Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

AUDIT CLINICAL PATHWAY


2022
AUDIT CLINICAL PATHWAY

A. PENDAHULUAN
Clinical pathway mulai diterapkan di RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka
Raya sejak Januari 2019 yang disusun berdasarkan PPK dan telah mendapat kesepakatan
dokter spesialis yang bersangkutan. Setiap tahunnya jumlah clinical pathway yang disusun
terus bertambah. Clinical pathway yang telah disusun meliputi :
1. Appendicitis akut
2. Abortus inkomplit
3. Fraktur tertutup tulang panjang
4. Kejang demam sederhana
5. Pneumonia
6. Hamil aterm inpartu
7. Katarak
8. Sectio Caesaria dengan indikasi oligohidramnion
9. Soft tissue tumor
10. Hernia inguinalis
11. Covid-19 klinis berat
12. Covid-19 klinis sedang
13. Covid-19 anak klinis sedang

B. PELAKSANAAN
1. Dilaksanakan bersama oleh komite medik, komite keperawatan, dan komite tenaga
kesehatan lain.
2. Dengan cara audit berkas rekam medis, membandingkan catatan di dalam rekam
medis dengan clinical pathway
3. Digunakan seluruh sampel yang telah diisi form clinical pathway nya
4. Apabila terdapat komplikasi atau penyakit penyerta tidak digunakan sebagai populasi
pengambilan data
5. Kriteria yang dinilai adalah :asesmen klinis, penunjang (laboratorium, radiologi),
tindakan (bedah, informed consent, kelengkapan berkas), obat, dan lama rawat
C. HASIL
1. Appendicitis akut (3 kasus)
Kriteria Hasil penilaian
Asesmen klinis 66,6 %
Penunjang 100 %
Tindakan 0%
Obat 100 %
Lama rawat 33,3 %

2. Abortus inkomplit (7 kasus)


Kriteria Hasil penilaian
Asesmen klinis 100%
Penunjang 100%
Tindakan 100%
Obat 100%
Lama rawat 28,5%

3. Sectio caesaria dengan indikasi oligohidramnion (4 kasus)


Kriteria Hasil penilaian
Asesmen klinis 100 %
Penunjang 100 %
Tindakan 100 %
Obat 25 %
Lama rawat 25 %

4. Kejang demam sederhana (8 kasus)


Kriteria Hasil penilaian
Asesmen klinis 37,5 %
Penunjang 100 %
Tindakan 100 %
Obat 62,5 %
Lama rawat 37,5 %
5. Hernia inguinalis (3 kasus)
Kriteria Hasil penilaian
Asesmen klinis 100 %
Penunjang 100 %
Tindakan 100 %
Obat 66,6 %
Lama rawat 33,3 %

6. Soft tissue tumor (4 kasus)


Kriteria Hasil penilaian
Asesmen klinis 100%
Penunjang 100%
Tindakan 100%
Obat 100%
Lama rawat 100%

D. PEMBAHASAN
1. Appendicitis akut
a. Asesmen klinis hanya terlaksana 2 dari 3 kasus. Dimana kasus tersebut sama
sekali tidak divisite oleh DPJP. Asesmen keperawatan dilaksanakan rutin.
Sedangkan asesmen farmasi dan gizi tidak terlaksana. Perlu disosialisasikan
kembali pentingnya pengisian asesmen dari PPA. DPJP juga agar tetap
mengevaluasi pasiennya setiap hari.
b. Pemeriksaan penunjang dan tindakan yang dilakukan terlaksana dan sesuai
seluruhnya.
c. Dari 3 kasus tersebut, tidak ada yang menjalani operasi apendiktomi. 2 kasus
menjalani laparotomi, sedangkan 1 kasus tidak operasi.
d. Obat-obatan yang digunakan dalam perawatan pasien sesuai dengan clinical
pathway.
e. Lama perawatan tidak sesuai dengan CP yang telah disusun. Karena perbedaan
tindakan yang dilakukan.

2. Abortus inkomplit
a. Asesmen klinis dari medis dan keperawatan lengkap dan sesuai seluruhnya,
asesmen dari apoteker dan ahli gizi tidak ditemukan. Perlu disosialisasikan
kembali pentingnya pengisian asesmen dari masing-masing PPA.
b. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
c. Tindakan medis dan keperawatan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
d. Obat-obatan yang digunakan dalam perawatan pasien sesuai dengan clinical
pathway.
e. Lama perawatan tidak sesuai dengan clinical pathway, banyak yang menjalani
one day care.

3. Sectio caesaria dengan indikasi oligohidramnion


a. Asesmen klinis dari medis dan keperawatan lengkap dan sesuai seluruhnya,
asesmen dari apoteker dan ahli gizi tidak ditemukan. Perlu disosialisasikan
kembali pentingnya pengisian asesmen dari masing-masing PPA.
b. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
c. Tindakan medis dan keperawatan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
d. Obat-obatan yang digunakan selama perawatan banyak tidakk sesuai dengan
clincal pathway karena lama perawatan yang memanjang.
e. Hanya 1 kasus dari 4 kasus yang lama perawatan sesuai dengan clinical
pathway.

4. Kejang demam sederhana


a. Asesmen klinis dari dokter hanya terlaksana 37,5%, asesmen ulang tidak rutin
dilakukan, baik dari DPJP maupun dokter bangsal. Asesmen keperawatan
lengkap dan sesuai, sedangkan asesmen dari apoteker dan ahli gizi tidak
ditemukan. Perlu disosialisasikan kembali pentingnya pengisian asesmen dari
masing-masing PPA.
b. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
c. Tindakan medis dan keperawatan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
d. Obat-obatan yang digunakan selama perawatan banyak tidak sesuai dengan
clincal pathway karena banyaknya varian obat dan lama perawatan yang tidak
sesuai.
e. Lama perawatan yang sesuai dengan clinical pathway hanya 37,5% karena
masa perawatan yang memendek.
5. Hernia inguinalis
a. Asesmen klinis dari medis dan keperawatan lengkap dan sesuai seluruhnya,
asesmen dari apoteker dan ahli gizi tidak ditemukan. Perlu disosialisasikan
kembali pentingnya pengisian asesmen dari masing-masing PPA.
b. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
c. Tindakan medis dan keperawatan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
d. Obat-obatan yang digunakan pada 1 dari 3 kasus tidak sesuai dengan clinical
pathway karena masa perawatan yang memanjang.
e. Lama perawatan 33,3% sesuai dengan clinical pathway.

6. Soft tissue tumor


a. Asesmen klinis dari medis dan keperawatan lengkap dan sesuai seluruhnya,
asesmen dari apoteker dan ahli gizi tidak ditemukan. Perlu disosialisasikan
kembali pentingnya pengisian asesmen dari masing-masing PPA.
b. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
c. Tindakan medis dan keperawatan terlaksana dan sesuai seluruhnya.
d. Obat-obatan yang digunakan dalam perawatan pasien sesuai dengan clinical
pathway.
e. Lama perawatan sesuai dengan clinical pathway.

E. REKOMENDASI
1. Dari paparan capaian clinical pathway, sebagian besar telah sesuai.
2. Adapun clinical pathway yang lain belum bisa terisi karena ketidaktauan antara
judul clinical pathway dengan diagnosa medis oleh DPJP tidak sama persis. Kasus
seperti hamil aterm inpartu dan katarak ada banyak, namun lembar CP tidak terisi.
Kasus pneumonia jarang berdiri sendiri, sedangkan kasus fraktur tertutup tulang
panjang masih jarang ditemukan di rawat inap. Perlu disosialisasikan kembali
tentang pengisian lembar CP tersebut.
3. Sosialisasi kembali clinical pathway kepada masing-masing PPA.
4. Mengaudit kembali clinical pathway secara rutin.
5. Setiap PPA agar konsisten untuk terus memperbaiki mutu pelayanannya sesuai
dengan keilmuan masing-masing dan mencapai kepuasan pasien.
Palangka Raya, 13 Juli 2022
Ketua Komite Medik

dr. Moelyadi Utomo, Sp.THT

Anda mungkin juga menyukai