LAPORAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITASLAMPUNG
TIM PENGUSUL
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) adalah salah satu bagian Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang harus dilaksanakan oleh civitas akademika, khususnya para tenaga
pengajar (dosen) Universitas Lampung. Kegiatan yang harus dilaksanakan itu salah satunya
adalah “Pelatihan Pelatih Tingkat Dasar Senam Artistik Putra Bagi Guru Penjasorkes di Kota
Bandar Lampung”, dan sebagai sasaran dalam kegiatan ini adalah guru penjasorkes se- Kota
Bandar Lampung yang dibatasi umlah pesertanya dengan pertimbangan pandemic Covid 19.
Semoga kegiatan yang dilaksanakan ini akan ada manfaatnya dan akan terus berlanjut
sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan serta tujuan pengabdian kepada masyarakat di
lingkungan lembaga pendidikan.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN…………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
A. Pengertian latian…………………………………………….. 6
B. Prinsip Latihan Olahraga…………………………………….. 6
C. Ilmu yang Mendukung Latihan………………………………. 8
iv
B. Jadwal, Tempat dan Waktu Kegiatan………………………… 20
A.Hasil…………………………………………………………. 23
B. Pembahasan…………………………………………………. 25
A. Kesimpulan…………………………………………….. 28
B. Saran…………………………………………………… 29
LAMPIRAN ……………………………………………………. 32
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. 30
v
3
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
KONI Provinsi Lampng sebagai wadah pembinaan olahraga, memiliki kepedulian yang
sangat besar terhadap pembinaan olahraga, terutama pada cabang olahraga perorangan, hal ini
bisa dipahami karena cabang olahraga perorangan selain memiliki kontribusi yang cukup
besar terhadap perolehan medali, juga biaya yang dikeluarkan untuk pembinaan relatif kecil
bila dibandingkan dengan cabang olahraga beregu. Karena itu, hal yang wajar bila cabang
olahraga menjadi cabang unggulan dan prioritas untuk dibiayaisudah dilakukan perbaikan
pada kepengurusan KONI Lampung yang mejadi wadah para pelatih maupun atlit.
Keberadaan pelatih sangat diperlukan bagi seorang atlit untuk meningkatkan perfoman yang
baik di setiap latihan. Pelatih memiliki pemahaman yang lebih untuk dapat menterjemahkan
kemampuan atlit dalam bertanding. Kesuksesan pelatih tidak lebah dari wadah organisasi
yang membawahinya. Dalam hal ini pelatih senam artistik putra di bawah PERSANI
Lampung selaku induk organisasi senam yang bertanggung jawab meningkatkan kemampuan
pelatih.
Senam merupakan cabang olahraga unggulan Koni Lampung, terutama pada disiplin
senam artistik putra yang telah menyumbang beberapa kali medali pada Pekan Olahraga
Nasional (PON) dari mulai tahun 208, 2012, dan 2016 atas nama Meyusi Ade Putra, dan
Alhamdulillah selalu memperoleh medali emas sehingga memberikan kontribusi yang positif
bagi Lampung dalam mencapai peringkat yang terhormat. Namun, era kaderisasi atau
pengganti atlet berikutnya terasa lamban dan hampir terjadi jarak yang cukup jauh, hal ini
disebabkan karena proses rekrutmen pelatih sangat menentukan proses pembinaan yang
berkesinambungan. Karena itu, Persatuan senam Indonesia (PERSANI) Pengprov Lampung
bekerjasama dengan Universitas Lampung dalam hal ini Program Studi (Prodi) Penjas FKIP
7
Unila bermaksud menyelenggarakan kegiatan pencarian bibit atlet melalui penataran pelatih
tingkat dasar dan sekaligus pencarian calon bibit atlet kategori senam artistik putra.
Penataran calon pelatih senam tingkat dasar ini dibuka untuk berbagai kalangan, bukan
hanya dari para guru pendidikan jasmani (PJOK) saja, tapi yang diutamakan mantan atlet
senam itu sendiri karena sudah memiliki pengalaman gerak dan hanya tinggal ditambah ilmu
pendukung saja, sedangkan guru olahraga pada umumnya tidak memiliki kompetensi sebagai
pelatih karena mereka bukan dari lulusan program studi kepelatihan. Padahal, pada
perkembangannya guru olahraga selain harus bisa mengajar, juga dituntut untuk membina dan
mempersiapkan O2SN. Keadaan ini tentu saja dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan melatih bagi para guru, sedangkan kegiatan kepelatihan yang diselenggarakan
oleh Dinas Pendidikan serta Dinas Pemuda dan Olahraga pada setiap cabang olahraga hanya
bersifat insidental. Akibat kondisi tersebut, tentu saja prestasi tidak dapat dicapai secara
optimal dan merata, hal ini disebabkan karena penguasaan ilmu pengetahuan keolahragaan
dan keterampilan yang mendasari kemampuan melatih belum maksimal serta penerapan ilmu
yang mendukung latihan pun belum cukup, seperti ilmu jiwa kepelatihan, penyusunan
program latihan, ilmu faal, kondisi fisik serta tes pengukuran dan pencarian bibit atlet (talent
scouting), belum dikuasai secara benar.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari pendahuluan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan-
nya sebagai berikut:
1 Apakah melalui pelatihan tentang ilmu melatih bagi guru penjasorkes di Kota Bandar
Lampung dapat meningkat, baik secara teoritis maupun praktis?
2 Bagaimana pelaksanaan pelatihan tentang ilmu melatih pada guru penjasorkes di Kota
Bandar Lampung?
C. Tujuan Kegiatan
1. Meningkatkan pengetahuan secara praktis tentang ilmu melatih, yang didukung ilmu
lainnya, seperti ilmu faal olahraga, ilmu jiwa kepelatihan, kondisi fisik, dan pembuatan
program latihan pada guru penjasorkes di Kota Bandar Lampung.
2. Mampu menilai dan mencari calon atlet berbakat senam artistik
3. Meningkatkan keterampilan secara praktis tentang cara melatih yang berdasarkan iptek
keolahragaan.
4. Menguasai cara melatih dan cara memberikan pertolongan pada siswa atau calon atlet
dalam senam artistik
D. Manfaat Kegiatan
Hasil pelatihan ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi peningkatan kinerja guru dalam
remonerasi atau tunjangan lainnya terutama yang menyangkut karir guru
3. Bagi Cabang Olahraga yang bersangkutan dapat merekrut pelatih untuk cabang olahraga
yang dibina di sekolah, sehingga kegiatan ekstra kurikuler dapat dilaksanakan secara benar.
4. Bagi sekolah
9
Dengan banyaknya guru yang mengikuti penataran maka dapat meningkatkan penilaian
dalam akreditasi, khususnya kinerja guru. Selanjutnya guru menguasai cara melatih di
sekolah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Olahraga
Tidak bisa diabaikan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dari suatu performa
diperlukan adanya Sistem Pembinaan Olahraga Nasional yang meliputi sepuluh pilar
kebijakan, salah satu diantaranya ialah pengadaan & pengembangan pelatih, (Lutan, 2011
dan Mutokhir, Toho Cholik 2009). Pelatih sebagai ujung tombak pembinaan mempunyai
tanggung jawab langsung terhadap maju mundurnya prestasi seorang atlet. Oleh karena itu,
seorang pelatih dituntut harus memiliki, selain keterampilan pada cabang olahraga yang
dibinanya, juga pengetahuan yang mendukung latihan.
Setiap cabang olahraga memiliki visi atau harapan yang hendak dicapai yakni prestasi,
namun prestasi tidak mudah dicapai bahkan bukan seperti membalikan telapak tangan.
Prestasi akan dicapai melalui program pembinaan yang sistematis, berjenjang dan
berkesinambung serta kian hari kian meningkat beban latihannya.
B. Pembinaan Prestasi
Agar prestasi dapat dipertahankan maka perlu ada program promosi dan identifikasi
bakat, secara berlanjut dan berkesinambungan dengan memperhatikan prinsip-prinsip latihan
yaitu, beban lebih, individual, reversibility, variasi, dan beban bertambah (Bompa, 1990;
Harsono, 1988). Dalam hubungan Olahraga, Kebijakan dan Politik, Sebuah Analisis, Lutan
(2003:179) mengatakan bahwa “pembinaan usia dini dan yunior melalui penjenjangan usia
perlu digiatkan berdasarkan kaidah pelatihan ilmiah dan dukungan iptek olahraga tepat guna,
disesuaikan dengan kondisi ekonomi di Indonesia. Club, lembaga olahraga atau apapun
namanya didirikan bukan untuk waktu yang terbatas, tetapi diharapkan tetap eksis sebagai
bagian yang tidak terpisahkan pada visi dan misinya club atau lembaga olahraga itu
dibentuk. Karena itu, penyebar luasan tentang keberadaan club perlu diketahui oleh khalayak
agar peminat untuk menjadi atlet pada cabang yang bersangkutan akan berbondong-bondong
untuk mendaftarkan diri. Sementara itu, agar prestasi yang dicapai tetap konsisten maka
11
kemampuan pelatih dalam memilih calon atlet sangat dituntut sekali, apalagi bagi pelatih
yang ditunjang oleh landasan iptek dan memiliki intuisi berdasarkan pengalaman sebagai
seorang atlet yang berhasil. Kedua hal tersebut merupakan bagian dari promosi dan sistem
perekrutan pada club atau lembaga olahraga yang cukup ideal.
C. Fasilitas Latihan.
Menurut Hermawan (2012:5) bahwa ketersediaan sarana-prasarana merupakan salah
satu faktor penting dalam meningkatkan geliat dan prestasi olahraga. Tanpa adanya fasilitas
yang memadai, meraih prestasi mungkin hanya sekadar mimpi. Pada zaman yang serba
canggih dan moderen seperti sekarang ini, peralatan latihan (fasilitas) bukan lagi menjadi
penghalang bagi pelaksanaan latihan di club atau lembaga olahraga. Apalagi lembaga
olahraga yang sudah memiliki reputasi cukup baik, karena para atlet binaannya sudah
mencapai prestasi, bukan saja tingkat nasional bahkan tingkat dunia. Karena itu, segala
macam keperluan latihan akan dibantu oleh pemerintah dan KONI, baik daerah maupun
pusat.
E. Pengadaan&Pengembangan Pelatih.
Bukan atlet saja yang harus diperhatikan dari segi pemasalan maupun peningkatan
prestasinya, tetapi pelatih pun harus pula mendapat perhatian yang serius dari sebuah club
atau lembaga olahraga agar pembinaan akan berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena
itu, aspek pengadaan dan pengembangan pelatih perlu ditata sedemian rupa sehingga
keberadaan pelatih akan tetap terjaga, dan pengembangan kemampuan baik skill maupun
pengetahuannya akan terus meningkat dan karir pun akan berkembang pula. Sebagai
rujukan dapat mengadopsi penjenjangan pelatih dari pedoman Pusdiktar KONI Pusat (1995)
tentang pengadaan dan penataran pelatih, tingkat pemula, muda, madya dan utama. Seperti
Harsono (1988:7) menekankan bahwa, ”tinggi rendahnya prestasi atlet banyak tergantung
dari tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelatihnya”.
E. Kompetisi.
Betapapun berat dan intensifnya latihan seorang atlet tentu tidak akan berarti apa-apa
bila tidak mengikuti pertandingan atau kompetisi. Karena itu, kompetisi baik tingkat lokal,
nasional lebih-lebih tingkat internasioanl merupakan sarana atau alat ukur sejauhmana para
atlet dapat membuktikan kemajuan prestasinya. Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman
(1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau
kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi
tergantung dari strukturreward dalam suatu situasi. Demikian pula Chaplin (1999), kompetisi
adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok
untuk memperebutkan objek yang sama (http://id.wikipedia.org/wiki/Kompetisi) .
G. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah para guru pendidikan jasmani. Olahraga dan kesehatan
(penjasorkes) SD/MI, SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah dan SMK yang berada di Kabupaten
Pesawaran, berjumlah kurang lebih 60 orang yang diambil secara proposional dengan
13
presentasi sebesar 50% untuk guru SD atau sekitar 30 orang, guru SMP 30% atau sekitar 12
orang dan guru SMA sekitar 20% atau sebanyak 8 orang. Guru SD lebih banyak karena
populasinya lebih besar dari pada guru SMP maupun SMA. Hasil pelatihan ini akan
menghasilkan pelatih tingkat dasar dengan kompetensi yang diharapkan mereka mampu
menyusun suatu program latihan.
III. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Permasalahan yang paling mendasar bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan (penjasorkes), baik di sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah pertama
(SMP/MTs), maupun sekolah menengah atas (SMA/MA/SMK) ketika dihadapkan pada
tanggung jawab unttuk melaksanakan tugas dari kepala sekolah, yaitu melakukan pemilihan
dan pembinaan atlet yang akan diikutkan pada kegiatan pertandingan dan perlombaan di
Olympiade Olahraga dan Sains Nasional (O2SN). Hal ini tentu saja mengalami kesulitan
disebabkan karena keterbatasan pengetahuan tentang ilmu melatih, sedangkan guru
penjasorkes hanya dibekali ilmu pengetahuan tentang pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Dan, apabila kondisi seperti ini dibiarkan terus berlangsung maka akan terjadi
ketidak harmonisan hubungan antara kepala sekolah dengan guru itu sendiri, sebab kepala
sekolah menganggap bahwa semua guru penjasorkes, selain harus bisa mengajar juga harus
bisa melatih. Padahal, lulusan penjasorkes dari prodi penjaskes, bukan dari jurusan atau prodi
kepelatihan. sedangkan Universitas Lampung sendiri belum punya jurusan atau prodi
kepelatihan.
Untuk mengatasi permasalahan dan sekaligus mengatasi kondisi di lapangan yang
dihadapi oleh para guru penjasorkes maka melalui pelatihan atau penataran tentang ilmu
melatih, khususnya cabang olahraga senam terutama disiplin senam artistic, diharapkan dapat
mengatasi kesulitan melatih khususnya bagi guru penjasorkes di Kota Bandar Lampung. Oleh
karena itu, penataran ini diharapkan sekali dapat meningkatkan pengetahuan tentang melatih
pada cabang olahraga senam artisktik yang di pertandingkan dalam O2SN.
Alasan kenapa Kota Bandar Lampung dipilih menjadi obyek kegiatan ini, yaitu karena
Kota Bandar Lampung berdasarkan pengamatan memiliki prospek yang cukup besar dalam
pembinaan olahraga di Provinsi Lampung, karena lebih dekat domisilinya dengan kegiatan
Pengprov Persani Lampung.
Adapun materi yang diberikan atau disampaikan dalam pelatihan tersebut meliputi
beberapa aspek yang sangat penting dipahami dan dikuasai oleh para guru, antara lain: (1)
15
Ilmu melatih, (2) Ilmu faal olahraga, (3) Ilmu jiwa kepelatiha, dan (4) Praktek melatih senam
artistik.
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka pengabdian pada masyarakat ini adalah:
a. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh para guru pada masing-masing sekolah
karena belum mendapatkan pendidikan kepelatihan atau pengetahuan tentang melatih
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan kelemahan guru tentang ilmu melatih yang diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan secara praktis tentang cara melatih, khususnya cabang senam
terutama disiplin artistik serta cara memilih atlet di sekolah untuk dipertandingkan dalam
perlombaan O2SN dan perlombaan lainnya.
c. Mengadakan penataran dan pelatihan tentang ilmu melatih tingkat dasar bagi guru
penjasorkes di Kota Bandar Lampung.
3. Penyimpulan Hasil
Hasil pelatihan diperoleh sejumlah data berupa nilai kemampuan para peserta yang terdiri
dari aspek kognitif, yang diperoleh melalui tes awal dan tes akhir yang menunjukkan adanya
peningkatan yang cukup besar sekitar 90%. Sedangkan dari aspek afektif yang dilakukan
melalui pengamatan menunjukkan nilai baik. Para peserta dalam mengikuti berbagai materi
kegiatan selama pelatihan cukup antusias sekali atau bersemangat. Namun dari aspek
psikomotor, menunjukkan nilai yang kurang sekali, hal ini dibuktikan dengan kemampuan
membuat video latihan tentang cara melatih fisik hanya beberapa orang saja yang dapat
menyerahkannya. Semua ini kemungkinan disebabkan karena kemampuan membuat video,
biaya yang terbatas dan waktu yang diberikan panitia relatif sangat singkat.
Dan dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan tentang ilmu melatih bagi guru
penjasorkes di Kota Bandar Lampung cukup berhasil. Hal ini tentu saja sesuai dengan
kondisi yang diharapkan dati tujun kegiatan ini yaitu guru memiliki bekal ilmu melatih yang
berguna untuk memilih dan melatih atlet di sekolah yang akan diterjunkan dalam
pertandingan dan perlombaan di O2SN serta bekal jika diberi tanggung jawab untuk melatih
pembinaan cabang olahraga di sekolah.
4. Pelaporan
Sebagai akhir kegiatan dari pelatihan ini, LPPM Universitas Lampung sebagai
lembaga yang mendanai seluruh kegiatan ini menagih pertanggungjawaban keuangan dan
kegiatan kepada dosen sebagai pihak yang melaksanakan kegiatan tersebut.
Adapun pelaporan terdiri dari dua bagian, yakni (1) laporan kegiatan dan (2) laporan
keuangan. Laporan kegiatan meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan hasil yang diperoleh
serta penugasan sebagai tindak lanjut kegiatan pelatihan tersebut. Sedangkan pelaporan
keuangan merupakan pertanggungjawaban aspek keuangan yang telah digunakan, baik
langsung maupun tidak langsung.
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
Adapun jumlah peserta yang mengikuti pelatihan sebanyak 20 orang dan dapat dilihat
pada lampiran.
3 Keterlibatan Mitra
Dalam kegiatan ini diharapkan turut berpartisipasi sebagai mitra (stakeholder), yaitu
a. Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung yang mempunyai tanggung jawab terhadap
guru, tanpa izin dan restunya maka kegiatan tersebut tidak akan terlaksana.
b. Dinas Pemuda dan Olahraga yang bertugas membawahi pembinaan atlet usia muda
atau atlet pelajar seperti PPLP. Karena itu mempunyai tanggung jawab terhadap
pembinaan dan pengawasan terhadap pelatih yang menangani pembinaan atlet pelajar
di sekolah, termasuk guru penjasorkes yang menangani pembinaan atlet di sekolah.
4 Jadwal Kegiatan
Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan Pelatihan
07.30-09.00 Pembukaan
Periodesasi Latihan
2. Program Latihan
Fisik
12.00-13.00 Ishoma
14-30-16.00 Diskusi
D. Rancangan evaluasi
Kegiatan
TES1 Teori TES2
praktek
Performa
pelatih
Untuk menghasilkan pelatih yang berkualitas dari kegiatan pelatihan ini, maka dapat
ditempuh dalam beberapa tahap yang disebut sebagai rancangan evaluasi, antara lain
Tahap pertama sebelum diberikan perlakuan berupa penyampain materi maka dilakukan
tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal sebelum diberikan materi atau
perlakuan
Tahap kedua diberikan materi yang berupa, ilmu faal olahraga, ilmu jiwa kepelatihan,
latihan kondisi fisik dan cara pembuatan program latihan. Dan sebaiknya dilakukan
pertandingan atau perlombaan dari masing-masing atlet yang dibina oleh para pesrta pelatihan
ini. Namun, perlu dipertimbangkan aspek waktu dan biaya.
Tahap tiga dilakukan tes akhir guna mengetahui kemampuan setelah diberikan materi
atau perlakuan dan sekaligus kemampuan membuat program latihan yang benar sesuai prinsip
dan penerapan iptekor.
E. Pelaksanaan Tes
21
F. Tugas
Pemberian tugas setelah diberikan pembekalan materi yang berupa ilmu melatih dan
diberi tugas berupa untuk mencari atlet dan melatih selama 3 (tiga) bulan serta pembuatan
program latihan atau cara melatih rangkaian gerak senam dengan melalui pembuatan video.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melihat hasil pelatihan Pelatih Tingkat Dasar Senam Artistik Putra bagi para
guru penjas se Kota Bandar Lampung, baik kemampuan secara kognitif, afektif, maupun
psikomotor maka dapat dilihat dalam sajian data berikut ini,
Berdasarkan berbagai metode yang digunakan dalam kegiatan pelatihan tersebut, maka
sejumlah data telah dikumpulkan sebagai berikut :
2. Klasifikasi Peserta
Berdasarkan klasifikasi mengajar bahwa peserta yang berasal dari guru pendidikan
sekolah dasar (SD) sekitar 12 orang, sedangkan guru yang mengajar di SMP 6 orang, dan
guru SMA, 2 orang.
3. Aspek Kognitif
Berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir menunjukan bahwa kemampuan pengetahuan
setelah diberikan materi terjadi adanya peningkatan sebesar 90% hal ini membuktikan
bahwa kemampuan peserta cukup baik. Hasil ini tidak dikategorikan berdasarkan, baik
secara jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, maupun jenis kelamin.
4. Aspek Afektif
Berdasarkan hasil pantauan selama berlangsungnya kegiatan maka dapat dilaporakn
bahwa mayoritas peserta memiliki sikap yang baik sebesar 60% dan sikap yang cukup
sebesar 40%.
5. Aspek Psikomotor
23
Berdasarkan tugas yang disampaikan kepada peserta setelah pemberian semua materi
tentang ilmu melatih dan praktek pembelajaran komponen gerak senam artistik, ternyata
peserta yang tidak bisa mengikuti sampai tuntas hanya 2 orang dan 1 orang tidak membuat
program latihan.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang disajikan di atas bahwa peserta yang terlibat dalam kegiatan
pelatihan atau penataran tentang ilmu melatih senam artistic tingkat dasar bagi guru se Kota
Bandar Lampung cukup antusias sekali, hal ditunjukkan dari populasi guru (SD, SMP dan
SMA) menurut catatan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mencapai sekitar 230 orang
lebih, sedangkan yang ikut sebanyak 12 orang yang ditentukan berdasarkan sistem kuota atau
persentase (%), yang terdiri dari guru SD sebesar 60%, SMP 30% dan SMA sebesar 10%.
karena pertimbangan keterbasan panitia, baik tempat maupun dana. Kehadiran guru SMA
dalam kegiatan ini sangat terganggu dengan adanya SK Gubernur yang mengatur bahwa
operasional atau pengelolaan SMA di bawah langsung Gubernur, sedangkan SD dan SMP di
bawah langsung Bupati/Wali Kota, sehingga kuotanya digantikan oleh guru SD dan SMP.
Menurut aspek partisipasi bahwa peserta pelatihan ini mayoritas adalah pria karena gerakan
yang banyak ditampilkan pada putra terutama di alat seperti palang tunggal, palang seajajar
dan ring dibutuhkan tenaga yang ekstra kuat. Hal ini menunjukkan bahwa guru pria lebih
besar mobilitasnya dibandingkan dengan guru wanita, sehingga tingkat kepercayaan pada
guru pria lebih besar.
Bila melihat mengenai klasifikasi tempat bertugas dari jenjang pendidikan ternyata
guru SD lebih banyak dibandingkan dengan guru SMP maupun SMA, hal ini dapat dipahami
selain karena jumlah populasi yang lebih banyak dari pada guru SMP maupun SMA, juga
guru SD lebih tinggi soliditasnya dibandingkan dengan kedua jenjang pendidikan tersebut,
dan yang membuat keakraban mereka karena hampir sebagian besar berasal dari alumni
program S1 penyetaraan Prodi Penjaskes FKIP Universitas Lampung, sedangkan guru SMP
dan SMA lebih banyak berasal dari Perguruan Tinggi lain, baik dari luar maupun dari daerah
Lampung sendiri.
Sedangkan bila melihat kemampuan dari aspek pengetahuan (kognitif) para peserta
menunjukan adanya peningkatan yang cukup baik, yakni sekitar 90%. Artinya, bahwa
kemampuan secara penguasaan kognitif cukup bagus, Seperti Harsono (1988:7) mengatakan
bahwa, ”tinggi rendahnya prestasi atlet banyak tergantung dari tinggi rendahnya pengetahuan
dan keterampilan pelatihnya”. Jadi, dengan demikian bila melihat hasil tersebut menunjukana
bahwa calon pelatih tingkat dasar yang mengikuti pelatihan tentang ilmu melatih yang
dilakukan oleh LPPM Universitas Lampung sudah memenuhi harapan atau berhasil.
Walaupun persyaratan menjadi pelatih yang professional perlu waktu dan latihan yang
berjenjang. Pada tahap pemberian materi ni meliputi pembuatan program latihan secara
periodisasi yang meliputi tahap persiapan umum (TPU) yang menitik beratkan pada latihan
fisik sebanyak 60% dan jenis latihannya antara lain, daya tahan umum (cardiovascular
respiratory) yang bertujuan untuk melatih jantung dan paru- paru serta VO2 max jenis
latihannya berupa interval training, cross country, fartlrek, continue running dan latihan –
latihan fisik yang ringan seperti kelincahan, kecepatan, kelentukan, kekuatan, dst. Tahap
Persiapan Khusus (TPK), untuk mempertahankan kondisi fisik sebanyak 40% cabang
olahraga khusus yang dipertandingkan pada O2SN. Tahap pemantapan satu, yang diisi
dengan kegiatan pertandingan atau uji coba baik dilaksanakan diluar maupun disekolah
sendiri. Tahap pemantapan dua, yang diisi dengan evaluasi akhir untuk menentukan calon
atlet yang akan diterjunkan di O2SN yang mewakili sekolah yang bersangkutan. Gambaran
materi di atas yang disampaikan merupakan program ilmu melatih guru di pesawaran, materi
selanjutnya adalah membuat program latihan.
Berdasarkan rentang aspek afektif menunjukan bahwa para peserta memiliki sikap yang
positif dalam kegiatan pelatihan ini dengan kategori, hal ini ditunjukan dengan kehadiran dari
awal kegiatan (pembukaan) sampai akhir kegiatan, yang dibuktikan melalui presensi dan
antusiasme serta semangat peserta dalam mengikuti diskusi (hasil observasi).
Ditinjau dari aspek psikomotor menunjukkan adanya nilai yang relatih kurang, hal ini
dapat dilihat para peserta yang menyerahkan tugas praktek kegiatan melatih secara sederhana
dari suatu model latihan fisik yang dituangkan dalam bentuk video dan pembuatan program
25
latihan sangat sedikit, hal ini kemungkinan disebabkan karena biaya sangat terbatas dan waktu
yang diberikan panitia relatif sangat singkat.
Namun secara keseluruhan kegiatan pelatihan tentang ilmu melatih senam tingkat dasar
bagi guru penjasorkes di Kota Bandar Lampung cukup berhasil, karena didasari dua dari tiga
aspek sudah terpenuhi dengan baik, yakni aspek pengetahuan (kognitif), psikomotor dan sikap
(afektif).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan dan hasil yang telah dicapai dari kegiatan pelatihan tentang ilmu
melatih bagi para guru penjasorkes se Kabupaten Pesawaran, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1 Berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir menunjukan bahwa dari aspek Kognitif adanya
peningkatan sebesar 90% hal ini membuktikan bahwa kemampuan peserta cukup baik.
Hasil ini tidak dikategorikan berdasarkan, baik secara jenjang pendidikan SD, SMP,
SMA, maupun jenis kelamin. Demikian dari aspek. Afektif, hal ini menunjukkan nilai
baik. Para peserta dalam mengikuti berbagai materi kegiatan selama pelatihan cukup
antusian sekali atau bersemangat. Sedangkan dari aspek Psikomotor, yaitu kemampuan
membuat video latihan tentang cara melatih fisik kurang sekali, hal ini mungkin
disebabkan karena biaya dan waktu yang diberikan panitia relatif sangat singkat.
2 Hasil kegiatan penataran dan pelatihan ini telah memberikan harapan adanya perubahan
dari para peserta atau guru di Kabupaten Pesawaran ini dibuktikan dengan antusias
peserta mengikuti acara dari pembukaan sampai akhir acara.
B. Saran
1. Pelatihan tentang ilmu melatih bagi guru PJOK (SD/MI,SMP/MTS,SMA/MA dan SMK)
model seperti ini perlu dilanjutkan pada kabupaten dan kota di provinsi Lampung. dalam
rangka meningkatkan pengetahuan tentang cara melatih terutama untuk persiapan O2SN.
2. Dalam kegiatan ini dapat pula dijadikan sebagai kegiatan selain pengabdian juga penelitian
27
3. Informasi dari pengabdian atau penelitian ini bisa dijadikan sumber data bagi para
pengambil kebijakan baik di tingkat kabupaten kota, provinsi maupun nasional.
4. perlu pelatihan khusus aspek psikomotor melalui peran teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) untuk menjawab tantnagn era 4.0 (milineal) agar pelatih dapat
mengakses berbagai informasi secara cepat dan tepat.
.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, Tudor O (1990) Theory and Methodology of Training, The Key to Athletic
Performance. Dubuque, Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company,
Bompa, Tudor O (1983) Theory and Methodology of Training, The Key to Athletic
Performance. Kendall/Hunt Publishing Company, Dubuque, Iowa
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta. CV. Tambak
Kusuma.
Hermawan, Rahmat, (2012). Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam
Pembinaan Olahraga Prestasi (Studi Kasus di Padepokan Angkat Besi dan Angkat Berat
Gajah Lampung). Disertasi. Bandung, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia,
Jandbot. 2010. Kompetisi. Online. Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Kompetisi. 5 Juli 2010
Lutan, Rusli (2003) Olahraga, Kebijakan dan Politik: Sebuah Analisis.Proyek Pengembangan
dan Keserasian Kebijakan Olahraga, Dirjen Olahraga, Depdiknas, Jakarta.
Lutan, Rusli (2005) Teori Belajar Keterampilan Motorik; Konsep dan Penerapannya. Program
Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Lutan, Rusli. (2011) “Review Perencanaan Pra-PON & PON 2012 Riau. Prov. Kalteng, Satgas
Pra-PON & PON Kalteng” Juli, 2011. Makalah pada Seminar Komnas Penjasor, 27-28
September 2011, di UPI Bandung
Mutohir, Toho Cholik (2011). “Kebijakan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan
Jasmani”, Makalah pada. Seminar Komnas Penjasor, 25-26 Nopember 2008, di UPI
Bandung
29
Park, Janet B. and Quarterman, Jerome (2003). Contemporary Sport Management, Second
Edition. USA:Human Kinetic,
Tim Moneva, 2018. Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Porpov Ke VIII
Lampung Tahun 2017 Koni Provinsi Lampung
DAFTAR HADIR
PESERTA PELATIHAN TENTANG PELATIH TINGKAT DASAR SENAM ARTISTIK
BAGI GURU PENJASORKES DI KOTA BANDAR LAMPUNG