Anda di halaman 1dari 3

Pemahaman Mengenai Pupuk Bersubsidi.

 
Apa yang dimaksud dengan pupuk bersubsidi???.
Peraturan Menteri Perdagangan Indonesia Nomor 15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan
Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian (“Permendag 15/2013”) memberikan definisi
bahwa PUPUK BERSUBSIDI adalah “barang dalam pengawasan yang pengadaan dan
penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan kelompok tani dan/atau
petani di sektor pertanian meliputi pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk ZA, pupuk NPK dan jenis
pupuk bersubsidi lainnya yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian “(Pasal 1 angka 1 Permendag 15/2013).
 
Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Permendag 15/2013, 
KELOMPOK TANI adalah kumpulan petani, pekebun, peternak atau pembudidaya ikan dan/atau
udang yang dibentuk atas dasar kesamaan lingkungan, sosial ekonomi, sumberdaya dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
 Sedangkan petani adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan untuk
budidaya tanaman pangan atau hortikultura termasuk pekebun yang mengusahakan lahan untuk
budidaya tanaman perkebunan rakyat dengan skala usaha yang tidak mencapai skala tertentu,
peternak yang mengusahakan lahan untuk budidaya tanaman hijauan pakan ternak yang tidak
dipersyaratkan memiliki izin usaha dan pembudidaya ikan dan/atau udang yang mengusahakan
lahan untuk budidaya ikan dan/atau udang yang tidak dipersyaratkan memiliki izin usaha (Pasal 1
angka 5 Permendag 15/2013).
 
Merujuk pada definisi yang diberikan di atas, diketahui bahwa PENGADAAN PUPUK BERSUBSIDI
HANYA DIBERIKAN KEPADA KELOMPOK TANI DAN/ATAU PETANI.
Sedangkan PERUSAHAAN SWASTA (diluar kelompok tani/petani) TIDAK TERMASUK DALAM PIHAK
YANG BERHAK UNTUK DIBERIKAN PUPUK BERSUBSIDI.
 
 
Sanksi Terhadap Penyimpangan Pendistribusian Pupuk Bersubsidi.
I. KETERBATASAN PENGATURAN SANKSI DALAM PERMENDAG 15/2013

 Berdasarkan Permendag 15/2013, PRODUSEN, DISTRIBUTOR DAN PENGECER YANG MERUPAKAN


PIHAK-PIHAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI HANYA BERHAK DAN
BERKEWAJIBAN MENJUAL PUPUK BERSUBSIDI KEPADA KELOMPOK TANI DAN/ATAU PETANI
SEBAGAIMANA TELAH DITETAPKAN, sehingga dapat kami sampaikan jika terdapat penyimpangan
penggunaan pupuk bersubsidi oleh pihak yang tidak berhak, perusahaan swasta misalnya, maka hal
tersebut merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam rantai
pendistribusian tersebut. Meskipun demikian, hal ini tidak membebaskan pihak lain yang tidak
berhak menggunakan pupuk bersubsidi.
 
Permendag 15/2013 hanya mengatur bahwa dalam hal terjadi penyimpangan dalam pendistribusian
pupuk bersubsidi, baik yang dilakukan oleh distributor, pengecer atau pihak lain manapun yang
memperjualbelikan pupuk bersubsidi tersebut, akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (Pasal 30 Permendag 15/2013). Namun sanksi sebagaimana dimaksud tidak
diatur secara jelas dan tegas di dalam Permendag 15/2013 terkecuali sanksi yang kami uraikan di
bawah ini.
 
II. PENYIMPANGAN OLEH PENGECER
 
Pasal 29 jo. Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (4) Permendag 15/2013 mengatur bahwa dalam hal
terjadi penyimpangan penyaluran yang dilakukan oleh pengecer maupun penyimpangan dalam
penjualan kepada kelompok tani atau petani, maka pengecer akan diberikan sanksi administratif
berupa peringatan tertulis dari Bupati/Walikota, yang dalam hal ini adalah dinas yang membidangi
perdagangan.
 
Namun, jika peringatan tertulis tersebut tidak ditaati dalam jangka waktu 2 (dua) minggu terhitung
sejak tanggal surat peringatan tertulis, maka dapat dikenakan peringatan tertulis terakhir dari
Bupati/Walikota dalam hal ini Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida di tingkat Kabupaten/Kota. Jika
kembali tidak mentaati dalam jangka waktu 2 (dua) minggu, maka Komisi Pengawas Pupuk dan
Pestisida dapat merekomendasikan secara tertulis kepada:
a.    Distributor untuk membekukan atau memberhentikan penunjukkan pengecer;dan
b.    Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perdagangan atau instansi penerbit SIUP untuk
membekukan atau mencabut SIUP yang dimiliki pengecer.  
 
-      Klarifikasi terhadap dugaan penyimpangan
 
Selain sanksi di atas, Pasal 25 ayat (3) Permendag 15/2013 memberikan ruang gerak kepada pihak-
pihak di bawah ini untuk melakukan klarifikasi terhadap adanya dugaan penyimpangan dalam
penyaluran pupuk bersubdisi, yaitu kepada:
a.    Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri atau Pejabat yang ditunjuk;
b.    Direktur Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen;
c.    Tim Pengawas Pupuk Bersubsidi Tingkat Pusat;
d.    Kepala Dinas Propinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perdagangan atau Pejabat yang
ditunjuk;atau
e.    Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida Provinsi/Kabupaten/Kota.
 
Dalam hal terdapat bukti yang kuat ke arah pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi tindak pidana
ekonomi, maka Pejabat sebagaimana disebutkan di atas dapat menggunakan bantuan aparat
penegak hukum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 25 ayat (4) Permendag
15/2013).

Anda mungkin juga menyukai