Skripsi - Nadia Hayu Pastika
Skripsi - Nadia Hayu Pastika
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
NADIA HAYU PASTIKA
NIM: 071711233098
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
NADIA HAYU PASTIKA
NIM: 071711233098
ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademis pada bidang studi dan/atau
universitas lain dan tidak pernah dipublikasikan atau ditulis oleh individu selain penulis
kecuali bila dituliskan dengan format kutipan (langsung ataupun tidak langsung) dalam
isi Skripsi.
Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Airlangga.
SKRIPSI
Universitas Airlangga
Disusun Oleh:
071711233098
HALAMAN PERSEMBAHAN
Pertama tama saya ingin mempersembahkan skripsi ini untuk diri saya sendiri, karena
tanpa adanya kemauan yang kuat dari diri saya sendiri maka skripsi ini tidak mungkin
akan selesai dalam waktu yang singkat. Terimakasih juga kepada saya karena sudah
berhasil melewati berbagai suka maupun duka yang tentu banyak sekali dukanya selama
perkuliahan, terimakasih kepada diri saya sendiri yang sudah berhasil bertahan selama
3,5 tahun dan lulus dengan membawa gelar S. Hub. Int.
Skripsi ini juga saya persembahkan kepada Bapak dan Ibuk yang selalu mendukung
segala keputusan Nadia dan mendoakan atas kebaikan Nadia. Menyelesaikan skripsi ini
merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan pembuktian kepada Bapak dan Ibuk
bahwa segala doa dan amanah yang sudah diberikan dengan meninggalkan Nadia
sendirian di Surabaya untuk menuntut ilmu, telah terbayarkan dan tidak sia-sia. Semoga
segala usaha yang sudah dilakukan oleh Nadia tidak mengecewakan Bapak dan Ibuk.
Terimakasih juga kepada seluruh keluarga Alm. Sidha Indra, khususnya Akung yang
sudah mendukung dan mendoakan Nadia meskipun tidak dapat melihat seluruh proses
ini secara langsung. Terimakasih juga kepada Uti dan keluarga lainnya yang telah
mendukung dan mendoakan
ii
HALAMAN INSPIRASIONAL
“Semakin cepet skripsimu selesai, semakin cepet kamu bisa marathon liat Mark Sloan
di Greys Anatomy”
Naila Mufidah
“We don’t grow when things are easy, we grow when we face challenges”
Unknown
iii
HALAMAN TERIMAKASIH
Terimakasih sebanyak-banyaknya juga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya, Ir.
Sugeng Rochadi dan Inaka Makanti, SE. Karena telah memberikan dukungan dan
mengirimkan berbagai doa-doa yang dapat menguatkan Nadia selama ini. Terimakasih
karena telah yakin kepada Nadia untuk mampu menyelesaikan perkuliahan dalam waktu
3,5 tahun. Terimakasih karena telah mengizinkan Nadia untuk kuliah di tempat yang
jauh dari rumah, dan mendukung segala keputusan Nadia. Terimakasih atas segala kasih
sayang yang sudah diberikan oleh Ibuk dan Bapak untuk Nadia yang masih belum
membanggakan dan belum bisa membalas budi. Semoga Nadia bisa terus berusaha
keras untuk membanggakan Ibuk dan Bapak kedepannya. Untuk kedua saudara
kandungku, tuts dan fahrezi, trims karena nggak mengganggu dan tidak menyebalkan
selama pengerjaan skripsi. Trims juga untuk fahrezi karena sudah memasakkan aku
steak yang sangat enak sebelum aku ngurus yudisium ke Surabaya.
Untuk keluarga besar Sidha Indraku yang paling kusayang, Alm Akung dan Uti, Bude-
bude dan Pakde-pakdeku, terimakasih banyak sudah percaya sama Nadia dan
mendukung Nadia sampai sejauh ini. Terimakasih banget banget banget untuk Mba Ina
sepupuku yang paling menyebalkan tapi aku tau u ♡ me, karena mau bantu aku latihan
sidang. Terimakasih banget banget banget juga untuk Mba Hana yang mau kurepotin
dan kuberisikin tentang skripsi dan sidang, dan selalu yakin kalau aku bisa nyelesaikan
skripsi dengan cepet dan bisa melewati sidang dengan baik. Terimakasih Mba Ina dan
iv
Mba Hana yang sudah ikut andil untuk ngebimbing aku selama pengerjaan skripsi dan
persiapan sidang ♡♡.
Untuk Mbak Irfa, terimakasih sudah menjadi pembimbing yang sangat baik hati,
responsif, dan mendukung Nadia untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih karena
sudah mengarahkan Nadia sampai sejauh ini, karena tanpa kebaikan Mbak Irfa Nadia
tidak mungkin bisa menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang cukup singkat.
Kemudian untuk ketiga dosen penguji skripsi saya, Mas Yunus, Bu Lilik, dan Bu Ani.
Terimakasih banyak atas kritik, saran, dan tambahan ilmu-ilmu yang dimiliki dan
diberikan untuk perbaikan skripsi saya. Terimakasih karena telah bersedia menguji
Nadia dan sudah memberikan nilai yang tidak mengecewakan Nadia. Untuk dosen-
dosen S1 Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih banyak telah memberikan ilmu dan
pengalaman perkuliahan yang sangat bermanfaat untuk menambah wawasan
pengetahuan saya. Semoga saya dapat menggunakan ilmu- ilmunya dengan baik di
dunia pekerjaan nanti.
Banyak-banyak terimakasih juga untuk Zahra karena nggak mungkin aku ada disini
ngurus yudisium bareng kamu kalau kamu nggak ngedorong-dorong aku buat nyicil
skripsi, walaupun aku selalu balesnya sewot, jutek, dan marah-marah karena aku gasuka
dipaksa apalagi diatur. Buat kali ini aku sangat berterimakasih karena kamu ngotot mau
maksa aku ngerjain skripsi dan lulus bareng 3,5 tahun yang padahal akupun nggak ada
ambisi buat nyelesaikan secepet ini. Terimakasih ya zahra dan keluarga Setiawan
lainnya karena sudah mau menampung aku kalau aku lagi sedih di Surabaya hehe♡
terimakasih zahra karena selalu punya segudang cermis yang super seru, terimakasih
zahra selalu aku bikin ngakak tiap bangun tidur dirumahmu karena kamu pasti ngomel
malemnya setiap nonton film bareng aku pasti tidur duluan. Terimakasih ya zar sudah
mau jadi temen baikku semoga selalu temenan sampe selamanya dan bisa sukses
bersama ♡♡♡♡.
Untuk Naila dan Rere dua sahabatku yang paling gabisa digantikan sama siapapun,
terimakasih sudah mendukung aku dan meyakinkan kalo aku bisa ditengah-tengah
keputus asaanku. Makasih sudah jadi teman yang sangat baik dan suportif kalau aku di
Malang karena temenku juga cuma bisa dihitung jari kalau di Malang☺️I love you guys
beyond words, semoga kita bisa saling mendukung dan sukses bareng-bareng di bidang
yang kita geluti ini. Semoga kita bisa terus berteman dan keep in touch walaupun bakal
kepisah banget di masa depan, aku super sayang kalian. Terimakasih juga buat Novia
Nabila dan Jihan Kamila, dayang-dayangnya Pak Sarsono dan Pak Suryo, yang
walaupun kita kepisah lama banget dan jarang ketemu tapi kita bisa berkembang
sendiri-sendiri dan ujungnya saling mendukung. Selalu gapernah bosen dan gapernah
kehabisan topik tiap bertemu, mungkin kita emang sudah ditakdirkan untuk berteman
sampai sejauh ini ☺️
vi
ngurus PIHI yang subhanallah ya bun bikin lelahnya. Terakhir buat awo suwowo
terimakasih supirku selama beberapa dekade sebelum aku pindah ke Ngagel, tolong
whatsappnya jangan di block lagi terimakasih. Semoga di kemudian hari kita nggak
tengkar tengkar lagi☺️ semoga bisa selalu bahagia setelah berhasil keluar dari rumah,
semoga nggak selalu merasa sendiri karena ada aku dan ♡Bahrudins Family♡.
Pokoknya inget ya o kalo mau pisah harus pamit!!! ♥️u semoga kita semua bisa kumpul
lagi di 3910 ya, aku sayang banget sama ♡Bahrudins Family♡.
Untuk Icun dan Ijul terimakasih banyaaakk sudah jadi stress relief selama aku skripsian
dan kuliah, sayang banget sama kalian semoga kita bakal selalu berteman sampe
selamanya juga. Terimakasih juga untuk temen mainku yang lain Hugo, Vero, Memble,
Bimo, Lovi, Umik Intan, Kidil, Edo, Rifqi, Fauzi, Porol yang selama aku kuliah sering
diajak nonton bareng, ngejar konser bareng sampe pulang jam 3 pagi, duduk duduk di
Darryl sampe subuh dan berbagai memori lainnya yang bikin aku betah kuliah di HI
UNAIR meskipun aku ga betah sama jurusannya☺️ terimakasih untuk mom Geby yang
mau kurepotin jadi asdos bareng di PIHI, kamu pahlawan tanpa tanda jasa. Buat teman-
temanku HI17 lainnya Demas, Aya, Qory, Maretha, Syahro, Ayah Yute, Brian, Raeno,
Majidun, Kebot, Nurina, Putra, Putri, dan semua temen-temen lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu-satu, terimakasih sudah mengisi kehidupan perkuliahanku menjadi
sangat menyenangkan, dan terimakasih sudah mau berbagi ilmu karena dibandingkan
kalian aku bener-bener nggak ada apa-apanya ♥️♥️
Terimakasih juga untuk katingku Mbak Yocii karena mau mau aja kurepotin selama mau
sidang, dan selalu baik hati dan mengarahkan aku dengan baik hehe. Pokoknya aku
sangat berterimakasih kepada Mbak Yoci karena bikin tenang juga semangat-
semangatnya menuju sidang hwhw. Juga untuk Mas Rusli karena sudah nraktir di kintan
ditengah penatnya skripsian bareng zahra.
Saya ingin berterimakasih banyak untuk semua teman-teman saya dan orang- orang
yang terlibat dalam keseharian hidup saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
vii
Terimakasih banyak untuk uluran tangan dan doanya selama ini untuk Nadia. Semoga
kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin
viii
Disusun oleh:
Nadia Hayu Pastika
NIM. 071711233098
Dosen Pembimbing
ix
Ketua Penguji
Anggota I Anggota II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
kesehatan dan kekuatan yang tiada henti untuk penulis selama proses pengerjaan
skripsi ini sebagai tugas akhir penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana
Hubungan Internasional. Tanpa bimbingan dan ridho-Nya, penulis menyadari
bahwa tidak dapat dengan mudah menyelesaikan penelitian ini dalam kurun
waktu dua semester, yaitu satu semester pengerjaan proposal skripsi dan satu
semester pengerjaan skripsi. Tentunya, dalam melakukan penelitian untuk
pengerjaan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai macam hambatan dan
kesulitan yang berdampak pada kesehatan penulis. Kendati demikian, dikarenakan
tekad yang sudah bulat untuk segera menyelesaikan penelitian ini tanpa
menundanya untuk membanggakan kedua orang tua, maka penulis berhasil
melewati segala hambatan dan kesulitan tersebut hingga berada di titik ini.
Hal lain yang mendorong penulis untuk terus menyelesaikan penelitian ini
dikarenakan ketertarikan penulis terhadap negara Ekuador serta berbagai negara
yang berada di Amerika Latin, Sehingga penulis ingin mengkaji lebih dalam
mengenai dampak sosial keberadaan pengungsi Venezuela bagi penduduk
Ekuador. Maka dari itu, dikarenakan penulis memiliki latar belakang sebagai
mahasiswi Hubungan Internasional ingin memperluas wawasan masyarakat
internasional mengenai berbagai dampak sosial yang disebabkan kehadiran
pengungsi dalam jumlah banyak pada suatu negara. Dengan demikian,
dikarenakan tidak adanya penelitian di Universitas Airlangga maupun universitas-
universitas lainnya yang membahas mengenai kasus pencemaran lingkungan di
kawasan Amazon, maka penulis memilih untuk menjadikan penelitian yang
berjudul “Strategi Keberhasilan Suku Waorani dalam Memenangkan Litigasi
Kasus Pencemaran Minyak Perusahaan Texaco” sebagai skripsi penulis. Awal
mula penulis memilih topik tersebut untuk dijadikan sebagai topik penelitian
dilatarbelakangi oleh adanya kasus pencemaran minyak di kawasan yang
ditinggali oleh suku Waorani yang kemudian dilanjutkan dalam proses litigasi
oleh para korban. Sehingga penulis ingin mencari tahu latar belakang keberhasilan
xi
suku Waorani dalam proses litigasi tersebut, yang dituangkan oleh penulis dalam
skripsi ini.
xii
DAFTAR ISI
xiv
GAMBAR
xv
DAFTAR AKRONIM
ES Environmental Stewardship
xvi
xvii
ABSTRAK
Kasus ini dimulai pada tahun 2007 pasca dilakukannya ekstraksi minyak bumi
yang dilakukan secara besar-besaran oleh perusahaan Texaco tanpa
memperhatikan keberlanjutan hidup dari suku Waorani yang menetap dan
menggantungkan kehidupannya dengan sumber daya alam hutan Amazon,
tepatnya di Taman Nasional Yasuni. Selama prosesnya tersebut tim hukum
Aguinda hadir sebagai representatif yang mengatasnamakan masyarakat adat
setempat khususnya suku Waorani. Suku Waorani sendiri pada dasarnya
merupakan salah satu tertua dengan jumlah anggota yang cukup besar,
dibandingkan dengan masyarakat adat lainnya. Kemenangan litigasi tersebut
terjadi ditengah minimnya dukungan perlindungan dari pemerintah Ekuador
terhadap hak suku Waorani. Pemerintah memang telah mengesahkan kebijakan
untuk melindungi hutan Amazon dan hak masyarakat adat, namun implementasi
pemerintah cenderung lemah. Dengan minimnya peran pemerintah tersebut,
menimbulkan pertanyaan yaitu, bagaimana suku Waorani mampu memenangkan
proses litigasi terhadap kasus pencemaran lingkungan perusahaan multinasional
Texaco. Guna menjawab pertanyaan tersebut, penulis mengelaborasikan konsep
pressure group sebagai bentuk gerakan aksi kolektif dari tingkat lokal untuk
melakukan perubahan di tingkat lokal, regional, nasional, atau internasional serta
pendekatan TAN sebagai kontributor utama konvergensi norma sosial dan budaya
yang dapat mendukung proses integrasi regional dan internasional. Penelitian ini
bersifat kualitatif dengan mengumpulkan berbagai data yang bersumber dari
literatur yang kredibel dan berbagai media elektronik. Dari hasil analisis data yang
ada, maka penulis berasumsi bahwa keberhasilan suku Waorani mendapatkan
berbagai dukungan dari sejumlah NGO dan membentuk TAN dengan
menggunakan strategi politik informasi, politik mempengaruhi, dan politik
akuntabilitas dalam mendesak perusahaan korporasi yang diarahkan oleh
Donziger sebagai salah satu pengacara yang terlibat dalam proses litigasi.
xviii
ABSTRACT
This case began in 2007 after the Texaco company carried out large-scale oil
extraction without paying attention to the sustainability of the Waorani tribe, who
live and depend their life on the natural resources of the Amazon forest, precisely
in the Yasuni National Park. During the process, Aguinda's legal team was
present as a representative on behalf of the local indigenous people, especially the
Waorani tribe. The Waorani tribe itself is basically one of the oldest with a fairly
large number, compared to other indigenous peoples. The litigation victory came
amid the lack of support for the protection of the Ecuadorian government for the
rights of the Waorani people. The government has indeed passed policies to
protect the Amazon forest and the rights of indigenous peoples, but its
implementation tends to be weak. Due to minimum role of the government, raises
a question, of how the Waorani tribe was able to win the litigation process against
the environmental pollution case of the multinational company Texaco. In order to
answer this question, the author elaborated on the concept of pressure groups as
a form of collective action movement from the local level to make changes at the
local, regional, national or international level and the TAN approach as the main
contributor to the convergence of social and cultural norms that can support the
regional and international integration process. This research is qualitative by
collecting various data sourced from credible literature and various electronic
media. From the results of the analysis of existing data, the authors assume that
the success of the Waorani tribe has received various support from a number of
NGOs and formed a TAN by using political information strategies, influencing
politics, and politics of accountability in pressing corporate companies directed
by Donziger as one of the lawyers involved in litigation process.
xix
BAB I
PENDAHULUAN
Konflik timbul setelah suku Waorani menuntut operasi minyak perusahaan Texaco
pada tahun 1993 yang mulai dirasa dampaknya mendapatkan sejumlah tantangan
dengan dibubarkannya tuntutan tersebut oleh Texaco, karena tidak memenuhi
ketentuan dari kelas putatif yang diharuskan untuk mencakup setidaknya 30.000
orang secara geografis, sedangkan keluhan yang ada tidak teridentifikasi meliputi
semua kelompok masyarakat adat baik yang terkena dampak secara langsung atau
dengan klaim yang berbeda. Terlebih setelah diketahui bahwa kontrak yang
dimiliki perusahaan minyak Texaco dengan pemerintah Ekuador telah usai sejak
tahun 1992, sehingga perusahaan pusat menyatakan bahwa anak perusahaan
mereka yakni Texaco yang belum beroperasi lagi di Ekuador tidak dapat dituntut
dan klaim hukum yang dikeluhkan kepada mereka tersebut sepatutnya
diselesaikan di Ekuador tidak di Amerika Serikat. Texaco juga membantah kontrol
perusahaan induk atas operasi, pernyataan tersebut diduga oleh perusahaan
sebagai upaya untuk menjauhkan perusahaan induk dari operasi Ekuador dengan
menyatakan bahwa Texaco tidak berperan dalam pengolaan lingkungan di tempat
yang mana disanggah oleh pemimpin industri mengingat citra mereka untuk
berkomitmen pada praktik yang bertanggung jawab terhadap lingkungan di mana
pun Texaco beroperasi (Kimerling, 2016). Demikian pula, keluhan tersebut juga
dinilai tidak termasuk klaim berdasarkan norma-norma hak asasi manusia ataupun
hak-hak khusus masyarakat adat, dikarenakan suku Waorani melandasi
tuntutannya melalui analisa epidemiologi yang mana tidak dinilai sebagai bukti
yang cukup kuat (Loue, 2013). Menanggapi gugatan tersebut, Texaco membantah
melakukan kesalahan dan dengan gigih memperjuangkan tindakan hukum. Dalam
pengajuan ke pengadilan dan di media, Texaco bertahan dengan pernyataannya
bahwa operasi yang dilakukan telah mematuhi hukum Ekuador serta praktik
industri yang berlaku pada masanya (Kimerling, 2016).
Sebagaimana yang juga dipaparkan oleh Sawyer (2004) bahwa fase awal yang
dilakukan oleh suku masyarakat adat dalam mengatasi isu yang dihadapkan dan
melakukan environmental justice ialah dengan mengorganisir dan melakukan
protes pada tingkat yang rendah. Sementara federasi pribumi pertama didirikan
pada tahun 1960-an dan jaringan asosiasi pun mulai tumbuh yang mana saat ini
4
Dimulai dari pilar ekonomi, dalam pandangan konvensional pilar ini memiliki
tujuan utama meliputi pertumbuhan ekonomi utama atau keuntungan. Analisa
terhadap isu oleh pilar ekonomi juga cenderung melalui aspek mikroekonomi dan
makroekonomi. Selanjutnya pada pilar sosial, menurut Sachs (2008) pandangan
pilar ini terhadap situasi sosial yang buruk di belahan dunia memiliki keterkaitan
dengan pengabaian otoritas pemerintah terhadap kondisi sosial yang telah
terakumulasi selama bertahun-tahun (Sachs 2008, dalam De Sena et.al., 2017).
Selanjutnya adalah pilar lingkungan yang meliputi perjuangan terhadap isu
lingkungan. Aspek lingkungan menjadi sesuatu yang vital, mengutip dari
Balasubramaniam & Ferreira (2009) bahwa konflik yang timbul dalam kehidupan
akan memaksa manusia untuk meninjau kembali, bagaimana tindakan yang telah
dilakukan terhadap lingkungan serta hubungan sosial karena ditemukan adanya
timbal balik antara keduanya (Balasubramaiam & Ferreira 2009, dalam De Sena
et. al., 2017). Diantara ketiga pilar tersebut penelitian ini lebih condong pada pilar
7
sosial dan pilar lingkungan, sebab pilar ekonomi dinilai tidak sesuai dengan
peneliti membahas seputar proses litigasi diantara masyarakat Waorani dengan
perusahaan transnasional.
TAN hadir dengan berbagai pendekatan yang dilakukan antara lain dengan
membentuk kerangka kerja berupa corporate boomerang model. Adapun
pendekatan tersebut dikelompokkan kedalam empat strategi yang mewakili
prinsip mereka meliputi politik informasi (information politics), politik simbolik
(symbolic politics), politik mempengaruhi (leverage politics), dan politik
akuntabilitas (accountability politics). Dalam politik informasi, para anggota yang
terlibat dalam jaringan berusaha secara cepat dan kredibel untuk menghasilkan
informasi politik yang dapat digunakan untuk menggerakkan targetnya sehingga
mampu terpengaruh dan merubah kebijakannya. Selanjutnya pada upaya politik
simbolik, anggota jaringan memiliki kemampuan untuk menarik perhatian dari
pihak yang posisinya jauh melalui simbol-simbol, aksi, dan cerita-cerita. Leverage
politik atau politik mempengaruhi dapat berfungsi dengan mengumpulkan para
9
1.6 Hipotesis
Berdasarkan proses suku Waorani dalam memenagkan litigasi atas kasus
pencemaran lingkungan oleh perusahaan Texaco di Ekuador. Penulis memiliki
dua hipotesis yang dapat dijadikan sebagai aspek yang melatarbelakangi
kemenangan suku Waorani atas ketidakadilan pemerintah dan perusahaan Texaco.
Pertama, suku Waorani mendapatkan berbagai dukungan dari sejumlah NGO
utama antara lain Amazon Watch dan Amazon Frontlines. Selanjutnya, lembaga
tersebut membentuk TAN dengan menggunakan strategi politik informasi
(information politics), politik mempengaruhi (leverage politics), serta politik
akuntabilitas (accountability politics) dalam mendesak perusahaan korporasi yang
diarahkan oleh Donziger sebagai salah satu pengacara yang terlibat dalam proses
litigasi.
kepada suku Waorani disertai dengan berbagai NGO bersatu untuk mencapai
kepentingan mereka dengan mendesak pemerintah Ekuador dan perusahaan
Texaco.
12
13
14
15
Bab IV: Menjelaskan keberhasilan suku Waorani dan dukungan TAN yang
mengubah kebijakan pemerintah Ekuador dan sikap Texaco, yang kemudian juga
membawa perubahan dalam proses litigasi nya.
Bab V: Kesimpulan
16
Pada bab ini, penulis akan memaparkan penjelasan mengenai variabel dependen yaitu tentang
kemenangan litigasi. Pada bagian pertama, penulis memaparkan isu lebih terperinci antara suku
Waorani, pemerintah Ekuador, dan perusahaan Texaco sebagai kasus yang akan ditekankan pada
penelitian ini. Sementara pada bagian kedua, penulis akan memaparkan mengenai upaya Waorani
yang bersatu sebagai grup penekan untuk memperjuangkan haknya sebagai masyarakat adat,
sebagai penjelasan yang lebih merujuk pada permasalahan penelitian. Terakhir, pada bagian ketiga,
penulis memaparkan penjelasan mengenai bagaimana proses NGO yang kemudian menyalurkan
tangannya untuk membantu suku Waorani dalam menekan pemerintah Ekuador serta menarik
lembaga lain untuk memperhatikan kasus suku Waorani dengan perusahaan Texaco tersebut.
Dalam mendukung agendanya tersebut, hukum Ekuador memasukkan doktrin terra nullius atau
doktrin rasis yang digunakan oleh kekuatan kolonial Eropa untuk memberikan pembenaran hukum
dalam merampas hak wilayah yang dihuni oleh masyarakat adat serta menegaskan kedaulatan
hukum dan politik atas masyarakat adat. Adanya doktrin tersebut menyangkal atas kepemilikan dan
hak politik masyarakat adat berdasarkan anggapan yang cenderung rasis, bahwa meskipun
masyarakat adat telah tinggal di tanah tersebut jauh sebelum negara tersebut berdaulat, masyarakat
adat dipandang sebagai kaum liar karena tidak mampu menjalankan kedaulatan politik atau
memiliki tanah mereka, serta perekonomian mereka yang terbelakang sehingga keberadaan mereka
sebagai masyarakat yang mengatur serta merasa berhak atas tanah tersebut, dapat disangkal
(Kimerling, 2006). Tidak hanya itu, melalui doktrin tersebut, pemerintah Ekuador lantas dengan
tegas memiliki hak tertinggi yang utama atas tanah, wilayah, sumber daya Waorani bahkan
memiliki hak untuk mendudukkan serta memerintah suku Waorani, dan mengambil alih tanah untuk
ekstraksi minyak tanpa persetujuan atau kompensasi. Namun pada tahun 1997, pemerintah Ekuador
kembali menegaskan untuk memperbarui kebijakan sebelumnya yang berlandaskan pada terra
nullius dengan memberikan hak pada suku Waorani untuk memilki dan mengontrol tanah, wilayah,
dan sumber daya mereka yang tersisa mengingat ekstraksi minyak telah dilakukan, namun
pemberian wewenang tersebut juga dibatasi dengan undang-undang serta kebijakan yang
mengontrol karakterisasi dan pemberian hak beserta kebijakan terkait pembangunan dan kegiatan
konservasi (Kimerling, 2013).
Sementara itu ketika perusahaan Texaco melakukan ekstraksi minyak di lahan milik Waorani,
pemerintah Ekuador justru menunjukkan sikap yang minim atas kesadaran publik atau kepentingan
politik yang meliputi isu lingkungan dan keberadaan suku Waorani. Ekuador mengandalkan Texaco
untuk merancang, memperoleh, memasang, dan mengoperasikan infrastruktur yang mengubah
Ekuador menjadi pengekspor minyak. Dalam kontraknya dengan Ekuador, Texaco telah menyetujui
untuk menggunakan peralatan yang modern dan efisien yang kemudian akan diserahkan kepada
perusahaan Petroecuador pada tahun 1992. Namun, karena kosongnya peraturan lingkungan dari
Ekuador, Texaco lantas menetapkan standar lingkungannya dan mengawasi dirinya sendiri. Standar
dan praktik Texaco, bagaimanapun, tidak mencakup perlindungan lingkungan. Perusahaan Texaco
juga tidak menginstruksikan pegawai Ekuador mengenai isu lingkungan yang cukup minim
terhadap pengetahuan tersebut. Adapun area yang terkena dampak meliputi wilayah sekitar sumur,
18
Selama Texaco mengoperasikan situs tersebut, mereka telah menumpahkan langsung kedalam air
dengan total 18 miliar galon air formasi dengan jumlah 3,2 juta galon limbah air yang terproduksi
setiap harinya, disertai kecepatan mendekati 10 juta liter air beracun per hari melalui lubang-lubang
pembuangan yang terbuka dan tidak dilapisi tanpa pengolahan atau pemantauan (Kimerling, 2016).
Selain itu, Texaco juga menumpahkan 16.800 juta galon minyak mentah melalui pipa Trans-
Ecuadorian di Cekungan Amazon. Melalui catatan tersebut polusi yang telah dilakukan oleh Texaco
terhitung 30 kali lipat lebih banyak dari tumpahan minyak dalam bencana Exxon Valdez di Alaska.
Tumpahan dari pipa sekunder, jalur aliran, tangki, stasiun produksi, dan fasilitas lainnya juga sering
terjadi bahkan masih berlanjut higga hari ini sebagai akibat dari aktivitas tersebut. Perusahaan ini
juga mengasilkan emisi rutin yang disengaja karena penggunaan teknik kuno untuk pembakaran gas
terkait minyak, hingga sekitar 6.667 juta meter kubik gas dibakar di luar ruangan selama masa
operasi. Secara keseluruhan wilayah terdampak telah mencapai 450.000 hektar dan jumlah
penduduk yang terkena dampak mencapai 30.000 korban. Pencemaran ini tidak hanya merusak
ekosistem, namun juga menghancurkan kehidupan masyarakat adat yang terkena dampak, juga
sangat mempengaruhi budaya mereka (Beristain 2009, dalam Suman, 2017).
Pasca digalakkannya Amazon Crude atau sebuah gerakan untuk menyelamatkan minyak mentah di
Amazon, perlindungan lingkungan telah menjadi perkara kebijakan yang vital di Ekuador. Pada
awal 1990-an, pejabat pemerintah dan perusahaan minyak telah menunjukkan kepeduliannya
terhadap upaya penghijauan. Namun, implementasi terhadap perubahan lingkungan yang signifikan
di ladang minyak dikatakan cukup terlambat. Meskipun pemerintah telah memberikan janji publik
dengan semakin banyaknya perusahaan dengan secara sukarela meningkatkan standar lingkungan
disertai dengan berbagai hak dan persyaratan hukum lingkungan, termasuk pengakuan
konstitusional sejak 1984 atas hak individu untuk hidup dalam lingkungan yang bebas dari
kontaminasi, perluasan hak lingkungan konstitusional untuk kelompok sejak 1998, serta pengakuan
konstitusional atas hak alam sejak 2008. Akan tetapi kenyataannya penerapan hukum lingkungan di
ladang minyak terhambat oleh ketiadaan kemauan politik, pembiayaan yang tidak memadai,
kurangnya kapasitas teknis, pengaruh dan penolakan industri minyak terhadap regulasi,
pengendalian perusahaan atas pengambilan keputusan lingkungan, serta kegagalan supremasi
19
Upaya pertama yang dilakukan oleh suku Waorani pada saat Texaco memperluas operasinya dan
maju ke wilayah mereka, para pejuang Waorani mencoba mengusir penjajah minyak dengan
menggunakan tombak kayu keras sebagai senjata utama. Namun dalam menanggapi amukan dari
suku Waorani, pemerintah Ekuador, perusahaan Texaco, dan misionaris dari Summer Institute of
Linguistics (SIL) dan Wycliffe Bible Translators (WBT) bekerja sama untuk menenangkan
masyarakat adat dengan mengakhiri hidup mereka. Di waktu yang bersamaan dengan aktivitas
Texaco yang berjalan, suku Waorani tengah dihadapkan dengan wabah polio. Mencari celah, SIL
dan WBT menjebak suku Waorani dengan memberikan sejumlah bantuan yang mungkin tidak bisa
didapatkan oleh masyarakat sendiri untuk menimbulkan rasa ketergantungan antara suku Waorani
dengan para misionaris (Kimerling, 2013). Suku Waorani menganggap bahwa keberadaan
kebijakan integrasi nasional serta peradaban yang dibawa oleh orang luar atau cowode, menjadi
sebuah pertanda bahwa tanah leluhur mereka telah diserang dan didegradasi oleh cowode dengan
kekuatan teknologi, militer, dan ekonomi yang tiada henti.
2.2 Upaya suku Waorani sebagai Pressure Group dalam Memperjuangkan Hak Masyarakat
Adat
Sebagai akibat dari operasi Texaco, suku Waorani telah kehilangan kedaulatan politik dan
kedaulatan atas sumber daya alam mereka meliputi wilayah, tanah, dan sumber daya mereka yang
berkurang secara signifikan. Banyak lahan dan sumber daya yang tersisa telah terdegradasi, dan
polusi merupakan masalah yang terus berlanjut, diikuti dengan ancaman yang kian meningkat
terhadap sejumlah komunitas. Perubahan ini telah menghasilkan sejumlah masalah dan tantangan
baru bagi suku Waorani, termasuk erosi ketahanan pangan dan kemandirian dalam memehuni
kebutuhan dasar, sebab mereka telah menyadari kelicikan dari misionaris yang berusaha untuk
mengikat mereka. Tidak hanya itu, karena budaya Waorani berevolusi bersama dengan ekosistem
hutan, terdapat hubungan tak kasat mata yang tidak bisa terpisahkan antara budaya Waorani dengan
ekosistem Waorani. Akibatnya, kerusakan lingkungan dan perpindahan dari tanah leluhur tidak
hanya merugikan mata pencaharian suku Waorani, namun juga melemahkan kemampuan mereka
untuk melakukan praktik budaya tertentu dan mewariskan budaya mereka pada generasi mendatang.
20
Namun karena minimnya andil pemerintah Ekuador dalam menindaklanjuti permasalahan antara
suku Waorani mengenai lahan leluhur mereka dengan aktivitas perusahaan Texaco, mereka pun
melanjutkan permasalahan tersebut dalam ranah hukum dengan menggugat perusahaan Texaco.
Pada masa awal pengajuannya ke pengadilan, Texaco menyangkal kontrol perusahaan induk atas
operasi yang telah dilakukan. Mereka bahkan menegaskan bahwa Texaco tidak memiliki peran
dalam pengelolaan lingkungan di lahan Waorani karena bertentangan dengan citra yang ditanamkan
Texaco Petroleum di Ekuador. Perusahaan minyak ini juga membantah telah melakukan kesalahan
dan dengan gencar memperjuangkan tindakan hukum tersebut. Dalam pengajuan ke pengadilan dan
media, Texaco menuduh bahwa operasi tersebut telah sesuai dengan hukum Ekuador beserta praktik
industri yang berlaku saat itu. Mereka juga memperkuat argumentasi dengan menekankan Texaco
yang tidak lagi beroperasi di Ekuador sejak tahun 1990, sehingga mereka menyanggah bahwa klaim
hukum apa pun seharusnya diajukan di Ekuador bukan di Amerika Serikat. Pada proses selanjutnya
21
Pada tahun 2007, pengajuan litigasi yang mengatasnamakan masyarakat Waorani terhadap
perusahaan Texaco pun diterima oleh pengadilan federal Amerika Serikat. Namun dalam beberapa
waktu yang cukup berdekatan, Texaco melakukan arbitrase terhadap pemerintah Ekuador atas
pelanggaran terhadap penolakan keadilan terkait dengan Pasal III yang dikutip dari perjanjian
investasi bilateral, karena tujuh klaim mereka belum dibawa ke pengadilan Ekuador. Pada tahun
selanjutnya, majelis arbitrase memutuskan untuk mempertimbangkan klaim Texaco, dan berakhir
dengan mendukung perusahaan penggugat dan meminta pemerintah Ekuador untuk memberi
kompensasi kepada perusahaan (Kimerling, 2013). Tujuan dari gugatan tersebut pada dasarnya
bukan didasari pada penyelewengan terhadap lingkungan yang telah dilakukan oleh perusahaan
Texaco, melainkan kerusakan sebagai dampak dari keputusan para eksekutif Texaco yang diambil
dengan keadaan sadar untuk meningkatkan pengembaliannya dengan mengeksekusi biaya
pembuangan air formasi setiap harinya ke 330 lokasi sumurnya pada lingkungan. Setelah hampir
dua dekade litigasi, tepat pada 14 Februari 2011 pengadilan Ekuador pada tingkat pertama,
memutuskan untuk menuntut kerugian terhadap Texaco dengan bertanggung jawab atas $19 miliar
sebagai kompensasi dan ganti rugi. Pengadilan menjelaskan bahwa hukuman ganti rugi yang
diberikan didasarkan pada “kesalahan Texaco atas itikad buruk yang telah dilakukan oleh terdakwa
dalam proses pengadilan, serta kegagalan untuk secara terbuka mengakui martabat dan penderitaan
para korban dari perilaku terdakwa” (Suman, 2016).
Sementara itu Texaco dibawah naungan Chevron sebagai perusahaan induknya, telah memindahkan
semua asetnya dari Ekuador untuk menghindari penegaka hukum. Oleh karena itu, pengacara dari
pihak korban yang terkena dampak dari aktivitas Texaco tetap melanjutkan tindakan hukum pada
berbagai negara yang memiliki riwayat dengan Texaco sebelumnya antara lain Argentina, Brazil,
dan Kanada untuk memulihkan pembayaran denda (Amazon Watch, 2014). Pada 4 September
2015, terdapat tujuh hakim Mahkamah Agung Kanada yang kemudian membulatkan keputusannya
dengan menyatakan bahwa penggugat Aguinda, sebagai representasi dari korban antara lain
22
Pada awal 1990-an dunia mulai melihat perubahan dalam representasi masyarakat adat yang
dimulai dengan demonstrasi massa, tetapi apa yang bisa dikatakan sebagai perubahan terbesar
dalam representasi ini pada dasarnya merupakan konsekuensi dari tindakan hukum yang diambil di
23
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa di belakang pihak penggugat dan tim lain yang
mengawasi prosesnya, terdapat banyak NGO yang telah menunjukkan pengaruh yang sangat besar
pada kampanye terhadap publik dan pendanaan untuk kasus tersebut. Adapun beberapa NGO
terbesar yang memegang peran cukup vital dibalik aksi penggugatan ialah Amazon Watch dan
Amazon koalisi pertahanan. Di sisi lain, perusahan Texaco dibawah Chevron tidak berafiliasi
dengan NGO manapun, namun perusahaan ini memiliki jangkauan internasional yang cukup luas
sebab perusahaan ini beroperasi di lebih dari 100 titik, sehingga perusahaan ini mengakui pengaruh
internasionalnya sebagai sebuah perusahaan (Grench, 2009). Selama proses litigasi sedang
berlangsung masyarakat adat juga tidak tinggal diam, dia tetap menggencarkan gerakan mereka
untuk menuntut self-determination dan kedaulatan teritorial sebagai pusat pembentukan negara
majemuk terhadap pemerintah Ekuador. NGO lingkungan dan pemerintah teritorial adat telah
menggantikan peran Ekuador dalam menyediakan layanan publik di beberapa daerah, yang
menuntun mereka pada tatanan environmental citizenship yang dibentuk berdasarkan pemahaman
Barat terkait konservasi. Meskipun masyarakat Waorani relatif marjinal dalam politik adat nasional,
adanya kolaborasi dengan aktivis lingkungan memiliki kehadiran yang berkembang terhadap
24
Disamping komunitas tersebut, terdapat Acción Ecológica sebagai NGO domestik utama yang
mendukung suku Waorani. Organisasi tersebut telah terlibat dalam sejumlah masalah minyak di
kawasan tersebut selama beberapa dekade dan memiliki tim yang sepenuhnya menangani masalah
minyak di Amazon Utara. Selain itu, anggota staf CDES dan Pachamama melaporkan beberapa
keterlibatan seputar konflik Texaco dengan Waorani. CDES terutama menawarkan nasihat hukum
terkait gugatan Texaco, sedangkan Pachamama yang keberadaannya untuk mendukung prakarsa
peningkatan kapasitas di masyarakat adat. Seperti yang telah disinggung juga bahwa Amazon
Watch, Amnesty International, dan Oxfam International sebagai NGO internasional utama yang
terlibat. Amazon Watch juga sempat disebutkan memiliki peran yang vital, hal ini dikarenakan
lembaga ini bertindak sebagai jembatan utama antara masyarakat Waorani dan pemegang saham
AS. Seorang anggota Amazon Watch mendekati Trillium Asset Management yang merupakan fira
investasi independen tertua dan terbesar di Amerika Serikat. Pengambilan sikap yang dilakukan
oleh Amazon Watch terbukti berhasil membawa pengaruh terhadap perusahaan Texaco karena
Trillium yang berada di pihak mereka, dengan mengajukan resolusi pertamanya yang secara
eksplisit membahas mengenai apa yang telah ditinggalkan oleh Texaco di Ekuador pada
pemungutan suara Chevron tahun 2004 (McAteer & Pulver, 2009). Melalui berbagai desakan dari
para NGO, perusahaan Chevron lantas melakukan perubahan terhadap kebijakannya yang
mengutamakan hak masyarakat adat dan mempertegas hukum lingkungan. Hal tersebut juga serupa
dengan pemerintah Ekuador yang cenderung mematuhi perusahaan Chevron, pun turut
mempertegas penyikapannya terhadap hak indigenous people mengingat kawasan ini telah
mendapatkan cukup pengawasan dari beberapa institusi internasional karena pelanggarannya
tersebut.
25
Pada dasarnya Jaringan Advokasi Transnasional (TAN) merupakan sebuah istilah yang merujuk
pada jaringan atau konfigurasi dari para aktivis yang berkolaborasi untuk meyakinkan pemerintah
nasional ataupun tujuan lainnya dalam memenuhi tuntutan aktivis. Banyak jaringan advokasi
transnasional yang menghubungkan para aktivis di negara maju dengan orang lain di atau dari
negara yang kurang berkembang. Kebanyakan disebabkan oleh terputusnya hubungan antara aktor
negara dengan domestik. Hal tersebut juga berlaku pada upaya yang dilakukan oleh NGO dan
INGO dalam mendesak perusahaan Texaco yang berada dibawah naungan Chevron serta
pemerintah Ekuador. Pola ini disebut sebagai efek bumerang sebab desakan yang dilakukan oleh
jaringan transnasional mampu mengubah perilaku dari sasaran kegiatannya, yang dalam isu ini
merupakan perusahaan korporasi. Kontak internasional melalui TAN dapat memperkuat tuntutan
kelompok domestik, membuka ruang terbuka untuk masalah baru karena pemerintah yang tidak
responsif terhadap kelompok domestik. Adapun bentuk kegiatan yang kerap dilakukan oleh TAN ini
ialah dengan melakukan tindakan represif terhadap sasaran untuk melakukan perubahan sesuai
dengan tuntutan yang diajukan. Keberhasilan dari aksi TAN antara lain dapat dilihat berupa
kebijakan pihak sasaran yang berubah, melakukan pertanggung jawaban atas kasus yang telah
dilakukan, dan sebagainya. Adapun Model Bumerang Perusahaan sebagai perluasan dari TAN yang
mengkemas berbagai strategi dalam empat kategori antara lain information politics, leverage
politics, accountability politics, dan symbolic politics. Disamping kinerja dari TAN, pastinya
terdapat aktor lain yang juga menunjang keberhasilan kegiatan. Dalam konteks ini terdapat
Donziger sebagai pengacara yang memihak masyarakat adat, turut berperan secara aktif dan vital
dalam mengatur bagaimana jalannya kampanye dan tekanan lainnya dari para NGO.
Tidak hanya itu Amazon Watch juga membentuk sebuah laman lainnya yang secara terperinci
mendokumentasikan berbagai dampak yang telah ditimbulkan oleh perusahaan Texaco atau
Chevron dari sudut pandang masyarakat adat yang menjadi korbannya, dalam Chevron Toxico.
Laman ini cukup aktif digunakan sejak tahun 2000-an hingga 2018 sebagai bentuk kampanye yang
dilakukan melalui media dan berfokus pada keadilan masyarakat adat di Ekuador dan cenderung
menyorot berbagai korban baik dari masyarakat adat hingga para pekerja di perkebunan melalui
video yang diunggah di Youtube melalui berbagai sumber. Salah satu pihak yang mewakili
masyarakat adat sebagai narasumber Chevron Toxico dalam menyuarakan pendapatnya ialah
Humberto, yang berkedudukan sebagai seorang pemimpin masyarakat adat di Ekuador, dengan
video yang telah ditonton sebanyak 12 ribu kali. Dalam liputan tersebut Humberto menerangkan
bagaimana vitalnya keberadaan hutan Amazon bagi masyarakat adat sebagai sumber kehidupan
mereka. Hutan yang dimanfaatkan demi keuntungan material oleh perusahaan Chevron merupakan
sumber pengetahuan bagi masyarakat adat khususnya dukun dan para tetuah bijak, dan sumber
pengobatan bagi mereka melalui tumbuhan. Namun setelah adanya aktivitas dari perusahaan
minyak, mereka justru harus berupaya untuk menjaga keselamatan mereka dari sumber daya yang
telah tercemar agar tidak kesehatan mereka tidak terpapar oleh racun. Melalui berbagai cerita dari
sudut pandang masyarakat yang menjadi korban dari aktivitas ekstraksi minyak semakin
menguatkan bukti-bukti nyata dan kedudukan NGO dalam memperjuangkan masyarakat adat di
pengadilan dalam menuntut perusahaan Chevron. Kampanye Chevron Toxico dianggap sebagai
pencapaian penting sebab keberadaan jaringan advokasi yang mengorganisir masyarakat terdampak
mampu menjaga komunitas untuk tetap terhubung dengan perkembangan di persidangan. Laman ini
juga kembali menekankan perusahaan Chevron yang lepas dari tanggung jawab mereka dan
kewajiban mereka untuk memulihkan bencana yang telah ditimbulkan, pun justru meluncurkan
serangkaian tindakan hukum pembalasan massal dan strategi hubungan masyarakat. Laman
27
Disamping itu Amazon Frontlines yang selalu memperbarui kabar terkait isu diantara suku Waorani
dengan Texaco pada laman mereka, juga berkolaborasi dengan CONCONAWEP, organisasi yang
mewakili komunitas Waorani di wilayah Pastaza di Amazon Ekuador, Ceibo Alliance, organisasi
nirlaba pribumi Ekuador dengan membentuk platform kampanye melalui sosial media untuk
menarik masyarakat dalam ranah internasional yang dikenal dengan Waorani Resistance. Platform
ini juga menarik masyarakat secara global untuk mengisi petisi sebagai bentuk pengikutsertaan
dalam mendukung gerakan Waorani Resistance yang hingga saat ini telah ditandatangani sebanyak
378.108 orang. Platform ini juga menyediakan tempat bagi mereka untuk melakukan penggalangan
dana kepada suku Waorani untuk melindungi hutan dan melanjutkan hidup mereka, dimulai dari
$25 untuk mendanai pekerjaan sehari seorang pembuat peta Waorani dan penjaga patroli darat; $50
memungkinkan satu tetua Waorani melakukan perjalanan dari Amazon ke Quito, Ekuador untuk
melakukan protes dan menuntut kepatuhan pemerintah terhadap keputusan pengadilan dan
penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat; $100 dalam mendukung perjalanan para
pemimpin Waorani untuk menjalin aliansi dengan negara-negara tetangga dalam perlawanan
terhadap ekstraksi minyak; $1200 untuk mendukung pendampingan hukum yang berkelanjutan
untuk Waorani; dan $2400 untuk menyediakan satu sistem energi surya untuk keluarga Waorani
tanpa jalan, mendukung swasembada dan otonomi (Amazon Frontlines, tt). Sejatinya Donziger
mengadopsi strategi media yang agresif karena meyakini bahwa pengadilan opini publik sama
pentingnya dengan yang lain.
Berbagai upaya melalui pendekatan information politics ini juga membawa dampak yang cukup
signifikan dengan menarik perhatian masyarakat di belahan dunia lain, hal ini dibuktikan dengan
Global Justice Now yang merupakan sebuah NGO dari London, kemudian turut bergabung dengan
268 organisasi, serikat pekerja, gerakan, dan jaringan dari beberapa negara lainnya untuk
mengungkapkan keprihatinannya mengenai tindakan Chevron terhadap Ekuador. Mereka juga turut
menyuarakannya dalam aksi hari global yang jatuh pada tanggal 21 Mei sebagai bentuk
dukungannya pada Ekuador dalam pertempurannya yang sedang berlangsung dengan perusahaan
raksasa minyak Amerika Serikat. Adapun beberapa NGO lainnya juga turut mendukung para korban
dan melakukan aksi antara lain Via Campesina yakni NGO yang pusatnya terletak di Zimbabwe,
Friends of the Earth dari Belanda, European Environment Bureau yang berasal dari Belgia, dan lain
sebagainya (Guerrero, 2019). Tidak berhenti sampai situ saja, jaringan transnasional juga terus
28
Dalam serial ini juga ditunjukkan bagaimana perusahaan Chevron telah membayar mantan hakim
Ekuador, Alberto Guerra, sebesar $12.000 setiap bulan selama setidaknya dua tahun. Tidak hanya
itu mantan hakim tersebut juga mendapatkan rumah yang terletak di Amerika Serikat, mobil,
bahkan juga membayar biaya hukum Guerra agar dapat memperoleh status sebagai pengungsi
politik di Amerika Serikat. Dibalik itu semua Guerra dituntut untuk bersaksi bahwa salah satu
pengacara lingkungan yang mewakili masyarakat adat, Steven Donziger, menyuapnya untuk
memerintah demi rakyat Amazon. Hal tersebut diupayakan sebagai bentuk pengalihan sehingga
perusahaan Chevron tidak perlu melakukan pembayaran sebesar $9,5 miliar untuk biaya
pembersihan. Sebab meskipun Chevron telah diperintahkan oleh pengadilan sebanyak dua kali
untuk membayar $9,5 miliar untuk membersihkan kerusakan dari tumpahan minyak di hutan
Amazon, perusahaan telah menyatakan bahwa mereka tidak akan membayar denda dan berupaya
mendiskreditkan para aktivis dan pengacara mereka. Meninjau lebih lanjut, satu pengadilan banding
29
Selanjutnya, masih di bawah kendali Donziger, mereka melakukan representasi palsu dan
pernyataan yang menyesatkan untuk menghasut tindakan pemerintah melawan Chevron. Ia beserta
tim hubungan masyarakatnya bekerja sama-sama dalam upaya untuk memicu tindakan dan
memberikan tekanan pada Chevron dari pejabat, lembaga federal, dan negara bagian. Salah satu
tujuannya adalah untuk menciptakan persepsi bahwa tuntutan hukum tersebut mengancam kerugian
serius bagi perusahaan, material bagi keuntungan Chevron, dan akan menghasilkan harga saham
yang lebih rendah serta keuntungan yang lebih rendah pula bagi pemegang saham Chevron. Untuk
itu, pada tahun 2005 mereka membuat draf surat yang akhirnya dikirimkan oleh Amazon Watch
kepada Securities and Exchange Comission (SEC). Surat tersebut mempromosikan remediasi yang
menyatakan bahwa pembersihan dasar yang seharusnya ditanggung oleh Chevron diperkirakan akan
menelan biaya setidaknya $6 miliar berdasarkan ahli perbaikan lingkungan yang telah melakukan
survei, terlepas dari fakta bahwa Donziger mengetahui adanya ketidakakuratan dalam pernyataan
tersebut. Surat tersebut juga menegaskan bahwa Chevron telah menciptakan kontaminasi racun 30
kali lebih besar dari Exxon Valdez dan mengecam dugaan kegagalan Chevron untuk
mengungkapkan potensi kewajiban pada pemegang sahamnya. Tim penggugat juga menggunakan
angka yang sama, meskipun selanjutnya dikonfirmasi bahwa pernyataan tersebut dibesar-besarkan,
30
Disamping itu Amazon Watch sebagai organisasi yang besar juga bekerjasama dengan tim
penggugat untuk melobi badan pengatur dan pejabat terpilih, mencari dukungan di antara pemegang
saham Chevron untuk penyelesaian, dan mencari perhatian media melalui siaran pers. Dalam
konteks interaksi antara perusahaan dan pemegang saham, muncul spekulasi dari aktivis lingkungan
dan sosial tentang kekuasaan dan pengaruh pemegang saham. Banyak pemegang saham yang
berubah menjadi pelobi aktif, sehingga mereka mampu mempengaruhi perilaku perusahaan dengan
menegakkan hak kepemilikan melalui proses persiapan atau pemungutan suara pada proposal
langsung dengan manajemen (Raghupathi et. al., 2020). Kinerja dari Amazon Watch dapat dikatakan
efektif sebab muncul resolusi pertama oleh investor institusional dan investor yang bertanggung
jawab secara sosial, termasuk Dana Pensiun Umum Negara Bagian New York, Manajemen Aset
Trillium, Amnesty International USA, dan anggota Interfaith Center on Corporate Responsibility
(ICCR). Para investor yang memiliki lebih dari $1 miliar saham Chevron mengajukan resolusi
dengan menuduh perusahaan Chevron yang lebih mengutamakan image nya daripada penderitaan
berat manusia yang diakibatkan oleh ulah mereka di Ekuador, serta mempertanyakan logika dari
pihak perusahaan karena menghindari tanggung jawab yang cukup besar dengan mempertaruhkan
nyawa banyak orang. Para investor juga menggarisbawahi beberapa permasalahan yang dipandang
cukup vital akibat ulah anak perusahaan mereka antara lain (1) banyaknya jenis infeksi dan kanker
oleh kontaminasi permukaan air oleh Texaco; (2) ditemukan delapan jenis kanker yang sekarang
telah ditemukan di satu desa dekat sumur Texaco; dan (3) anak-anak berusia 14 tahun ke bawah
berpotensi besar mengembangkan leukimia di bekas konsesi Texaco daripada di tempat lain di
Amazon (Amazon Watch, tt).
Kampanye Waorani Resistance yang telah disinggung sebelumnya juga cukup menarik perhatian
banyak orang setelah beberapa selebritis juga turut meramaikan seperti Mark Ruffalo, Mishell
Coppianoa, Rea Garvey dan lainnya (Amazon Frontlines, tt). Kampanye yang memanfaatkan
selebriti ini diusung oleh Donziger sebagai pengacara yang turut andil dalam proses litigasi antara
suku adat dengan perusahaan Chevron ini. Bersama sama para aktor ini membuat dan mengelola
konten, desain, dan pesan sebagai bagian dari gerakan Perlawanan Waorani. Sejalan dengan
kampanye yang diramaikan oleh para selebriti melalui platform dari NGO ini, terdapat beberapa
selebriti hingga musisi lainnya yang menggunakan platform mereka untuk menunjukkan bagaimana
kekacauan yang telah dilakukan oleh Chevron dikarenakan kebencian mereka terhadap ulah
31
Tidak hanya dalam bentuk kampanye, adapun dukungan yang diberikan kepada masyarakat adat
untuk menekan perusahaan Chevron dalam menerima kewajibannya untuk membayar $9,5 miliar
dilakukan dalam bentuk lainnya oleh Assembly of First Nations (AFN). AFN pada dasarnya
merupakan sebuah majelis yang menyerupai Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang
diwakili oleh ketua-ketua mereka untuk menggantikan Persaudaraan India Nasional Kanada. Pada
tahun 2017 AFN dan Domingo Paes, selaku perwakilan dari suku Achuar, mengatasnamakan
masyarakat adat lainnya dalam menandatangani protokol untuk meminta pertanggungjawaban
perusahaan atas pembuangan miliaran galon limbah beracun. Perjanjian tersebut ditandatangani di
Sidang Ketua Khusus AFN di Ottawa oleh Ketua Nasional AFN yakni Perry Bellegarde; Jamie
Vargas, Kepala Nasional Ekuador dan Presiden CONAIE; dan Carmen Cartuche selaku Presiden
Front for the Defense of the Amazon (FDA), organisasi berbasis komunitas di wilayah Amazon
yang mengajukan gugatan terhadap Chevron atas nama masyarakat adat dan petani. Perjanjian
tersebut didukung oleh resolusi yang disahkan dengan suara bulat oleh Ketua Majelis pada saat itu.
32
Resolusi pun kembali hadir, digagas oleh Masyarakat Misionaris Domestik dan Gereja Episkopal
Asing dan diajukan bersama oleh Catholic Health Care Partners dan Bon Secours Health Care
Systems, menunjuk pihak Chevron telah mekakukan kelalaian lingkungan di negara berkembang
yang secara khusus menyebutkan Ekuador. Resolusi tersebut mendesak perusahaan untuk
berkomitmen dalam mematuhi semangat dan isi dari semua hukum serta peraturan lingkungan,
33
Disamping itu adapun upaya Chevron yang terus menerus mengelak untuk membayar denda pun
dilakukan dengan menyelidiki seluruh klaim dari pihak penggugat atas kerugian sosial, kesehatan,
dan lingkungan. Atas permintaan Chevron, banyak ahli toksikologi, epidemiologi, ekologi,
antropologi, dan ahli geologi terkemuka dunia telah mempertimbangkan bukti tersebut dan
menyimpulkan bahwa tidak ada dukungan ilmiah untuk klaim tersebut. Sebaliknya, semua bukti sah
yang diajukan ke pengadilan Ekuador menunjukkan bahwa bekas operasi perusahaaan minyak
Texaco tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan penduduk dan tidak mengakibatkan dampak yang
signifikan terhadap air tanah, air minum, keanekaragaman hayati, atau budaya asli. Mendapatkan
pernyataan tersebut tim penggugat pun segera mengajukan klaim lanjutan yang menyatakan
sebaliknya, bahwa pernyataan atau bukti ilmiah yang diajukan oleh Chevron tidak benar (Weyler,
34
35
Selama proses litigasi berlangsung, berbagai pendekatan telah dilakukan oleh para NGO dalam
TAN bersama dengan tim penggugat yang kemudian berhasil memenangkan proses litigasi melalui
berbagai pendekatan. Diantara berbagai pendekatan yang telah dilakukan tersebut, penulis
menganalisa bahwa information politics serta leverage politics menjadi aspek yang paling mengusik
perusahaan Chevron dengan banyaknya perhatian yang ditunjukkan oleh lapisan masyarakat di
berbagai belahan dunia, serta tekanan dari pihak investor. Meskipun tidak dapat dipungkiri juga
bahwa aspek akuntabilitas juga memiliki peran yang cukup penting dalam mempengaruhi
perusahaan Chevron. Sehingga dalam bab penelitian ini penulis menitik beratkan pada bagaimana
kinerja dari TAN selanjutnya mampu berdampak pada kemenangan litigasi, dengan membawa
perubahan terhadap kebijakan pemerintah Ekuador terhadap hak indigenous people sebagai
keputusan dari panel hakim, diikuti juga dengan perusahaan Chevron yang memperbaiki
kebijakannya pada aspek hak asasi manusia terkait indigenous people dan lingkungan
Adapun kasus senilai $9,5 miliar terhadap perusahaan Chevron atas sisa pencemaran Amazon pada
dasarnya tidak dibawa oleh pemerintah ataupun indigenous people, melainkan pengajuan dari
Steven Donziger (lihat penjelasan bab 3) yang mengatasnamakan para korban dari dampak polusi.
Namun pada akhirnya tuntutan tersebut tidak dilanjutkan sebab Steven Donziger sendiri dijatuhi
kasus tuduhan oleh Chevron karena telah melakukan kasus penipuan, setelah ia mengungkapkan
bahwa perusahaan tersebut telah melakukan tindakan penyuapan terhadap salah satu mantan hakim
di pengadilan Ekuador untuk berpihak kepada Chevron. Kedua pihak tersebut lantas melanjutkan
kasus tersebut diatas meja hijau pada waktu lainnya, tanpa melibatkan pihak Ekuador. Selanjutnya
Chevron pun lantas melanjutkan kasus sebelumnya dengan Ekuador melalui pengadilan arbitrasi
internasional di Den Haag, di bawah otoritas Perjanjian Investasi Bilateral AS-Ekuador serta
Pengadilan Arbitrase Permanen. Pada pengadilan ini kemudian terbukti bahwa perusahaan Chevron
tidak sepenuhnya melanggar kontrak perjanjian yang dilakukan dengan pemerintah Ekuador.
Pengadilan juga memberi keputusan bahwa tuntutan sebesar $9,5 miliar yang dijatuhkan merupakan
bentuk ambisi dari pemerintah Ekuador dan Steven Donziger sebagai pengacara mereka, dengan
mengatasnamakan masyarakat adat (Chevron, tt). Kasus yang melilit perusahaan Texaco ini pun
pada akhirnya menemui titik tengah dengan segala pertanggungjawaban yang dikembalikan lagi
kepada pemerintah Ekuador, khususnya dalam menyelesaikan keresahan korban dan masyarakat
adat terkait dengan hak mereka atas lahan di Amazon. Mereka pun memutuskannya melalui
penggugatan lago agrio dengan keputusan pengadilan yang membawa kemunduran besar bagi
rencana pemerintah Ekuador untuk mengembangkan sumber daya minyak di seluruh bagian selatan
37
Melalui berbagai penekanan yang telah dilakukan oleh NGO serta tim penggugat lainnya dimulai
dari aspek informasi, tekanan dari aktor yang berpengaruh, serta akuntabilitas proses litigasi ini
semakin diperkeruh dengan ditemukannya bentuk korupsi perusahaan Chevron terhadap hakim
pengadilan Ekuador untuk menghindari tuntutan pembayaran denda. Tidak hanya itu, Ekuador yang
terjebak dengan perjanjiannya dengan perusahaan Chevron sebelumnya tidak dapat menuntut lebih.
Pada akhirnya kasus ini sejatinya berfokus pada apakah kehidupan dan hak indigenous people di
hutan Amazon sama berharganya bagi perusahaan multinasional seperti kehidupan orang di negara
maju. Jika perusahaan Chevron dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya di Ekuador,
bentuk pertanggungjawaban tersebut cenderung pada insentif baru bagi Chevron dan semua
perusahaan minyak untuk meningkatkan standar praktik mereka di seluruh dunia berkembang
termasuk. Disamping itu sebagai akibatnya, pada akhirnya melalui proses litigasi ini terungkap
bagaimana sikap pemerintah Ekuador yang lalai karena tidak memperhatikan secara seksama baik
dari poin-poin perjanjian dengan perusahaan Chevron yang pada akhirnya cukup merugikan warga
Ekuador, maupun indigenous people yang sebagian besar masih tinggal dan bergantung di hutan
Amazon khususnya suku Waorani sebagai korban dari proyek ini. Namun kemenangan tetap
38
Penghancuran Amazon dan hutan lain di seluruh dunia dicatat telah menyebabkan perpindahan
komunitas adat, yang menguasai sekitar 20% dari tanah dunia, namun hanya memiliki hak hukum
39
Chevron berkomitmen untuk berinteraksi dengan masyarakat adat dengan cara yang menghormati
sejarah, budaya, dan adat istiadar mereka, dalam kerangka hukum dan konstitusional yang berlaku.
Disamping menerapkan OEMS dan Kebijakan HAM, perusahaan Chevron juga menetapkan
keputusan dengan berkonsultasi dengan masyarakat adat serta memahami perspektif mereka seputar
proyek Chevron dan operasi apapun yang sedang berjalan. Adapun dokumen Panduan Masyarakat
Adat milik Chevron memuat penguraian terhadap ketentuan-ketentuan utama untuk pengelolaan
hubungan yang efektif dengan indigenous people, yang mencakup identifikasi pemangku
kepentingan, mendefinisikan kerangka pengaturan, menentukan metode pelibatan yang disukai,
menilai potensi dampak dan manfaat, melakukan konsultasi masyarakat, dan mengembangkan serta
mengelola rencana (Chevron, tt). Kebijakan HAM Chevron juga menetapkan harapan untuk
menghindari terjadinya relokasi atau pemukiman kembali bila memungkinkan terhadap indigenous
people. Apabila hal tersebut tidak dapat dihindari, perusahaan juga berkomitmen untuk berusaha
dan bekerja secara kolaboratif serta transparan dengan komunitas lokal, termasuk indigenous
people, untuk mendorong dukungan berkelanjutan bagi kegiatan perusahaan (Chevron, tt).
41
Perusahaan ini juga memiliki empat prinsip lingkungan yang menentukan komitmen perusahaan
untuk diterapkan dalam melakukan aktivitas bisnis dengan cara yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan. Prinsip pertama ialah dengan menyertakan aspek lingkungan dalam pengambilan
keputusan, dimulai dati tindakan sehari-hari hingga investasi modal utama perusahaan Chevron,
pertimbangan terhadap lingkungan sangat diperhitungkan; kedua dengan mengurangi jejak
lingkungan. Hal ini dimaksudkan dengan bagaimana perusahaan menggunakan proses bisnis untuk
mengidentifikasi dan mengelola risiko terhadap lingkungan dan mengurangi potensi dampak
lingkungan selama masa berlaku yang ditentukan; ketiga dengan pengoperasian secara bertanggung
jawab. Perusahaan Chevron menerapkan prinsip tersebut dan meningkatkan keandalan serta
keamanan proses untuk mencegah pelepasan yang tidak disengaja; terakhir ialah prinsip
pengelolaan situs perusahaan. Perusahaan akan bekerja untuk menonaktifkan, memulihkan, dan
mengklaim kembali baik situs yang beroperasi maupun situs lama dengan tujuan untuk digunakan
kembali secara bermanfaat (Chevron, tt).
OEMS pada dasarnya telah menjadi landasan kebijakan bagi perusahaan Chevron, namun adanya
tuntutan setelah litigasi mengenai situsnya yang terbengkalai di hutan Amazon, mendorong mereka
untuk memperbarui OEMS untuk menekankan keterkaita yang lebih terlihat antara risiko, jaminan,
dan pengamanan serta pendekatan yang disederhanakan untuk mengelola risiko. Pembaruan ini juga
membantu untuk meningkatkan perusahaan dalam mencegah insiden dan dampak konsekuensi
tinggi di masa mendatang. Pada dasarnya sejak tahun 2004, Chevron telah meliatkan organisasi
independen yakni LRQA, untuk memverifikasi bahwa OEMS perusahaan telah memenuhi standar
dan spesifikasi sistem manajemen lingkungan dan keselamatan internasional. LRQA menjadi badan
yang secara tidak langsung mengawasi serta membuktikan keselarasan OEMS milik perusahaan
Chevron dengan persyaratan ISO 14001 dan OHSAS 18001, dan hal tersebut telah dikonfirmasi
melalui laporan LRQA pada tahun 2019 (Chevron, tt). Sebelumnya, perusahaan ini mengacukan
OEMS pada standar BS11000 namun kemudian melakukan transisi ke ISO9001:2015 mengenai
sistem manajemen mutu dan sertifikasi ke ISO14001:2015 mengenai sistem manajemen
lingkungan, yang kemudian berhasil membantu perusahaan Chevron untuk mengadopsi Struktur
Tingkat Tinggi yang membuat perusahaan ini lebih mudah untuk mengintegrasikan sistem
43
Dalam laporan tahunannya mengenai aspek lingkungan, perusahaan Chevron telah menerangkan
bahwa mereka berkomitmen untuk melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pendekatan berbasis risiko yang menangani potensi dampak akut dan kumulatif.
Perusahaan ini juga menerapkan standar desain lingkungan dan hierarki mitigasi untuk memandu
pemilihan pengamanan yang (1) mengurangi emisi udara; (2) mencegah pembuangan yang tidak
disengaja; (3) penghemata energi dan mengurangi gas rumah kaca; (4) mengelola limbah dan air
limbah, termasuk yang dibuang di fasilitas pihak ketiga; (5) melestarikan dan melindungi air dan
sumber daya alam; (5) menghentikan aset yang tidak digunakan dan mengklaim kembali situs yang
terkena dampak. Kelima hal tersebut dilakukan oleh pihak manajemen melalui pemantauan, analisis
kinerja, serta identifikasi yang disusul dengan upaya mengatasi celah (Chevron, 2019).
44
Berdasarkan penjelasan empat bab yang telah disampaikan, penulis menyimpulkan bahwa asumsi-
asumsi yang telah tertulis pada hipotesis dapat terkonfirmasi sepenuhnya. Indigenous people yang
bermukim di hutan Amazon mengajukan litigasi terhadap perusahaan minyak ChevronTexaco,
untuk memperjuangkan haknya terhadap lahan mukim mereka di kawasan Amazon. Hal ini
sejatinya disebabkan karena kelalaian perusahaan Texaco yang secara langsung menumpahkan
limbah dengan total 18 miliar galon air formasi dengan jumlah 3,2 juta galon limbah air yang
terproduksi setiap harinya. Tidak hanya itu, Texaco juga menumpahkan 16.800 juta galon minyak
mentah melalui pipa Trans-Ecuadorian di Cekungan Amazon. Konsekuensi dari perilaku yang tidak
bertanggung jawab tersebut lantas menimbulkan dampak negatif terhadap seluruh ekosistem, mulai
dari sumber daya air hingga tanah dan udara.
Sementara itu ketika perusahaan Texaco melakukan ekstraksi minyak di lahan milik Waorani,
pemerintah Ekuador justru menunjukkan sikap yang minim atas kesadaran publik atau kepentingan
politik yang meliputi isu lingkungan dan keberadaan suku Waorani dan masyarakat adat lain yang
bermukim di kawasan tersebut. Akibatnya, kerusakan lingkungan dan perpindahan dari tanah
leluhur tidak hanya merugikan mata pencaharian suku Waorani, namun juga melemahkan
kemampuan mereka untuk melakukan praktik budaya tertentu dan mewariskan budaya mereka pada
generasi mendatang. Dalam menghadapi hal tersebut, mereka pun membentuk perkumpulan yang
terorganisir untuk melakukan protes pada tingkat yang rendah. Aliansi pribumi pertama kemudian
didirikan pada tahun 1960-an dan jaringan asosiasi pun mulai tumbuh yang mana saat ini
diorganisasikan pada tingkat lokal, regional, dan nasional dengan CONAIE membentuk the
umbrella organization. Mereka juga meningkatkan kapabilitas mereka untuk melakukan hubungan
dengan pihak luar dengan membentuk ONHAE yang juga kemudian tergabung dalam CONAIE.
Namun karena minimnya andil pemerintah Ekuador, suku Waorani melanjutkan permasalahan
tersebut dalam ranah hukum dengan menggugat perusahaan Texaco yang kemudian dialihkan pada
Chevron, sebagai perusahaan induknya.
Diluar proses litigasi tersebut, suku Waorani kerap mendapatkan bantuan dan dukungan dari
sejumlah NGO. Dengan adanya penyelewengan dari Texaco, keberadaan NGO sedikit banyak telah
membantu organisasi masyarakat dalam menyatukan dua permasalahan yang mereka hadapi yakni
terkait kerusakan ekologi dan pelanggaran hak-hak masyarakat adat. Kampanye yang dilakukan
45
Adapun strategi model bumerang digunakan oleh para NGO melalui TAN guna mendesak
perusahaan Texaco yang berada dibawah naungan Chevron serta pemerintah Ekuador. Adapun
Model Bumerang Perusahaan sebagai perluasan dari TAN yang mengkemas berbagai strategi dalam
empat kategori antara lain information politics, leverage politics, accountability politics, dan
symbolic politics. Dimulai dari strategi information politics, Amazon Watch menjadi salah satu
NGO yang konsen terhadap indigenous people dan berperan cukup vital dalam mendukung suku
Waorani dengan memanfaatkan pengorganisasian online dan alat media sosial untuk memobiliasasi
dukungan. Kampanye Chevron Toxico dianggap sebagai pencapaian penting sebab keberadaan
jaringan advokasi yang mengorganisir masyarakat terdampak mampu menjaga komunitas untuk
tetap terhubung dengan perkembangan di persidangan.
Selanjutnya melalui leverage politics, Amazon Watch bekerja sama dengan Mark Fiore, seorang
animator politik yang memiliki predikat pemenang Penghargaan Pulitzer dengan menciptakan
kartun serial satir yang berjudul The Adventures of Donny Rico. Sebagian besar isi dalam kartun
tersebut menggambarkan fakta atas situasi yang terjadi di Ekuador dibalik upaya Chevron yang
berusaha untuk mengalihkan perhatian media dari kenyataan. Disamping itu Amazon Watch sebagai
organisasi yang besar juga bekerjasama dengan tim penggugat untuk melobi badan pengatur dan
pejabat terpilih, mencari dukungan di antara pemegang saham Chevron untuk penyelesaian, dan
mencari perhatian media melalui siaran pers. Kinerja dari Amazon Watch dapat dikatakan efektif
sebab muncul resolusi pertama oleh investor institusional dan investor yang bertanggung jawab
secara sosial, termasuk Dana Pensiun Umum Negara Bagian New York, Manajemen Aset Trillium,
Amnesty International USA, dan anggota Interfaith Center on Corporate Responsibility (ICCR).
Para investor mengajukan resolusi dengan menuduh perusahaan Chevron yang lebih mengutamakan
image nya daripada penderitaan berat manusia yang diakibatkan oleh ulah mereka di Ekuador.
46
Proses kemenangan masyarakat adat dalam hasil dari litigasi berhasil dicapai setelah beberapa
dekade dilakukannya tuntutan untuk mencari gagasan atas keadilan yang menurut mereka adalah air
yang aman untuk diminum, pembersihan sungai dan tanah tempat hidup mereka bergantung, dan
perawatan kesehatan bagi banyak orang yang terkena penyakit terkait polusi. Pemerintahan Ekuador
kemudian menjadi pihak yang pada akhirnya bertanggung jawab atas kedua pihak tersebut,
sebagaimana hasil akhir dari litigasi lago ario yang mengungkap bahwa pemerintahan Ekuador telah
melakukan kegagalan mendasar yang lebih dalam karena mengabaikan tata kelola tradisional
Waorani dan praktik pengambilan keputusan, menghilangkan penyertaan pikenani, para pemimpin
adat Waorani yang sah dengan cara apa pun yang signifikan, secara luas gagal menjamin bahwa
Waorani sepenuhnya memahami implikasi rencana pemerintah untuk pengeboran minyak di
wilayah mereka, dan tidak memastikan bahwa mereka diberi kesempatan untuk membuat keputusan
bersama terkait rencana tersebut. Banyaknya diskriminasi dan penindasan yang terus dihadapi oleh
masyarakat adat juga mendorong banyaknya instrumen internasional yang semakin dikembangkan
dengan tujuan untuk memastikan bahwa hak-hak mereka dilindungi setiap saat. Dalam laporan
terakhir pada tahun 2019, Ekuador telah berkomitmen untuk memberikan hak kepada masyarakat
adat .
Adapun beberapa poin yang mengkonfirmasi hipotesis penulis ialah dengan suku Waorani yang
mendapatkan berbagai dukungan dari sejumlah NGO utama antara lain Amazon Watch dan Amazon
Frontlines. Dilanjutkan dengan lembaga tersebut yang membentuk TAN dengan mengaplikasikan
beberapa strategi, yakni pendekatan leverage politics, information politics, dan accountability
politics, untuk mendesak perusahaan Chevron yang diarahkan oleh Donziger sebagai salah satu
pengacara selama proses litigasi berlangsung. Adapun dari beberapa strategi tersebut pendekatan
information politics, leverage politics menjadi dua aspek yang paling mempengaruhi proses litigasi
dan perubahan sikap dari perusahaan. Hal itu terbukti dengan leverage politics yang dapat
mempengaruhi melalui simpati dari para investor perusahaan Chevron, sehingga perusahaan
tersebut terpengaruh dengan merubah sikapnya menjadi tidak sekeras sebelumnya dalam mengelak
kesalahannya. Information politics juga terbukti berpengaruh, sebab berbagai kampanye yang
diunggah dalam situs NGO berhasil menarik perhatian masyarakat di berbagai belahan dunia.
Setelah proses litigasi yang panjang tersebut, pengadilan atas hak masyarakat adat pun
dikembalikan pada pemerintah yang menghasilkan kemenangan bagi suku Waorani, sebab
masyarakat adat kini mendapatkan hak yang penuh terhadap kawasan mereka di Amazon dan
pemerintah pun berkomitmen untuk meminimalisir penderitaan akibat polusi yang telah dilakukan
oleh Chevron terhadap masyarakat setempat.
48
Jurnal Daring
De Sena, Augusto Marcos Carvalho, et. al., 2017. Grassroots Approach and Resistance: upgrading
the conception of sustainable development. Cadernos EBAPE.BR. Volume 15. No 3. Rio de
Janeiro [daring]. Tersedia dalam: https://www.scielo.br/pdf/cebape/v15n3/en_1679-3951-
cebape-15-03-00651.pdf
Finer, Matt et. al., 2009. Ecuador’s Yasun´i Biosphere Reserve: a brief modern history and
conservation challenges. Environmental Research Letters. IOP Publishing. [daring] tersedia
dalam: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/4/3/034005/pdf
Grench, Eileen. 2009. Globalization and Indigenous Empowerment in Amazonian Ecuador. The
Ohio University. [daring] tersedia dalam: https://core.ac.uk/download/pdf/159570312.pdf
49
Publikasi Daring
Aguinda. 2011. Superior Court. Pp 173
50
51
53