CLINICAL PATHWAY
JULI - OKTOBER 2017
Clinical Pathway telah mulai diterapkan di RS Sobirin sejak tahun 2017 yang disusun
berdasarkan PPK dan telah mendapatkan kesepakatan dokter spesialis yang
bersangkutan. Clinical Pathway yang diterapkan adalah untuk :
1. Hipertensi Emergency
2. Appendisitis Akut
3. Diare akut
4. KPSW
5. Hipertrofi Tonsil
1. Hasil evaluasi uji caba penerapan Clinical Pathway Bulan Juli 2017:
0
cp Hipertensi cp Apendisitis Akut CP Diare Akut Cp KPSW Cp Hipertrofi tonsil
emergency
Terdapat 20 uji sampel Clinical Pathway, yaitu 6 pasien KPSW, 7 pasien , 5 pasien
hipertensi emergency, 1 pasien hipertrofi tonsil, dan 1 pasien appendicitis akut.
Dari 6 pasien KPSW, hanya 4 pasien (67%) yang diisi lembar CPnya, sedangkan 2
pasien (33%) lainnya tidak diisi. Dari 7 pasien Diare akut semua CP tidak diisi. Dari
5 pasien hipertensi emergency, hanya 3 pasien (60%) yang diisi CP nya, sedangkan 2
pasien (40%) lainnya tidak diisi. Dari 1 pasien hipertrofi tonsil,1 pasien (100%) CP
diisi. Dari 1 pasien appendicitis akut 100 % Clinical Pathway diisi.
Dari 20 sampel uji coba Clinical Pathway 9 pasien (45%) lembar Clinical Pathway
nya telah diisi dan 11 pasien ( 55%) tidak diisi lembar Clinical Pathway nya.
Chart Title
120
100
80
60
40
20
0
Assesmen klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Hasil :
Ketidaksesuaian CP terdapat pada Assesmen Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya komplikasi pada
pasien adalah pemeriksaan foto thorax. Dari 3 pasien terdapat 1 pasien (37%) yang
tidak mengisi rekam medis secara lengkap. Dari 3 pasien terdapat 1 pasien (37%)
yang tidak dilakukan pemeriksaan foto thorax dan dilakukan sesuai dengan Clinical
Pathway tetapi hanya dilakukan pemeriksaan EKG dan pemeriksaan darah untuk
mencari adanya komplikasi pada pasien.
Ketidaksesuaian pada assesmen klinis disebabkan tidak lengkapnya dokter mengisi
catatan RM pasien. Ketidaksesuaian pemeriksaan penunjang disebabkan pada pasien
sebelumnya pernah dilakukan rontgen thorax.
2.Apendisitis Akut
Chart Title
120
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Tindakan Obat Lama Rawat
Penunjang
Ya Tidak
Hasil:
Dari 1 pasien , assesmen klinis, tindakan, lama rawat dan obat (100%) sesuai dengan
Clinical Pathway Appendisitis, sedangkan pemeriksaan penunjang tidak sesuai
dengan Clinical Pathway.
Ketidaksesuaian CP terdapat pada pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa Appendisitis adalah pemeriksaan
leukosit, urinalisis dilakukan untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan
saluran kemih, ultrasonografi digunakan untuk penemuan diameter anteroposterior
appendiks yang lebih besar dari 7 mm, penebalan dinding, struktur lumen yang tidak
dapat dikompresi. Pada pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan darah dan
ultrasonografi sedangkan pemeriksaan urinalisis tidak dilakukan.
3. Diare akut
No Kriteria Persentase kepatuhan terhadap Clinical
Pathway Diare akut
Ya Tidak
1. Assesmen klinis 0 0
2. Pemeriksaan Penunjang 0 0
3. Obat 0 0
4. Lama Rawat 0 0
Chart Title
120
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Hasil:
Dari semua pasien diare akut, tidak ada clinical pathway yang diisi sehingga tidak
bias dinilai kesesuaian dengan clinical pathwaynya.
Hal ini disebabkan karena :
- Ketidaktahuan petugas di ruangan baik dokter maupun paramedic tentang
pentingnya pelaksanaan dan pengisian lembar clinical pathway nya.
- Kurangya disiplin petugas baik medis maupun paramedic dalam megisi
lembar clinical pathway.
- Tidak tersedianya lembar clinical pathway di ruangan.
4.KPSW
100
80
60
40
20
0
Assesmen klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Dari 4 pasien, hanya 2 pasien (50%) yang pemeriksaan penunjang tidak sesuai
dengan Clinical Pathway.
Ketidaksesuaian CP terdapat pada kriteria yang dinilai yaitu pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan Clinical Pathway Ketuban Pecah Sebelum
Waktunya adalah tes nitrazin/lakmus, ultrasonografi dan laboratorium darah. Pada
pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan ultrasonografi,
sedangkan tes nitrazin/lakmus jarang dikerjakan.
5. Hipertrofi Tonsil
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Tindakan Obat Lama Rawat
Penunjang
Ya Tidak
Hasil
Ketidaksesuaian CP terdapat pada Lama Rawat.
Lama rawat yang ditentukan menurut clinical pathway adalah 5 hari. Dari 2 pasien
tidak ada pasien yang dirawat sesuai clinical pathway yaitu 5 hari.
Ketidaksesuaian lama rawat dikarenakan untuk persiapan operasi yaitu pemeriksaan
penunjang tidak dilakukan di poliklinik tetapi di ruang rawat sehingga membutuhkan
waktu yang lama untuk dikonsultasikan ke dokter anak, penyakit dalam dan anestesi.
Sebenarnya pemeriksaan bisa dilakukan pada rawat jalan, tetapi karena pasien
merupakan pasien asuransi maka harus dilakukan rawat inap agar ditanggung
sehingga lama rawat menjadi lebih lama.
2.Hasil evaluasi uji caba penerapan Clinical Pathway Bulan Agustus 2017:
0
cp Hipertensi cp Apendisitis Akut CP Diare Akut Cp KPSW Cp Hipertrofi tonsil
emergency
Terdapat 24 uji sampel Clinical Pathway, yaitu 7 pasien KPSW, 8 pasien diare akut, 6
pasien hipertensi emergency, 2 pasien hipertrofi tonsil, dan 1 pasien appendicitis
akut.
Dari 7 pasien KPSW, hanya 4 pasien (57%) yang diisi lembar CPnya, sedangkan 3
pasien (43%) lainnya tidak diisi. Dari 8 pasien Diare akut,hanya 3 pasien (37%) yang
diisi lembar CP nya, sedangkan 5 pasien (63%) lainnya tidak diisi. Dari 6 pasien
hipertensi emergency, hanya 3 pasien (50%) yang diisi CP nya, sedangkan 5 pasien
(50%) lainnya tidak diisi. Dari 2 pasien hipertrofi tonsil, 2 pasien (100%) CP diisi.
Dari 1 pasien appendicitis akut Clinical Pathway diisi.
Dari 24 sampel uji coba clinical pathway 12 pasien (50%) lembar Clinical Pathway
nya telah diisi dan 12 pasien ( 50%) tidak diisi lembar Clinical Pathway nya.
1. Hipertensi Emergency
100
80
60
40
20
0
Assesmen klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Hasil :
Ketidaksesuaian CP terdapat pada Pemeriksaan Penunjang dan Lama Rawat.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya komplikasi pada
pasien adalah pemeriksaan foto thorax. Dari 3 pasien terdapat 1 pasien yang tidak
dilakukan pemeriksaan foto thorax dan dilakukan sesuai dengan Clinical Pathway
tetapi hanya dilakukan pemeriksaan EKG dan pemeriksaan darah untuk mencari
adanya komplikasi pada pasien. Hal ini disebabkan dokter penanggung jawab merasa
belum perlu untuk melakukan pemeriksaan penunjang rontgen thorax mengingat
pasien masih berusia muda dan dari pemeriksaan EKG didapatkan gambaran normal.
Dari 3 pasien terdapat 1 pasien (37%) yang dirawat lebih dari 5 hari. Ketidaksesuaian
lama rawat disebabkan pada pasien terdapat penyakit penyerta seperti cephalgia yang
timbul pada hari ke 4 belum teratasi pada hari ke 5.
2. Apendisitis Akut
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Tindakan Obat Lama Rawat
Penunjang
Ya Tidak
Hasil:
Dari 1 pasien , assesmen klinis pemeriksaan penunjang tindakan dan obat (100%)
sesuai dengan Clinical Pathway Appendisitis, sedangkan lama rawat tidak sesuai
dengan Clinical Pathway.
Lama rawat tidak sesuai dengan Clinical pathway dikarenakan pada hari ke 3 pasien
demam sehingga belum dipulangkan.
3. Diare akut
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Hasil:
Ketidaksesuaian CP terdapat pada Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu diagnosis penyebab diare
seperti infeksi parasite, virus atau bakteri adalah pemeriksaan darah dan feses
lengkap. Dari 3 pasien terdapat 1 pasien (33%) yang dilakukan pemeriksaan
penunjang.
4.KPSW
100
80
60
40
20
0
Assesmen klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Dari 3 pasien, hanya 2 pasien (67%) yang assesmen klinis, obat dan lama rawat
sesuai dengan Clinical Pathway ketuban pecah sebelum waktunya dan 1 pasien
(33%) pemeriksaan penunjang tidak sesuai dengan Clinical Pathway.
Ketidaksesuaian CP terdapat pada kriteria yang dinilai yaitu pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan Clinical Pathway Ketuban Pecah Sebelum
Waktunya adalah tes nitrazin/lakmus. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan tes
nitrazin/lakmus dan ultrasonografi dikarenakan pasien sudah kala 2, kepala bayi
sudah terlihat, sehingga perlu tindakan cepat untuk melahirkan bayi. Sehingga
pemeriksaan penunjang tidak diperlukan pada pasien ini.
5. Hipertrofi Tonsil
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Tindakan Obat Lama Rawat
Penunjang
Ya Tidak
Hasil
Dari 2 pasien semua sesuai dengan clinical pathway baik itu assesmen klinis,
pemeriksaan penunjang, tindakan, obat maupun lama rawat.
3.Hasil evaluasi uji caba penerapan Clinical Pathway Bulan September 2017:
10
0
cp Hipertensi cp Apendisitis Akut CP Diare Akut Cp KPSW Cp Hipertrofi tonsil
emergency
Terdapat 42 uji sampel Clinical Pathway, yaitu 15 pasien KPSW, 12 pasien diare akut
, 12 pasien hipertensi emergency, 2 pasien hipertrofi tonsil, dan 1 pasien appendicitis
akut.
Dari 15 pasien KPSW, hanya 10 pasien (67%) yang diisi lembar CPnya, sedangkan 5
pasien (33%) lainnya tidak diisi. Dari 12 pasien Diare akut,hanya 7 pasien (58%)
yang diisi lembar CP nya, sedangkan 5 pasien (42%) lainnya tidak diisi. Dari pasien
hipertensi emergency, hanya 7 pasien (58%) yang diisi CP nya, sedangkan 5 pasien
(42%) lainnya tidak diisi. Dari 2 pasien hipertrofi tonsil, 2 pasien (100%) CP diisi.
Dari 1 pasien appendicitis akut Clinical Pathway diisi.
Dari 42 sampel uji coba clinical pathway 27 pasien (64%) lembar Clinical Pathway
nya telah diisi dan 15 pasien ( 36%) tidak diisi lembar Clinical Pathway nya.
1. Hipertensi Emergency
100
80
60
40
20
0
Assesmen klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Hasil :
Ketidaksesuaian CP terdapat pada Pemeriksaan Penunjang dan Lama Rawat.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya komplikasi pada
pasien adalah pemeriksaan foto thorax. Dari 7 pasien hanya 1 (14%) yang tidak
dilakukan pemeriksaan foto thorax dan dilakukan sesuai dengan Clinical Pathway.
Sementara 6 pasien (86 %) dilakukan foto thorax.
Dari 6 pasien terdapat 1 pasien (17%) yang dirawat lebih dari 5 hari dan 1 pasien
yang dirawat kurang dari 5 hari.
Ketidaksesuaian pemeriksaan penunjang disebabkan pada pasien sebelumnya pernah
dilakukan rontgen thorax. Sedangkan ketidaksesuaian lama rawat disebabkan pada
pasien terdapat penyakit penyerta seperti vertigo yang belum teratasi pada hari ke 5.
2. Apendisitis Akut
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Tindakan Obat Lama Rawat
Penunjang
Ya Tidak
Hasil:
Dari 1 pasien , assesmen klinis pemeriksaan penunjang, tindakan, obat dan lama
rawat (100%) sesuai dengan Clinical Pathway
3. Diare akut
Chart Title
120
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Hasil:
Ketidaksesuaian CP terdapat pada Lama Rawat.
Dari 7 pasien, terdapat 1 pasien (86%) dengan lama rawat sesuai dengan Clinical
Pathway diare akut yaitu 3 hari, sedangkan 1 pasien (14%) dirawat lebih dari 3 hari.
Ketidaksesuaian lama rawat disebabkan pada pasien terdapat penyakit penyerta
seperti demam yang belum teratasi pada hari ke 3.
5. KPSW
Chart Title
120
100
80
60
40
20
0
Assesmen klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Dari 10 pasien, hanya 9 pasien (80%) yang assesmen klinis, obat dan lama rawat
sesuai dengan Clinical Pathway ketuban pecah sebelum waktunya dan 1 pasien
(10%) pemeriksaan penunjang tidak sesuai dengan Clinical Pathway.
Ketidaksesuaian CP terdapat pada kriteria yang dinilai yaitu pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan Clinical Pathway Ketuban Pecah Sebelum
Waktunya adalah tes nitrazin/lakmus, ultrasonografi dan laboratorium darah. Pada
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan ultrasonografi karena pasien merupakan
pasien rujukan dokter Spesialis Kandungan yang sebelumnya sudah dilakukan
Ultrasonografi.
5. Hipertrofi Tonsil
No Kriteria Persentase kepatuhan terhadap Clinical
Pathway Hipertrofi Tonsil
Ya Tidak
1. Assesmen klinis 100 0
2. Pemeriksaan Penunjang 100 0
3. Tindakan 100 0
4. Obat 100 0
5. Lama Rawat 100 0
Chart Title
120
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Tindakan Obat Lama Rawat
Penunjang
Ya Tidak
Hasil
Pada hipertrofi tonsil 100% sudah sesuai dengan clinical pathway
4.Hasil evaluasi uji caba penerapan Clinical Pathway Bulan Oktober 2017:
10
0
cp Hipertensi cp Apendisitis Akut CP Diare Akut Cp KPSW Cp Hipertrofi tonsil
emergency
Terdapat 39 uji sampel Clinical Pathway, yaitu 12 pasien KPSW, 12 pasien diare akut
, 10 pasien hipertensi emergency, 0 pasien hipertrofi tonsil, dan 5 pasien appendicitis
akut.
Dari 12 pasien KPSW, hanya 10 pasien (83%) yang diisi lembar CPnya, sedangkan 2
pasien (27%) lainnya tidak diisi. Dari 12 pasien diare akut,hanya 10 pasien (83%)
yang diisi lembar CP nya, sedangkan 2 pasien (27%) lainnya tidak diisi. Dari 10
pasien hipertensi emergency, hanya 1 pasien (90%) yang diisi CP nya, sedangkan 1
pasien (10%) lainnya tidak diisi. Pada bulan oktober tidak terdapat pasien hipertrofi
tonsil. Dari 5 pasien appendicitis akut Clinical Pathway diisi semua.
Dari 39 sampel uji coba clinical pathway 34 pasien (87%) lembar Clinical Pathway
nya telah diisi dan 5 pasien ( 13%) tidak diisi lembar Clinical Pathway nya.
1. Hipertensi Emergency
100
80
60
40
20
0
Assesmen klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Hasil :
Ketidaksesuaian CP terdapat pada Pemeriksaan Penunjang dan Lama Rawat.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya komplikasi pada
pasien adalah pemeriksaan foto thorax. Dari 7 pasien hanya 2 (28%) yang tidak
dilakukan pemeriksaan foto thorax dan dilakukan sesuai dengan Clinical Pathway.
Sementara 7 pasien (72 %) dilakukan foto thorax.
Dari 9 pasien terdapat 1 pasien (11%) yang dirawat lebih dari 5 hari. Ketidaksesuaian
pemeriksaan penunjang disebabkan pada pasien sebelumnya pernah dilakukan
rontgen thorax. Sedangkan ketidaksesuaian lama rawat disebabkan pada pasien
terdapat penyakit penyerta seperti vertigo yang belum teratasi pada hari ke 5.
2. Apendisitis Akut
3. Tindakan 100 0
4. Obat 100 0
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Tindakan Obat Lama Rawat
Penunjang
Ya Tidak
Hasil:
Dari 5 pasien , assesmen klinis pemeriksaan penunjang, tindakan, obat dan lama
rawat (100%) sesuai dengan Clinical Pathway
3. Diare akut
Chart Title
120
100
80
60
40
20
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Hasil:
Ketidaksesuaian CP terdapat pada Pemeriksaan Penunjang.
Dari 10 pasien, terdapat 1 pasien (10%) pemeriksaan penunjang tidak sesuai dengan
Clinical Pathway diare akut yaitu 3 hari.
4.KPSW
Chart Title
120
100
80
60
40
20
0
Assesmen klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Ya Tidak
Dari 10 pasien, hanya 9 pasien (90%) yang assesmen klinis, obat dan lama rawat
sesuai dengan Clinical Pathway ketuban pecah sebelum waktunya dan 1 pasien
(10%) pemeriksaan penunjang tidak sesuai dengan Clinical Pathway.
Ketidaksesuaian CP terdapat pada kriteria yang dinilai yaitu pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan Clinical Pathway Ketuban Pecah Sebelum
Waktunya adalah tes nitrazin/lakmus, ultrasonografi dan laboratorium darah. Pada
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan ultrasonografi karena pasien merupakan
pasien rujukan dokter Spesialis Kandungan yang sebelumnya sudah dilakukan
Ultrasonografi.
5. Hipertrofi Tonsil
Chart Title
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Assesmen Klinis Pemeriksaan Tindakan Obat Lama Rawat
Penunjang
Ya Tidak
Hasil
Tidak terdapat pasien hipertrofi tonsil pada bulan oktober
Kepatuhan pengisian Clinical pathway Juli-September
Bulan Kepatuhan pengisian clinical
pathway
Ya Tidak
Juli 45 55
Agustus 50 50
September 64 36
Oktober 87 13
Series 1
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Dari evaluasi pengisian lembar uji coba Clinical Pathway yang telah
dilakukan, sebagian besar lembar Clinical Pathway tidak diisi.
Kepatuhan pengisian lembar Clinical Pathway masih rendah (55%), hal ini
disebabkan :
Lembar Clinical Pathway tidak terdistribusi dengan baik/ secara
merata di ruangan.
Sosialisasi mengenai Clinical Pathway masih kurang, mengenai
pentingnya Clinical Pathway serta cara pengisiannya.
Kedisiplinan dokter penanggung jawab pasien, perawat, dan petugas
kesehatan lain dalam pengisian lembar Clinical Pathway masih
kurang.
Dari evaluasi kepatuhan terhadap Clinical Pathway yang telah dilakukan,
sebagian besar CP yang diujicobakan telah diikuti oleh dokter spesialis
terutama pada assesmen klinis dan obat. Sedangkan pada pemeriksaan
penunjang dan lama rawat belum seluruhnya diikuti.
Ketidaksesuaian pada Clinical Pathway sebagian besar disebabkan karena
banyaknya variabelitas penyakit tersebut misalnya kondisi pasien, tigkat
keparahan penyakit dan lain-lain.
Rekomendasi
Monitoring pendistribusian Clinical Pathway ke setiap ruangan.
Mengadakan sosialisasi secara berkala mengenai Clinical Pathway.
Monitoring dan evaluasi kepatuhan terhadap Clinical Pathway.
Kepatuhan Clinical Pathway dijadikan sebagai salah satu kriteria penilaian
kinerja staf medis.
Melakukan riview terhadap CP yang telah diujicobakan untuk disempurnakan
kembali sehingga dapat diterapkan secara maksimal.
Memaparkan hasil evaluasi Clinical Pathway dalam rapat Komite Medik.
Melaksanakan audit medis dengan rutin
BAB V
PENUTUP
Mengetahui
Direktur RSUD Dr. Sobirin Ketua Komite
Medik