Matematika...
Hendry Filcozwei Jan
“Vei, kita makan bareng yuk” ajak Mbak Intan, rekan sekerja
Visakha.
“OK. Mbak ke toilet dulu. Jangan terlalu rajin Vei, gaji lu gak
bakal naik” Mbak Intan mengolok-olok
Visakha lagi menikmati gado-gado kesukaannya. Itu menu
favorit kalau Vei sedang vegetarian. Teman sekantornya
sudah hafal betul dan tidak lagi banyak tanya. Mengapa tidak
makan daging, nanti kamu kurang gizi, kamu akan pucat, bla...
bla... bla... Itu sederet komentar dari rekan sekerjanya ketika
tau Vei vegetarian tiap cei it dan cap go serta seminggu
sebelum Waisak. Tapi setelah capek menerangkan, akhirnya
mereka tidak banyak komentar lagi. Entah karena mengerti
“Ya juga sih. Itu pilihan yang bijak. Trus siapa yang gantiin?”
“Ah... nggak kok. Cuma agak kaget saja, baru mulai menguasai
kerjaan sekarang, harus pindah dan mulai belajar hal baru
lagi. Capek deh...” Vei coba menyembunyikan perasaannya.
“Oh kalau itu sih tak terlalu masalah. Sebelum Winda keluar,
minimal 3 atau 4 hari sebelumnya, kamu pasti sudah di
operator. Winda akan mengajari apa saja yang harus dikerjakan
operator telpon” terang Mbak Intan.
Tepat seperti cerita yang pernah didengarnya. Tugas operator
telpon adalah berbohong! Bilang pimpinan sedang tak di
tempat, bilang Pak A sedang di lapangan, bilang si B lagi
meeting tak bisa diganggu, dan lain-lain. Intinya bohong!
Operator dibayar untuk berbohong.
Visakha teringat acara Dhammasakaccha bersama Bhante
Uttamo pada 7 Desember 2010 lalu. Di kesempatan itu Bhante
Uttamo menjelaskan bahwa “Kalau kita berbuat baik, kebaikan
yang kelak kita dapatkan akan jauh lebih besar. Begitu juga
dengan kejahatan yang kita lakukan. Kalau petani menanam
sebutir padi, nanti akan panen menghasilkan sebutir padi,
tentu petani tak mau menanam padi. Bisa Anda bayangkan,
saat memberi makan burung peliharaan Anda, keenam kaki
jangkrik Anda patahkan agar dia tak bisa ke mana-mana
sebelum dimakan burung. Sehari berapa jangkrik yang Anda
berikan, sebulan berapa, dan seterusnya. Bisa Anda bayangkan
balasannya kelak. Jangankan kaki yang dipatahkan, bayangkan
saja gimana sakitnya kuku jari kaki Anda dicabut pakai tang
tanpa dibius.” Itu penjelasan Bhante Uttamo ketika menjawab
pertanyaan umat yang terpaksa memberikan jangkrik hidup
kepada burung peliharaannya.
Sudah 2 minggu Visakha resmi jadi operator telpon. Berlalunya
hari bukan membuat dirinya makin tenang karena sudah
“terbiasa” bohong. Visakha makin tidak tenang, tidur tidak
lagi nyenyak. Semalam dia sudah berpikir, keputusan sudah
diambil. Meski berat, tapi Vei yakin, itu keputusan yang paling
tepat. Apalagi keluarga mendukung keputusannya.
Siang itu Vei bersalaman dengan teman-teman sekerjanya,
Mbak Intan, Pak Hans, Pak Robby, Mbak Lies, dan Mbak
Elly. Vei juga pamit pada teman-teman di departemen lain,
termasuk para OB, satpam, kepala personalia, sampai bos.
Hari itu adalah hari terakhir Vei bekerja. Tak ada yang tau
alasan sebenarnya di balik pengunduran diri Vei. Vei hanya
mengatakan Mama meminta dia membantu dan melanjutkan
usaha pembuatan kue yang sudah dirintis sejak dulu. Teman
sekantor menyayangkan keputusan Vei. Tapi keputusan
Vei sudah bulat. Vei juga merasa tak perlu berterus terang
tentang alasan pengunduran diri yang sebenarnya. Dalam
pembicaraan dengan rekan sekerja, Vei sudah menangkap
pandangan mereka. Gak perlu takut, bohong seperti itu ‘kan
demi kebaikan? Yang berdosa itu bos, dia yang minta bilang
ke penelpon bahwa dia sedang tidak ada di tempat, HP-nya
Masa lalu sudah lewat, masa depan belum datang, jangan
terlalu dirisaukan. Yang terpenting hidup saat ini. Jalani
dengan penuh kesadaran. Apa yang kita dapatkan di masa kini
adalah hasil perbuatan kita di masa lalu. Apa yang akan kita
dapatkan di masa depan, itu merupakan hasil dari tindakan
kita sekarang. Vei menyadari itu sepenuhnya. Itulah sebabnya,
Vei selalu melakukan yang terbaik, yang bisa dilakukannya
saat ini. Vei selalu mengirim surat lamaran kerja ketika ada
lowongan kerja yang dirasa sesuai untuknya, sambil tetap
bekerja membantu Mama menjalankan usaha pembuatan
kue.
Hidup Bukanlah Matematika 115
“Vei... Vei...” terdengar teriakan Mama. “Ada surat, sepertinya
surat panggilan interview deh...” teriak Mama lagi.
Apakah itu berarti Vei akan dapat kerja lagi? Apakah ini
buah dari semua tindakan Vei yang sejalan dengan Buddha
Dhamma? Tidak ada yang tau. Hidup ini bukan seperti
matematika, juga bukan seperti sinetron atau film. Yang baik
akan menang di akhir cerita dan hidup berbahagia. Kita tak
tau kapan buah dari perbuatan kita akan kita petik. Hidup ini
penuh ketidakpastian. Tapi yang pasti, apa yang kita tanam,
itu yang kelak kita petik. Entah di kehidupan sekarang atau di
kehidupan yang akan datang.