PANDUAN PENYUSUNAN
CLINICAL PATHWAY
(ALUR KLINIS)
0i
BAB I
DEFINISI
Clinical Pathway (CP) adalah konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum
setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis, standar
asuhan keperawatan dan standar pelayanan tenaga kesehatan lainnya, yang berbasis bukti
dengan hasil yang dapat diukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
(Adisasmito W, 2008)
Clinical pathway dibuat untuk memberikan perinician apa saja yang harus dilakukan pada
kondisi klinis tertentu. Dalam perinciannya tersebut terdapat rencana tata laksana hari demi
hari dengan standar pelayanan yang dianggap sesuai. Pelayanan dalam clinical pathway
bersifat multi disiplin sehingga semua pihak yang terlibat didalamnya (Dokter/ dokter gigi,
perawat, fisioterapi, dan lain-lain) dapat menggunakan format yang sama.
Kelebihan format ini adalah perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari, baik
intervensi maupun outcome nya.
Oleh karenanya clinical pathway paling layak dibuat untuk penyakit atau kondisi klinisyang
bersifat multidisiplin, dan perjalanan klinisnya dapat diprediksi (pada setidaknya 70%
kasus). Bila dalam perjalanan klinis ditemukan hal-hal yang menyimpang, maka harus
dicatat sebagai varian yang harus dinilai lebih lanjut.
Perjalanan klinis dan outcome penyakit yang dibuat dalam clinical pathway dapat tidak
sesuai dengan harapan karena:
1. memang sifat penyakit pada individu tertentu,
2. terapi tidak diberikan sesuai dengan ketentuan,
3. pasien tidak mentoleransi obat, atau
4. terdapat ko-morbiditas.
Namun demikian, apapun yang terjadi harus dilakukan evaluasi dan dokter memberikan
intervensi sesuai dengan keadaan pasien.
Pada umumnya disuatu rumah sakit umum hanya 30% (tiga puluh persen) pasien yang
dirawat dengan menggunakan clinical pathway. Selebihnya pasien dirawat dengan prosedur
biasa (usual care). Clinical pathway hanya efektif dan efisien apabila dilaksanakan untuk
penyakit atau kondisi kesehatan yang perjalanannya predictable, khususnya bila
memerlukan perawatan multidisiplin.
Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan untuk membuat clinical pathway bagi penyakit
apapun dengan catatan:
1
BAB II
RUANG LINGKUP
Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) memilih dan menetapkan Panduan Praktik Klinik
(PPK) yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (Clinical Pathway / CP) dan/atau
protokol klinis dan atau prosedur dan atau standing order sebagai panduan dari asuhan
klinik yang akan dilakukan evaluasi.
Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) setiap tahun memilih 5 (lima) CP disetiap KSM
untuk dievaluasi
Sesuai dengan kebijakan direksi dan panduan praktik klinis di Rumah Sakit, Rumah sakit
menetapkan 5
Formulir clinical pathway berisi tentang materi ataupun dapat berisi tentang Standar
Prosedur Operasional yang merangkum:
2
1 Profesi medis : Standar Pelayanan Medis dari setiap kelompok Staf Medis
Keperawatan)
a. Pengertian
b. Asesmen Keperawatan
c. Diagnosa Keperawatan
d. Kriteria Evaluasi / Nursing Outcome
e. Intervensi Keperawatan
f. Informasi dan Edukasi
g. Evaluasi
h. Penelaah Kritis
i. Kepustakaan
4. Profesi Gizi : Asuhan Gizi dalam bentuk PAG (Panduan Asuhan Gizi)
a. Pengertian
b. Asesmen atau pengkajian
c. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
d. Intervensi Gizi atau Terapi Gizi
e. Monitoring dan Evaluasi
f. Re Asesmen
g. Indikator / Outcome
h. Kepustakaan
3
5. Alur pelayanan pasien rawat inap dan operasi dari sistem kelompok Staf Medis
(KSM), Instalasi dan Sistem Manajemen Rumah Sakit.
F. Analisis Varian
1 Statistik : Run Chart, Control Chart, Pareto, Bar Diagram
2 Interpretasi data : Trend, bandingkan dng RS lain, dng standar, dng praktik terbaik
4
BAB III
TATA LAKSANA
A. Persiapan
3. Pemilahan jenis penyakit yang akan dibuat clinical pathway berdasarkan tingkat
morbiditas dan mortalitas penyakit yang memenuhi kriteria high cost, high risk, dan
high volume disesuaikan dengan panduan praktis klinis yang dimiliki oleh rumah
sakit.
4. Fokus area prioritas yang akan dibuat clinical pathway diambil berdasarkan laporan
data bulanan dari Bagian Rekam Medik RS, berupa 10 (sepuluh) penyakit terbesar
rawat jalan untuk setiap poliklinik KSM, 10 (sepuluh) penyakit terbesar rawat inap
untuk setiap KSM, 10 (sepuluh) sebab kematian untuk setiap KSM, laporan data
tindakan operasi.
B. Penyusunan
antara lain:
1. Kriteria penyakit yang dapat dibuat Clinical Pathway (CP) adalah penyakit atau
kondisi klinis yang bersifat multidisiplin, dan perjalanan klinisnya dapat diprediksi.
2. Penetapan CP dan PPK dengan melakukan rapat dengan masing-masing KSM
(Kelompok Staf Medis) dan unsur-unsur PPA lainnya ( Keperawatan, Farmasi dan
Gizi)
3. Untuk menetapkan jenis penyakit yang akan dibuat clinical pathway disesuaikan
dengan PPK medis yang dimiliki rumah sakit karena clinical pathway disusun untuk
menerjemahkan PPK medis, prosedur tindakan atau algoritma, panduan gizi, asuhan
keperawatan, dan panduan farmasi yang telah dibuat.
4. Ditetapkan kriteria inklusi dan ekslusi yang jelas bagi penyakit apapun yang akan
dibuat CP. Apabila pasien sudah dirawat dengan CP namun mengalami komplikasi
atau terdapat ko-morbiditas tertentu maka pasien tersebut harus dikeluarkan dari CP
dan dirawat dengan perawatan biasa.
5. Format Clinical Pathway (CP) berupa tabel yang kolomnya merupakan waktu (hari,
jam), sedangkan barisnya merupakan observasi/pemeriksaan/tindakan/intervensi
yang diperlukan. (format di lampiran)
5
C. Uji Coba
1 Sosialisasi mengenai program clinical pathway kepada seluruh tim mulai dari dokter,
dokter spesialis, perawat, tim gizi, dan tim farmasi.
2 Menyediakan formulir clinical pathway di ruang perawatan.
3 Pengisian clinical pathway pada lembar rekam medis.
4 Pengumpulan clinical pathway setelah selesai perawatan pada Ruang Rekam Medik.
5 Evaluasi kegiatan uji coba dilakukan oleh tim clinical pathway.
6 Revisi/penetapan dan penggandaan formulir clinical pathway.
D. Implementasi
2. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan
penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus rawat inap) atau
jam (untuk kasus gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)).
3. Menyediakan formulir clinical pathway yang sudah ditetapkan setelah diadakan uji
coba.
4. Pencatatan clinical pathway seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien
secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentuk dokumen yang
merupakan bagian dari Rekam Medik.
5. Penyakit atau kondisi klinis tertentu yang akan dibuat clinical pathway wajib dibuat
kriteria inklusi dan ekslusi pada penyakit tersebut.
7. Varians tersebut dapat terjadi karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta
atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors) dan dipergunakan sebagai
salah satu parameter dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan.
8. Pasien harus dikeluarkan dari clinical pathway dan dirawat dengan perawatan biasa
bila selama perawatan terjadi salah satu hal-hal berikut :
6
c. Pasien mengalami kondisi klinis yang memburuk atau komplikasi atau terdapat
komorbiditas tertentu.
9. Pada saat clinical pathway dihentikan maka dokter dan perawat tetap menuliskan
progress kondisi pasien dengan SOAP yang kemudian dilengkapi dengan rencana
terapi yang terbaru. Formulir clinical pathway yang sudah tidak dilanjutkan tetap
disimpan di dalam rekam medis.
E. Disclaimer (Penyangkalan)
F. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan clinical pathway seperti pada implementasi dilakukan oleh Tim
Clinical Pathway dari Bagian Komite Medik. Bagian-bagian satuan kerja lain juga
dilibatkan dalam proses evaluasi, yaitu bagian Kelompok Staf Medis yang akan menilai
lama rawat, varian kesesuaian tatalaksana, dan audit klinis. Tim rawat inap akan
membahas mengenai lama rawat, asuhan keperawatan dan audit manajerial.
Ruang Rekam Medik akan melengkapi ICD dan kelengkapan berkas rekam medis.
7
dengan ataupun tanpa clinical pathway. Setiap tahunnya dilakukan penambahan 1(satu)
clinical pathway berdasarkan prioritas yang diusulkan dari KSM terkait kepadadirektur
melalui komite medis. Hasil evaluasi harus didapatkan suatu kesimpulanyaitu berupa
kegiatan tindak lanjut untuk meningkatkan kesuksesan penggunaan formulir clinical
pathway. Dibuat pula suatu contoh formulir laporan pelaksanaan evaluasi yang
ditampilkan dalam lampiran.
8
BAB IV
DOKUMENTASI
Contoh
CLINICAL PATHWAY
DEMAM BERDARAH GRADE 1&2
Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3
HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
9
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesmen bio,
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional: psiko, sosial, spiritual dan
bartel index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
HB, HT, WBC, TROMBOCYT
2. LABORATORIUM NS1
3. RADIOLOGI/IMAGING THORAX AP
4. KONSULTASI -
5. ASESMEN LANJUTAN
6. DIAGNOSIS
10
00007 Hiperthermia NANDA-Int
11
Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI Meningkatkan kepatuhan pasien
Konseling Obat meminum/menggunakan obat
RL
b. CAIRAN INFUS
Varian
Paracetamol 10 - 15 mg/kg BB/
kali/oral
c. OBAT ORAL
Antasida 0,5ml/kgbb/dosis
Varian
-
d. RECTAL
Varian
12
Oral
c. FISIOTERAPI
13
13. OUTCOME/HASIL
Demam Hilang
a. MEDIS Terjadi peningkatan trombosit dalam
2 hari berturut-turut (hari panas ke 6-
7)
Suhu normal
Pendarahan Negatif
VARIAN
_____-____-_____
14
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi
Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
15
BAB V
PENUTUP
Clinical pathway merupakan bagian atau pelengkap dari Panduan Praktik Klinik
(PPK), karenanya memiliki karakteristik dari PPK yaitu hospital specific dan dibuat oleh
Fasyankes dengan merujuk dari PNPK atau sumber pustaka lainnya. Pelaksanaannya paling
baik digunakan untuk kondisi penyakit yang perlu penanganan multidisiplin, dan perjalanan
klinisnya predictable. Apabila kondisi pasien sudah tidak memenuhi syarat dari pelaksanaan
clinical pathway baiknya dihentikan dan kembali ke perawatan biasa. Yang harus diutamakan
dalam clinical pathway adalah tetap berpegang pada patient oriented.
Dengan adanya panduan penyusunan Clinical pathway diharapkan menjadi acuan dalam
membuat standarisasi pemeriksaan dan perawatan pasien yang memiliki pola tertentu sehingga
mendorong staf klinis interdisipliner untuk proaktif dalam perencanaan pelayanan agar pelayanan
lebih cepat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17