Anda di halaman 1dari 21

RUMAH SAKIT

KARYA BHAKTI PRATIWI

PANDUAN PENYUSUNAN
CLINICAL PATHWAY
(ALUR KLINIS)

RUMAH SAKIT KARYA BHAKTI PRATIWI


Jl. Raya Dramaga KM. 7 Dramaga Kabupaten Bogor
Telp. (0251) 8626868 Fax. (0251) 8626969 Website.www.karyabhaktipratiwi.co.id
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB I DEFINISI ...................................................................................... 1

BAB II RUANG LINGKUP .................................................................................... 2

BAB III TATA LAKSANA ................................................... ...................... 5

BAB IV DOKUMENTASI ........................................................................... 9

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

0i
BAB I
DEFINISI

Clinical Pathway (CP) adalah konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum
setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis, standar
asuhan keperawatan dan standar pelayanan tenaga kesehatan lainnya, yang berbasis bukti
dengan hasil yang dapat diukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
(Adisasmito W, 2008)

Clinical pathway dibuat untuk memberikan perinician apa saja yang harus dilakukan pada
kondisi klinis tertentu. Dalam perinciannya tersebut terdapat rencana tata laksana hari demi
hari dengan standar pelayanan yang dianggap sesuai. Pelayanan dalam clinical pathway
bersifat multi disiplin sehingga semua pihak yang terlibat didalamnya (Dokter/ dokter gigi,
perawat, fisioterapi, dan lain-lain) dapat menggunakan format yang sama.

Kelebihan format ini adalah perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari, baik
intervensi maupun outcome nya.
Oleh karenanya clinical pathway paling layak dibuat untuk penyakit atau kondisi klinisyang
bersifat multidisiplin, dan perjalanan klinisnya dapat diprediksi (pada setidaknya 70%
kasus). Bila dalam perjalanan klinis ditemukan hal-hal yang menyimpang, maka harus
dicatat sebagai varian yang harus dinilai lebih lanjut.
Perjalanan klinis dan outcome penyakit yang dibuat dalam clinical pathway dapat tidak
sesuai dengan harapan karena:
1. memang sifat penyakit pada individu tertentu,
2. terapi tidak diberikan sesuai dengan ketentuan,
3. pasien tidak mentoleransi obat, atau
4. terdapat ko-morbiditas.
Namun demikian, apapun yang terjadi harus dilakukan evaluasi dan dokter memberikan
intervensi sesuai dengan keadaan pasien.
Pada umumnya disuatu rumah sakit umum hanya 30% (tiga puluh persen) pasien yang
dirawat dengan menggunakan clinical pathway. Selebihnya pasien dirawat dengan prosedur
biasa (usual care). Clinical pathway hanya efektif dan efisien apabila dilaksanakan untuk
penyakit atau kondisi kesehatan yang perjalanannya predictable, khususnya bila
memerlukan perawatan multidisiplin.
Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan untuk membuat clinical pathway bagi penyakit
apapun dengan catatan:

1. Ditetapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas,


2. Bila pasien sudah dirawat dengan clinical pathway namun ternyata mengalami
komplikasi atau terdapat ko-morbiditas tertentu, maka pasien tersebut harus
dikeluarkan dari CP dan dirawat dengan perawatan biasa.

1
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Jenis Clinical Pathway

Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) memilih dan menetapkan Panduan Praktik Klinik
(PPK) yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (Clinical Pathway / CP) dan/atau
protokol klinis dan atau prosedur dan atau standing order sebagai panduan dari asuhan
klinik yang akan dilakukan evaluasi.

Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) setiap tahun memilih 5 (lima) CP disetiap KSM
untuk dievaluasi

Sesuai dengan kebijakan direksi dan panduan praktik klinis di Rumah Sakit, Rumah sakit
menetapkan 5

CP dan PPK sebagai prioritas pelayanan klinis Rumah Sakit.

Dasar pemilihan CP dan PPK :

1 penyakit atau kondisi yang paling sering atau banyak terjadi;


2 penyakit atau kondisi yang memiliki risiko tinggi
3 penyakit atau kondisi yang memerlukan biaya tinggi
4 penyakit atau kondisi yang terdapat variasi/keragaman dalam pengelolaannya

B. Panduan Praktik Klinis


Isi PPK :
1 Pengertian
2 Anamesis
3 Pemeriksaan Fisik
4 Kriteria Diagnosis
5 Diagnosis
6 Diagnosis Banding
7 Pemeriksaan Penunjang
8 Terapi
9 Edukasi
10 Prognosis
11 Kriteria Pemulangan Pasien
12 Referensi

C. Formulir Clinical Pathway

Formulir clinical pathway berisi tentang materi ataupun dapat berisi tentang Standar
Prosedur Operasional yang merangkum:

2
1 Profesi medis : Standar Pelayanan Medis dari setiap kelompok Staf Medis

(KSM) klinis dan penunjang

2 Profesi keperawatan : Asuhan keperawatan dalam bentuk PAK (Panduan Asuhan

Keperawatan)

Isi Panduan Asuhan Keperawatan (PAK), sbb :

a. Pengertian
b. Asesmen Keperawatan
c. Diagnosa Keperawatan
d. Kriteria Evaluasi / Nursing Outcome
e. Intervensi Keperawatan
f. Informasi dan Edukasi
g. Evaluasi
h. Penelaah Kritis
i. Kepustakaan

3. Profesi farmasi : Unit dose daily dan stop ordering


Isi Panduan Asuhan Kefarmasian (PAK), sbb :
a. Pengertian ( Definisi)
b. Asesmen Kefarmasian
c. Identifikasi DRP (Drug Related Problem)
d. Intervensi Farmasi
e. Monitoring dan Evaluasi
f. Edukasi dan Informasi
g. Penelaah Kritis
h. Indikator
i. Kepustakaan

4. Profesi Gizi : Asuhan Gizi dalam bentuk PAG (Panduan Asuhan Gizi)

Isi Panduan Asuhan Gizi (PAG), sbb :

a. Pengertian
b. Asesmen atau pengkajian
c. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
d. Intervensi Gizi atau Terapi Gizi
e. Monitoring dan Evaluasi
f. Re Asesmen
g. Indikator / Outcome
h. Kepustakaan

3
5. Alur pelayanan pasien rawat inap dan operasi dari sistem kelompok Staf Medis
(KSM), Instalasi dan Sistem Manajemen Rumah Sakit.

D. Syarat Clinical Pathway

Syarat untuk dapat menggunakan clinical pathway antara lain:


1 Masuk dalam kriteria inklusi
2 Disarankan untuk penyakit dengan diagnose tunggal
3 Apabila terdapat komplikasi harus dikeluarkan dari clinical pathway

E. Analisis Pelaksanaan Clinical Pathway


Monitoring kepatuhan DPJP terhadap PPK-CP
1 Indikator Mutu / Kepatuhan DPJP terhadap PPK-CP
2 Audit Medis/Klinis

F. Analisis Varian
1 Statistik : Run Chart, Control Chart, Pareto, Bar Diagram
2 Interpretasi data : Trend, bandingkan dng RS lain, dng standar, dng praktik terbaik

G. Pelaporan Clinical Pathway


Pelaksanaan Pelaporan Evaluasi Implementasi PPK-CP :

1 Koordinasi Komite Mutu-Keselamatan Pasien, Komite Medis, Bidang pelayanan,


lainnya. Tentukan Indikator yang akan diaudit : indikator proses, outcome, varians
2 Evaluasi : kepatuhan PPA, kendala, hambatan
3 Tentukan waktu pelaksanaan audit, misalnya minimal 3 bulan sekali.
4 Penerapan siklus PDS/CA

4
BAB III

TATA LAKSANA

A. Persiapan

1. Pembuatan Kebijakan oleh Komite medis tentang penyusunan clinical pathway.

2. Membentuk Tim Penyusun sesuai dengan kompetensinya.

3. Pemilahan jenis penyakit yang akan dibuat clinical pathway berdasarkan tingkat
morbiditas dan mortalitas penyakit yang memenuhi kriteria high cost, high risk, dan
high volume disesuaikan dengan panduan praktis klinis yang dimiliki oleh rumah
sakit.

4. Fokus area prioritas yang akan dibuat clinical pathway diambil berdasarkan laporan
data bulanan dari Bagian Rekam Medik RS, berupa 10 (sepuluh) penyakit terbesar
rawat jalan untuk setiap poliklinik KSM, 10 (sepuluh) penyakit terbesar rawat inap
untuk setiap KSM, 10 (sepuluh) sebab kematian untuk setiap KSM, laporan data
tindakan operasi.

B. Penyusunan

Dalam menyusun clinical pathway terdapat prinsip-prinsip yang harus dipenuhi

antara lain:

1. Kriteria penyakit yang dapat dibuat Clinical Pathway (CP) adalah penyakit atau
kondisi klinis yang bersifat multidisiplin, dan perjalanan klinisnya dapat diprediksi.
2. Penetapan CP dan PPK dengan melakukan rapat dengan masing-masing KSM
(Kelompok Staf Medis) dan unsur-unsur PPA lainnya ( Keperawatan, Farmasi dan
Gizi)
3. Untuk menetapkan jenis penyakit yang akan dibuat clinical pathway disesuaikan
dengan PPK medis yang dimiliki rumah sakit karena clinical pathway disusun untuk
menerjemahkan PPK medis, prosedur tindakan atau algoritma, panduan gizi, asuhan
keperawatan, dan panduan farmasi yang telah dibuat.
4. Ditetapkan kriteria inklusi dan ekslusi yang jelas bagi penyakit apapun yang akan
dibuat CP. Apabila pasien sudah dirawat dengan CP namun mengalami komplikasi
atau terdapat ko-morbiditas tertentu maka pasien tersebut harus dikeluarkan dari CP
dan dirawat dengan perawatan biasa.
5. Format Clinical Pathway (CP) berupa tabel yang kolomnya merupakan waktu (hari,
jam), sedangkan barisnya merupakan observasi/pemeriksaan/tindakan/intervensi
yang diperlukan. (format di lampiran)

5
C. Uji Coba

1 Sosialisasi mengenai program clinical pathway kepada seluruh tim mulai dari dokter,
dokter spesialis, perawat, tim gizi, dan tim farmasi.
2 Menyediakan formulir clinical pathway di ruang perawatan.
3 Pengisian clinical pathway pada lembar rekam medis.
4 Pengumpulan clinical pathway setelah selesai perawatan pada Ruang Rekam Medik.
5 Evaluasi kegiatan uji coba dilakukan oleh tim clinical pathway.
6 Revisi/penetapan dan penggandaan formulir clinical pathway.

D. Implementasi

1. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara terpadu/integrasi dan


berorientasi fokus terhadap pasien (patient focused care) serta berkesinambungan
(continuing of care).

2. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan
penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus rawat inap) atau
jam (untuk kasus gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)).

3. Menyediakan formulir clinical pathway yang sudah ditetapkan setelah diadakan uji
coba.

4. Pencatatan clinical pathway seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien
secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentuk dokumen yang
merupakan bagian dari Rekam Medik.

5. Penyakit atau kondisi klinis tertentu yang akan dibuat clinical pathway wajib dibuat
kriteria inklusi dan ekslusi pada penyakit tersebut.

6. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan clinical pathway dicatat sebagai


varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit.

7. Varians tersebut dapat terjadi karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta
atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors) dan dipergunakan sebagai
salah satu parameter dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan.

8. Pasien harus dikeluarkan dari clinical pathway dan dirawat dengan perawatan biasa
bila selama perawatan terjadi salah satu hal-hal berikut :

a. Apabila diagnosa utama pasien berubah

b. Tidak terdapat perbaikan klinis dalam waktu 48 jam.

6
c. Pasien mengalami kondisi klinis yang memburuk atau komplikasi atau terdapat
komorbiditas tertentu.

9. Pada saat clinical pathway dihentikan maka dokter dan perawat tetap menuliskan
progress kondisi pasien dengan SOAP yang kemudian dilengkapi dengan rencana
terapi yang terbaru. Formulir clinical pathway yang sudah tidak dilanjutkan tetap
disimpan di dalam rekam medis.

E. Disclaimer (Penyangkalan)

1 Dalam setiap dokumen tertulis CP (Clinical Pathway) serta perangkat


implementasinya
2 mutlak, harus dituliskan bab tentang disclaimer (wewanti/penyangkalan)
3 Hal ini dimaksudkan untuk :
a. menghindari kesalah pahaman atau salah persepsi tentang arti kata standar,
yang dimaknai harus melakukan sesuatu tanpa kecuali
b. menjaga autonomi dokter bahwa keputusan klinis merupakan wewenangnya
sebagai orang yang dipercaya pasien
4 Dalam disclaimer minimal harus mencakup :
a. CP dibuat untuk average patient
b. CP dibuat untuk penyakit/kondisi patologis tunggal
c. Reaksi individual terhadap prosedur diagnosis dan terapi bervariasi
d. CP dianggap valid pada saat dicetak
5 Praktek kedokteran modern harus lebih mengakomodasi preferensi pasien dan
keluarga
6 Bab tambahan yang dapat disertakan pada disclaimer :
a. CP dimaksudkan untuk tatalaksana pasien sehingga tidak berisi informasi
lengkap tentang penyakit
b. Dokter yang memeriksa harus melakukan konsultasi bila merasa tidak
menguasai atau ragu dalam menegakkan diagnosa dan memberikan terapi
c. Penyusun CP tidak bertanggung jawab atas hasil apa pun yang terjadi akibat
penyalah gunaan CP dalam tatalaksana pasien

F. Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan clinical pathway seperti pada implementasi dilakukan oleh Tim
Clinical Pathway dari Bagian Komite Medik. Bagian-bagian satuan kerja lain juga
dilibatkan dalam proses evaluasi, yaitu bagian Kelompok Staf Medis yang akan menilai
lama rawat, varian kesesuaian tatalaksana, dan audit klinis. Tim rawat inap akan
membahas mengenai lama rawat, asuhan keperawatan dan audit manajerial.

Ruang Rekam Medik akan melengkapi ICD dan kelengkapan berkas rekam medis.

Bagian Keuangan bersama manajer pelayanan medis akan menghitung kesesuaian


realisasi pembiayaan dengan INA CBG serta menilai keefektifan proses pelayanan

7
dengan ataupun tanpa clinical pathway. Setiap tahunnya dilakukan penambahan 1(satu)
clinical pathway berdasarkan prioritas yang diusulkan dari KSM terkait kepadadirektur
melalui komite medis. Hasil evaluasi harus didapatkan suatu kesimpulanyaitu berupa
kegiatan tindak lanjut untuk meningkatkan kesuksesan penggunaan formulir clinical
pathway. Dibuat pula suatu contoh formulir laporan pelaksanaan evaluasi yang
ditampilkan dalam lampiran.

8
BAB IV

DOKUMENTASI

Contoh

CLINICAL PATHWAY
DEMAM BERDARAH GRADE 1&2
Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL

Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD


ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Psien masuk melalui RJ

9
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesmen bio,
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional: psiko, sosial, spiritual dan
bartel index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
HB, HT, WBC, TROMBOCYT

2. LABORATORIUM NS1

IGM, IGG, DENGUE

3. RADIOLOGI/IMAGING THORAX AP

4. KONSULTASI -

5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency

b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi melalui
skrining gizi dan mengkaji data
antropometri, biokimia, fisik/
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan termasuk
alergi makanan serta riwayat
personal. Asesmen dilakukan
dalam waktu 48 jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan intervensi
d. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat Telaah dan Rekonsiliasi obat

6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Demam berdarah Grade 1& 2


00025 Risiko ketidakseimbangan Masalah keperawatan yang
volume cairan dijumpai setiap hari. Dibuat oleh
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
00195 Risiko Keseimbangan perawat penanggung jawab.
elektrolit Mengacu pada diagnosis

10
00007 Hiperthermia NANDA-Int

00205 Risiko shock

00206 Risiko Pendarahan

00132 Nyeri Akut


Peningkatan kebutuhan energi
expenditure berkaitan dengan
meningkatnya kebutuhan untuk
menjaga suhu tubuh ditandai dengan Sesuai dengan data asesmen,
demam (NI - 1.1) kemungkinan saja ada diagnosis
c. DIAGNOSIS GIZI
Tidak cukupnya asupan cairan lain atau diagnosis berubah
berkaitan dengan demam meningkat selama perawatan.
insensible water lossees ditandai
dengan estimasi asupan kurang dari
kebutuhan (NI - 3.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan
Identifikasi kebutuhan rumah
Program pendidikan pasien dan
7. DISCHARGE PLANNING Hand Hygiene keluarga
Kebersihan Lingkungan: 3M
(Menimbun/Menutup, Menguras,
Mengubur)
8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi asuhan


a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS berdasarkan kebutuhan dan juga
Rencana terapi berdasarkan Discharge Planning.

Informed Consent Pengisian formulir informasi dan


b. EDUKASI & KONSELING GIZI Makanan lunak/makanan biasa edukasi terintegrasi oleh pasien
dengan gizi seimbang dan atau keluarga

Peningkatan intake cairan peroral Edukasi gizi dilakukan pada saat


c. EDUKASI KEPERAWATAN awal masuk (pada hari pertama
Tirah baring (Bedrest) atau kedua) dan atau pada hari ke
Cara turunkan panas : WaterTapid 4 atau ke 5.
Sponge

11
Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI Meningkatkan kepatuhan pasien
Konseling Obat meminum/menggunakan obat

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 .TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Paracetamol 10 - 15 mg/kgbb/
intravena
a. INJEKSI
Ranitidin 1,25 – 2mg/kgbb tiap 12
jam, intravena
Varian

RL
b. CAIRAN INFUS
Varian
Paracetamol 10 - 15 mg/kg BB/
kali/oral
c. OBAT ORAL
Antasida 0,5ml/kgbb/dosis

Varian

-
d. RECTAL
Varian

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI

a. TATA LAKSANA/ INTERVENSI MEDIS

196. Manajemen Demam

200. Manajemen Cairan

b. TATA LAKSANA/INTERVENSI 1400. Manajemen Nyeri


Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN 337. Pemenuhan ADL

4190 Kolaborasi Pemasangan infus

2304 Kolaborasi Pemberian Obat

12
Oral

2314 Kolaborasi Pemberian Obat IV


Diet makanan lunak atau makan Bentuk makanan, kebutuhan zat
biasa gizi disesuaikan dengan usia dan
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI
Cukup cairan dari makanan dan kondisi klinis anak secara
minuman bertahap
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI FARMASI Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monitoring

11. MONITORING& EVALUASI Monitor perkembangan pasien


Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan
413. Monitoring TTV (baseline)/4
jam
b. KEPERAWATAN 200. Monitoring cairan dan Mengacu pada NOC
pendarahan
1400. Monitoring nyreri

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi dan


tanda gejala yang akan dilihat
Monitoring Antropometri kemajuannya. Monev pada hari
ke 4 atau hari ke 5 kecuali
c. GIZI Monitoring Biokimia asupan makan.

Mengacu pada IDNT


Monitoring Fisik/klinis terkait gizi (International Dietetics &
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software interaksi
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan intervensi
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS Tahapan mobilisasi sesuai


b. KEPERAWATAN Dibantu sebagian kondisi pasien

c. FISIOTERAPI

13
13. OUTCOME/HASIL

Demam Hilang
a. MEDIS Terjadi peningkatan trombosit dalam
2 hari berturut-turut (hari panas ke 6-
7)
Suhu normal

Hemodinamic Stabil Mengacu pada NOC


b. KEPERAWATAN
Nyeri berkurang Dilakukan dalam 3 shift

Pendarahan Negatif

Asupan makan > 80%


Status Gizi berdasarkan
c. GIZI Asupan cairan (minum) adekuat antropometri, biokimia, fisik/
klinis
Status Gizi Optimal

Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas hidup


d. FARMASI
Obat rasional pasien

Tanda Vital Normal


Status pasien/tanda vital sesuai
14. KRITERIA PULANG Trombosit Diatas 100.000
dengan PPK
Sesuai NOC

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa Resume
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan/ Surat
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pulang.
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____

14
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(____________________) (__________________) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

15
BAB V

PENUTUP

Clinical pathway merupakan bagian atau pelengkap dari Panduan Praktik Klinik
(PPK), karenanya memiliki karakteristik dari PPK yaitu hospital specific dan dibuat oleh
Fasyankes dengan merujuk dari PNPK atau sumber pustaka lainnya. Pelaksanaannya paling
baik digunakan untuk kondisi penyakit yang perlu penanganan multidisiplin, dan perjalanan
klinisnya predictable. Apabila kondisi pasien sudah tidak memenuhi syarat dari pelaksanaan
clinical pathway baiknya dihentikan dan kembali ke perawatan biasa. Yang harus diutamakan
dalam clinical pathway adalah tetap berpegang pada patient oriented.
Dengan adanya panduan penyusunan Clinical pathway diharapkan menjadi acuan dalam
membuat standarisasi pemeriksaan dan perawatan pasien yang memiliki pola tertentu sehingga
mendorong staf klinis interdisipliner untuk proaktif dalam perencanaan pelayanan agar pelayanan
lebih cepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44. 2009. Rumah Sakit. Jakarta


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36. 2009. Kesehatan. Jakarta
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29. 2004. Praktik Kedokteran. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438. 2010. Standar Pelayanan Kedokteran. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu.
Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129. 2008. Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11. 2017. Keselamatan Pasien. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34. 2017. Akreditasi Rumah Sakit.
Jakarta
Adi Sasmito W, 2008, Kebijakan standar pelayanan medik dan diagnosis related group
(DRG), kelayakan penerapannya di Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas
Indonesia, Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai