2022
LAPORAN EVALUASI UJI COBA PENERAPAN
CLINICAL PATHWAY
SEPTEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Clinical Pathway telah mulai diujicobakan di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau mulai
September 2022 yang disusun berdasarkan PPK dan telah mendapatkan kesepakatan
dokter spesialis yang bersangkutan. Clinical Pathway yang disusun merupakan 5 Clinical
Pathway prioritas nasional.
PELAKSANAAN
Dilakukan oleh Komite Medik (Subkomite Mutu dan Profesi), Komite Keperawatan
dan Komite PMKP
Perhitungan sampel yang digunakan adalah pasien RSUD Siti Aisyah pada bulan
September 2022
Dengan cara audit berkas RM, membandingkan catatan perawatan pasien dengan
Clinical Pathway.
Dilakukan 1 bulan setelah diujicobakan pada bulan September 2022
Kriteria yang dinilai adalah :
o Asesmen klinis, Penunjang (lab/radiologi), obat/ terapi dan lama rawat.
o Kepatuhan pengisian lembar Clinical Pathway
BAB III
HASIL
a. Evaluasi kepatuhan pengisian Clinical Pathway pada uji coba penerapan Clinical
Pathway
Kepatuhan
No Kriteria yang dinilai Pengisian Jumlah
Ya Tidak
CP Hipertensi
1 0 14 14
CP Diabetes Mellitus tipe II
2 0 2 2
3 CP Tuberculosis Paru 4 3 7
4 CP Human Immunodeficiency Virus (HIV) 0 0 0
5 CP Ca Mammae 1 0 1
Jumlah 5 19 24
Terdapat 24 sampel uji coba Clinical Pathway, yaitu 14 pasien Hipertensi, 2 pasien Diabetes
Mellitus Tipe II, 7 pasien Tuberculosis Paru, 0 pasien HIV, dan 1 pasien Carcinoma
Mammae.
Dari 14 pasien Hipertensi, semua lembar Clinical Pathway tidak diisi (100%). Dari 2 pasien
Diabetes Mellitus Tipe II, semua lembar Clinical Pathway tidak diisi (100%). Dari 7 pasien
Tuberculosis Paru, hanya 4 pasien (57.14%) yang diisi lembar CP nya sedangkan 3 pasien
(42.85%) lainnya tidak diisi. Pada bulan September 2022, tidak ada pasien Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Dari 1 pasien Carcinoma Mammae, lembar Clinical Pathway
sudah diisi (100%).
Dari 24 sampel ujicoba Clinical Pathway bulan September 2022, terdapat 5 pasien (20.83%)
lembar Clinical Pathway nya telah diisi dan 19 pasien (79.16%) tidak diisi lembar Clinical
Pathway nya.
Kepatuhan pengisian Clinical Pathway pada uji coba penerapan Clinical Pathway Bulan
September 2022 tidak tercapai sesuai target, hanya 20.83% yang patuh terhadap pengisian
CP.
1. Hipertensi
Pengisian lembar Clinical Pathway Hipertensi tidak dilakukan sehingga tidak dapat
dievaluasi kepatuhan/ kesesuaian terhadap Clinical Pathway
- Kurang pemahamannya PPA dan MMP tentang kasus yang perlu diisi lembar
Clinical Pathway nya.
- PPK, Clinical Pathway beserta Panduan pengisian Clinical Pathway belum
tersosialisasi dengan baik.
Pengisian lembar Clinical Pathway Diabetes Mellitus Tipe II tidak dievaluasi kepatuhan/
kesesuaian terhadap Clinical Pathway
- Kurang pemahamannya PPA dan MMP tentang kasus yang perlu diisi lembar
Clinical Pathway nya.
- Clinical Pathway beserta Panduan pengisian Clinical Pathway belum tersosialisasi
dengan baik.
3. Tuberculosis Paru
Kepatuhan terhadap
Clinical Pathway Tuberculosis Paru
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Asesmen Klinis Pemeriksaan Penunjang Obat Lama Rawat
Hasil :
Dari 4 pasien yang diisi Clinical Pathway nya, asesmen klinis, obat dan lama hari rawat
100% sesuai dengan Clinical Pathway, sedangkan kepatuhan Pemeriksaan penunjang 75%
sesuai, dan sebanyak 25% tidak sesuai Clinical Pathway.
Asesmen klinis yang sesuai dengan diagnosis Tuberculosis Paru antara lain Batuk/ batuk
berdarah > 2 minggu, Sesak napas, Nyeri dada, gejala malaise berupa anoreksia, berat
badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Dari 4 pasien, seluruhnya
(100%) sesuai dengan asesmen klinis Tuberculosis Paru.
Obat-obat yang digunakan dalam tatalaksana Tuberculosis Paru antara lain, obat-obat
simptomatis, Obat Anti Tuberculosis (OAT) lini pertama berdasarkan kategori penderita. Dari
4 pasien, seluruhnya (100%) sesuai dengan pengobatan Tuberculosis Paru. Tetapi terdapat
varian obat seperti ventolin, pulmicort, metilprednisolon, albumin, dan lain-lain untuk
mengurangi gejala simptomatis.
Berdasarkan PPK Tuberculosis Paru yang berlaku di rumah sakit, lama perawatan selama 7
hari apabila tidak ada komplikasi sehingga rata-rata lama perawatan pasien sesuai dengan
standar (100%).
Kepatuhan terhadap
Clinical Pathway Ca Mammae
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Asesmen Klinis Pemeriksaan Penunjang Obat/ terapi Lama Rawat
Dari 1 pasien, asesmen klinis, terapi dan lama rawat (100 %) sesuai dengan Clinical
Pathway Carcinoma Mammae, sedangkan Pemeriksaan penunjang tidak sesuai Clinical
Pathway.
Kesimpulan
Dari evaluasi pengisian lembar uji coba Clinical Pathway yang telah dilakukan,
sebagian besar lembar Clinical Pathway tidak diisi.
Kepatuhan pengisian lembar ujicoba Clinical Pathway masih rendah (31,25%), hal ini
disebabkan:
- Lembar Clinical Pathway tidak terdistribusi dengan baik/ secara merata di
ruangan
- Sosialisasi mengenai Clinical Pathway masih kurang, mengenai pentingnya
Clinical Pathway serta cara pengisiannya
- Kedisiplinan dokter penanggung jawab pasien, perawat, dan petugas kesehatan
lain dalam pengisian lembar Clinical Pathway masih kurang
- Kurangnya peran MPP dalam memverifikasi dan memantau perawatan pasien
serta mengingatkan PPA dalam pengisian Clinical Pathway
Dari evaluasi kepatuhan terhadap Clinical Pathway yang telah dilakukan, sebagian
besar CP yang diujicobakan telah diterapkan oleh dokter spesialis terutama pada
asesmen klinis, lama rawat, dan obat. Sedangkan pada pemeriksaan penunjang
belum seluruhnya diterapkan
Ketidaksesuaian terhadap Clinical Pathway sebagian besar disebabkan karena
banyaknya variabilitas penyakit tersebut misalnya kondisi pasien, tingkat keparahan
penyakit, dll. Selain itu juga, seni dalam merawat pasien tiap dokter berbeda
berdasarkan pengalaman dokter
Rekomendasi
Demikian Laporan evaluasi uji coba penerapan Clinical Pathway bulan September
2022 disusun, untuk dapat dijadikan bahan evaluasi dan pertimbangan bagi Pimpinan dalam
menentukan kebijakan lebih lanjut pada masa yang akan datang. Memang masih banyak
yang perlu dibenahi, untuk itu pada periode berikutnya, segala kekurangan yang ada akan
menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan. Agar tujuan tersebut terlaksana maka perlu
dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak.