Anda di halaman 1dari 3

Donat Dito

Gank BFF pagi itu bergegas ke kantin, masih pukul setengah 7. Kantin masih sepi.
Biasanya yang sudah datang para pengusaha kue basah atau kue kering yang menitipkan
jajanan ke kantin sekolah. Inu menunjuk ke meja di sudut kantin.
“Di situ saja gaes, jangan dekat-dekat makanan. Aku tak bisa fokus nanti.” Inu
berjalan lebih dulu. disusul nadin, icha dan Valin.
Genk BFF serius menyelesaikan tugas mind mapping mapel KIMIA. Icha masih sibuk
menebalkan judul dengan brush pen, Nadin masih menempel beberapa lembar pos it warna
warni.
“Hallo ciwi-ciwi cantik, ngapain kalian pagi begini ngetem di kantin?” sapaan Dito
membuat ke empat gadis menoleh serempak.
Dito berdiri di seberang meja BFF. Membawa 4 susun kotak transparan berisi donat
aneka rasa, tas ransel masih dipunggungnya. Artinya Dito belum ke kelas.
“Dito, kau..” Inu belum selesai bicara
“Iya, gue jualan donat, ini nyoba nitip ke kantin. Lumayan lah, buat nambah-
nambahin bayar SPP.” Dito nyengir lebar.
“Wow, Dito kereen. Calon pengusaha muda. Aku mau cobain donatnya, diskon yaa.”
Valin langsung menghampiri Dito. Mengambil 1 kotak, meletakkan di atas meja, membuka
dengan cepat, dan mulai memindahkan 5 donat ke atas lembaran tisu. “Aku mau keju dan
meses, macha buat Nadin, keju yang satu buat Icha, tiramisu buat Inu. Oke, Ini jadi berapa?”
Valin menunjuk Donat yang sudah dipilih.
“Sebagai pembeli pertama, gue diskon jadi 20 ribu. Aslinya harganya 5 ribuan.”
Jawab Dito, sambal menutup kotak donatnya.
“Dikit amat diskonnya.” Valin protes.
“Val, pelit kali kau. Harusnya tak usah diskon lah dengan teman. Rugilah Dito nanti.”
Tukas Inu.
“Nggak usah diskon nggak apa-apa Dito.” Kali ini Nadin ikutan komentar.
“It’s okay, sebagai pelanggan pertama pagi ini. Bonus. Next belinya sekotak ya, Val.
Semoga kalian suka.” Dito lagi-lagi nyengir.
“Hah, sekotak? Isinya 20 biji ini. Timbangan aku makin ke kanan dong, keseringan
makan donat.” Valin terkekeh.
Urusan beli donat selesai. Dito menyerahkan 4 kotak donat ke Mbak Jum, pemilik
kantin. Sistem menitipkan makanan di kantin sekolah adalah konsinyasi. Jika terjual, maka
kantin akan membayar. Untuk sisa donat yang tidak laku, nantinya akan diambil kembali oleh
Dito.
“Gue ke kelas duluan yaa, genk.” Dito melambaikan tangan ke arah BFF.
Icha yang sedari tadi diam, tiba-tiba menepuk bahu Inu yang duduk di sampingnya.
“Eh, kalian tahu nggak?” Icha seperti sengaja menunggu respon dari teman-temannya.
“Info update apa lagi nih?” Nadin bertanya tanpa menatap wajah Icha.
“Menurut info dari TU sekolah, Dito sudah menunggak SPP 3 bulan. Kalian tahu
nggak, kenapa sampai begitu?” Icha Kembali menunggu.
“Lama kali. Kau mau kasih info apa? To the point please.” Inu mulai gemas.
“Infonyaa, Ayah Dito kena PHK sejak 6 bulan lalu. Jadilah mereka mulai usaha dari
rumah. Denger-denger, ibunya buka catering dan jualan kue-kue di rumah. Buat sekolah dan
kantor kenalan ayahnya Dito. Selain itu, bikin donat juga untuk dititipkan di sekolah atau di
warung.” Icha menjelaskan dengan beremangat.
“Ah, kirain apa.” Valin bete
“Loh, kalian nggak tahu ya? Dito sempat di buly loh di tim basketnya. Sempat nggak
boleh ikutan tanding minggu kemarin.”
“Apa hubungannya, sama donat dito?” Valin bingung.
“Sudah-sudah, nanti coba kita tanya langsung ke Dito. Jangan malah jadi ngerumpi
begini. Selama ini dia jadi ketua kelas lumayan baik-baik saja, nggak ada masalah. Aku baru
tahu, ayahnya di PHK dan Dito nunggak SPP.” Nadin menengahi.
Bel berbunyi nyaring.. membuat BFF cepat-cepat merapikan lembaran karton yang
digelar di meja. Setengah berlari mereka menuju kelas. Tak sampai 5 menit, mereka tiba di
kelas.
“Hei, JURAGAN DONAT. Kemana aja Lu, nggak datang latihan! Jangan ngurusin
donat mulu, kita kemarin kalah tanding gara-gara elu nggak datang.” Kevin berkacak
pinggang, di hadapan Dito yang sedang duduk di bangku barisan paling belakang.
Dito melepas kacamata, menutup buku yang sedang dibaca, dan berdiri. “Kev, jangan
ribut di kelas gue pagi-pagi begini. Nggak enak didenger.” Jawab Dito pelan.
BFF yang baru saja duduk di bangku, sempat menoleh ke arah Dito dan Kevin.
“Sekarang elu lebih focus ke donat daripada basket?” Nada Kevin makin tinggi.
“Gue jualan donat, kenapa elu yang sibuk? Bukannya kemarin elu juga yang
ngelarang gue ikutan tanding? Terus apa hubungannya donat gue sama kekalahan kemarin.
Aneh!” Dito mulai emosi
“Ah, dasar gembel!” Kevin berbalik hendak meninggalkan Dito.
Tiba-tiba saja Inu menghadang Kevin.
“Hei, hati-hati kau bicara! Kau bilang dia gembel? Tak sopan kali kau ini!
Memangnya siapa kau!” Inu tersulut emosi.
“Gue Kevin, anak 12 IPA 3. Elu nggak kenal gue? Satu sekolahn ini pasti eknal gue.”
Kevin menaikan kerah bajunya.
“Shombong bener. Artis bukan, sok banget luu..” Gumam Valin, ikutan gemes.
“Nggak kenal tuh. Yang kita kenal, Kevin yang kemarin kena kasus 3 kali mabal dan
tawuran dengan anak SMK. Kevin yang nyaris kena skor itu bukan?” Icha ikutan emosi.
Kevin diam, lalu bergegas pergi.
“Pergi Kau! Buat ulah di kelas orang saja.”
Tepukan Dito mengalihkan BFF.
“Thanks genk. Padahal biarin aja si Kevin ngomong apa. Rugi banget nanggepin dia.”
Teman-teman mulai berkerumun.
“Bener bokaplu kena PHK?” Ara bertanya sambal menepuk bahu Dito.
“Elu beneran jualan donat? Elu nggak mau diejek orang?” Kali ini Raditya ikutan
bertanya.
“Iya bener. Bokap gue kena PHK. Benar juga gue jualan donat buat bantu bayaran
sekolah. Jualan itu halal. Gue nggak nyuri. Nggak merugikan orang juga. Kenapa malu? Gue
malu kalau SPP nunggak. Saat ini Gue nggak mau pusing sama omongan orang.” Jawab Dito
nyantai sambal nyengir lebar.
“Aah, Dito emang ketua kelas kita yang kereen. Semangat Ditoo. Semoga makin
sukses donatnya. Donat Dito, bisa jadi brand baru. Donatnya enak banget kok, dan muraaah.”
Valin mengacungkan kedua jempolnya ke arah Dito. Disambut tepuk tangan dari teman-
teman sekelas.

Anda mungkin juga menyukai