( Aprizal, kontjoro,
Probandari, 2008).
b. Kegiatan di rencanakan secara matang.
Kegiatan supervisi yang direncanakan dengan matang akan memandu
supervisor dalam melakukan pekerjaan sesuai standart. Kegiatan di
agendakan secara bersama – sama dengan menjangkau aspek personal
dan professional dari pengalaman pegawai ( Marquis dan Houston,
2010)
c. Bersifat edukatif, supportif dan informal
Supervisi harus dapat memberikan pembelajaran, dukungan dan
bersifat memberikan informasi yang jelas. Supervisi yang baik bersifat
fasilitatif, karena memberikan pengetahuan terhadap pekerjaan yang
diawasi, memperbaiki kekurangan sebelum terjadi yang diawasi,
memperbaiki kekurangan sebelum terjadi yang lebih serius ( Gillies,
1994). Menurut Sigit ( 2009) kualitas yang baik dalam memberikan
supervisi akan memberikan dukungan (support) , memotivasi,
meningkatkan kemampuan dan pengendalian emosional perawat dan
tidak membuat perawat pelaksana merasa di nilai dalam melaksanakan
pekerjaan dengan benar.
d. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksanaan keperawatan.
Perasaan aman penting bagi perawat pelaksana dalam melaksanakan
tugasnya dan keselamatan bagi pasien sebagai penerima pelayanan.
Marquis dan Houston (2010) menjelaskan bahwa kegiatan supervisi
dapat memastikan bahwa kebutuhan klien terpenuhi dan keselamatan
klien tidak terancam.
e. Membentuk hubungan kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
staf.
Hubungan kerjasama yang demokratis di jalin dengan baik dalam
menentukan upaya yang akan di lakukan oleh staf dalam menjalankan
tugasnya. Menurut Marquis dan Houston (2010) manajer sebagai
supervisor mengkomunikasikan dengan jelas apa yang dilakukan oleh
pegawai, termasuk tujuan dan hasil akhir, namum staf perlu memiliki
otonomi yang tepat dalam memutuskan cara penyelesaian tugas.
f. Harus progresif, inovatif,fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan

masing – masing perawat yang di supervisi.

Intensitas supervisi, seperti kekuatan mengarahkan, harus dapat


menyesuaikan kondisi situasional, staf, kebutuhan, keterampilan
kepemimpinan dari seorang manajer. Supervisi harus dapat
menyesuaikan tipe dan intensitas pekerjaan dari kelompok terkait
kenyamannya dalam melaksanakan tugas ( Gilles, 1994)
g. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri sesuai dengan
kebutuhan.
Kegiatan supervisi harus mampu menumbuhkan keratiftas dan
membangun. Kron dan Gray ( 1987 dalam Lusianah, 2008) melalui
kegiatan supervisi diharapkan dapat memperbaiki dan memberikan
masukan atas kekurangan yang dilakukan perawat ketika sedang
menjalankan tugas.
h. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan.
Kegiatan supervisi yang bersifat bimbingan yang dilakukan oleh
supervisor dapat memperbaiki dan member masukan atas kekurangan
yang dilakukan perawat ketika sedang menjalankan tugasnya ( Kron
dan Gray, 1987 dalam Lusianah, 2008) .

11. Kompetensi Supervisor Keperawatan

Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik

mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor

mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan,

melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan (Dharma,

2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari

harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):

a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat


dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf
dan pelaksanan keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.

12. Model Supervisi Keperawatan

Di beberapa negara maju terutama US dan Eropa, kegiatan supervisi klinik

keperawatan di rumah sakit dilakukan dengan sangat sistematis. Peran dan


kedudukan perawat supervisor begitu penting. Peran supervisor dapat

menentukan apakah pelayanan keperawatan (nursing care delivery)

mencapai standar mutu atau tidak. Penelitian Ilmonen (2001), membuktikan

bahwa supervise klinik yang dilakukan dengan baik berdampak positif bagi

quality of care.

a. Model Development

Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental dan

Southern Cost Addiction Technology Transfer Center tahun 1998. Model

ini dikembangkan dalam rumah sakit mental yang bertujuan agar pasien

yang dirawat mengalami proses developmental yang lebih baik.

Maka semua ini menjadi tugas utama perawat. Supervisor diberikan

kewenangan untuk membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu change

agent, konselor, dan teacher. Kegiatan change agent bertujuan agar

supervisor membimbing perawat menjadi agen perubahan; kegiatan

tersebut nantinya ditransfer kepada pasien sehingga pasien memahami

masalah kesehatan. Kegiatan konselor dilakukan supervisor dengan

tujuan membina, membimbing, mengajarkan kepada perawat tentang halhal yang


berkaitan dengan tugas (task) rutin perawat (contoh: supervisor

membimbing perawat melakukan pengkajian fisik). Kegiatan teaching

bertujuan mengenalkan dan mempraktikkan nursing practice yang sesuai

dengan tugas perawat (contoh: supervisor di ICU mengajarkan teknik

pengambilan darah arteri, analisa gas darah dsb).


b. Model Akademik

Model ini diperkenalkan oleh Farington di Royal College of Nursing

UK tahun 1995. Farington menyebutkan bahwa supervisi klinik

dilakukan untuk membagi pengalaman supervisor kepada para perawat

sehingga ada proses pengembangan kemampuan profesional yang

berkelanjutan (CPD; continuing professional development). Dilihat dari

prosesnya, supervisi klinik merupakan proses formal dari perawat

professional (RN‟s) untuk support dan learning sehingga pengetahuan

dan kompetensi perawat dapat dipertanggungjawabkan sehingga pasien

mendapatkan perlindungan dan merasa aman selama menjalani

perawatan.

Dalam model akademik proses supervise klinik meliputi tiga kegiatan,

yaitu a) educative, b) supportive, c) managerial. Kegiatan edukatif

dilakukan dengan: 1) mengajarkan keterampilan dan kemampuan

(contoh: perawat diajarkan cara membaca hasil EKG); 2) membangun

pemahaman tentang reaksi dan refleksi dari setiap intervensi

keperawatan (contoh: supervisor mengajarkan perawat dan melibatkan

pasien DM dalam demontrasi injeksi SC) 3) supervisor melatih

perawat untuk mengexplore strategi, teknik-teknik lain dalam bekerja

(contoh: supervisor mengajarkan merawat luka dekubitus dengan obatobat jenis baru
yang lebih baik). Kegiatan supportive dilakukan dengan

cara: melatih perawat „menggali‟ emosi ketika bekerja (contoh:

meredam konflik antar perawat, job enrichment agar mengurangi burn


out selama bertugas). Kegiatan managerial dilakukan dengan:

melibatkan perawat dalam peningkatkan „standar‟ (contoh: SOP yang

sudah ada dikaji bersama kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu).

c. Model Experintial

Model ini diperkenalkan oleh James di Newcastle University UK dan

Department of Health US tahun 2005 yang merupakan adopsi penelitian

Milne, Aylott dan Fitzpatrick. Dalam model ini disebutkan bahwa

kegiatan supervisi klinik keperawatan meliputi pelatihan dan mentoring.

Dalam kegiatan pelatihan, supervisor mengajarkan berbagai teknik

keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat pelaksana (contoh:

pemasangan infus pada bayi, melakukan vena sectie, teknik advance life

support dsb).

Pelatihan biasanya dilakukan secara berjenjang kepada setiap perawat,

misalnya pelatihan pada perawat pemula, perawat pemula-lanjut. Dalam

kegiatan mentoring, supervisor lebih mirip seorang penasihat dimana ia

bertugas memberikan nasihat berkaitan dengan masalahmasalah rutin

sehari-hari (contoh: bagaimana mengurus ASKES pasien, mencari

perawatmpengganti yang tidak masuk, menengahi konflik, mengambil

keputusan secara cepat, tepat dan etis dsb). Kegiatan ini lebih mirip

kegiatan supportive dalam model akademik.


d. Model 4S ( Structure, Skills, Support dan Sustainability )

Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil penelitian di

Greater Manchester UK dan New York tahun 1995. Model supervisor ini

dikembangkan dengan empat (4) strategi, yaitu Structure, Skills, Support

dan Sustainability. Dalam model ini, kegiatan structure dilakukan oleh

perawat RN‟s dalam melakukan pengkajian dan asuhan pasien dimana

perawat yang dibina sekitar 6-8 orang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk

mengembangkan pengalaman perawat dalam hal konsultasi, fasilitasi dan

assisting. Kegiatan skills dilakukan supervisor untuk meningkatkan

ketrampilan interpretasi EKG, pasang CAPD dsb). Kegiatan support

dilakukan dengan tujuan untuk secara aktif mengajar, melatih,

mengembangkan untuk meningkatkan kemampuan perawat pelaksana,

serta sebagai inovasi atau pembaharuanebutuhan-kebutuhan pelatihan

tertentu yang bernilai kebaruan (contoh: pelatihan emergency pada

keadaan bencana).

Kegiatan sustainability atau kegiatan supervisor untuk pemenambah

ilmu yang sudah di miliki perawat pelaksana, bertujuan untuk tetap

mempertahankan pengalaman, ketrampilan, nilai-nilai yang telah dianut

perawat. Kegiatan ini dilakukan secara kontinyu dengan cara mentransfer

pengalaman supervisor kepada perawat pelaksana (contoh: supervisor

membuat modul tentang berbagai ketrampilan teknik yang dibagikan

kepada semua perawat pelaksana.

Model Supervisi keperawat yang lain menurut ( Suyanto, 2008) yang


dikenal dengan Model Ilmiah yaitu , Supervisi di lakukan dengan

pendekatan yang sudah di rencanakan sehingga tidak hanya mencari

kesalahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan

dengan model ini memeliki karakteristik sebagai berikut yaitu : dilakukan

secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan

standart supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga

dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.

Anda mungkin juga menyukai