Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN PELAKSANAAN

PPK (PANDUAN PRAKTEK KLINIS)

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

PROVINSI JAMBI

2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………. 2

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. 3

BAB I GAMBARAN UMUM …………………………………………………………. 4

BAB II RUANG LINGKUP …………………………………………………………. 7

BAB III TATA LAKSANA …………………………………………………………. 9

BAB IV DOKUMENTASI …………………………………………………………. 12

BAB V PENUTUP …………………………………………………………. 13

2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah karena hanya dengan ridho dan petunjuk-
Nya buku Panduan Penyusunan PPK di RSJD Provinsi Jambi dapat disusun.

Buku panduan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat
Panduan Praktek Klinis (PPK) dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di RSJD Provinsi
Jambi dengan berbagai metode pendekatan, agar dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di lingkungan satuan kerja masing-masing.

Buku panduan ini tentunya jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan.

Semoga buku panduan ini bermanfaat.

Jambi, 13 Maret 2019

Ketua Komite Medik

dr. DIVA MARISKA TARASTIN, Sp.KJ


NIP. 19800329 200604 2 007

3
BAB I
GAMBARAN UMUM

1. Latar belakang
Sejalan dengan kemajuan tehnologi dan pengetahuan di segala bidang
ilmu, termasuk ilmu kesehatan menjadikan pelayanan kesehatan semakin
bertambah kompleks dan beragam. Hal ini menjadikan pelayanan kesehatan
menjadi semakin kompleks dan beragam pula. Untuk hal tersebut maka
pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan yang mengatur standar
dalam pelayanan kedokteran sehingga lebih menjamin kualitas dari layanan
tersebut. Salah satu regulasi yang dikeluarkan pemerintah adalah :
PERMENKES 1438/2010Tentang Standar Pelayanan Kedokteran, yang
tujuanya adalah Memberikan jaminan kepada pasien agar mendapatkan
pelayanan kedokteran yang berdasarkan pada nilai ilmiah dan sesuai dengan
kebutuhan medis pasien serta mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan kedokteran yang diberikan oleh dokter/ dokter gigi.
PERMENKES 1438/2010 merupakan acuan nasional pelayanan
kedokteran di Indonesia. PERMENKES 1438/2010 Sudah mengantisipasi
standar akreditasi nasional versi 2012 dan sejalan dengan UU RS dan UU
BPJS. PERMENKES ini mengatur hirarkhi referensi pelayanan kedokteran,
dan ini merupakan upaya penyeragaman istilah referensi dalam pelayanan
kedokteran. Dalam PERMENKES 1438/2010 diperkenalkan istilah PNPK,
PPK, CP, Algoritma sedangkan terminologi SPM tidak dipakai lagi.
Pedoman nasional pelayanan Kedokteran (PNPK) adalah penyataan
yang dibuat secara sistematis yang didasarkan pada bukti ilmiah (scientific
evidence), untuk membantu dokter dan pembuat keputusan klinis tentang tata
laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik. Sinonim: clinical guidelines,
clinical practice guidelines, practice parameters.
Manfaat SPK ( Standar Pelayanan Kesehatan ) / PNPK ( Pedoman
Nasional Pelayanan Kesehatan ) adalah agar penyedia pelayanan kesehatan
bisa memberikan pelayanan yang seragam (sesuai standar Akreditasi RS),
untuk kendali mutu (memudahkan audit klinis) serta kendali biaya (clinical
pathway dan InaCBGs)

4
PNPK ( Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan ) dibuat oleh pakar,
disahkan oleh Menkes, merupakan suatu pedoman yang sistimatis
berdasarkan Evidence-based, Sahih / valid (ditetapkan Level Evidence,
rekomendasi, HTA), Komprehensif mencakup seluruh aspek, menggunakan
pengetahuan terkini, terjadwal untuk dilakukan revisi secara berkala.

Clinical Guidelines :

Dalam pustaka istilah ini digunakan untuk ; pedoman yang bersifat Nasional/
global, maupun lokal

Dokumen CG yang dibuat oleh kelompok pakar dengan koordinasi Kemkes


disebut sebagai PNPK

Dokumen CG yang telah diadaptasi sesuai dengan fasilitas RS setempat


disebut sebagai PPK, dan perangkat lokal lainnya yang dalam UUPK dan
Permenkes secara keseluruhan disebut sebagai Standar prosedur operasional

2. Definisi
Pedoman nasional pelayanan Kedokteran (PNPK) adalah penyataan
yang dibuat secara sistematis yang didasarkan pada bukti ilmiah (scientific
evidence), untuk membantu dokter dan pembuat keputusan klinis tentang tata
laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik. Sinonim: clinical guidelines,
clinical practice guidelines, practice parameters.
Clinical Guidelines :
Dalam pustaka istilah ini digunakan untuk ; pedoman yang bersifat
Nasional/global, maupun lokal
Dokumen CG yang dibuat oleh kelompok pakar dengan koordinasi Kemkes
disebut sebagai PNPK
Dokumen CG yang telah diadaptasi sesuai dengan fasilitas RS setempat
disebut sebagai PPK, dan perangkat lokal lainnya yang dalam UUPK dan
Permenkes secara keseluruhan disebut sebagai Standar prosedur
operasional
Dalam UUPK/ Permenkes PPK = SPO, PPK dibuat dengan rujukan
PNPK/sumber lain, PPK bersifat hospital specific,
PPK dapat dilengkapi dengan ;
a. Clinical pathway
5
b. Algritme
c. Protokol
d. Prosedur
e. Standing orders

3. Tujuan

Tujuan penyusunan PANDUAN PRAKTEK KLINIK :


a. Mengurangi variasi dalam pelayanan, sehingga biaya lebih mudah
diprediksi.
b. Pelayanan lebih terstandarisasi, meningkatkan kualitas pelayanan (Quality
of Care)
c. Dasar penghitungan “real cost” suatu kasus.
d. Meningkatkan kualitas dari informasi yang telah dikumpulkan.
e. Diharapkan dapat mengurangi biaya dengan menurunkan length of stay,
dan tetap memelihara mutu pelayanan
f. Sebagai pembanding pada CBG cost. Terutama pada kasus-kasus “high
cost, high volume”.

4. Pengertian
Panduan Praktek Klinik adalah panduan klinis yang dibuat secara
sistematis yang didasarkan pada bukti ilmiah (scientific evidence), untuk
membantu dokter dan pembuat keputusan klinis tentang tata laksana penyakit
atau kondisi klinis yang spesifik.

6
BAB II

RUANG LINGKUP

PNPK harus diterjemahkan sesuai dengan kondisi dan fasilitas setempat


menjadi PPK, PPK dapat sama/berbeda di RS yang berbeda, PPK untuk DBD tanpa
syok,mungkin sama di RS kelas A,B,C,D, Di RS kelas A, PPK untuk PJB dari
diagnosa sampai bedah, di RS kelas A yg lain hanya diagnosa lalu rujuk. Di RS kelas
B clinical pathway untuk stroke melibatkan bedah saraf, di RS kelas B lain
tidak.Untuk penyakit yg tidak memenuhi syarat PNPK, atau PNPK nya belum ada,
PPK dibuat dengan merujuk kepada pustaka mutakhir; artikel
asli,review/metaanalisis, PNPK asing, evidence based text book, dan lain – lain.
Pembuatan PPK dikoordinasi oleh Komite Medis dan berlaku setelah disahkan oleh
Direktur.
PPK dimaksudkan :
• Untuk tata laksana pasien sehingga tidak berisi informasi lengkap tentang
penyakit atau kondisi kesehatan tertentu
• PPK bukan merupakan hal terbaik untuk semua pasien
• Dokter yang memeriksa harus melakukan konsultasi bila merasa tidak
menguasai atau ragu dalam menegakkan diagnosis dan memberikan terapi
• Penyusun PPK tidak bertanggung jawab atas hasil apa pun yang terjadi
akibat penggunaan PPK dalam tata laksana pasien.
Perangkat pelaksanaan PPK :
• Clinical Pathway
• Protokol
• Prosedur
• Standing Order
Clinical pathway (alur klinis): Sebuah alat manajemen perawatan pasien
yang mengatur, mengurutkan, dan menggabungkan intervensi yang dilakukan oleh
perawat, dokter, dan lain-lain, untuk jenis kasus tertentu (misalnya, persalinan
normal), subset (misalnya, histerektomi), atau kondisi kondisi tertentu seperti,
kegagalan untuk menyapih. Sinonim: critical path, care map.

7
Protokol: Rencana, atau serangkaian langkah, yang harus diikuti dalam studi,
investigasi, atau intervensi dalam pengelolaan kondisi pasien tertentu (misalnya,
protokol pasien dengan diare, protokol kanker payudara).

Algoritme: manajemen pasien yang direkomendasikan, dirancang untuk


mengarahkan keputusan yang akan diambil, seperti flowchart yang terstruktur,
decision tree, ataupun decision grid. Algoritme digunakan pada kasus yang
membutuhkan keputusan cepat, seperti bagian gawat darurat.(misalnya algoritme
pasien dengan trauma kepala,KAD)

Standard operating procedures (Prosedur Operasional Standar): suatu


langkah kronologis untuk diikuti, dan keputusan-keputusan untuk menjalankan tugas
atau fungsi. Sinonim: prosedur manajemen.+

Standing orders: suatu set instruksi dokter yang ditujukan kepada perawat
atau profesional kesehatan lain untuk memberikan intervensi kepada pasien selama
dokter tidak ada di tempat. Contoh: pasien dengan demam tinggi berikan
parasetamol, anak dengan kejang berikan diazepam rektal.

8
BAB III
TATA LAKSANA

Penyusunan Panduan Praktek Klinik dilaksanakan oleh setiap SMF. PPK


yang disusun meliputi seluruh penyakit yang ditangani di RSJD Provinsi Jambi, dan
akan dilaksanakan secara bertahap.

1. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan Clinical Pathway dibuktikan dalam lembar pelaksanaan yang
harus tercantum dalam rekam medis pasien.
b. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara terpadu/integrasi
dan berorientasi focus terhadap pasien (Patient Focused Care ) serta
berkesinambungan ( continuing of care )
c. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat, laboratories, farmasis, dan ahli
gizi, petugas rehabilitasi medis, fisioterapis, terapi wicara, okupasi terapis dan
lain-lain)
d. Dalam batas waktu yang ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan
penyakit pasien, dicatat dalam bentuk periode harian
e. Pencatatan clinical pathway dimulai kegiatan pelayanan yang diberikan
kepada pasien secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentuk
dokumen yang merupakan bagian dari rekam medic
f. Pelaksanaan clinical pathway dimulai sejak pasien masuk ke ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
g. Pelaksanaan panduan praktek klinik dan clinical pathway dilakukan di bangsal
rawat inap yang memungkinkan merawat pasien dengan kasus tersebut.

2. Monitoring Pelaksanaan
a. Clinical pathway diisi setiap hari mulai hari pertama pasien masuk sampai
pasien pulang melalui lembar monitoring pelaksanaan clinical pathway
b. Monitoring pelaksanaan clinical pathway dilakukan oleh masing-masing
profesi
c. Lembar monitoring clinical pathway akan diserahkan pada komite mutu dan
manajemen risiko melalui case manager (tidak dikembalikan ke rekam medis )
d. Coordinator unit memantau pengisian lembar monitoring clinical pathway di
unit kerja
9
3. Evaluasi
Panduan praktik klinik dan clinical pathway dievaluasi setiap 1 tahun sekali.
Panduan praktek klinik dan atau clinical pathway dapat diubah sesuai kebutuhan,
perkembangan keilmuan atau pertimnbangan tertentu. Perubahan clinical
pathway dapat terkait :
a. Standar lama hari rawat
b. Standar penatalaksanaan
c. Standar Therapy
d. Standar asuhan keperawatan
e. Standar asuhan lain terkait: pelayanan gizi, rehabilitasi medis, pemerkasan
penunjang dan lain-lain

4. Audit clinical pathway


a. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan clinical pathway dicatat
sebagai varians
b. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta
atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors)
c. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.
d. Untuk menilai varians pelaksanaan clinical pathway dilakukan kajian analisis
melalui audit medis
e. Audit medis dilakukan setiap 3 bulan. Lembar monitoring clinical pathway
pasien dipilih secara acak
f. Audit medis akan menilai kesenjangan / varian dalam catatan clinical pathway
g. Audit medis dilakukan oleh tim audit medis dalam komite mutu
h. Hasil audit medis clinical pathway akan dilaporkan kepada direktur
i. Hasil audit medis clinical pathway akan disampaikan kepada KSM atau melalui
komite medis dan kepada profesi yang terkait.

5. Perubahan clinical pathway


a. Perubahan clinical pathway dilakukan jika terdapat perubahan pada :
1. Standar lama hari rawat
2. Standar penatalaksanaan
3. Standar terapi
10
4. Standar asuhan keperawatan
5. Standar asuhan lain terkait; pelayanan gizi, rehabilitasi medis,
pemeriksaan penunjang, dll.
b. Perubahan clinical pathway diajukan oleh dokter.

11
BAB IV
DOKUMENTASI

Format PPK

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS

…………………………………………………

1. Pengertian
………………………………………………………...
2. Anamnesis 1. …………………………………………………
2. …………………………………………………
3. …………………………………………………
4. …………………………………………………
5. …………………………………………………
3. PemeriksaanFisik 1. …………………………………………………
2. …………………………………………………
3. …………………………………………………
4. …………………………………………………
5. …………………………………………………
4. Kriteria Diagnosis 1. …………………………………………………
2. …………………………………………………
3. …………………………………………………
4. …………………………………………………
5. …………………………………………………
5. DiagnosisKerja ………………………………………………………...
6. Diagnosis Banding 1. …………………………………………………
2. …………………………………………………
3. …………………………………………………
7. Pemeriksaan 1. …………………………………………………
Penunjang 2. …………………………………………………
3. …………………………………………………
4. …………………………………………………
5. …………………………………………………
8. Tata Laksana 1. …………………………………………………
2. …………………………………………………
3. …………………………………………………
4. …………………………………………………
5. …………………………………………………
9. Edukasi 1. …………………………………………………
(Hospital Health 2. …………………………………………………
Promotion) 3. …………………………………………………
4. …………………………………………………
5. …………………………………………………

12
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. …………………………………………………
2. …………………………………………………
3. …………………………………………………
4. …………………………………………………
14. Indikator ………………………………………………………
………………………………………………………
15. Kepustakaan 1. …………………………………………………
2. …………………………………………………
3. …………………………………………………
4. …………………………………………………
5. …………………………………………………

13
BAB IV
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan Panduan Praktek


Klinis RSJD Provinsi Jambi. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga untuk para klinis pada umumnya.

Jambi, 13 Maret 2019

KETUA KOMITE MEDIK

dr. DIVA MARISKA TARASTIN, Sp.KJ


NIP. 19800329 200604 2 007

14

Anda mungkin juga menyukai