QNLP
aplikasi NLP praktis
berbasis teknologi pikiran & energi quantum
PIKIRAN SADAR
POLA ENERGI
(QUANTUM)
POLA PIKIR
(NEURO)
POLA UCAP
(LINGUISTIC)
POLA PERILAKU
(PROGRAMMING)
“hanya masalah kecil, biasa kok...” “kita bicara yg positif-positif saja ya...”
Potensi Bahaya Positivity
• Tidak jujur, tidak realistis, mengabaikan masalah, menyembunyikan masalah
• Tidak punya “sense of crisis”
• Tidak siap terhadap bencana
• “Silent killer”
• Semua dianggap sama
• Fokus pada diri sendiri, semua dibandingkan terhadap dirinya sendiri
• Tidak mempunyai empati
• atau bahkan yg paling parah adalah tidak tahu bahwa dia punya masalah
• .........
The Art of Negativity
• Analisa SWOT
• Cunsulting, Counseling, Coaching, Mentoring, Training
• Bank menyewa Hackers utk mencoba menembus keamanan sistem IT-nya
• Kendaraan umum di Indonesia bebas bisa berhenti dimana saja
• Banyak warung rokok/minuman, tukang tambal ban, tukang nasi goreng, tukang
sate, tukang bubur ayam, dll, di Indonesia
• .......
LEVEL PENGETAHUAN
Tidak ada pertumbuhan pada Zona Nyaman (Zona Nyaman = Zona Tidak Aman).
Zona Tidak Nyaman adalah Zona Pertumbuhan utk menuju Zona Nyaman berikutnya.
PERTUMBUHAN
ZN ZN ZN ZN ZN ZN
ZN = Zona Nyaman
ZTN = Zona Tidak Nyaman QNLP.ONLINE
COACHING 5.0
• CONSULTING
• First Layer
• Answer the Question
• Future
• CONSELING
• Release Negativities
• Past
• COACHING
• Active Listening
• Upload (potentials)
• Future
• Coachee as a star
• MENTORING
• Expert in specific area
• Directing
• Future
• TRAINING
• Master in specific subject
• Download (knowledwe)
• Future
• Trainer as a star
RACUN POSITIF
Di era media sosial ini, postingan yang berbunyi seperti “having a positive attitude”,
“Good vibes only”, atau “Be happy” adalah kata-kata yang paling sering ditemukan.
Memiliki pikiran dan sikap positif tidaklah salah. Dan tidak dapat disangkal bahwa
bersikap positif dapat menjadi kekuatan dalam beberapa situasi. Apabila Anda dapat
mengelolanya, pikiran-pikiran positif ini bisa menjadi pegangan untuk bertahan hidup.
Namun perlu diketahui, kadar pikiran positif yang terlalu banyak juga tidak baik dan
berbahaya. Berpikir dan bersikap positif tidak selalu menjadi cara terbaik untuk
membantu orang lain. Anda tidak dapat menaburkan debu positif dan membuat
masalah mereka hilang. Ketika orang mencari bantuan dan dukungan, mereka biasanya
tidak mencari poster positif yang inspirasional. Lebih sering, mereka mencari validasi
bahwa perasaan negatif mereka baik-baik saja.
Mengenal Toxic Positivity
Mengutip dari Psychology Today, toxic positivity mengacu pada konsep bahwa menjaga pikiran dan
sikap tetap positif adalah cara yang tepat untuk menjalani hidup. Anda hanya fokus pada hal-hal positif
dan menolak hal yang memicu emosi negatif.
Toxic positivity adalah generalisasi yang berlebihan dan tidak efektif dari keadaan bahagia, optimis di
semua situasi. Toxic positivity menghasilkan penyangkalan, minimisasi, dan invalidasi pengalaman
emosional manusia yang otentik.
Ketika Anda menyangkal atau menghindari emosi yang tidak menyenangkan, Anda justru membuat
emosi itu menjadi lebih besar. Menghindari emosi negatif memperkuat gagasan ini: ketika Anda
menghindari perasaan yang tidak menyenangkan, pikiran Anda akan berkata bahwa Anda tidak perlu
memperhatikannya.
Saat Anda terjebak dalam siklus ini, emosi-emosi negatif menjadi lebih besar dan lebih signifikan karena
emosi tersebut tidak terproses. Dan pendekatan positivitas ini tidak dapat berkelanjutan. Secara evolusi,
manusia tidak dapat memprogram diri untuk hanya merasakan emosi bahagia dan positif.
Sama seperti apa pun yang dilakukan secara berlebihan, hal itu akan berubah menjadi racun. Dengan
menolak keberadaan perasaan tertentu, Anda akan jatuh dalam keadaan penolakan dan emosi yang
tertekan. Karena bagaimanapun, manusia tidaklah sempurna. Manusia cemburu, marah, kesal, dan
serakah. Dengan berpura-pura bersikap positif, manusia menyangkal validitas pengalamannya yang
sejati.
Tanda-Tanda Toxic Positivity
Di bawah ini adalah beberapa ekspresi umum dan pengalaman toxic positivity yang dapat
membantu Anda untuk mengenali dan melihat bagaimana toxic positivity muncul dalam
kehidupan sehari-hari.
• Merasa bersalah karena merasakan apa yang sedang dirasakan (emosi negatif)
• Mencoba memberikan perspektif kepada seseorang (misal, "masih mending daripada..") alih-
alih memvalidasi pengalaman emosional mereka
• Mempermalukan/ menghukum orang lain karena mengekspresikan rasa frustrasi atau emosi
apa pun selain emosi positif
• Menyingkirkan hal-hal yang mengganggu Anda dengan pikiran memang begitulah adanya
Mengapa TP Tidak Baik Bagi Kesehatan?
Terdapat hubungan yang rumit antara pemikiran positif, kesehatan, dan kebahagiaan. Para ahli telah
mempromosikan pemikiran dan sikap positif sebagai alat sederhana yang sangat efektif untuk menjalani
kehidupan yang lebih bahagia dan sehat.
Positivitas telah dikaitkan dengan tingkat stres yang lebih rendah, kekebalan yang lebih kuat, kesehatan
kardiovaskular yang lebih baik, peningkatan perasaan kesejahteraan fisik dan emosional, dan bahkan
umur yang lebih panjang.
Menumbuhkan perasaan positif seperti kegembiraan, harapan, dan inspirasi juga membangun
kebiasaan mental yang baik seperti perhatian, ketangguhan, dan optimisme. Dan pada gilirannya, hal
tersebut menjadi penyangga potensi dampak negatif dari masa-masa penuh tekanan.
Namun, positivitas seperti ini mengabaikan keparahan beberapa situasi. Apabila seseorang merasa kesal
karena makanan basi atau pekerjaan yang bertumpuk, memberi kata-kata penghibur bernada positif
akan terasa efektif. Tetapi ketika seseorang didiagnosis memiliki penyakit kronis atau baru saja
kehilangan orang yang dicintai, tentu normal untuk merasa sedih. Depresi dan kecemasan klinis adalah
kondisi medis yang tidak dapat disembuhkan hanya dengan pemikiran positif dan perubahan gaya hidup.
Kasus yang kedua tidak bisa diselesaikan dengan kalimat "jangan khawatir, Anda bisa melewatinya" atau
"Pikirkan hal-hal bahagia" karena tidak relevan. Toxic positivity menolak memberi validasi perasaan
dengan tepat dan cenderung membuat orang merasa bersalah. Bersalah karena menambah masalah
pada orang lain dan tidak cukup kuat untuk menyembuhkan diri sendiri.
Mengapa TP Tidak Baik Bagi Kesehatan?
1. Malu
Memaksakan pikiran dan sikap positif mendorong seseorang untuk menutup rapat-rapat emosi
dan penderitaan mereka. Sebagian orang tidak ingin terlihat lemah atau buruk. Maka, pilihan
yang tersedia hanya dua; pertama, jujur dan berani terbuka. Kedua, berpura-pura dan bersikap
seolah semuanya baik-baik saja. Dan kebanyakan orang memilih opsi yang kedua. Mereka malu
untuk mengakui ada yang salah dari hidupnya.
Casandra Brené Brown PhD, LMSW, seorang professor peneliti dari University of Houston
mengungkapkan bahwa sumber energi dari rasa malu adalah diam, kerahasiaan dan judgement.
Rasa malu melumpuhkan semangat manusia. Seringkali, kita bahkan tidak tahu bahwa kita
merasa malu.
Mengapa TP Tidak Baik Bagi Kesehatan?
2. Emosi yang Ditekan
Peserta penelitian dibagi menjadi dua kelompok dan diperlihatkan film tentang prosedur medis
dengan tampilan visual yang mengganggu. Lalu respons stres mereka diukur (seperti detak
jantung, pelebaran pupil, produksi keringat).
Kelompok satu diminta untuk menonton video sambil memperlihatkan emosi yang sesungguhnya.
Dan kelompok dua diminta untuk menonton sambil bertindak seolah-olah tidak ada yang
mengganggu dari tayangan tersebut. Hasilnya, para peserta yang menekan emosinya (bersikap
seolah-olah tidak terganggu) memiliki gairah fisiologis yang lebih signifikan. Artinya, dari luar
mereka tampak baik-baik saja namun di dalam mereka merasa stress.
Dengan menyangkal kebenaran, hidup seolah menjadi terpisah dari diri sendiri dan dunia luar.
Apabila kehilangan koneksi dengan diri, orang lain juga akan sulit untuk terhubung dengan Anda.
Hubungan dengan diri sendiri seringkali tercermin dalam hubungan yang Anda miliki dengan
orang lain. Jika Anda tidak bisa jujur tentang perasaan Anda sendiri, bagaimana Anda bisa
memberikan ruang bagi orang lain untuk mengungkapkan perasaan mereka di hadapan Anda?
Dengan menciptakan dunia emosional palsu, Anda hanya akan menarik lebih banyak kepalsuan
yang menghasilkan keintiman palsu dan persahabatan yang dangkal.
KALIMAT NEGATIF
Jangan Malas ! Tanpa Simbol:
• Jangan
• Tidak
• Dilarang
• Bukan
• dsb
Malas !
• kalimat sebelum kata TAPI akan dilemahkan, sedangkan kalimat setelah kata TAPI akan
dikuatkan.
• Karena itu, kata TAPI bisa dimanfaatkan utk lepas / berpindah (move on) dari negatif ke
positif, tanpa perlu mengabaikan negatif, bahkan justru melemahkan negatif itu sendiri.
• Contoh:
• “Saya akui bahwa saya pemalas & suka menunda, TAPI setelah saya tahu akan
pentingnya masa depan saya, maka sejak saat ini saya mulai lebih giat & lebih
semangat lagi utk belajar / bekerja”
• “Memang sih saya orangnya pemarah, bahkan mudah sekali meledak amarah
saya, dan saya telah menyakiti hati orang-orang yg saya cintai, dan berpotensi
merusak kesehatan mental, fisik & kejiwaan saya, TAPI sejak saya belajar NLP saya
jadi tahu bagaimana cara mengendalikan emosi saya, dan dengan semakin sering
saya berlatih, saya rasakan benar hati saya lebih tenang, lebih bahagia, juga
membahagiakan orang-orang saya cintai”
• “Saya menyadari bahwa saya selalu menyembunyikan permasalahan saya, bahkan
seringkali saya tidak mengakui bahwa saya punya masalah dg selalu berusaha
berpikir positif, TAPI sejak saya belajar ilmu NLP saya jadi tahu apa yg harus saya
lakukan dan sejak saat itu kehidupan semakin baik”
QNLP MINDSET
Solution
Thinking
Mentoring
Logic
Thinking
CCCMT
Coaching
Positive
Thinking
Counseling CCCMT
Negative
Thinking
CCCMT
Toxic Positivity
https://qnlp.online
QUESTION & ANSWER
https://qnlp.online